Jangan Meneror Pejuang



Perkembangan penyelesain masalah terorisme di Indonesia, menuju arah yg sangat tidak kondusif bagi kaum muslimin. Berbagai pernyataan dan statemen yg dilontarkan beberapa pihak, baik secara resmi atau selentingan, telah melahirkan dampak yg sangat serius bagi dakwah.

Bayangkan saja, jika seorang psikolog menyebutkan bahwa kegiatan-kegiatan rohis (rohani Islam) yang ada di Sekolah Menengah Umum adalah bahan baku dari tindak kekerasan. Ditambah lagi dari seorang yg mengaku pangamat, berkata dg senyum dibibir bhw pendanaan kegiatan Terorisme juga berasal dari mobilisasi Zakat infak, dan sodaqoh. Semua ditayangkan ditelevisi dalam siaran Live yg tentu saja tanpa filter rasa keadilan bagi umat Islam.
Pada tahap yang lebih awal, pesantren sudah menuai kecurigaan. Begitula pula dengan kegiatan Dakwah. Dan hari ini kita saksikan, betapa aktifis dakwah berada dalam suasana terintimidasi. Jenggot, celana cingkrang, baju koko, cadar, dan dahi yg hitam menjadi atribut pelengkap yg mengantarkan kecurigaan.
Sekedar mengingatkan sejarah yg mungkin terlupa. Negeri ini memiliki utang yg tak terbayar pada perjuangan yg telah diberikan umat Islam. Hanya untuk mengambil beberapa contoh, Pangeran Diponegoro, memakai simbol-simbol dalam memimpin Perang Jawa melawan penjajah Belanda. Dengan surban, baju putih panjang, dan yg paling penting dg ajaran Islam Pangeran Diponegoro memimpin perang yg dalam sejarah Belanda disebut-sebut sebagai perang yang hampir menenggelamkan negeri penjajah itu dengan kebangkrutan.
Baca saja nama panjang dan gelar Pangeran Diponegoro "Sultan Abdulhamid Erucakra Sayidin Sanatagama Khalifat Rosulullah Sayidin Pantagama". Dengan sadar Pangeran Diponegoro mencantumkan nama Sultan Abdulhamid, yang saat itu menjadi Khalieah Turki Utsmani sebagai jaringan perjuangan. Bahkan, pemilihan nama 'Sultan pada periode Sultan Hamengkubuwono l, adalah simbol perlawanan secara halus pada kekuatan VOC, penjajah belanda. (Soemarsaid Moertono, 1985; P Swantoro, 2002)
Tapi hari ini, simbol yang mampu menggalang kekuatan perjuangan kemerdekaan itu dicurigai. Pencantuman hubungan Internasional, dengan Mesir, Turki, Arab saudi disebut dengan 'transnasional yg juga diucapkan dg nada penuh kecurigaan. Dulu, simbol-simbol itu berperan sangat besar memerdekakan negeri ini.
Begitupula dg slogan dan pekik perjuangan, Islam dan kaum Muslimin menorekan sejarah yg tak bisa dihapus dan senantiasa teringat ketika jihad disudutkan lagi seperti saat sekarang. Bung Tomo, menggerakan 'Arek-arek Suroboyo melawan agresi militer ulang yg dilakukan penjajah Belanda dg pembukaan kalimat "Bismillahirrahmanirrahim" dan ditutup dengan Allahu Akbar yg disandingkan dg kata 'Merdeka.
Maka sekali lagi, negara ini boleh menjadi negara yg anti terhadap pekikan Allahu Akbar dan seruan-seruan dakwah yg memgajak menuju kebaikan dan kebenaran.
Ketika Republik Indonesia masih sangat belia, negara ini pernah menjadi Republik Indonesia Serikat sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar. Indonesia terpecah-pecah menjadi 17 negara bagian. Penjajah Belanda tidak akan Ridho dan ringan hati melepaskan Indonesia sebagai negeri yg merdeka dan berdaulat. Andi saja Mohamad Natsir, tidak tampil dengan pidatonya yg kini dikenal dengan 'Mosi Integral Natsir, tentu seluruh pemimpin Bangsa hari ini tidak akan menyebut dengan bangga kalimat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sebab, berdirinya RIS meminta konsekuensi besar. Terjadi rasionalisasi atas kekuatan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Perwira-perwira penjajah Belanda menjadi Penasehat TNI. Pejuang dan tentara rakyat dirumahkan. Sebagai gantinya "koninklijke Nederlands Indische lager (KNIL) Di integrasikan kedalam tubuh TNI. Bagaimana mungkin negara ini akan kuat, jika didalam tulang punggung yang menjaga kemerdekaannya, berdiri jendral-jendral penasihat dan unsur-unsur dari kalangan penjajah ?
Dalam sidang RIS tahun 1950, Mohammad Natsir, seorang pemimpin dakwah dinegeri ini, seorang dai, seorang ustadz, seorang ulama, tampil menyelamatkan Indonesia. Maka dengan segala hormat, TNI dan Kepolisian Republik Indonesia tidak boleh menjadi alat negara yg berlaku zalim dan sewenang-wenang pada umat Islam Indonesia.
Apalagi ditambah sebuah fakta Sejarah tentang seorang pejuang bernama Jendral Soedirman. Seorang guru madrasah Muhammadiyah, yg memimpin gerilya perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. jend.Soedirman adalah seorang guru agama. Mengisi ceramah dan mengajar mengaji keliling diwilayah-wilayah Cilacap dan Banyumas. Jabatannya di Muhammadiyah adalah wakil Ketua Pemuda Muhammadiyah Karisidenan Banyumas.
Wilayah yg sama saat ini dicurigai Polisi sebagai kawasan persembunyian buronan yg bersembunyi. Maka sekali lagi, dengan segala hormat, Polisi, Aparat Keamanan, bahkan Masyarakat tidak boleh memaruh curiga terhadap Ustadz, guru ngaji, apalagi kepada Ulama yg telah membuktikan diri menjaga negri Allah bernama Indonesia yg semoga dilimpahkan berkah.
Kaum Muslimi tidak pernah menganggap perjuangannya sebagai piutang yg harus dibayar. Tapi umat Islam sangat yakin, para pemimpin Negara ini bukan orang-orang dungu yg mudah lupa pada sejarah bangsa ini./@cwi

selengkapnya...

Lintasan Sejarah Ilmu Al-Qur'an

Al-Qur'an yang menjadi kitab paling akhir dan yang paling utama, penurunannya tidaklah secara langsung melainkan secara bertahap, sehingga pihak yang berada di dalam prosesnya dari awal hingga utuh sangatlah berpengaruh kuat.
Para sahabat nabi adalah orang-orang Arab murni, mampu mencerna kesusasteraan bermutu tinggi. Mereka dapat memahami ayat-ayat al-Qur'an yang turun kepada Rasulullah saw. Jika menghadapi kesukaran dalam memahami sesuatu mengenai al- Qur'an, mereka menanyakannya langsung kepada beliau. Misa1nya, pertanyaan mereka1. ketika turun ayat: "dan tidak mencampur iman mereka dengan kedzaliman" (al-An'am, 82). Mereka bertanya kepada beliau: "Siapakah di antara kita yang tidak pernah dzalim terhadap diri sendiri". ? Rasulullah dalam jawabannya menafsirkan kata "kedzaliman" pada ayat tersebut dengan "syirik", dan sebagai da1il beliau menunjuk firman A11ah Swt dalam surah Luqman, 13 yang menegaskan: "Sungguhlah bahwa syirik adalah kedzaliman yang amat besar".


Kepada beliau Allah Swt te1ah menurunkan Kitab suci a1-Qur'an dan mengajar dan kepada beliau segala sesuatu yang tidak beliau ketahui sebelumnya. Karunia Allah kepada beliau sungguh teramat besar. Pada masa hidup Rasulullah dan masa berikutnya, pada zaman generasi para sahabat Nabi, tidak ada kebutuhan sama sekali untuk menulis atau mengarang buku-buku tentang i1mu al-Qur'an2..


Sebagian besar para sahabat Nabi terdiri dari orang-orang buta huruf, dan alat tulis-menulis pun tidak dapat mereka peroleh dengan mudah. Itu merupakan halangan bagi kegiatan menulis buku tentang i1mu al-Qur'an. Selain itu Rasulul1ah sendiri melarang para sahabatnya menulis sesuatu yang bukan al-Qur'an. Pada masa permulaan turunnya wahyu be1iau mewanti-wanti: "Janganlah kalian menulis sesuatu tentang diriku. Siapa yang sudah menulis tentang diriku, bukan al-Qur'an, hendaklah menghapusnya. Tak ada salahnya bila kalian berbicara mengenai diriku. Namun, siapa yang sengaja berbicara bohong mengenai diriku, hendaknya ia siap menempali tempatnya didalam neraka"
3.
Larangan beliau itu didorong kekhawatiran akan terjadinya pencampuran al-Qur'an dengan hal-hal lain yang bukan dari al-Qur'an.

Pada zaman hidupnya Rasulullah maupun pada zaman berikutnya, yakni zaman kekhalifahan Abubakar dan 'Umar radhiyallahu 'anhuma, i1mu al-Qur'an masih diriwayatkan melalui penuturan secara lisan. Ketika zaman kekha1ifahan 'Utsman ra dimana orang Arab mulai bergaul dengan orang-orang non Arab, pada saat itu 'Utsman memerintahkan supaya kaum mus1imin berpegang pada mushaf induk dan membuat reproduksi menjadi beberapa buah naskah untuk dikirim ke daerah-daerah. Bersamaan dengan itu ia memerintahkan supaya membakar semua mushaf lainnya yang ditulis orang menurut caranya masing-masing. Riwayat terinci mengenai hal itu dan sebab-sebab pendorongnya te1ah kami kemukakan pada bagian tedahulu. Yang perlu kita ketahui sekarang, dengan memerintahkan reproduksi naskah al-Qur'an berarti 'Utsman ra meletakkan dasar yang di kemudian hari terkenal dengan nama 'Ilmu Rasmil al-Qur'an atau 'Ilmu-Rasmil- 'Utsmani (ilmu tentang penulisan al-Qur'an).

1. Al-Burhan, I hal. 14

2. Perihal kisah 'Adi' bin Hatim, itu merupakan peristiwa individual yang tidak dapat dipukul-ratakan pada semua sahabat Nabi. Karena itu1ah Rasulullah berkata kepadanya:

"Bantalmu memang lebar", kata sindiran yang berarti "pandir". Al-Qadhi 'Iyadh tidak membenarkan arti tersebut. Ia berpendapat bahwa yang dimaksud adalah "engkau terlalu gemuk", atau sebagaimana yang tercantum dalam Shahih Bukhari, yaitu "Langkah kakimu sangat lebar". Lihat: Shahih Mus1im dengan syarh (uraian) Nawawi Jilid VII, hal 210. Kisah peristiwa 'Adi' didalam Shahih Muslim bab "Shiyam", adalah sebagai berikut: Ketika turun ayat: ".... hingga tampak jelas bagi kalian benang putih dari benang hitam, yaitu fajar". 'Adi berkata: "Ya Rasulullah. akan kuletakkan dua buah 'iqal (semacam ikat kepala) di bawah bantalku, yan gsatu putih dan yang lain hitam. dengan begitu aku dapat membedakan siang dari malam". Saat itu Rasulullah menjawab: "Bantalmu memang lebar ! Yang dimaksud "hitam" adalah "malam" dan yang dimaksud "putih" adalah "siang".

3. Hadits diketengahkan oleh Muslim di dalam Shahih-nya Jilid VIII hal.229, berasal dari Abu Sa'id al-Khudri. Bandingkan dengan Buku kami yang berjudul "Ulumul-Hadits Wa-Mushthalahulu halaman 8.


Selain itu 'Ali bin Abi Thalib ra. juga terkenal dengan perintahnya kepada Abul-Aswad ad-Duali4 (wafat tahun 69 H.) supaya meletakkan kaidah pramasastra bahasa Arab guna menjaga corak keasliannya. Dengan perintahnya itu berani pula 'Ali bin Abi Thalib ra. adalah orang yang meletakkan dasar i1mu I'rabul-Qur'an.


Dapatlah kami katakan, para perintis i1mu tersebut:

1. Empat orang Khalifah Rasyidun (Abubakar, 'Umar, 'Utsman dai'Ali), Ibnu "Abbas, Ibnu Mas'ud, Zaid bin Tsabit, Ubai bin Ka'ab, Abu Musa al-Asy'ari dan 'Abdullah bin Zubair5. Mereka itu dari ka1angan para sahabat Nabi.

2. Mujahid, 'Atha bin Yassar, 'Ikrimah, Qatadah, Hasan Bashri, Sa'id bin Jubair, dan Zaid bin Aslam dari kaun Tabi 'in di Madinah.

3. Malik bin Anas dari kaum Tabi'it-Tabi'in (generasi ketiga kaum muslimin). la memperoleh i1munya dari Zaid bin Aslam.



Mereka itulah orang-orang yang meletakkan apa yang sekarang kita kenal dengan i1mu Tafsir, ilmu Asbabun-Nuzul, i1mu tentang ayat-ayat yang turun di Mekkah dan yang turun di Madinah, i1mu tentang Nasikh dan Mansukh dan i1mu gharibul-Qur' an (soal-soal yang memerlukan penta'wilan dan penggalian maknanya).

Pada masa kodifikasi Al-Qur'an, i1mu Tafsir berada di atas segala ilmu yang lain, karena ia dipandang sebagai induk i1mu al-Quran. Di antara orang-orang yang sibuk menekuni dan menulis buku mengenai bidang ilmu tersebut ialah:

Dari kalangan ulama abad ke-2 H.: Syu'bah bin Al-Hajjaj6, Sufyan bin 'Uyainah7 dan Waki'" bin Al-Jarrah8. Kitab-kitab Tafsir yang mereka tulis pada umumnya memuat pendapat -pendapat dan apa yang dikatakan oleh para sahabat Nabi dan kaum Tabi'in. Kemudian muncul pada zaman berikutnya. Ibnu Jarir At-Thabari. wafat lahun 310 H. Kitabnya merupakan kitab yang paling bennutu. karena banyak berisi riwayat-riwayat Hadits shahih ditu1is dengan rumusan yang baik. Kecuali itu juga berisi i'rab (pramasastra), pengkajian dan pendapat- pendapat yang berharga. Di samping tafsir yang ditulis menurut apa yang dikatakan oleh orang-orang terdahu1u, mulai muncu1 kitab-kitab tafsir yang ditu1is orang berdasarkan pendapat. Ada yang menafsirkan se1uruh isi al-Qur'an, ada yang menafsirkan sebagian saja (yakni satu juz), ada yang menafsirkan sebuah surah dan ada pula yang menafsirkan hanya satu atau beberapa ayat khusus, seperti ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum. Kitab-kitab lainnya mengenai i1mu al-Qur'an yang te1ah ditulis orang ialah:

Dalam abad ke-3 H: 'A1i bin Al-Madani9, guru Imam Bukhari, menu1is kitab tentang asbabun-nuzul. Abu 'Ubaid al-Qasim bin Salam menulis tentang nasikh dan mansukh, qira'at dan fadha'ilul Qur'an (keutamaan dan keistimewaan al-Qur.an). Muhammad bin Ayyub adh-Dharis (wafat 294 H) menulis tentang kandungan ayat-ayat yang turun di Mekkah dan di Madinah1o; dan Muhammad bin Kha1af bin Murzaban (wafat 309 H) menulis kitab berjudu1 Al-Hawi Fi 'Ulumil Qur'an11 (Yang Terkandung Dalam Ilmu al-Qur'an).

4 Lihat: Inbahur-Ruwah I, hal. 13-23 dan Tahdzibut-Tahdzib XII ha1. 10-12

5 . Lihat: Al-Fahrasat halaman 25
6 . Imam ahli Hadits terkemuka di Bashrah. Nama lengkapnya: Syu'bah bin al'Hajjaj bin al-Ward al-'Atki al-Azdi al-Wasithi. Terkenal dengan nama panggi1an Abu Bustham, la mengalami hidupnya Anas bin Malik ra. dan mendengarkan pemikiran 400 orang dari kaum Tabi'in. Di kalangan semua imam ahli Hadits, ia dipandang sebagai hujjah (pendapatnya dini1ai sangat berbobot dan kuat dijadikan dalil). Wafat tahun 160 H.

7 . Seorang ulama ahli tafsir dan hadits di Hijaz. Nama lengkapnya: Sufyan bin 'Uyainah al-Hilali al-Kufi. Wafat th.198 H. (Lihat Tadzkiratul-Huffadz I, hal. 242).

8 . Waki' bin al-Jarrah bin Malih bin 'Adi'. Nama panggilannya : Abu Sufyan ar-Ruwasi al-Kufl, dari Qeis 'Aailan. Iamendengarkan pendapat-pendapatIbnu Jarij, al-A'masy, al-Auza'i dan Sufyan ats-Tsauri. Hadits yang berasal darinya diketengahkan oleh 'Abdullah bin al'Mubarak, Yahya bin Adam, Ahmad bin Hanbal dan 'Ali bin al-Madani. Lahir 128 H. dan wafat 197 H. Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Mu'in mengatakan: "Orang yang terpercaya di Iraq ada1ah Waki". (Lihat: Tarikh Baghdad XIII, ha1. 466-481).

9 .Ia adalah 'Ali bin 'Abdu1lah bin Ja'far. Nama panggilannya: Abu Ja'far, seorang dari kabilah Sa'ad berdasarkan wala (Perwalian). Wafat tahun 234 H. (Lihat: Tadzkiratul. Huffadz II ha1. 15- 16, Syadza,atudz.Dzahab II ha1. 81).

10. Kitabnya berjudul 'Fadha'ilul-Qur'an, naskahnya yang dalam keadaan lengkap tersimpan di Dzahiriyah.


Dalam abad ke-4 H: Abubakar bin Qasim al-Anbari (wafat 328 H) menu1is buku berjudu1 'Aja'ibu 'Ulumil-Qur'an (Keajaiban-keajaiban I1mu al-Qur'an). Dalam buku tersebut ia berbicara tentang keutamaan dan keistimewaan al-Qur'an, tentang turunnya al-Qur'an dalam "tujuh huruf', penu1isan mushaf, jum1ah surah, ayat dan lafadznya. Abu1-Hasan al-Asy'ari menu1is kitab berjudu1 Al-Mukhtazan Fi 'Ulumil-Qur'an (Yang Tersimpan Di Da1am Ilmu a1-Qur'an), kitab yang berukuran resar seka1i12. Abubakar as. Sajistani13 menulis tentang keanehan-keanehan al-Qur'an. Abu Muhammad al-Qashshab Muhammad' A1i Al-Kurkhi (wafat sekitar tahun 360 H.) menulis kitab betjudul panjang: Nukatul-Qur'an ad-Daallah 'Alal-Bayan Fi 'Anwaa'il-'Ulumi Wal-Ahkam al-Munabbi'ah 'An Ikhtilafil-Anam14) (Titik-titik al-Qur'an Menunjukkan Kejelasan Tentang Berbagai I1mu dan Hukum Yang Memberitakan Perbedaan Fikiran Insan). Muhammad bin 'A1i al-Afdawi (wafat 388 H.) menulis kitab terdiri dari 20 jilid berjudul Al-Istighna15) Fi'Ulumil-Qur'an (Kebutuhan Akan Ilmu al-Qur'an).

Dalam abad ke-5 H:'A1i bin Ibrahim bin Sa'id al-Hufi16 menulis kitab betjudul Al-Burhan Fi'Ulumil-Qur'an, dan kitab lainnya lagi yang betjudul I'rabul-Qur' an. Abu 'Amr ad-Dani (wafat 444 H) menulis kitab berjudul 'At-Taisir Fil-Qira'atis-Sab'i dan kitab lainnya lagi berjudul 'Al-Muhkam Fin-Nuqath.

Dalam abad ke-6 H: Abul-Qasim 'Abdurrahman yang tekena1 dengan nama as-Suhaili17 menulis kitab tentang soal-soa1 yang samar di dalam al-Qur,an.

Dalam abad ke-7 H: Ibnu 'Abdus-Salam18 menulis kitab tentang majazul-Qur'an (kata-kata figuratif dalam al-Qur'an).'Ilmuddin As-Sakhawi19 menulis kitab tentang qira'at.


Kemudian muncul i1mu baru mengenai al-Qur'an, yaitu: llmu Bada'i'ul-Qur'an20, ilmu Hujajul-Qur' an21, ilmu Aqsamul-Qur'an22 dan ilmu Amtsalul-Qur'an23. Mereka menempuh cara mendalami beberapa bagian al-Qur'an sampai ke soal yang sekecil-kecilnya, karena itu pelbagai jenis ilmu Perlu diringkas di dalam suatu ilmu baru yang terpadu, yaitu yang mereka namai 'Ulumul-Qur'an (Ilmnu-llmu al-Qur'an).

11. Sebagian naskahnya tersimpan di da1am perpustakaan "Baladiyah" di Alexandria, Mesir.

12. Lihat : Ad-Dibaj'195

13. Muhammad bin 'Aziz bin al-'Azizi as-Sajistani. Wafat th. 330 H. (Lihat: Bugh-yatul-Wu'ah, 72). Dalam al-ltqan 1/195 Sayuthi mengatakan (dalam pembicaraannya mengenai kitab as-Sajistani yang berjudu1 'Gharibul-Qur'an): "la menulis kitabnya se1ama 15 tahun bersama gurunya. Abubakar bin ai-Anbari".

14. Naskahnya tersimpan di Muradmala.

15.Mungkin tulisan tangannya terbaca istifta, tetapi kami anggap lebih tepat dibaca istighna

16. Ia adalah °Ali bin Ibrahim bin Sa'id al-Hufi al-Mishri, penulis kitab Al-Burhan Fi Ulumil-Qur'an dan kitabrrabul-Qur'an. Wafat 430 H. (Lihat: Husnul-Muhadharah II hal.228 dan Inbahur Ruwah II hal. 219). Pada bagian mendatang akan kami bicarakan kitabnya yang berjudul al-Burhan, yang masih berupa tulisan tangan.

17.Ia adalah 'Abdurrahman bin .Abdullah bin Ahmad As-Suhail. nama panggilannya: Abul-Qasim. Wafat di Marakesh pada tahun 581 H. kitabnya berjudul Mubahamatul-Qur'an disebut oleh penulis kitab Kasyfudz-Dzunun dengan nama: At-Ta'rif Wal-I'lam Bimaa Ubhima Fil-Qur'an Minal-Asma Wal-I'lam (Pengenalan dan Pemberitahuan Mengenai Nama-Nama Dan Tanda-Tanda Di dalam al-Qur'an). Nama itu menjelaskan maksud kitab tersebut. Naskahnya yang berupa tulisan tangan tersimpan di Darul-Kutub, Kairo. dan di perpustakaan at-Timuriyyah. Kitabnya yang lain lagi ialah Ar-Raudhul-Anifu 'Alaa Sirat Ibni Hisyam. (Lihat kutipannya di dalam Inbahur-Ruwah II hal. l62).

18 .Ia adalah Syeikhul-lslam Imam Abu Muhammad 'Abdul-'Aziz bin 'Abdus-Salam, terkenal dengan nama AI-'Izz. Wafat 660 Ho (Thabaqalusy-Syafi'iyyah V hal 80-107 dan Syadzaraludz-Dzahab V hal. 330).

19 . Ia adalah 'Ali bin Muhammad bin 'Abdus-Samad, terkenal dengan nama as-Sakhawi. Wafat 643 H. Kitabnya mengenai qira'at teratur baik dan terkenal dengan nama as-Sakhawiyyah. Judu1 yang sebenarnya ialah Hidayatul-Murtab Fil-Mutasyabih (Petunjuk Bagi Orang Yang Ragu MengenaiHal Yang Samar). Yang dimaksud "samar" (mutasyabih) bukan lawannya jelas maknanya" (muhkam), melainkan penyajian satu kisah dengan berbagai versi dan bagian yang berlainan. Lihat: Kutipan as-Sakhawi di dalam Wafyatul-A'yan I hal. 345 dan al-Burhan I ha1. 112, jenis kelima ilmu mutasyabih.

20 . Ilmu yang membahas berbagai jenis al-badi' (segala yang indah) di dalam al-Qur'an, ditulis secara tersendiri oleh Ibnu Abil-Ishba'. Kitabnya telah dicetak. (Lihat al-Itqan II hal. 140-160. jenis ke-58).

21 . Dinamakan juga Ilmu Jadal al-Qur'an (llmu Debat al-Qur'an). Maksudnya, a1-Qur'an berbicara mengenai sega1a macam dalil dan pembuktian, tetapi atas dasar metode Arab, bukan berdasarkan cara-cara para ah1i ilmu Ka1am. Hal itu ditulis secara tersendiri oleh Najmuddin at-Thufi (Sulaiman at-Thufi (Sulaiman bin 'Abdul-Qawi bin 'Abdul-Karim), wafat 716 H. sebagaimana tercantum da1am ad-Dararul-Kaminah II hal.154. Mengenai ilmu tersebut, lihatah al-Itqann ha1. 229-223, jenis ke-68, dan lihat juga: al-Burhan n ha1. 24-27 ,jenis ke-11.)


Dalam sejarah kehidupan Imam Syafi'i ra., ketika ia menghadapi cobaan dituduh sebagai kepala golongan A'lawiyyin di Yaman, dalam keadaan diborgol ia digiring menghadap khalifah Harun al-Rasyid di Baghdad. Harun al-Rasyid bertanya: "Hai Syafi'i, bagaimana sesungguhnya pengetahuanmu mengenai Kitabullah 'Azza wa Jalla? Karena Kitabullah adalah yang terbaik untuk memulai segala pembicaraan". Imam Syafi'i balik bertanya: "Ya Amirul-Mu'minin, Kitabullah yang manakah yang anda tanyakan kepadaku, sebab Allah Swt telah menurunkan banyak Kitab Suci". Harun Al-Rasyid menjawab: "Baiklah, yang kami tanyakan ialah Kitabullah yang diturunkan kepada putra pamanku Muhammad saw" {Harun al-Rasyid, khalifah dari kaum Bani 'Abbas, karena itu ia menganggap Rasulu11ah sebagai saudara misannya). Imam Syafi'i menjawab: "Ilmu al-Qur'an itu jumlahnya banyak sekali. Apakah anda bertanya kepadaku mengenai bagian-bagiannya yang muhkam (ayat-ayat yang jelas maknanya) dan bagian-bagian yang mutasyabih (yang samar dan memerlukan penta'wilan), ataukah anda menanyakan bagian-bagiannya yang didahulukan dan dibelakangkan?, ataukah perihal nasikh dan mansukhnya (ayat-ayat yang mengesampingkan ayat-ayat lain dan ayat-ayat yang dikesampingkan)?, atau kah anda menanyakan soal....,-soal....., soal...... dan seterusnya24.

Sebagian para peneliti sejarah al-Qur'an25, istilah 'Ulumul-Qur'an, dalam arti keseluruhan baru muncul sebagian kenyataan yang jelas setelah muncu1nya kitab beljudul al-Burhan Fi'Ulumil-Qur'an (pembuktian Tentang llmu-llmu al-Qur'an) tulisan 'Ali bin Ibrahim bin Sa'id, yang terkenal dengan nama al-Hufi (wafat 430 H), terdiri dari 30 jilid. 15 jilid di antaranya masih tersimpan di dalarn Darul-Kutub, Kairo, di bawah nomor 59 Tafsir, dalam keadaan tidak teratur dan tidak urut Kitab tersebut mencakup beberapa bidang i1mu al-Qur'an, tetapi sebenarnya ia merupakan kitab Tafsir. Penulis kitab Kasyfudz-Dzunun mengatakan: "Di dalamnya disebut al-gharib (hal-hal yang aneh), al- i'rab (pramasastra) dan tafsir". Sebelumnya kami telah mengingatkan adanya beberapa kitab yang mempelajari berbagai soal al-Qur'an dengan nama yang jelas, yaitu 'ulumul-Qur'an. Menurut hemat kami, yang paling terdahulu muncul ialah kitab yang ditulis oleh Ibnul-Mirzaban pada abad ke-3 H.

Pada abad ke-6 H Ibnul-Jauzi (wafat 597 H) menulis dua buah kitab, satu diantaranya beljudul Fununul-Afnan Fi'Aja'ibi 'Ulumil Qur'an26. Kedua berjudul al-Mujtaba Fi'Ulumin Tata'allaqu Bil-Qur'an. Keduanya berupa naskah tulisan tangan masih tersimpan di dalam Darul-Kutub, Kairo.

Pada abad ke-7 H 'Ilmuddin as-Sakhawi (wafat 597 H) menulis kitab beljudul Jamalul-Qurra Wa Kamalul-Iqra27, dan Abu Syarnah (wafat 665 H) menulis kitab Al-Mursyidul-Wajiz Fi Ma Yata' allaqu Bil-Qur'anil-'Aziz.

22 .Lihat: al-ltqan n hal. 225-228,jenis ke-67 . Ditulis secara tersendiri oleh Al-'Allamah ibnul-Qayyim, dan oleh penulis zaman berikutnya yang bernama 'Abdul-Hamid Al-Farahi dengan kitabnya yang berjudul lm'an fi Aqsamil-Our'an.

23 . Lihat beberapa pandangan mengenai ilmu tersebut di dalam al-Itqan II hal. 222-225, jenis ke-66.

24 . Hal itu disebut oleh Imam Jalaluddin al-Bulqaini dalam kitabnya Mawaqi'il-'Ulum Min Mawaqi'in-Nujum. Lihat Manahilul-'Irfan I hal. 26.

25 . Ibid

26 . Naskah asli rertulisan tangan masih tersimpan di dalam Perpustakaan At- Timuriyyah, Kairo. dalam keadaan tidak lengkap. nomor 222 Tafsir.

27.Dari Kitab Kasyfudz-Dzunun dapat ditarik kesimpulan bahwa kitab Jamalul-Qurra Wa Kamalul-Iqra mencakup rerbagai bidang ilmu Qira'at, seperti: T ajwid. Waqaf (letak bacaan berhenti) dan ibtida (letak b~aan dimulai). nasihk dan mansukh.


Pada abad ke-8 H Badruddin az-Zarkasyi (wafat 794 H)28 menulis al-Burhan Fi "Ulumil-Qur'an. Profesor Muhammad Abul-Fadhl telah berjasa dalam usahanya menerbitkan kitab tesebut

Pada tahun ke-9 lebih banyak lagi orang menulis. Jalaluddin al-Bulqaini29 menulis Mawaqi'ul-'Ulum Min Mawaaqi'un-Nujum (Lihat al-Itqan, 1 hal 3). Muhammad bin Sulaiman al-Kafiyaji (wafat 879 H)30 menulis sebuah kitab yang disebut oleh as-Sayuthi dengan mengutip kata-kata penulisnya, bahwa ia mengatakan: "Belum pernah ada yang seperti itu"31. Tapi judul kitab tersebut tidak pemah sampai kepada kita. Kemudian as-Sayuthi (wafat 911 H) menulis at-Tahbir Fi'Ulumit-Tafsir" yang disusul dengan kitab lainnya al-Itqan Fi "Ulumil-Qur'an32.

Pada abad-abad berikutnya banyak ulama yang berminat menulis tentang al-Qur'an, sejarahnya dan ilmu-ilmu yang menjadi cakupannya. Syeikh Thahir al-Jaza'iri mengeluarkan buku berjudul "at-Tibyan Li Ba'dhil-Mabahitsi Al-Muta' alliqah Bil-Qur'an". Syeikh Muhammad Jamaluddin al-Qasimi membuat Mahasinut. Ta'wil. Syeikh Muhammad 'Abdul-'Adhim az-Zarqani menulis Manahilul 'Irfan Fi 'Ulumil-Qur'an. Syeikh Muhammad 'Ali Salamah menulis kitab berjudul Minhajul-Furqan Fi'Ulumil-Qur'an. Syeikh Thanthawi dengan bukunya yang terkenal al-Jawahir Fi Tafsiril-Qur'anil-Karim. Seorang sastrawan besar bernama Musthafa Shadiq ar-Rafi'i menulis I'jazul-Qur'an. Profesor Malik bin Nabi menulis adh-Dhahiratul-Qur'aniyyah, sebuah kitab yang dengan kuat dan benar membahas masalah wahyu. Sayyid Imam Muhammad Rasyid Ridha menulis Tafsirul-Qur'anil-Hakim yang mengandung banyak pembahasan mengenai berbagai jenis ilmu tentang al-Qur'an. Kemudian yang terakhir, Doktor Muhammad Abdullah Draz menulis kitab berjudul an-Naba'ul-'Adzim, berisi pandangan baru mengenai al-Qur'an33

28 . Imam Badruddin Muhammad bin 'Abdullah bin Bahadur az-Zarkasyih, termasuk jajaran ulama ahli tafsir dan ah1i ilmu ushuluddin. Lahir tahun 745 H, dan wafat 794 H (Lihat salinannya dan sumber salinan itu dalam Pendahuluan kitabnya yang berjudul al-Burhan Fi-'Ulumil-Qur'an, diterbitkan oleh Profesor Muhammad Abul-FadhlIbrahim dalam empat jilid.

29 . Abdurralunan bin Ruslan Abu1-Fadh1 Jalaluddin al-Bulqaini, seorang ulama yang cerdas ahli di bidang ilmu Fiqh, Ushuluddin. bahasa Arab, Tafsir, Ma'ani danBayan. la Ibham (Memahanri Hal-Hal Yang Samar Dalam Shahih Al-Bukhari). la berulangkali diangkat sebagai KetUa Mahkamah Islam di Mesir hingga wafatnya pada tahun 824 H. (Syadzaratudz-Dzahab, vn hal. 166).

30. Muhammad bin Sulaiman bin Sa'ad bin Mas'ud Muhyiddin Abu 'Abdullah al-Kafiyaji. Dialah yang menekuni sya'ir berakhiran huruf kaf sehingga ia terkenal dengan Kafiyaji. As-Sayuthi pernah magang dengan mengikutinya selama 14 tahun. Al-Kafiyajimenulis banyak kitab mengnai tafsir, Fiqh, Pokok-pokok Bahasa Arab dan Nahwu. Kitabnya yang tidak disebut judulnya dalam al-Itqan, ternyata dalam al-Bughyah disebut oleh Sayuthi berjudul at-Taisir Fi Qawa'i-djt-Tafsir. Sayuthi mengatakan, al-Kafiyaji berkata, ia menemukan i1mu tersebut sebagai hal yang belum pernah ada sebelumnya. Karenanya al-Kafiyaji tidak membatasi dirinya pada al-Burhan tulisan Zarkasyi dan tidak pula puas dengan Mawaaqi'ul-'Ulum karya Jalaluddin al-Bulqaini, la wafat tahun 879 H. (Lihat: Bughyatul-Wu'ah. halaman48).

31 . Dalam al-Itqan I hal. 3 as-Sayuthi mengatakan: "Aku melihatnya sebagai karangan yang halus, sebagai koleksi yang rapih, berurutan dan punya kesimpulan".

32. Kitab al-Itqan berulang kali dicetak di Kairo. Tulisan as-Sayuthi banyak bersandar pada al-Burhan Fi 'Ulumil-Qur'an karangan Zarkasyi. Bahkan banyak bagiannya yang dikutip. Adakalanya kutipan itU disebut sumbernya dan ada kalanya juga tidak. Lihat komentar Sayuthi tentang al_burhan dalam Pendahuluan kitabnya, al-Itqan I hal. 6-8.

33. Pada tahun-tahun terakhir juga bennunculan penelitian soal-soal al-Qur.an yang amat berguna dan bersifat memberi pengarahan secara umum mengenai agama Islam. Antara lain, kitab yang berjudul Nadzaraat Fil-Qur'an karangan al-Ustadz Muhammad al-Ghazali. Selain itu,ada juga kitab lain yang bersifat mengarahkan moral dan menonjolkan segi-segi etika di dalam ungkapan-ungkapan al-Qur,an. Kitab al-Manhalul-Khalid itu adalah karya rekan kami, Profesor Muhammad al-Mubarak, dosen Fakultas Ilmu Syari'at pada Universitas Damsyik./@cwi

selengkapnya...

Mengikuti Jejak Rasul

Sang bagaskara merangsek masuk lewat jendela kamar Fatma. Cerah. Fatma mendongak ke luar. Memandang langit dan membalas senyum sang bagaskara. “Alhamdulillah, hari yang indah!”. Kebahagiaannya bertambah tatkala melihat taman mawar di halaman samping kamarnya tengah merekah. Merah.

Tiba-tiba Fatma melihat ada titik hitam dari kejauhan. Semakin membesar dan semakin mendekat. Ternyata seekor burung. Berputar-putar di atas taman mawarnya dan akhirnya hinggap di jendela. Merpati. Ada yang tidak biasa dari seekor merpati itu. Fatma mengamatinya. Ada gelang kecil melingkar di kaki kanannya. Mata gelang itu sebuah lempeng aluminium dengan inisial : J.R.

J.R.? Fatma seakan tak percaya. Seekor merpati Delbar. Apakah ini Jose Rizal? Merpati milik Detektif M.Nur, sahabat Ikal dalam novel “Padang Bulan”? Mengapa dia sampai di sini? Tuk... tuk... tuk... J.R. mematuk sebuah gulungan yang diikat pada kaki kanannya. Fatma menangkap maksud burung cerdas itu. Fatma mengambil gulungan itu dan membukanya pelan-pelan. Penasaran.

Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jadilah seorang wanita sholihah
Dirinya dibalut rasa taqwa kepada Allah
Hatinya penuh penghayatan terhadap agama Allah
Hari-harinya haus dengan ibadah kepada Allah
Jiwanya dahaga mengharap ridho Allah
Sholatnya adalah bekal hidupnya
Tidak pernah gusar untuk berkata benar
Tidak pernah lesu untuk melawan nafsu
Jadilah seorang wanita shalihah
Tidak terpesona dengan buaian dunia
Selalu inginkan surga sebagai tempat terakhirnya
NB : Semoga berkenan. Tak ada pinta selain maaf atas kelancangan Jose Rizal mengganggu aktivitas pagi ini. Semoga dua kata maaf bisa diberikan pada kami. Satu buat saya, dan satunya lagi buat merpati tetangga saya, Jose Rizal.
Wassalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Fatma tertegun. Tak tahu siapa si pengirim. Hendak bertanya pada merpati berbadan gembul yang ternyata benar bernama Jose Rizal, pastinya tak akan ada jawaban langsung darinya. Jose hilir mudik di jendela kamarnya. Fatma paham, burung pintar ini tak akan beranjak pergi sebelum ada balasan surat darinya. Fatma pun menulis,

Wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih. Insya Allah saya maafkan. Akan tetapi, boleh saya tahu siapa Anda? Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh. Fatma

Fatma mengikat surat itu pada kaki kanan Jose Rizal. Setelah ia tahu tugasnya akan berlanjut, Jose terbang meninggi, Merpati itu melesat ke arah selatan, meninggalkan Fatma yang masih dibanjiri rasa penasaran. Sepuluh menit berlalu. Jose Rizal kembali. Saat itu Fatma tengah membaca novel terbaru karya Andrea Hirata, dwilogi “Padang Bulan”. Fatma sedikit kaget karena ada suara berisik di jendela kamarnya. Jose Rizal kembali membawa surat dari seseorang yang misterius itu.

Fatma meletakkan novel yang ia baca, Lantas ia beranjak menuju tempat Jose Rizal berdiri mematung. Fatma membelai bulu merpati Delbar itu dengan lembut. Jose tertunduk malu sambil mematuk-matuk kertas yang terikat rapi di kaki kanannya. Sepertinya ia merasa kelelahan. Fatma kembali mengambil surat itu kemudian membacanya. Mengernyit dahinya karena sang penulis misterius menyunting lirik lagunya Edcoustic, “Nantikanku di Batas Waktu”.

Di kedalaman hatiku
Tersembunyi harapan yang suci
Tak perlu engkau menyangsikan
Lewat kesalihanmu
Yang terukir menghiasi dirimu
Tak perlu dengan kata-kata..
Sungguh walau ku kelu
Tuk mengungkapkan perasaanku
Namun, penantianmu pada diriku...
Jangan salahkan!
Kalau memang kau pilihkan aku..
Tunggu sampai aku datang
Nanti kubawa kau pergi
Ke surga abadi
Kini sudah tiba saatnya
Aku membuktikan cintaku
Nantikanku di batas waktu

Wahai ukhti…
Berdirilah dalam yakin
Berteguhlah dalam hidup
Wahai ukhti hiasi diri…
Dengan dakwah tuk kejayaan Islam
Mari sama-sama berjuang
Menempuh keridhoan
Saya yakin, anti adalah potongan rusuk saya yang kini sudah saya temukan.
Sudah siapkah anti menjadi pendamping hidup saya?


Fatma kaget menerima surat itu. Aneh. Lalu ia pun membalasnya.


Komitmen kita terhadap dakwah ini terlihat dari hal-hal yang sederhana. Benar begitu, kan? Menikah di jalan dakwah menjadi salah satu bentuk komitmen kita di jalan ini. Semua inginkan keberkahan dalam menjalaninya. Oleh sebab itu, dalam menjalaninya kita harus ekstra hati-hati. Tahapan itu dimulai saat kita bertekad untuk terus ada dalam tahap-tahap meluruskan niat di setiap proses menuju sunah yang bersejarah bernama PERNIKAHAN. Karena kita telah mendeklarasikan diri menjadi da’i, tak salah kan jika orang ingin selalu membuktikan komitmen kita di setiap langkah dan sikap kita? Pernikahan adalah salah satu ujian komitmen bagi seorang da’i apakah ia mengikuti keinginan hatinya semata atau benar-benar menjadikannya sebagai sunah Rosul yang suci? Proses itu menentukan keberkahan, baik sebelum saat, dan setelah menikah. Afwan, Fatma”


Jose kembali mengirim surat balasan pada seseorang yang misterius itu.
Sejenak kemudian ia kembali. Sepertinya ia sudah agak letih mondar-mandir.

“Saya paham ukhti.. saya akan datang menemui wali anti! Saya akan membuktikan komitmen saya.”

Fatma masih penasaran dibuatnya. Siapa? Ia kembali menegakkan pena dan menuliskan deretan huruf di kertas putih yang dipegangnya.

“Hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah.”
Jose Rizal terbang. Sepuluh menit. Dua puluh menit. Satu jam... Sampai Fatma menyelesaikan dwilogi novel “Padang Bulan”-nya, Jose tidak kembali. Sudahlah...Meski masih didera kebingungan, Fatma mulai bisa menguasai dirinya dan bersikap biasa. Ia pun menyemangati dirinya. Sabarlah menanti, Pendamping hidup itu akan datang sesuai dengan iman di hati.
***

Allahu Akbar... Allahu Akbar!!! Fatma terbangun. Kaget mendengar bunyi alarm adzan dari ponselnya! Ternyata ia baru saja bermimpi bertemu Jose Rizal yang mengantar surat misterius untuknya. Ternyata hanya MIMPI!!! Ternyata semalam ia tertidur saat membaca novel “Padang Bulan”-nya Andrea Hirata. Terbata-bata ia membaca doa dan istighfar sebanyak-banyaknya! Masih pukul 03.00 dini hari. Ia beranjak mengambil wudhu lantas sholat tahajud. Ia pun khusyuk dalam doa...

Wahai Pemilik Hati ini…
Izinkan hamba menjadi sekuntum mawar
Dihias dengan kelopak akhlak mulia
Harum mewangi berhias ilmu agama
Kecantikan diri karena iman dan taqwa
Ya Rabbul Izzati
Izinkan hamba menjadi setegar mawar berduri
Tak mudah tergoda rayuan duniawi
Layakkan hamba menjadi shalihah
Permata untuk pasangan sejati

Subuh pun menjelang. Fatma segera bergegas menunaikan shalat Subuh. Setelah itu, ia membaca tilawah dan Al Ma’tsurat. Sekitar pukul 05.00, ia menyalakan notebook merahnya lalu menulis! Fajar menyingsing. Fatma masih asyik merangkai kata. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara di samping kamarnya. Brakk!!! Sebuah benda keras menabrak kaca jendelanya. Fatma melangkah ke jendela kamarnya, tak lama kemudian ia tertegun memandang seekor merpati terbaring di dekat jendela. Pingsan. Ia mengamatinya. Kaget. Ada tulisan J.R. di gelang kecil yang melingkari kaki kanannya. Jose Rizal???
***

Aisya Avicenna

Sumber inspirasi :
-Dwilogi “Padang Bulan” Andrea Hirata (Sebuah apresiasi untuk Andrea Hirata)

Keterangan:
Anti : kamu (panggilan untuk muslimah dalam bahasa Arab
Akhwat : perempuan
Ukhti : sapaan untuk muslimah
/@cwi

selengkapnya...

Menguak tabir evolusi Manusia kerdil

Sejak akhir Oktober 2004, nama Liang Bua di Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, mencuat hingga pelosok dunia. Pendohngkraknya ialah temuan sepktakuler kerangka atau fosil manusia kerdil atau 'hobbit di Goa Lian Bua yg diumumkan di Sydney, Australia, 28 Oktober 2004.
temuan itu adalah hasil kerja keras sebuah tim ahli gabungan dari Indonesia dan Australia. Meski hingga sekarang masih dalam polemik panjang karena hasil penelitian diumumkan secara sepihak oleh peneliti Australia. Para ahli mencatat temuan tersebut sebagai pembuka tabir evolusi manusia Indonesia, khususnya manusia Flores.


Adalah tim ahli dari University Of New England, Australia, pimpinan Mike More yg bergabung dengan tim dari Pusat penelitian Arkaelogi Nasional (Puslit Arkenas) pimpiman RP Soejono. Tim gabungan ini sekitar September 2003 melakukan serangkaian ekskavasi di Lian Bua.
Seperti dilaporkan, fosil manusia kerdil dari Goa Bua tersebut berjenis kelamin perempuan dan berusia sekitar 30 tahun. Juga disebutkan tingginya 1 meter, sudah berjalan tegak dan diperkirakan meninggal sekitar 18.000 tahun lalu.
Dr. Harry Widianto, peneliti pada Balai Arkaeolog Yogyakarta, mengumumkan penemuan fosil manusi Flores di Goa Bua itu telah memunculkan kisah aktual tentang evolusi manusia dari kurun waktu 18.000-30.000 tahun silam. Juga teridentifikasi sbg spesies baru dalam garis evolusi manusia.
Dikatakan, evolusi manusia Indonesia sejauh ini tidak terpisahkan dari konteks hystoris Pulau Jawa. Sebagai bagian dari "dunia lama," pulau jawa telah demikian terkenal dimata dunia terkait berbagai penemuan penting dibidang 'paleoantropologi.
Pragmen fosil manusia purba 'Pithecanthropus erectus yg ditemukan oleh Eugene Dubois pada endapan purba Bengawan Solo di Trinil, Jawa Timur, akhir abad ke-19, atau tepatnya tahu 1891. Temuan tersebut menggemparkan dunia saat itu karena dianggap penemuan 'missing-link (mata rantai terputus), bagian dari reaksi ilmiah atas teori evokusi Charles R Darwin.
Menyusul temuan fosil manusia kerdil di Liang Bua, Bumi Florespun agaknya merupakan jawaban yg sangat menjanjikan karena temuan mungkin merupakan salah satu penerang dalam proser Evolutif dari 'homo erectus ke 'homo sapiens di Indonesia.
Pasalnya, fosil manusi Flores dilaporkan mempunyai dua arti penting. pertama, gambaran tentang ciri-ciri 'homo erectus (manusia berdiri tegak) dan 'homo sapiens (manusia modern) pada individu yg sama. Kedua, masa hidupnya berasal dari kurun 18.000-30.000 tahun silam, sebuah kurun yg merupakan masa setelah berakhirnya era 'homo erectus di Indonesia (kompas, 5/11/04).

Dimana persisnya Lian Bua yg menghentakan dunia itu? Liang Bua adalah sebuah Goa pada dinding lereng bukit kapur di kampung teras, Desa Liang Bua. Kawasan yg struktur tanahnya dilapisi gamping itu masuk wilayah Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai. Lokasi persisnya sekitar 25 km sebelah Ruteng, Kota Kabupaten Manggarai.
Lian Bua yg berarti 'goa dingin belakangan memang diandalkan sebagai objek wisata. Selain memang merupakan goa 'prasejarah. Juga berhiaskan stalaktit dan stalagmit yg terbentuk secara alamiah melalui proses yg sangat panjang sehingga menjadi hiasan yg khas.
Menyebut Liang Bua agaknya tidak bisa dipisahkan dari kisah pengabdian Pastor Th Verhoeven SVD, tahun 1950-an. Dengan tugas utama sebagai pengajar di Seminari Mataloko di Kabupaten Ngada, Verhoeven selepas perang tahun 1946-1949 pernah menjadikan Goa Liang Bua sebagai lokasi Sekolah. Kebetulan area goa cukup luas, sekitar 50 x 40 x 25 meter (panjang, lebar, tinggi).
Liang Bua awalnya dikenal sebagai tempat selolah bagi masyarakat sekitar, atas jasa pastor Varhoeven. Ketika kegiatan sekolah berlangsung, pastor asal Belanda yg ahli bahasa Yunani dan Latin Kuno itu suatu saat bersama para muridnya menemukan tanda-tanda dan benda-benda aneh.
Varhoeven kemudian masuk lebih ke dalam gua dan secara acak menggali di sejumlah titik. Penggalian itu berhasil menemukan benda peninggalan seperti gerabah, bantuan alat kerja masa lalu. Makin penasaran, varhoeven masuk lebih dalam lg, dan hasilnya makin mengejutkan. Ditemukan alat dari batu, kerang, tulang, periuk utuh, rangka manusia, dan pecahan gerabah.
Verhoeven kemudian melaporkan temuannya itu ke Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional di Jakarta. Selanjutnya para arkaeolog dari Puslit Arkkenas sejak tahu 1976 mulai meneliti tentang adanya kehidupan manusia purba di Liang Bua. Penelitian itu antara lain dilakukan oleh Tim pimpinan Prof Dr Raden Panji Soejono.

Dilaporkan, penelitian itu berhasil dg penemuan spektakuler berupa tengkorak manusia dan kerangka tubuh manusia dewasa. Juga ditemukan kuburan tubuh manusia purba lengkap dg bekal kuburnya yg masih relatif utuh. Temuan lainnya adalah lapisan budaya berupa artefak yg diyakini sebagai sisa pendukung keberadaan manusia purba di Liang Bua./@cwi (Kompas, 30/10/04)

selengkapnya...

Zubair bin Awwam Sang Pembela Rosululloh

Setiap kali nama Thalhah disebut, nama Zubair juga disebut. Dan setiap kali disebut nama Zubair, nama Thalhah pun pasti disebut.

Sewaktu Rasulullah SAW mempersaudarakan para sahabatnya di Makkah sebelum hijrah, beliau mempersaudarakan Thalhah dengan Zubair. Sudah sejak lama Nabi SAW bersabda tentang keduanya secara bersamaan, seperti sabda beliau, “Thalhah dan Zubair adalah tetanggaku di surga.”
Keduanya masih kerabat Rasulullah. Thalhah masih keturunan kakek buyut Rasulullah yang bernama Murrah bin Ka’ab, sedangkan Zubair masih keturunan kakek buyut Rasulullah yang bernama Qusai bin Kilab. Shafiyah, ibu Zaubair, juga bibi Rasulullah.
Thalhah dan Zubair mempunyai banyak kesamaan dalam menjalani roda kehidupan. Masa remaja, kekayaan, kedermawanan, keteguhan dalam beragama dan keberanian mereka hampir sama. Keduanya termasuk orang-orang yang masuk Islam di masa-masa awal, dan termasuk sepuluh orang yang dikabarkan oleh Rasul masuk surga, termasuk enam orang yang diamanahi Khalifah Umar untuk memilih khalifah pengganti. Bahkan, hingga saat kematian keduanya sama persis.
Seperti yang telah kita sebutkan, Zubair termasuk orang-orang yang masuk Islam di masa-masa awal, karena ia termasuk tujuh orang pertama yang masuk Islam, dan sebagai perintis perjuangan di rumah Arqam. Usianya waktu itu baru 15 tahun. Ia telah diebri petunjuk, cahaya, dan kebaikan saat remaja.
Ia ahli menunggang kuda dan memiliki keberanian, sejak kecil. Bahkan, ahli sejarah menyebutkan bahwa pedang pertama yang dihunuskan untuk membela Islam adalah pedang Zubair bin Awwam.
Di masa-masa awal, saat jumlah kaum muslimin masih sedikit dan masih bermarkas di rumah Arqam, terdengar berita bahwa Rasulullah terbunuh. Zubair langsung menghunus pedang lalu berkeliling kota Makkah laksana tiupan angin kencang, padahal usianya masih muda belia.
Yang pertama kali dilakukannya adalah mengecek kebenaran berita tersebut. Seandainya berita itu benar, ia bertekad menggunakan pedangnya untuk memenggal semua kepala orang-orang kafir Quraisy atau ia sendiri yang gugur.
Di satu tempat, di bagian kota Makkah yang agak tinggi, ia bertemu Rasulullah. Rasulullah menanyakan maksudnya. Ia menceritakan berita yang ia dengar dan menceritakan tekadnya. Maka, beliau berdoa agar Zubair selalu diberi kebaikan dan pedangnya selalu diberi kemenangan.
Sekalipun Zubair seorang bangsawan terpandang, namun ia juga merasakan penyiksaan Quraisy. Orang yang disuruh menyiksanya adalah pamannya sendiri. Ia pernah diikat dan dibungkus tikar lalu diasapi hingga kesulitan bernapas. Di saat itulah sang paman berkata, “Larilah dari Tuhan Muhammad, akan kubebaskan kamu dari siksa ini.”
Meskipun masih muda belia, Zubair menjawab dengan tegas, “Tidak! Demi Allah, aku tidak akan kembali kepada kekafiran untuk selama-lamanya.”
Zubair ikut dalam perjalanan hijrah ke Habasyah dua kali. Kemudian ia kembali, untuk mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah, hingga tidak satu pun peperangan yang tidak ia ikuti.
Banyaknya bekas luka pedang dan tombak di tubuhnya adalah bukti keberanian dan kepahlawanannya.
Marilah kita dengarkan cerita seorang rekannya yang melihat bekas luka yang hampir memenuhi sekujur tubuhnya.
“Aku pernah bersama Zubair bin Awwam dalam satu perjalanan dan aku melihat tubuhnya. Ada banyak bekas sabetan pedang. Di dadanya ada beberapa lubang bekas tusukan tombak dan anak panah. Aku berkata kepadanya, ‘Demi Allah, yang kulihat ditubuhmu belum pernah kulihat di tubuh orang lain.’ Ia menjawab, “Demi Allah, semua luka-luka ini kudapat bersama Rasulullah dalam peperangan membela agama Allah.”
Seusai Perang Uhud, dan pasukan Quraisy sedang dalam perjalanan pulang ke Makkah, Zubair dan Abu Bakar diperintahkan Rasulullah memimpin kaum muslimin mengejar mereka agar mereka menganggap kaum muslimin masih mempunyai kekuatan, sehingga mereka tidak berpikir untuk menyerbu Madinah.
Abu Bakar dan Zubair membawa 70 tentara muslim. Sekalipun Abu Bakar dan Zubair sebenarnya sedang mengikuti satu pasukan yang menang perang dan berjumlah jauh lebih besar, namun kecerdikan dan siasat yang dipergunakan keduanya berhasil mengecoh mereka. Mereka menyangka bahwa pasukan yang dipimpin Abu Bakar dan Zubair adalah pasukan perintis dan di belakang pasukan ini masih ada pasukan yang jauh lebih besar. Tentu saja ini membuat mereka takut. Mereka pun mempercepat langkah menuju Makkah.
Di perang Yarmuk, Zubair memerankan satu pasukan tersendiri. Ketika banyak prajuritnya yang lari ketakutan melihat jumlah pasukan Romawi yang begitu banyak, ia berteriak, “Allaahu Akbar”, lalu menyerbu pasukan Romawi sendirian dengan pedangnya.
Ia sangat rindu untuk syahid. Ia berkata, “Thalhah bin Ubaidillah memberi nama anak-anaknya dengan nama nabi-nabi padahal tidak ada nabi setelah Muhammad SAW. Karena itu, aku memberi nama anak-anakku dengan nama para syuhada dengan harapan mereka syahid.”
Ada yang diberi nama Abdullah dari nama Abdullah bin Jahsy. Ada yang diberi nama Mundzir dari nama Mundzir bin Amru. Ada yang diberi nama Urwah dari nama Urwah bin Amru. Ada yang diberi nama Hamzah dari nama Hamzah bin Abdul Muthalib. Ada yang diberi nama Ja’far dari nama Ja’far bin Abi Thalib. Ada yang diberi nama Mushab dari nama Mushab bin Umair. Ada yang diberi nama Khalid dari nama Khalid bin Sa’id. Seperti itulah, semua anaknya diberi nama dengan nama-nama para syuhada dengan harapan bisa syahid seperti mereka.
Disebutkan dalam buku sejarah, “Zubair tidak pernah menjadi bupati atau gubernur. Tidak pernah menjadi petugas penarik pajak atau cukai. Ia tidak pernah menduduki jabatan kecuali sebagai pejuang perang membela agama Allah.”

Ia sangat percaya dengan kemampuannya di medan perang dan itulah kelebihannya. Meskipun pasukannya berjumlah 100 ribu prajurit, namun ia seakan-akan sendirian di arena pertempuran. Seakan-akan dia sendiri yang memikul tanggung jawab perang.
Keteguhan hati di medan perang dan kecerdasannya dalam mengatur siasat perang adalah keistimewaannya.

Ia melihat gugurnya sang paman, yaitu Hamzah, di Perang Uhud, di Perang Uhud. Ia juga melihat bagaimana tubuh pamannya dicabik-cabik oleh pasukan kafir. Ia berdiri dekat jenazah sang paman. Gigi-giginya terdengar gemeretak dan genggaman pedangnya semakin erat. Hanya satu yang dipikirkannya, yaitu balas dendam. Akan tetapi, wahyu segera turun melarang kaum muslimin melakukan balas dendam.
***

Ketika pengepungan terhadap bani Quraidzah sudah berjalan lama tanpa membawa hasil, Rasulullah menugaskan Zubair dan Ali bin Abi Thalib. Keduanya berdiri di depan benteng musuh yang kuat dan berkata, “Demi Allah, mari kita rasakan apa yang dirasakan hamzah. Atau, akan kita buka benteng mereka.” Keduanya melompat ke dalam benteng. Dengan kecerdasannya, ia berhasil membuat takut orang-orang yang berada dalam benteng dan berhasil membuka pintu benteng sehingga pasukan Islam berhamburan menyerbu ke dalam benteng.
***

Di perang hunain, suku Hawazin yang dipimpin Malik bin Auf menderita kekalahan yang memalukan. Tidak bisa menerima kekalahan yang diderita, Malik beserta beberapa prajuritnya bersembunyi di sebuah tempat, mengintai pasukan Islam, dan bermaksud membunuh para panglima Islam. Ketika Zubair mengetahui kelicikan Malik, ia langsung menyerang mereka seorang diri dan berhasil mengobrak-abrik mereka.

Rasulullah sangat sayang kepada Zubair. Beliau bahkan pernah menyatakan kebanggaannya atas perjuangan Zubair. “Setiap nabi mempunyai pembela dan pembelaku adalah Zubair bin Awwam.”

Bukan karena sebagai saudara sepupu dan suami dari Asma binti Abu Bakar yang bergelar “Dzatun Niqatain” (memiliki dua selendang), melainkan karena pengabdiannya yang luar biasa, keberaniannya yang tiada dua, kepemurahannya yang tidak terkira, dan pengorbanan diri serta hartanya untuk Allah, Tuhan alam semesta.

Sungguh tepat apa yang dikatakan Hasan bin Tsabit ketika melukiskan sifat-sifatnya.
Janjinya kepada Nabi selalu ia tepati
Atas petunjuk Nabi ia berbakti
Dialah sang pembela sejati
Kata dan perbuatannya bagai merpati

Di jalan Nabi, ia berjalan
Bela kebenaran sebagai tujuan

Jika api peperangan sudah menyala
Dialah penunggang kuda tiada dua
Dialah pejuang tak kenal menyerah

Dengan Rasul, masih keluarga
Terhadap Islam, selalu membela

Pedangnya selalu siaga
Kala Rasul dihadang bahaya
Dan Allah tidak ingkar pada janji-Nya
Memberi pahala tiada terkira
***

Ia seorang yang bebrudi tinggi dan berakhlak mulia. Keberanian dan kepemurahannya bagai dua kuda yang digadaikan.

Ia seorang pebisnis sukses. Harta kekayaannya melimpah ruah. Semuanya ia dermakan untuk kepentingan Islam hingga saat mati mempunyai utang.

Kedermawanan, keberanian, dan pengorbanannya bersumber dari sikap tawakalnya yang sempurna kepada Allah. Karena dermawannya, sampai-sampai ia rela mendermakan nyawanya u. Islam.

Sebelum meninggal, ia berpesan kepada anaknya untuk melunasi utang-utangnya, “Jika kamu tidak mampu melunasinya, mintalah kepada pelindungku.”
Sang anak bertanya, “Siapa pelindung yang ayah maksud?”
Zubair menajwab, “Allah! Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”

Di kemudian hari, sang anak bercerita, “Demi Allah, setiap kali aku kesulitan membayar utangnya, aku berkata, ‘Wahai Pelindung Zubair, lunasilah utangnya.’ Maka Allah melunasi utangnya.”

Di perang Jamal, seperti yang tersebut dalam kisah Thalhah, perjalanan hidup Zubair berakhir.

Setelah ia mengetahui duduk permasalahannya, lalu meninggalkan peperangan, ia dikuntit oleh sejumlah orang yang menginginkan perang tetap berkecamuk. Ketika Zubair sedang melaksanakan shalat, mereka menikam Zubair.

Setelah itu, si pembunuh pergi menghadap Khalifah Ali, mengabarkan bahwa ia telah membunuh Zubair. Ia berharap kabar itu menyenangkan hati Ali karena yang ia tahu, Ali memusuhi Zubair.

Ketika Ali mengetahui ada pembunuh Zubair yang hendak menemuinya, ia langsung berseru, “Katakanlah kepada pembunuh Zubair putra Shafiah bahwa orang yang membunuh Zubair tempatnya di neraka.”

Ketika pedang Zubair ditunjukkan kepada Ali, ia menciumnya. Lalu ia menangis dan berkata, “Demi Allah, sekian lama pedang ini melindungi Nabi dari marabahaya.”

***
Adakah kata yang lebih indah dari kata-kata Khalifah Ali untuk melepas kepergian Zubair?
Salam sejahtera untukmu, wahai Zubair, di alam kematian.
Beribu salam sejahtera untukmu, wahai pembela Rasulullah. [sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW]
/@cwi

selengkapnya...

Alih Salur

“Pasukan yang tidak punya tugas,” kata para pujangga klasik, “Sangat potensial membuat kegaduhan.”

Begitulah secarik ungkapan indah yang menggambarkan tentang keniscayaan sebuah pasukan yang di dalamnya berhimpun banyak sumberdaya. Sumberdaya pasukan itu pada dasarnya terdiri dari dua elemen utama, yakni pemimpin dan prajurit. Pemimpin, dalam konsep ini, dapat berdiri secara individual ataupun kolektif. Sedangkan prajurit pada umumnya merupakan kumpulan individu yang membentuk kesatuan kolektif. Pemimpin adalah pengambil keputusan strategis untuk mencapai tujuan pasukan, dan prajurit adalah pelaksana teknis dari keputusan strategis yang diputuskan oleh sang pemimpin tersebut.

Pasukan memiliki potensi gerak yang sangat luar biasa dikarenakan oleh kesatuan tujuan dan kolektifitas sumberdaya yang ada di dalamnya. Sumberdaya potensial ini adalah kekuatan besar yang seyogyanya dimanfaat oleh pemimpin pasukan dengan sebaikbaiknya. Jika potensi kekuatan itu tidak didayaupayakan seoptimal mungkin, maka akan terjadi kemudharatan yang timbul, minimal adalah pencapaian maslahat yang tidak sempurna. Jadi, sumberdaya dalam sebuah pasukan adalah pisau belati bermata dua. Bisa menyayat lawan, atau malah membisat diri sendiri. Terlebih lagi dalam pasukan yang sumberdaya kolektifnya besar.

Karena itu, konsep pasukan yang efektif adalah adanya pemimpin yang ikhlas dan prajurit yang taat. Konsep ini membawa pasukan pada tujuan yang hendak dicapainya dengan kelempangan jalan dan kemulusan jejak langkah. Akan tetapi, menumbuhkan keikhalasan pada pemimpin dan ketaatan dalam diri prajurit ini secara berkesinambungan bukanlah perkara yang mudah. Layaknya iman, konsep ikhlas dan taat senantiasa berubahubah sesuai dengan keyakinan dan ketersambungan jiwa dari masingmasing elemen pasukan itu secara vertikal pada Allah dan pemahaman mereka terhadap disiplin ilmu yang menaunginya.

Syaikh Muhammad Ahmad Rasyid dalam Al Awa’iq memaparkan bahwa kepemimpinan harus benarbenar menumbuhkan iklim amal bagi anggotanya sejak awal, sesuai perkembangan kemampuan mereka, pertumbuhan cita-cita mereka, dan keluasan wawasan mereka. Jika iklim keberamalan ini tidak tercipta, maka anggota yang potensinya tidak tersalurkan pada deru langkah kebaikan pasti akan menhabiskan potensinya pada hal yang tidak baik. Atau bahkan menghancurkan pasukan dan sang pemimpin sendiri!

Potensi pasukan yang tidak tersalurkan akan memberikan tekanan yang kuat dan sewaktu waktu bisa meledak. Lantas menimbulkan fitnah di kalangan pasukan. Yang ujungnya adalah ketidakterkendalian yang menghancurkan pasukan.

“Siapapun pemimpin yang mengurusi kaum muslimin,” kata Rasulullah dalam Shahih Muslim, “Kemudian tidak berupaya keras untuk kemaslahatan mereka dan tidak pula menasihati mereka, maka ia tidak akan masuk surga bersama mereka.”

Karena itulah, seorang khalifah zahid yang mendapatkan petunjuk Allah, Umar bin Abdul Aziz, yang menyadari pentingnya hal tersebut, dalam pemerintahannya sangat menekankan pemberantasan dua penyakit utama masyarakat: kekosongan waktu dan cinta kekuasaan.

Umar yang hatinya dipenuhi cahaya sangat menyadari akan bahaya kekosongan waktu bagi masyarakat. Kekosongan waktu tanpa pekerjaan dan amalan akan memberikan efek yang buruk dari tidak tersalurkannya potensi masyarakat. Oleh karena itu, Umar menciptakan program pembangunan fisik yang baik dan kegiatan lain yang akan menghindarkan anggota masyarakat dari halhal negatif. Ia juga banyak memberikan kegiatan ruhani dan penyucian jiwa hingga mampu menggerakkan denyut nadi penyempurnaan kemanusiaan.

Dalam pidato perdananya sebagai khalifah, Umar bin Abdul Aziz menyebutkan berbagai kerusakan dan penyakit jiwa. Ia juga menyebutkan terapi penyembuhan dari berbagai penyakit jiwa tersebut. Ia juga mengingatkan masyarakatnya tentang kesadaran kematian, pengharapan akan nikmat Allah, dan takut pada adzab Allah. Selanjutnya ia mengundang kaum Khawarij yang selama ini memisahkan diri dari masyarakat umum agar turut bermasyarakat dalam jamaah muslimin. Hal ini mendorong masyarakat pada masa itu benarbenar berada dalam iklim kerja atau amal. Baik kerja duniawi maupun ukhrawi.

Terhadap anggota masyarakat yang cinta kekuasaan, ia mengingatkan mereka secara terusmenerus dalam kata dan realita untuk berlaku uhud terhadap jabatan. Menurutnya, zuhud terhadap jabatan lebih penting daripada zuhud pada harta. Sejarah masa lalu telah membuktikan munculnya berbagai fitnah karena cinta kekuasaan ini. Ia menasihati semua orang yang berambisi pada kekuasaan hingga mematikan rasa cinta mereka kepadanya.

Al Qur’an mengisyaratkan bahwa potensi pasukan yang tidak tersalurkan akan menjadi salah satu jalan azab. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah saat menafsirkan ayat ke-39 dalam Surat At Taubah yang berbunyi, “Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih. Dan digantiNya kamu dengan kaum yang lain,” mengatakan bahwa kadangkala siksaan datang dari Allah, dan kadangkala dari tangan manusia.

“Apabila manusia meninggalkan jihad fi sabilillah,” lanjutnya dalam Majmu’ Fatawa, “Maka bisa jadi Allah akan menguji manusia dengan cara menimpakan permusuhan sesama mereka sehingga terjadilah kekacauan di tengah kehidupan mereka sebagaimana kenyataan yang sering kita lihat. Sebenarnya, apabila umat telah sibuk berjihad fi sabilillah, maka Allah akan mempersatukan hati mereka dan menjadikan potensi kekerasan yang ada pada mereka terarah kepada musuh mereka dan musuh Allah. Akan tetapi, bila mereka tidak mau berjuang di jalan Allah, maka Allah akan mengadzab mereka dengan cara membuat mereka berpecah belah, sehingga mereka saling bermusuhan.”

Maka, tidaklah mengherankan saat Rasulullah, dalam Peristiwa Perang Bani Musthaliq, memutuskan bersegera memberangkatkan pasukannya saat mulai muncul tandatanda permusuhan diantara sesama anggota pasukannya karena diprovokasi dedengkot kaum munafikin, Abdullah bin Ubay.

Abdullah bin Ubay mengatakan, “Demi Allah, jika kita telah sampai di Madinah, orang yang mulia pasti akan mengusir kaum yang hina.”

Umar bin Khathab yang mendengar kabar itu pun berang. “Wahai Rasulullah, perintahkan saja Ibbad bin Bisyir untuk membunuhnya!”

“Wahai Umar,” kata Rasulullah, “Bagaimana jika orang orang berbicara bahwa Muhammad telah membunuh sahabatnya? Tidak.”

Saat itu pasukan Islam diperintahkan sesegera mungkin berangkat, meskipun bukan di waktu yang umum untuk melakukan perjalanan. Tujuannya agar mereka tidak terlibat dalam pembicaraan yang menghancurkan mental karena adanya kekosongan waktu yang ada.

Pada hari itu, sebagaimana tercantum dalam Fiqhus Sirah, Rasulullah dan pasukannya meneruskan perjalanan sampai keesokan harinya. Esok harinya, ketika mereka berhenti di suatu tempat, tidak seorang pun yang dapat menahan rasa kantuknya. Semua tertidur di tanah. Rasulullah sengaja melakukan hal ini, mengajak berjalan sehari semalam, agar orang orang melupakan ucapan yang telah diucapkan oleh Abdullah bin Ubay. Pada peristiwa ini muncul pula hukum tentang keterlambatan shalat subuh karena bangun kesiangan.

Rasulullah mengalihkan potensi keburukan pasukannya dengan mengejawantahkannya pada langkah kebaikan secara nyata, menyalurkannya pada kerja fisik. Dan hasilnya, perpecahan di internal pasukan Islam itu dapat dihilangkan, fitnah dapat disingkirkan, persatuan dapat dipertahankan, dan hikmah dapat dipetikkan, meski kelelahan merajai fisik pasukan...

Penulis : Shabra Syatila
/@cwi

selengkapnya...

Islam dalam Menghadapi Kezhaliman dan Tirani

Bismillah, shalawat dan salam atas Rasulullah saw dan orang-orang yang mendukungnya.. waba’du..

Adalah merupakan sunnatullha kehidupan umat Islam senantiasa berhadapan dengan umat yang ingkar kepada Allah dan angkuh terhadap syariat Allah, seperti menimbang-nimbang fatwa jika ada yang lebih kuat maka yang lainnya dikalahkan dan disingkirkan, jika umat Islam mau jujur dihadapan Allah dan sempurna dalam menunaikan manhaj dan syariat Allah, niscaya Allah akan memberikan berbagai sebab kemenangan, imunitas (kekebalan) dan kemuliaan..

بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ
“Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, Maka dengan serta merta yang batil itu lenyap”. (Al-Anbiya:18)

Namun jika umat menyia-nyiakan syariat dan hukum-hukum Allah, sehingga kemungkaran menyebar ditengah mereka dan hilang amar ma’ruf di tengah mereka, maka akan merajalela pula kezhaliman, kerusakan dan kekejaman atas yang lainnya dengan bentuk kezhaliman, kekerasan dan penghinaan yang beragam.

Jika banyak dari umat Islam yang marah – dan mereka mempunyai hak untuk itu – untuk meluruskan beberapa penyimpangan seperti ancaman pembakaran mushaf, yang harus mereka sadari adalah bahwa ketika mereka menyimpang dari syariat Allah dan ajaran-ajaran-Nya dan menyebar tindak kezhaliman di tengah mereka, maka merekapun akan tertimpa kehinaan dan cinta dunia yang berlebihan, sungguh benar sabda Nabi saw dalam haditsnya:

وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
“Sungguh Allah akan mencabut dari dada musuh-musuh kalian rasa takut dan kewibawaan dari kalian, dan akan menimpa dalam diri kalian al-wahn, mereka (para sahabat) berkata: apa yang dimaksud dengan Al-wahn ya Rasululah: beliau bersabda: cinta dunia dan takut mati”. (Abu Daud)

Kehancuran suatu bangsa karena kezhaliman dan tirani
Kezhaliman itu ada dua:
1. Kezhaliman manusia terhadap dirinya sendiri berupa kefasikan, kejahatan, dan keluar dari taat kepada Allh, serta saling menzhalimi diantara mereka,
2. Kezhaliman pemerintah (penguasa) terhadap bangsa dan rakyat mereka sendiri, seperti mengabaikan hak-hak mereka, menghilangkan hak asasi dan jati diri mereka, sehingga menjadikan mereka lemah dan tidak layak untuk bertahan hidup dan pada akhirnya memudahkan musuh untuk mengalahkannya dan memperbudaknya. Sungguh benar firman Allah SWT:

وَكَمْ قَصَمْنَا مِنْ قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً وَأَنْشَأْنَا بَعْدَهَا قَوْمًا آخَرِينَ
“Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang zalim yang teIah Kami binasakan, dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang lain (sebagai penggantinya)”. (Al-Anbiya:11)

Bahwa suatu negara bisa eksis dengan keadilannya walau pemerintahannya kufur, sementara kebalikannya negara tidak akan eksis selama melakukan kezhaliman walaupun pemerintahannya muslim, karena itu bukanlah sunnatullah kehancuran suatu bangsa (negara) hanya karena kekufurannya saja, namun jika telah menyatu kekufuran dan kezhaliman pemerintahnya terhadap rakyatnya dan setiap anak bangsanya juga saling menzhalimi diantara mereka. Allah berfirman:

وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan”. (Huud:117)

Dan diantara pengaruh suatu kezhaliman adalah hancurnya perekonomian dan kemakmuran suatu negeri sementara banyak manusia yang zuhud dari kerja dan melakukan produktivitas, sebagaimana mereka juga berusaha untuk lari dan keluar darinya; dan dengan demikian negara menjadi lemah ketika berada dihadapan musuh-musuhnya sekalipun pemerintahannya tetap eksis dihadapan rakyatnya yang lemah dan terzhalimi. Allah berfirman:

فَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَشِيدٍ
“Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam Keadaan zalim, Maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi”. (Al-Hajj:45)

Dari logika kelemahan menuju kemuliaan diri
Telah tampak berbagai kegagalan rezim negara-negara Arab dan negara-negara Islam dalam membangkitkan bangsanya oleh karena mereka masih tetap berada dalam subordinasi (mengekor) dan menerapkan pemerintahan al-wahn, sehingga sering mengeluarkan kebijakan yang berlawanan dengan kemaslahatan umat, dan jika menginginkan obat maka sering terjadi kekeliruan dalam memberikannya dan menderita penyakit yang berakibat pada kelemahan mental. Maka dari itu, tanah Arab dan bumi Islam saat ini menderita banyak masalah, karena keinginannya telah sirna, lalu rela berada ditangan musuhnya seperti Zionis dan antek-anteknya, mereka telah lupa atau pura-pura lupa bahwa musuh merek yang sebenarnya dan nyata adalah yang diperankan oleh Zionis, dan akhirnya -pemerintah yang mengekor- mengarahkan senjatanya untuk rakyatnya sendiri hanya untuk mendapat restu dari Zionis ini, tidak berusaha mewujudkan persatuan bangsa dan kebangkitannya, dan mengabaikan perintah untuk berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa demi menjadikan agama Allah yang paling tinggi dan kekufuran menjadi hina. Allah berfirman:

انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. (At-Taubah:41)

Betapa umat Islam saat ini sangat membutuhkan logika kemuliaan guna meraih berbagai sebab kekuatan saat menghadapi zionisme internasional yang tidak mengenal kata-kata kecuali bahasa kekuatan dan kekerasan. Karena itu mereka harus melawan besi dengan besi, dan menghadapi angin dengan topan.

Betapa Umat Islam sangat membutuhkan kesadaran bahwa perbaikan dan perubahan yang diinginkan dan diidamkan tidak akan mampu terealisir kecuali dengan jihad dan pengorbanan serta dengan memformulasi genarasi mujahid yang cinta kematian (syahadah) sebagaimana musuh begitu ambisi dan antusias pada kehidupan dunia.

Perlawahan adalah satu-satunya solusi
Telah berakhir masa negosiasi tidak langsung sementara tidak sedikitpun dari bangsa Palestina yang menuai manfaatnya, sementara itu juru runding (negosiator) Palestina sama sekali tidak mau mengambil pelajaran dan menjadikannya sebagai ibrah. Demikianlah yang dilakukan oleh pemerintah Otoritas Palestina – mereka kembali melakukan perundingan dengan Zionis – dan dikhawatirkan, pada akhirnya dirinya mengeluarkan kata-kata diatas meja perundingan langsung.

Sementara itu bangsa Palestina terus melakukan perlawanan melalui intifadhah ketiga dalam rangka mengenang intifadhah kedua, dan kita melihat bangsa saat ini begitu bergelora seperti pejalan kaki di tepi Barat dan Gaza dala melawan zionis dan antek-anteknya.

Bahwa Amerika tidak bisa memaksakan penyelesaian pada rakyat Palestina sekalipun memiliki banyak uang dan berbagai kekuatan, contohnya adalah tentara Amerika, mampu dikalahkan dan akhirnya ditarik mundur dalam kondisi terkalahkan dan terluka dari Iraq, bahkan sebentar lagi akan menarik mundur dari Afghanistan. Karena itulah, bahwa pesawat-pesawat canggih, rudal, dan teknologi militer modern sekalipun akhirnya dapat dikalahkan dihadapan kehendak dan keinginan umat yang diiringi dengan perlawanan yang terus menerus. Dan perang Gaza dan Lebanon adalah contoh yang sangat jelas.

Karena itu perlawanan adalah satu-satunya solusi dalam melawan dan menghadapi arogansi Zionis dan tirani Amerika Serikat, dan cukuplah sudah untuk bangsa Arab dan umat Islam berdiri di belakang semua dukungan dan sokongan, karena masyarakat sudah menyadari siapakah pasukan perlawanan sejati dan dan orang-orang yang tega menjual permalasahan dan perdamaian ini, dan kami sampaikan kepada saudara-saudara kami para mujahidin di Gaza; bersabarlah dan bertahan dalam kesabaran serta tabahlah!! dan ketahuilah bahwa bahwa Allah bersama kalian dan tidak akan menyia-nyiakan amal kalian…

وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”. (Ali Imran:139)

Jatuhnya Amerika dan runtuhnya entitas Zionis
Jika Uni Soviet telah jatuh secara dramatis, maka tanda-tanda Amerika menuju keruntuhannya telah nyata lebih kuat daripada tanda-tanda yang menghancurkan imperium Soviet, karena bangsa yang tidak menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan nilai-nilai kemanusiaan tidak layak untuk memimpin umat manusia dan sama sekali tidak dibutuhkan hartanya jika telah datang azab Allah seperti yang pernah terjadi pada bangsa dan umat sebelumnya, dan saat ini kita telah menyaksikan bagaimana Amerika berada di batas akhir dan bergerak menuju kehancurannya:

فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”. (Al-An’am:45)

وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هُمْ أَشَدُّ مِنْهُمْ بَطْشًا فَنَقَّبُوا فِي الْبِلادِ هَلْ مِنْ مَحِيصٍ
“Dan berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, Maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?” (Qaaf:36)

Adapun Zionis, melalui kesaksian Martin – Craveld profesor sejarah di Universitas Ibrani dan seorang spesialis dalam strategi militer, dalam sebuah wawancaranya dengan wartawan, yang diterbitkan oleh majalah”Ayalon”, dan koran “Amtsaa Khedira” tanggal 08-03-2002. Menjawab pertanyaan yang diarahkan kepadanya: “Apa yang akan terjadi jika tentara Zionis dipanggil untuk melawan tentara reguler seperti Syria atau Lebanon? Dia menjawab: Menurut saya mereka pasti akan melarikan diri dari perang, seperti yang terjadi pada saat perang yang meletus pada tahun 1973, sebagian besar tentara meletakkan kedua kakinya diatas pundaknya lalu lari terbirit-birit, dan perang Zionis melawan orang-orang lemah masih terus berlangsung .. lebih dari dua puluh tahun sejak penyerbuan Lebanon dan telah menjadikan mereka menjadi sekelompok pengecut dan murung. Craveld menambahkan: Ketika kami berada di pemakaman militer: kami meratap dan meringkih, sedangkan warga Palestina menuntut balas dendam atas mayat mereka.

Umat Islam memiliki kemampuan untuk melakukan perbaikan dan perubahan
Sesungguhnya umat Islam memiliki kemampuan untuk melakukan perbaikan dan perubahan. Sebagaimana Allah berfirman:

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami”. (Fathir:32)

Karena umat Islam memiliki syariah dan minhaj serta rambu-rambu jalan, memiliki contoh kongkret yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw dan uslubnya dalam sirah nabi saw yang terbentuk sebagai sarana penjelas dan pembantu kiat-kiat berinteraksi dengan nilai-nilai yang terdapat dalam kitab dan sunnah pada setiap waktu dan tempat, dan ditambah dengan adanya peninggalan sejarah dari berbagaipengalaman perjalanan hidup para nabi saw dan tentang kondisi suatu umat; tentang bagaimana keruntuhan dan kebangkitannya.

Bahwa bersihnya atau lurusnya ideology merupakan pondasi perubahan, karena itulah Allah SWT menganggap jihad dengan menggunakan Al-Qur’an dan merekonstruksi duri-duri ideology merupakan tingkatan tertinggi jihad, dan merupakan sarana perubahan yang hakiki dan sempurna dengan Al-Qur’an (ideology) Allah SWT berfirman:

فَلا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُمْ بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا
“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan Jihad yang besar”. (Al-Furqan:52)

Oleh karena itulah, terdapat gambaran palsu melakukan perubahan dan transformasi, bahkan ketika telah mencapai kekuasaan politik dan negara tanpa memiliki sendi-sendi intelektualitas, sehingga umat terus terisolasi dari hati nurani bangsa dan tidak mampu melakukan perubahan meskipun waktunya panjang.

Janji Allah memberikan tamkin (kemenangan)
Allah berfirman:

سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ
“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang”. (Al-Qamar:45)

Ayat diatas memberikan penjelasan akan janji Allah bagi orang-orang beriman bahwa mereka akan mengalahkan musuh-musuhnya pada masa yang akan datang, dan mereka (musuh) akan mundur kebelakang. Dan sungguh para sahabat telah mendapatkan akan janji Al-Qur’an ini padahal mereka pada saat di Mekkah adalah kelompok yang lemah, tersiksa dan tertekan di dalamnya, sementara musuh saat turunnya ayat memiliki kekuatan dan kemenangan dan yang mendapatkan janji ini adalah para pemuka kota Mekkah dan pemimpinnya, yang mana ditangan mereka kekuasaan, harta, jabatan dan keputusan, dan manusia seluruhnya mengikuti mereka. Sementara umat Islam, saat itu minoritas dan lemah, tidak memiliki harta, kekuasaan dan kekuatan, namun setelah beberapa tahun dari hijrah, datanglah janji Allah yang telah disebutkan dalam kurun waktu sembilan tahun sebelum hijrah, dan hal itu terjadi pada saat perang Badar. Dari Umar bin Khattab ra berkata: ketika turun ayat Allah

سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ
“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang”. (Al-Qamar:45)

Menyebabkan saya berkata-kata: golongan mana yang akan kalah? hingga pada saat perang Badar saya melihat Rasulullah saw memberikan keteguhan di tengah pasukan dan berkata tentang firman Allah:

سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ
“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang”. (Al-Qamar:45)

Maka pada saat itu aku baru mengerti maksudnya… Apakah kita dapat membandingkannya dengan apa yang terjadi di Gaza?!!

Betapa saat ini umat sangat membutuhkan persatuan, membutuhkan ikatan yang erat, membutuhkan persiapan yang baik, dan sebelum itu semua tentunya membutuhkan kembali kepada Allah. Maka dari itu wahai umat Islam bersatulah, wahai bangsa Palestina bersatulah untuk menghadapi masuh-musuh yang senantiasa melakukan makar kepada kalian, dan ketahuilah bahwa Allah sebaik-baik pembuat maker, dan kalian –insya Allah- yang akan menang dan Islam akan mampu menghadapi kezhaliman dan tirani, dan hendaknya seluruhnya sadar bahwa hasil konfrontasi diselesaikan di muka dan diputuskan oleh Allah Yang Mahakuasa, sebagaimana firman-Nya:

أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَابِيًا وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي النَّارِ ابْتِغَاءَ حِلْيَةٍ أَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِثْلُهُ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الأرْضِ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, Maka arus itu membawa buih yang mengambang. dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, Maka ia tetap di bumi”. (Ar-Ra’ad:17)

وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ . إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنْصُورُونَ . وَإِنَّ جُنْدَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ .
“Dan Sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) Sesungguhnya mereka Itulah yang pasti mendapat pertolongan. Dan Sesungguhnya tentara Kami. Itulah yang pasti menang”. (Ash-Shaffat:171-173)

Dan Allah berada di balik semua tujuan ini dan Dialah yang akan menunjukkan jalan (yang lurus).

Prof. Dr. Mohammad Badi - al-ikhwan.net /@cwi

selengkapnya...

20 Tahun Lagi, Kutub Utara Berubah Jadi Lautan

Kutub es diperkirakan berubah menjadi lautan pada 20 tahun mendatang (Foto: AFP)

LONDON - Kutub utara yang menyimpan sejumlah massa es terbesar di dunia diperkirakan akan menghilang dan berubah menjadi lautan dalam kurun waktu 20 hingga 30 tahun ke depan.

Para peneliti kutub yang dipimpin oleh Pen Hadow mempresentasikan hasil ekspedisi ilmiah mereka ini dan menyebutkan bahwa perkiraan mereka sangat mungkin bisa terjadi akibat suhu Bumi yang kian memanas.

Hadow dan rekan-rekannya mendapatkan kesimpulan ini setelah melakukan ekspedisi ilmiah di kutub utara selama 73 hari dan melakukan lebih dari 6.000 pengukuran dan observasi pada lautan es tersebut.




"Massa es terbesar di dunia ini akan hilang dalam kurun waktu 20 hingga 30 tahun. Namun perkiraan ini sewaktu-waktu bisa juga mundur dari yang diperkiarakan," kata rekan Hadow, Peter Wadhams dari Cambridge University seperti dikutip dari AFP, Kamis (15/10/2009).

"Bahkan bisa jadi, dalam waktu sepuluh tahun mendatang kutub utara ini sudah mulai berubah menjadi laut terbuka," tambahnya.

Saat ini, ketebalan es di kutub utara pun sudah mulai berkurang. Di sepanjang jalur berjarak sekira 450 kilometer, rata-rata ketebalan es yang mengapung berkisar antara 1,8 meter, sementara gundukan es padat memiliki ketabalan hanya 4,8 meter.

"Es dengan ketebalan sekira 1,8 meter merupakan ciri khas es baru yang sangat rentan cepat meleleh pada saat musim panas," kata Wadhams.

Peneliti lainnya, Martin Sommerkorn menyebutkan bahwa hasil studi tersebut menggambarkan kondisi suram saat es meleleh kian cepat bahkan lebih dini dari yang pernah diperkirakan sebelumnya.

"Hal ini akan menimbulkan banjir yang bisa mempengaruhi seperempat populasi dunia. Kita pun harus menyadari bahwa ini bisa terjadi akibat semakin meningkatnya emisi gas dari efek rumah kaca, pembakaran karbon serta perubahan cuaca dan iklim yang sangat ekstrim," tandasnya. (rah)

/@cwi

selengkapnya...

Rabbaniyah, Bekal dan Arah Jalan Kami

Islamedia - Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam; pemilik segala sesuatu dan pemberi petunjuk kepadanya, dan salawat dan salam semoga tercurah kepada penghulu para du’at, Imam para nabi dan Rasul; nabi Muhammad bin Abdullah .. Selanjutnya ..

Pada saat Islam menghadapi tantangan di berbagai bidang dan di semua tingkatan, dan dunia berada pada kondisi yang mengenaskan sehingga memberikan dampak – tanpa ada keraguan di dalamnya– terhadap perjalanan dakwah dan para du’at. Muncul pertanyaan logis: Apakah ada solusi dan tempat kembali untuk mempertahankan dan menjaga tsawabit (prinsip-prinsip) kita tanpa menyebabkan dampak negatif terhadap dakwah dan para duat?

Pada hakikatnya, ketika suatu bencana terjadi di berbagai tempat, maka akan muncul energi dari cahaya Islam yang menyeru dan mengingatkan umat bahwa

“Tidak ada tempat untuk lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja”. (At-Taubah:118),

dan tidak ada jalan keselamatan kecuali dengan mengikuti petunjuk-Nya,

“Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”. (Thoha:123).

Oleh karena itu, melalui peristiwa dan tantangan-tantangan yang dihadapi ini kami merupakan kesempatan yang besar untuk menghiasi diri dengan hiasan robbaniyah; melalui berbagai nilai, sarana dan ragamnya…Etika, prilaku dan bahkan realita yang dirasakan langsung.

Imam Syahid Hassan al-Banna -semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya- dengan gamblang menjelaskan akan hakikat dakwah Al-Ikwah al-Muslimun, kemuliaan misi, tujuan dan sarana-sarananya; bahwa misinya adalah dakwah robbaniyah, dan hal ini merupakan bahagian yang ingin kami tegaskan dan kami tancapkan dalam jiwa; sehingga dunia dan perhiasannya tidak mampu mengaburkan –baik dengan tipu daya dan rayuan-rayuannya- akan hakikat kami dan tabiat risalah kami: “Ciri khusus dari karakter dakwah kami adalah robbaniyah alamiyah: adapun yang dimaksud dengan robbaniyah adalah karena dasar utama yang menjadi tujuan utama adalah untuk memberikan pemahaman kepada manusia akan hakikat Tuhan mereka, dan untuk menyandarkan kekuatan hubungan ruhaniyah yang mulia sehingga dapat mensucikan jiwa mereka dari kejumudan materi yang laten dan penyimpangan-penyimpangan yang ada di dalamnya menuju kebersihan dan keindahan jiwa insani. Dan kami, jamaah Al-Ikhwan Al-Muslimun menyeru dari lubuk hati kami yang paling dalam akan syiar kami : “Allah adalah tujuan kami”
Jadi tujuan pertama dakwah kami adalah mengingatkan umat untuk sadar akan hubungannya yang erat kepada Allah dari hal-hal yang telah dapat melupakan Allah oleh mereka sehingga Allah melupakan mereka.

Allah berfirman :

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang betaqwa”. (Al-Baqoroh: 21).

Dan ini, pada hakikatnya kunci pertama untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan yang tertutup oleh adanya kejumudan dan materi di hadapan manusia, sehingga mereka tidak mampu memberikan solusi cara penyelesaiannya. Dan tanpa kunci ini adalah maka tidak akan terjadi perbaikan” (risalah dakwatuna fi thaorin jadid).

Dari sini, kalian wahai al-ikhwan al-muslimun – sebagai pemimpin umat dan pemegang bendera dakwah – hendaknya menghiasi diri dengan sifat robbaniyah dan berakhlak dengannya, dan mengimplementasikannya dalam jiwa kalian; sehingga terwujud sosok hamba robbani, yang memahami akan perintah Allah dan larangan-larangan-Nya, memahami syariat Allah dan wahyu-Nya, hingga mampu mengejewantah dalam jiwa dan mengajak umat menuju kepadanya; baik untuk dunia maupun akhirat. Demikianlah kewajiban anggota Al-Ikhwan, sebagaimana Allah berfirman:

“Namun jadikanlah kalian orang-orang robbani”. (Ali Imran:79)

Jika kita ingin mendapatkan nilai robbani sebagaimana yang kita inginkan, maka hendaknya yang pertama kita lakukan adalah merealisasikannya dalam:

- Diri kita terlebih dahulu, dengan merasakan akan firman Allah:

“Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam”. (Al-An’am: 162)

Dan firman Allah:

“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang berbuat ihsan (kebaikan)” (An-Nahl:128)

-Kemudian dalam rumah tangga kita:

“Dan jadikanlah rumah-rumah kalian kiblat dan dirikanlah shalat, dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman”. (Yunus:87)

Lalu di tengah masyarakat kita dengan memprektekkan akhlak mulia sehingga dapat membangkitkan umat menuju kebaikan yang telah digariskan oleh Allah SWT:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (Ali Imran:110)

Makna robbaniyah adalah meng-intisabkan diri kepada Tuhan, dan intisab ini tidak akan terwujud kecuali dengan menjadikan Allah, Tuhan semesta alam berada dan hadir dalam berbagai kondisi; Dan Robbaniyah itu sendiri tidak akan bisa hadir kecuali dengan hal-hal berikut; dengan beribadah kepada Allah melalui pemahaman yang integral terhadap ibadah tersebut; yaitu menjadikan hidup dan mati, gerak dan diam hanya untuk Allah SWT; tidak berbicara kecuali dengan apa yang diridhai Allah, tidak bekerja dan berbuat kecuali karena Allah, dan tidak mengarahkan niat kita dalam ucapan dan perbuatan kecuali karena Allah.

Robbaniyah

Hendaknya kalian menjadikan robbaniyah sebagai puncak amal dan prioritas kalian, dan bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkannya dalam berbagai kekuatan dan usaha yang telah diberikan kepada kalian, merealisasikan sifat-sifat wali Allah dengan prilaku dan akhlak-akhlak mereka;

“Karena Allah sebaik-baik pelindung dan Dialah Dzat yang Maha Rahim dari yang rahim”. (Yusuf:64)

Dan tidak menjadikan syaitan atas kalian sebagai jalan :

“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak akan mampu kalian (syaitan) kuasai dan tipu”. (Al-Isra:65).

Dan inilah yang kami inginkan dan kami usahakan untuk menuju kepadanya, dan ini sebagai kewajiban atas setiap individu yang menjadi jati diri dalam kehidupannya dan dalam lingkup tanggungjawabnya secara individu untuk bekerja dengan giat dan sungguh-sungguh mewujudkan kewajiban robbaniyah dan ubudiyah.

Kewajiban-kewajiban

Hendaknya kalian menyuburkan iman dalam jiwa kalian.. Karena iman merupakan pengarah terhadap berbagai keinginan pada setiap orang dalam hidupnya; di dunia dan di akhirat. Dan merupakan cara untuk melakukan pembaharuan diri dan mengokohkanya dalam jiwa memiliki banyak model dan ragamnya. Dan yang paling utama adalah menjalin hubungan yang baik dengan Allah; melalui penegakkan kewajiban-kewajiban, memperbanyak ketaatan dan amal shalih; dan bertindak dengan penuh kejujuran; seperti yang diungkapkan dalam atsar:

“JIka hamba-Ku menghadap kepada-Ku dengan hatinya dan jiwanya maka Aku akan menerima hati-hati hamba-Ku dengan penuh kasih sayang dan rahmat”.

Dan jadikanlah Allah sebagai tujuan akhir dan misi tertinggi hidup kalian, dan jadikanlah Allah selalu hadir dalam hati kalian dan dihadapan kalian dan bahkan dalam berbagai aktivitas dan perbuatan kalian, ikhlaskan niat dan amal kalian karena-Nya, dan fahamilah akan hakikat yang Allah ciptakan untuk-Nya:

“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. (Ad-dzariyat:56);

Dan wujudkanlah dalam jiwa-jiwa kalian makna syiar kami “Allah adalah tujuan kami”, dan berusahalah untuk mewujudkannya dalam dunia nyata.

Hendaknya kalian selalu berada pada posisi yang paling tinggi, dan menjadikan tujuan kalian dalam hidup ini adalah untuk menggapai ridha Allah, menjadikan semua pekerjaan kalian untuk mendapatkan kemenangan surga Firdaus yang paling tinggi, dan bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan misi yang mulia dan meraih keridhaan Allah, dan gunakanlah waktu dari setiap menit, setiap saat, dan setiap detak jantung dengan baik, dengan menjadikannya sebagai tambahan dalam peningkatan iman

“Bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. mereka Itulah orang-orang yang benar”. (Al-Hashr:8)

Realisasikanlah ukhuwah diantara kalian dan terapkanlah secara konkrit, dimulai dari berlapang dada hingga itsar :

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”. (Al-Hashr:9)

Yang Kami inginkan adalah ukhuwah yang nyata yang dapat membatu untuk melakukan ketaatan dan perdekatan diri kepada Allah, memperkaya kerja dan mendorong untuk maju.

Bahwa robbaniyah adalah proyeksi kehidupan yang penuh dengan keimanan, karena itu peliharalah diri untuk selalu menunaikan shalat berjamaah dan pada shaf pertama, khsususnya shalat fajar, Baca Qur’an dan menyimaklah serta tadabburkan lalu tunaikan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya. Dan ketahuilah bahwa untuk berjalan menuju Allah adalah qiyam lail yang merupakan inti dari kemuliaan seorang mukmin dan bekalan yang hakiki dalam mengemban amanah dakwah dan menghadapi ujian-ujiannya yang berat dan juga merupakan amunisi dakwah menuju kesuksesan, bersungguh-sungguhlah dalam berdoa pada waktu sahur dan manfaatkan waktu-waktu yang terbaik tersebut untuk berserah diri kepada Allah. Dan ketahuilah bahwa qiyam lail juga merupakan sebaik-sebaik penopang beban dakwah yang ada dihadapan kita semua

“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan”. (Al-Muzzammil:6)

Dan sibukkanlah hidup kalian dengan berdzikir, tafakkur, puasa, ibadah nawafil (tambahan sunnah) dan silaturrahim, dan jadikanlah diri kalian orang yang terbaik di tengah keluarga dan kerabat serta masyarakat, taatlah kepada Allah saat bersama mereka dan tampakkannlah dari jiwa kalian qudwah hasanah untuk dakwah dan agama kalian, dan -begitu pula- jadilah sosok yang selalu dinanti-nanti oleh masyarakat.

Wahai Al-Ikhwan dan wahai seluruh umat Manusia

Bahwa robbaniyah merupakan sarana perbaikan bagi diri dan masyarakat, karena itu orang-orang yang rabbani selalu memelihara kitab Allah, merekalah yang bertanggungjawab dihadapan Allah akan tugasnya dalam memelihara syari’ah, menyampaikan dan mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah

“Disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya”. (Al-Maidah:44).

Seorang Robbani akan merasakan bahwa Allah akan bertanya kepadanya tentang syariah secara keseluruhan, dan tentang amanah umat secara bersamaan; karena dirinya diminta untuk memelihara wahyu Allah, dan memelihara wahyu tidak hanya sekedar menghafalnya di dalam otak dan hati, namun memeliharanya secara konkrit sehingga dengan membawanya sebagai risalah, menghafalnya dan mengamalkannya sebagai amanah dan kerja yang harus dipertanggungjawabkan. Dan dari sinilah -oleh karena itu pula- kita harus mengisi jiwa ini dengan jiwa robbaniyah, sehingga dapat menyelamatkan jiwa dan memenangkan agama dan mengembalikan umat pada kemuliaannya dan pada jati dirinya yang mulia.

Kita juga harus berhati-hati terhadap adanya kesalahan persepsi dan fikiran yang merusak yang selalu menyusup ke dalam hati kita dan pada sebagian banyak orang; bahwa terlalu banyak kesibukan dan beban dakwah akan berakibat konflik dan bertentangan dengan Robbaniyah dan ruhiyah dan mempengaruhi dampak negative. Atau kebalikannya, meraih kebaikan secara sempurna; bahwa pekerjaan-pekerjaan tersebut dapat membersihkan ruh dan meninggikan sisi keimanan dan membantu perbaikan ibadah kepada Allah dan memberikan prestasi dari apa yang diamanahkan kepada kita serta mampu menentukan tujuan dari berbagai Rencana dan program.

Kita harus menyadari bahwa tidak akan terwujud atau kita tidak akan dapat meraih prestasi atau melakukan pekerjaan yang baik tanpa adanya keikhlasan karena Allah dan menjadikan kerja seluruhnya untuk Allah, Tuhan yang Maha Kuasa.

Karena itu, langkah utama dalam menyelamatkan dunia dari kebobrokannya tergantung pada kembalinya kita menuju nilai-nilai robbani secara sungguh-sungguh dan konkrit, bekerja dengan giat untuk membela Islam dan menaikkan derajatnya. Dan dari sinilah kewajiban setiap jiwa yang memiliki kecemburuan dan keikhlasan untuk Islam dan untuk kembali kepada Allah di wujudkan.

“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu”. (Adz-dzariyat:50)

Dan jadikanlah syiar kami selalu berkumang dalam hidup ini:

“Dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku)”. (Thaha:84)

Dan tidak ada seorangpun yang mampu melndahulu kami untuk menuju Allah.
Allahu Akbar, walillahil hamdu.

Dan shalawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW , keluarga dan sahabatnya, dan Pujian hanya milik Allah , Tuhan semesta alam.

Wallohu a'lam, /@cwi
sumber:http://www.islamedia.web.id/

selengkapnya...

Konspirasi Setan

"Bu, Arina kerasukan lagi. Dari tadi dia nangis keras jerit-jerit." Suara Mbok Minah yang terdengar dari gagang telepon mengagetkan Ranti.

"Hah? Sejak kapan?" Tanya Ranti.

"Dari tadi, Bu. Sekitar setengah jam yang lalu. Aduh… saya bingung, Bu. Saya gak tahu harus gimana lagi. Setannya gak mau keluar keluar."

"Udah panggil Pak Risman?"

"Eri udah kerumahnya, Bu. Tapi Pak Risman lagi gak ada di rumah."

"Saya segera pulang, Mbok." Ranti menyudahi percakapan.

Setelah me-lock komputernya, Ranti segera berdiri dan merapikan tas. Semua pasang mata yang ada di ruangan itu mengarah padanya. Ranti merasa tidak enak. Sejak Arina anaknya sering kerasukan, Ranti sudah beberapa kali izin pulang atau izin keluar sebentar. Rumah Ranti memang dekat dari kantor. Tapi tetap saja ada waktu yang tersita untuk urusan pribadinya.

"Izin lagi, Ran?" Tanya atasannya yang posisinya berada di kubikel di depan Ranti duduk.

"Iya Pak. Arina kerasukan lagi. Saya sebentar saja kok."

"Laporan pelanggan yang…"

"Sembilan puluh persen selesai Pak. Kalau tidak selesai sore ini, saya bersedia lembur kok. Permisi, Pak!" Ranti memotong pertanyaan atasannya. Kemudian tanpa mempedulikan izin atasannya, atau apakah masih ada yang ingin disampaikan oleh atasannya, Ranti bergegas meninggalkan ruangan menuju lantai basemen, tempat mobilnya diparkir.

*****

Sebuah mobil sedan coklat keluaran tahun 2008 meraung memasuki halaman rumah yang terletak di barisan depan komplek Perumahan Cikolong Indah. Sejenak setelah mobil itu berhenti, sebuah wanita berumur 35-an keluar dari pintu kanan depan. "Sudah telpon Haji Busthoni, mbok?" Tanya Ranti, wanita tersebut pada seorang wanita paruh baya yang sedang mendorong pagar halaman rumah, menutupnya hingga rapat.

"Sudah Bu. Tapi Pak ustadz malah bilang gak sanggup."

"Aduh gimana ini ya?" Ranti cemas bukan kepalang. Sekalipun kejadian ini bukan sekali ini terjadi.

"Gimana Bu, apa panggil Pak Peter, tetangga samping rumah?"

Ranti menggaruk dagunya. Ragu.

"Pak Peter sudah dua kali bilang sama saya, kalo dia bisa bantu menyembuhkan Arina." Sambung Mbok Minah.

"Ya sudah. Dia ada di rumah?"

"Mudah-mudahan ada, Bu. Saya tengok dulu."

Kemudian Mbok Minah membuka kembali pagar rumah yang baru saja ditutupnya, berjalan beberapa langkah, dan sesaat kemudian terdengar pintu pagar rumah tetangga diketuk.

Ranti berjalan memasuki rumah. Di ruang tengah, ada Eri, kakaknya Arina sedang menemani Arina yang tengah berteriak. Muka dan mata Arina terlihat merah. Dia berbaring di lantai. Tangannya sebentar-sebentar mengepal lalu membuka lagi.

Sudah tiga orang yang dimintai tolong untuk mengobati Arina, tapi semuanya gagal. Saat pertama kali Arina kerasukan setelah pulang sekolah, Mbok Minah dengan inisiatif sendiri menghubungi Pak Risman, satpam kompleks yang rumahnya di balik tembok kompleks perumahan. Pak Risman orang yang ramah dan supel. Seluruh penghuni perumahan Cikolong Indah mengenal Pak Risman. Selain itu, Pak Risman pun dikenal taat beribadah.

Saat itu Pak Risman dengan sigap menghampiri Arina. Dia membacakan beberapa ayat suci Al-Qur’an yang dihafalnya. Ada perlawanan sengit dari setan yang ada di dalam tubuh Arina. Tapi nampaknya setan itu lebih kuat. Bahkan rupanya ada lebih dari satu makhluk halus yang menggerayangi tubuh Arina. Pada akhirnya, setan-setan itu mau keluar setelah Ranti dan Mbok Minah terpaksa mengabuli permintaan mereka: memotong ayam hitam. Mbok Minah harus belanja ke pasar mencari ayam hitam untuk mengabulkan permintaan para setan.

Orang kedua adalah Pak Dadi, teman Pak Risman. Seorang satpam juga, tapi bertugas di kompleks perumahan lain. Pak Dadi diminta atas rekomendasi Pak Risman. Dua hari setelah kerasukan, Arina kembali dikerjai oleh setan. Ketika Mbok Minah meminta pertolongan Pak Risman, segera saja Pak Risman mengajak mbok Minah menemui Pak Dadi. Dan beberapa saat kemudian Pak Dadi yang lulusan pesantren di Sukabumi itu bertarung dengan sengit melawan para setan yang ada di tubuh Arina.

Berhasil. Saat itu setan-setan berhasil pergi. Dan Pak Dadi selanjutnya menjadi andalan keluarga Ibu Ranti untuk menghadapi setan-setan yang mengganggu Arina. Setiap kali Arina kerasukan, Pak Dadi dimintai pertolongan. Sampai-sampai salah satu setan yang masuk ketubuh Arina berkata, “Kamu orang yang alim, Dadi. Kamu orang yang jujur, hafal Al-Qur’an. Kami susah menang melawan kamu.”

Celakanya, setelah dipuji begitu, Pak Dadi dirasuki sifat sombong. Hingga akhirnya Pak Dadi tak pernah lagi bisa mengusir setan yang merasuki tubuh Arina. Para setan itu menjadi kebal dari bacaan Al-Qur’an Pak Dadi. Jalan keluarnya kalau sudah begitu adalah mengikuti permintaan para setan yang aneh-aneh.

Orang ketiga adalah Haji Busthomi. Beliau ‘orang pintar’. Dapat rekomendasi dari teman kantor ibu Rina. Tapi sayang, pertarungan perdana Haji Busthomi mengecewakan. Dia kalah telak. Tak mampu mengusir jin yang bersarang di tubuh Arina.

Hingga suatu hari Pak Peter menawarkan bantuannya pada mbok Minah. Pak Peter tahu ada masalah di rumah Ibu Ranti dari pembantunya, Teh Yanti. Curhatan Mbok Minah disampaikan oleh Teh Yanti kepada Pak Peter. Dan Pak Peter pun menawarkan jasanya mengobati Arina.

Mulanya tidak ditanggapi oleh ibu Ranti. Dia malu aibnya diketahui tetangga. Tapi pada akhirnya, hari ini terpaksa ibu Ranti meminta pertolongan pada Pak Peter.

*****

Pak Peter ada di rumah. Sesaat setelah berkunjung ke rumah tetangga, Mbok Minah mengawal Pak Peter memasuki rumah Ranti. Melihat Pak Peter, Ranti menyapa, “Aduh Pak, syukurlah bapak ada di rumah. Ini anak saya dari tadi gak sadar. Dia meraung-raung gak jelas.”

“Ya… ya… Bu.” Sahut Pak Peter.

“Kata Mbok Minah, Pak Peter bisa mengobati Arina?”

“Ya bisa Bu. Saya ada kenalan yang bisa mengobati Arina. Boleh pinjam teleponnya Bu, untuk menghubungi kenalan saya?”

“Ya silakan Pak.”

Pak Peter menggapai gagang telepon rumah yang terletak di atas sebuah meja yang ditempatkan berdempet dengan dinding rumah. Kemudian ia memencet beberapa nomor. Setelah tersambung, Pak Peter terdengar berbicara serius dengan seseorang di luar sana. Semenit kemudian Pak Peter menutup gagang telepon menyudahi pembicaraan.

“Kira-kira lima menit lagi teman saya datang, Bu. Ada tiga orang. Mereka dari…” Pak Peter menyebutkan sebuah tempat ibadah.

“Oh, iya Pak. Mudah-mudahan lancar perjalanannya.”

“Kita berdoa saja Bu.”

Pak Peter beragama berbeda dengan Ibu Ranti yang muslim. Pak Peter pun dikenal orang yang taat dengan agamanya. Rutin ia mengunjungi tempat ibadah.

Setelah lima menit lebih berlalu, datanglah tiga orang teman Pak Peter berpenampilan seperti pemuka agama. Pak Peter menghampiri mereka dan kemudian terlibat perbincangan. Lalu ketiga orang itu bersama Pak Peter menghampiri Arina yang tergeletak. Mereka menempelkan tangannya di atas perut Arina, dan serempak berkata, “Atas perlindungan Tuhan, wahai roh yang tidak berhak ada dalam tubuh ini, keluarlah!!!”

Ajaib, Arina segera sadar. Sesaat lalu Arina masih bengong melihat keadaan sekelilingnya. Tubuh dan mukanya basah dibanjiri keringat. Mbok Minah segera memberi minuman segelas air putih pada Arina.

*****

“Terima kasih, bapak-bapak atas bantuannya. Saya tidak menyangka, cepat sekali Arina sadar. Kalau tahu begitu, dari kemarin saya sudah mengontak bapak-bapak semua.” Ujar Ranti menemani Pak Peter dan kawan-kawannya yang hendak pamitan.

“Atas izin Tuhan, Bu. Sepertinya Arina belum sembuh betul. Setan-setan itu kemungkinan besar kembali. Tapi kalau itu terjadi lagi, lekas kontak kami ya.” Ujar salah seorang dari mereka.

“Baik Pak.” Ibu Ranti tersenyum.

“Baiklah, kami pamit dulu.”

“Ya Pak. Terima kasih banyak. Hati-hati di jalan.”

*****

Di tengah ruangan itu ada sebuah boneka jelangkung bertopi jerami berdiri dengan di tangannya diselipkan sebuah kapur. Mepet ke dinding di salah satu sisi ruangan, ada papan tulis berukuran satu kali setengah meter.

Boneka jelangkung itu pernah menjadi alat komunikasi. Tapi itu dulu. Kini sejak ada komputer dengan spesifikasi yang agak tinggi yang diparkir di salah satu sudut ruangan, boneka itu tak lagi terpakai. Komputer itu menggantikan peran boneka jelangkung.

Di depan layar komputer, ada Pak Peter yang sedang serius mengetik. Dia didampingi oleh tiga orang temannya yang baru saja menolong Arina dari kesurupan setan.

“Terima kasih mbah Narjo. Misi kita kali ini sukses.” Begitu yang terpampang di layar, hasil ketikan pak Peter.

Kemudian ajaib, ada tulisan muncul sendiri di layar monitor tanpa diketik oleh Pak Peter, atau pun salah seorang dari temannya. Dan komputer itu pun tidak terhubung dengan internet atau jaringan mana pun. Tulisan itu hadir sendiri. “Ya bagus. Akhirnya misi kita berhasil. Saya sempat takut si Ranti menghubungi lagi si Dadi. Kekuatan Dadi sudah pulih. Dia tak lagi terlihat keras kepala. Bahaya kalau dia yang melawan kita, bisa-bisa kita para setan terbakar lagi.”

“Ya Mbah Narjo, saya berhasil meyakini Mbok Minah.” Ketik Pak Peter. “Masih ada beberapa tahap lagi, Mbah. Ingat, misi kita adalah mengubah agama keluarga Ibu Ranti mengikuti agama kita.”

“Siap! Dua hari lagi saya akan menyerang Arina kembali. Kawan-kawan siap?” Sebuah tulisan secara ghaib muncul.

“Siap Mbah.”
/@cwi
sumber:http://www.islamedia.web.id/

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |