/@cw

Perang Istana Besar dan Runtuhnya Imperium Portugis

E-mail Print PDF
Allah Azza wa Jalla membuktikan pertolongan-Nya dalam Perang Istana Besar serta mengenyahkan bendera kufur
oleh: NugraPORTUGIS merupakan imperium yang diperhitungkan dalam kancah internasional pada awal abad ke-16. Penjelajahnya menjadi pioner, bahkan telah mendarat di dunia baru Amerika dan berbagai belahan dunia lain di timur, Hindia. Kejayaannya berkibar dan bersaing dengan negara-negara Eropa Barat lainnya yang sedang berjuang mencari dunia baru paska takluknya Konstantinopel yang membuat Eropa mengalami isolasi ekonomi dari dunia timur.

Hanya separuh abad Portugis menikmati kejayaannya, sampai nasib tragis di Afrika Utara pada tahun 1578 M yang merontokkan kedigdayaannya tanpa pernah bisa berdiri lagi hingga detik ini. Peristiwa Perang Wadil Makhazin atau Perang Istana Besar atau dikenal pula sebagai Perang Tiga Raja (Battle of Three Kings), menjadi kenangan terpahit dalam sejarah Portugis yang mencoba menjajah Maroko, Afrika Utara pada saat itu. Bahkan dalam ensiklopedia Wikipedia tentang sejarah Imperium Portugis (Portuguese Empire), peristiwa besar ini tidak disinggung sedikit pun karena menjadi aib besar takluk di tangan mujahidin.

Geopolitik Laut Tengah

Pada tahun 1578, Kekhalifahan Turki Utsmaniyah berada pada masa puncak kejayaannya di bawah pimpinan Sultan Sulaiman Qonuni. Wilayah kekuasaannya meliputi wilayah Turki saat ini hingga di perbatasan Hungaria di sebelah barat, Timur Tengah (Syiria hingga Hijazz), Mesir dan seluruh wilayah Afrika Utara minus Maghrib (Maroko). Laut Timur Tengah berada dalam hegemoni Utsmaniyah. Terjalin persekutuan erat dengan Perancis sehingga Eropa dalam keadaan terpecah belah, namun memiliki semangat yang sama, penjelajahan dan penaklukkan dunia baru.

Kompetisi dalam mencari dunia baru berlangsung begitu cepat dan dipenuhi pertumpahan darah. Kapal-kapal Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis, Italia telah melanglang buana sejak tersebarnya penemuan Amerika oleh Colombus pada tahun 1492 M serta penemuan ladang emas Inca-Maya oleh Cortez plus pembantaian bangsa Inca-Maya. Sehingga semakin menambah ambisi Portugis dan negara Eropa lainnya melakukan penjajahan.

Tahun 1578, di Maroko, Afrika Utara, terjadi konflik penguasa antara Abu Abdullah Muhammad Mutawakkil as-Sa’di dengan pamannya, Abdul Malik. Setelah kalah oleh sang paman, as-Sa’di lantas meminta bantuan kepada raja Portugis, Sebastian, untuk mengalahkan Abdul Malik yang beraliansi dengan Turki Utsmani yang saat itu dipimpin Sultan Sulaiman al-Qonuni.

Permintaan as-Sa’di dengan senang hati diterima oleh Sebastian yang juga memiliki misi untuk menaklukkan negeri muslim di Afrika Utara. Didorong oleh fanatik Katolik, perluasan imperium dan misi perang salib untuk menggulung Utsmaniyah, datanglah Sebastian bersama sukarelawan dari Spanyol, tentara bayaran dari Jerman, Italia serta tokoh Inggris berpengaruh, Thomas Stukley. Sejumlah 500 kapal dipergunakan untuk menyeberangkan pasukan Portugis ke Maroko dengan jumlah pasukan 23.000 (sumber Barat), sementara sejarawan muslimin menyebutkan pasukan musuh sejumlah 125.000 orang.

Pengkerucutan jumlah pasukan biasa dilakukan sejarawan Barat untuk membuat pemakluman atas kekalahannya. Untuk besar jumlah pasukan muslimin, baik sumber Barat maupun muslimin menyebutkan jumlah yang sama, yakni 40.000 orang, yang terdiri dari 35.000 pasukan Abdul Malik dan 15.000 pasukan bantuan Utsmaniyah.

Pasukan Portugis mendarat tanggal 24 Juni 1578 di Arzila, Maroko. Seruan jihad segera berkumandang di seluruh penjuru Maroko,  “Pergilah kalian ke Wadil Makhazin untuk berjihad di jalan Allah!”

Berdatanganlah dari berbagai pelosok Maroko para mujahidin di bawah pimpinan Abdul Malik al-Mu’tashim Billah. Sementara itu, as-Sa’di melancarkan perang opini dan fatwa dengan berupaya memecah belah muslimin melalui pengiriman surat kepada penduduk Maroko yang berbunyi,

 “Saya tidak pernah meminta bantuan pada orang-orang Kristen, kecuali saat tidak dapat bantuan lagi dari muslimin. Bukankah para ulama mengatakan, ‘Boleh saja bagi manusia meminta bantuan pada siapa saja atas orang yang merampas haknya dengan semua cara yang bisa dia lakukan.’ Dengarkanlah ancaman Allah, “Jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.” (al-Baqarah : 279).”

Opini yang dilancarkan as-Sa’di segera mendapatkan jawaban keras dari ulama-ulama Maroko, setelah pembukaan surat tahmid dan sholawat,

 “… Adapun perkataanmu bahwa kau kembali kepada mereka tatkala tidak ada lagi pertolongan dari muslimin, maka di dalamnya ada larangan yang akan mendatangkan kemurkaan Rabb-Mu. Salah satunya adalah karena engkau meyakini bahwa sesungguhnya semua kaum muslimin berada dalam kesesatan, dan sesungguhnya kebenaran tidak bisa ditegakkan kecuali dengan bantuan orang-orang Kristen. Kita berlindung kepada Allah. Kedua, sesungguhnya kamu meminta pertolongan kepada orang-orang kafir untuk memerangi muslimin.

Padahal Rasululllah bersabda, “Sesungguhnya saya tidak pernah meminta pertolongan pada orang-orang yang menyekutukan Allah.”

Engkau sendiri telah membanggakan diri dalam suratmu bersama gerombolan orang-orang Romawi yang kini berada bersamamu. Dan kau merasa terangkat dengan datangnya raja itu dengan tentaranya. Lalu bagaimana posisimu dengan firman Allah berikut,

 “Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir tidak menyukai.” (At-Taubah : 32)

Amir Abdul Malik juga mengirimkan surat kepada Sebastian, “Sesungguhnya pengaruhmu telah nampak sejak engkau pertama kali keluar dari negerimu, sedangkan engkau membawa permusuhan. Maka janganlah engkau bergerak dulu sebelum kami datang kepadamu. Jika itu yang engkau lakukan, maka engkau benar-benar seorang Kristen yang pemberani. Dan jika tidak, maka engkau tak lebih dari anak anjing. Bukanlah sikap pemberani dan bukan pula ksatria jika seseorang datang pada penduduk yang tidak terlindungi dan dia tidak menanti orang-orang yang siap perang.”

Surat ini membuat marah Sebastian namun berhasil membuatnya memutuskan untuk menunggu meskipun penasihat dan komandan perangnya meminta untuk tetap segera melakukan pendudukan. Strategi Abdul Malik berhasil.

Bertemulah 125.000 pasukan Portugis dan 40.000 pasukan muslimin di sebuah daerah yang bernama Istana Besar (Ksar al-Kabir), lebih 100 km di sebelah selatan Tangier dan 20 km jauhnya dari pantai. Kecerdasan taktik Abdul Malik berhasil memancing dan mengisolasi pasukan Sebastian dari pasukan artileri armada kapalnya di pantai. Pasukan kavaleri juga dikirimkan untuk menghancurkan jembatan di belakang Sebastian sehingga memutus jalur bantuan dan pelarian musuh.

Abdul Malik mengatur meriam artileri di bagian depan kemudian pasukan infantri dan pemanah di tengah memanjang serta kavaleri kudanya di sayap kanan dan kiri. Sebenarnya Abdul Malik dalam kondisi menderita sakit, namun semangat jihadnya yang menggelora membuatnya tegar.

 “Sejak kapan seseorang yang sakit mendapat pengecualian dalam jihad di jalan Allah?” Jawabnya ketika diminta untuk tidak terjun di medan perang.

Hari Bersejarah

Senin tanggal 30 Jumadil Akhir 986 H atau 4 Agustus 1578 M menjadi hari bersejarah, baik bagi Portugis maupun Maroko dan khususnya dunia Islam. Pagi itu Sultan Abdul Malik berdiri di depan pasukannya menyampaikan khutbah jihad menjelang perang.

Ia membacakan ayat-ayat Allah yang menggelorakan jihad,  “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (al-Hajj : 40).

 “Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(al-Anfal : 10).

 “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).” (al-Anfal : 15).

Sultan Abdul Malik terus membakar semangat muslimin untuk mati syahid. Di seberang mereka, para kardinal Portugis pun melakukan hal yang sama, membakar semangat pasukannya yang dipimpin Sebastian. Pasukan Portugis menjadikan perang ini sebagai bagian dari Perang Salib.

Perang ditandai dengan 10 letusan meriam dari kedua belah pihak. Takbir menggema dari muslimin menggetarkan siapa pun yang mendengarnya. Majulah kedua pasukan saling merangsek. Sultan Abdul Malik maju di barisan depan menyerang pasukan tengah musuh. Namun penyakitnya yang parah membuatnya harus dibawa kembali ke dalam tenda. Di tenda ini, hanya ditemani saudaranya Ahmad al-Manshur serta pengawalnya Ridwan al-Alaj, Sultan memberikan intruksi perang dan meminta kematiannya disembunyikan dari mujahidin hingga akhirnya Sultan Abdul Malik pun wafat.

Gelora jihad yang besar disertai taktik perang yang jitu berhasil menekan pasukan Sebastian baik di barisan tengah maupun sayapnya. Muslimin yang dibantu kavaleri elit Janisari Utsmaniyah yang merupakan momok menakutkan bagi Eropa, berhasil menggulung pasukan sayap Portugis. Seluruh pasukan Portugis lari mundur ke jembatan Sungai Wadil Makhazin. Sayangnya jembatan harapan itu telah dihancurkan, aroma kematian menghinggapi pasukan Kristen Portugis, banyak yang mati tercebur ke sungai, termasuk as-Sa’di dan Sebastian yang mayatnya tidak pernah ditemukan, sisanya tertawan dan terbunuh oleh pedang tombak tentara Allah. Selama 4 jam 20 menit, Allah menunjukkan pertolongan-Nya dengan menghinakan pasukan Portugis di negeri muslimin.

Paska perang Istana Besar ini, naiklah Ahmad al-Manshur sebagai Sultan di Maroko. Kabar kemenangan segera tersebar di seluruh negeri muslimin dan disambut dengan suka cita. Wibawa muslimin khususnya Maroko meningkat sehingga datanglah utusan-utusan dari berbagai negeri Eropa mengirimkan hadiah dan hubungan dagang.

Di sisi lain, Portugis mengalami masa-masa kegelapan, di mana imperiumnya di beberapa belahan dunia runtuh dan dicaplok oleh negara-negara Eropa lainnya, hanya tersisa Timor Leste yang tersisa hingga abad ke-20. Kerajaan Portugis sendiri dikuasai dan berada dalam genggaman Spanyol berabad-abad lamanya.

Allah Azza wa Jalla membuktikan pertolongan-Nya dalam Perang Istana Besar serta mengenyahkan bendera kufur yang hendak menjajah negeri muslimin. Allah mengilhamkan kemampuan strategi dan taktik cerdas kepada Sultan Abdul Malik sehingga musuh yang tiga kali lipat jumlahnya dapat dihancurkan total. Semoga menjadi cambuk bagi perjuangan muslimin di seluruh bumi-Nya.[www.hidayatullah.com]
Nugra adalah penulis buku "Panglima Surga"
Sumber :


1.      Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Ustmaniyyah oleh Ali Muhammad As Shalabi.

2.      www.wikipedia.org, Battle of Three Kings.
i

selengkapnya...

/@cwi

Seberapa Jahiliyahkah Zaman Kita?

E-mail Print PDF
Apakah yang berbeda pada masa jahiliyah dengan zaman sekarang ini?

Oleh: Syahrul Efendi D

Istilah jahiliyah bagi sebagian orang masih enggan untuk diperbincangkan. Bukan karena apa. Tapi orang maklum bahwa istilah itu berkonotasi keras dan tidak toleran. Seolah-olah dalam kesadaran orang tumbuh mesin detektor penyeleksi bagi segala pikiran yang dianggap tidak toleran. Orang amat merasa sial kalau dituduh tidak toleran.

Orang lebih memilih pura-pura toleran dengan mengerem segala wacana yang tidak toleran daripada menjadi jujur apa adanya.

Tapi ini bukan soal toleran atau tidak. Ini soal kemauan untuk membuka masalah secara jujur: apa benar kita jahiliyah atau tidak. Dan sejauh mana kejahiliyahan kita apabila dibandingkan dengan masa sebelum Muhammad. Sebab munculnya istilah jahiliyah untuk menggambarkan situasi masyarakat pra Islam di Mekkah. Disebut jahiliyah karena memang acuan nilai masyarakat pra Islam sungguh amat bodoh. Benar-benar berada di luar akal sehat.

Sekedar mengambil gambaran singkat sejahiliyah apakah situasi ketika itu, kita dapat menilainya dari puisi-puisi yang diciptakan di masa itu. Puisi-puisi itu amat berguna mendeskripsikan situasinya. Hal ini  misalnya tergambar oleh rangkaian syair Zuheir bin Abi Salma, seorang penyair terkenal di zaman jahiliyah:

“Siapa saja yang tidak menjaga kehormatan diri dan kebebasannya dengan pedang dan senjatanya, Akan dimusnahkan orang, begitu juga siapa yang tidak melakukan kezaliman terhadap orang lain, akan menerima kezaliman orang lain ke atas dirinya.”

Juga digambarkan oleh pepatah Arab zaman jahiliyah yang berbunyi:

“Bantulah saudaramu baik dia seorang zalim atau seorang yang dizalimi.”


Minuman keras dan judi merupakan kebiasaan sehari-hari yang sangat meluas di masyarakat. Bahkan merupakan suatu kebanggaan masyarakat.

Gambaran masyarakat itu dilukiskan oleh penyair Tarfah bin Al-Abd: “Seandainya tiada tiga syarat kebanggaan pemuda, hidupku takkan meriah dan aku tak akan menjamu teman sebaya: Bujukan manis si genit jelita berwajah ayu, hidangan arak membuih, si genit pembuka selera, kepingan uang gemerincing menjamu teman seiring, uang baru dan sisa peninggalan lama, semuanya ku hamburkan seenak rasa. Aku ingin disanjung dipuja. Akulah pemuda gagah perkasa…”
Pelacuran dalam berbagai bentuknya sudah menjadi tradisi kebanggaan masyarakat jahiliyah, seperti yang tergambar dalam hadis riwayat Aisyah RA:

"Perkawinan di zaman jahiliyah ada empat jenis: Pertama: Perkawinan seperti yang berlaku di zaman kita, yaitu seorang lelaki meminang seorang anak perempuan orang lain yang halal dinikahinya, atau seorang perempuan yang di bawah jagaan orang lain yang menjadi walinya; manakala pihak kedua itu menerima pinangan itu, maka terjadilah perkawinan.

Kedua: Seorang suami berkata kepada isterinya ketika si isteri itu suci dari haidnya: pergilah kau menemui si anu itu dan ambillah keturunannya, lalu si suami itu tidak menyetubuhi isterinya itu hingga didapatinya si isteri itu mengandung hasil hubungan jenis dengan orang yang disuruh ambil keturunannya itu. Dan bila jelas si isteri telah benar-benar mengandung, barulah si suami itu menyetubuhi isterinya kalau dia mau.

Sang suami menyuruh isterinya berbuat demikian karena dia menginginkan seorang anak yang pintar. Perkawinan jenis ini dinamakan “kawin mencari anak pintar.”

Ketiga:
Sekumpulan laki-laki, kira-kira tak sampai sepuluh orang, bersepakat menyetubuhi seorang perempuan tertentu. Semua mereka melakukan persetubuhan itu (sesuai giliran masing-masing). Bila si perempuan hamil dan melahirkan, setelah berlalu beberapa waktu setelah kelahiran anak itu, maka perempuan tadi pun menjemput setiap orang yang terlibat dalam kesepakatan menyetubuhinya itu dahulu, dan dalam hal ini tidak seorang pun yang bisa mengelak dan melepaskan diri.

Setelah peserta kesepakatan itu berkumpul, maka perempuan itu pun berkata: “Wahai lelaki sekalian, kamu semua tentunya telah maklum tentang apa yang telah kalian lakukan. Nah ini dia, aku telah melahirkan anak kalian. Ini anakmu wahai si fulan...., beri namalah anakmu ini sesuka hatimu,” lalu diserahkannya anak itu kepada orang yang dipilihnya itu, dan orang itu tidak boleh menolak.

Keempat: Beberapa orang berkumpul untuk menyetubuhi seorang perempuan secara bergiliran (tanpa kesepakatan apa pun) dan perempuan itu tidak boleh menolak siapa saja yang ingin menyetubuhinya. Perempuan itu akan meletakkan selembar kain sebagai tanda di pintu rumahnya kalau ada seseorang yang sedang menyetubuhinya (siapa saja yang suka boleh menyetubuhinya).

Bila perempuan lacur itu mengandung dan melahirkan anak, seluruh lelaki tadi akan berkumpul dan membuat kesepakatan dan persetujuan sesama mereka tentang siapakah di antara mereka yang patut menjadi bapak anak itu; dan orang yang dipilih itu tidak boleh menolak keputusan bersama itu dan mesti sanggup menerima tanggungjawab sebagai ayah si anak itu. (HR Bukhari di dalam Bab Al-Nikah)

Lalu apakah yang berbeda dengan ungkapan yang sering kita dengar di zaman ini? Ada ungkapan zaman ini, “Sekarang yang haram saja susah, boro-boro yang halal.”

Budaya pop yang mengalir deras dewasa ini, mulai dari lirik-lirik lagu yang amat rendah secara moral, ketidakpedulian masyarakat terhadap perzinahan, hingga bumbu-bumbu setiap even baik konser musik maupun launching produk yang menampilkan perempuan-perempuan penggoda birahi, seakan suatu menu wajib yang pasti ada. Apakah ini tidak mirip dengan situasi jahiliyah di masa pra Islam?

Mari kita beralih ke masalah yang menimpa zaman kita dewasa ini dengan sebuah kebodohan yang nyaris tiada bandingannya dalam sejarah umat manusia di muka bumi. Perhatikanlah masalah ini.

Dewasa ini kita semua dihantui oleh soal hancurnya tempat kita berhuni: Bumi! Anehnya semua tahu bahwa masalah ini akibat kerakusan manusia sendiri: industrialisasi dan over konsumsi. Industrialisasi menciptakan cerobong-cerobong pabrik di berbagai penjuru bumi. Over konsumsi menghanguskan energi-energi fosil, seperti minyak bumi dan batu bara. Semuanya menyumbang pemanasan global. Global warming, kata mereka.

Dalam beberapa abad atau mungkin tidak sampai beberapa abad, bumi akan hancur. Setidaknya separuh daratan tempat manusia tinggal akan tenggelam akibat gunung salju di kutub mencair.

Orang yang waras tentu menjawab selamatkan bumi dengan mengurangi konsumsi dan menghindari industrialisasi yang menghasilkan CO2. Tapi rupanya tidak banyak yang waras. Sebab kalau itu solusinya akan mengancam supremasi Negara-negara industri. Kalau demikian adanya, berarti hal ini sudah lain. Ini soal nafsu setan sebagian negara itu.

Anehnya banyak orang menerima ketidakwarasan ini. Solusi dengan penghutanan besar-besaran yang diusulkan negara-negara industri tersebut diterima secara wajar, meskipun tetap dihantui momok global warming. Apakah jenis keadaan mutakhir semacam ini bukan bentuk jahiliyah?

Jahiliyah kuno sifatnya tetaplah sama dengan jahiliyah mutakhir. Dalam hati kecil tahu bahwa hal itu tidak masuk akal, tetapi tetap dibiarkan karena menyangkut masalah kepentingan para pembesar dan kebiasaan yang sudah mengakar.

Membongkar dan memusnahkan kejahiliyahan semacam ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang berpikir murni dan lurus. Orang semacam ini baru bisa lahir dari rahim Islam yang murni yang tunduk sepenuhnya kepada Allah, bukan kepada manusia.

Penulis adalah mantan Ketua Umum PB HMI MPO

selengkapnya...

/@cw

Tujuh Kiat Tinggalkan Maksiat

E-mail Print PDF
Bahkan di saat istirahat dan di tempat yang kita anggap aman dari gangguan mata, masih saja ada kesempatan bermaksiat

“Tiada hari tanpa maksiat”, kata ini mungkin lebih tepat untuk suasana hidup di zaman ini. Di kantor, di kampus, di jalan, bahkan di rumah sendiri, fasilitas maksiat tersedia.

Di kantor, godaan maksiat ada di mana-mana. Teman, orang luar, bahkan diri sendiri. Jika tidak karena iman, bukan mustahil akan mudah bermaksiat di hadapan Allah baik dengan terang-terangan atau tersembunyi. Kesempatan terbuka luas. Jadi kasis kita bisa memanipulasi uang, jadi pemasaran kita bisa memanipulasi dan korupsi waktu.  

Televisi kita 24 jam menyediakan tontonan penuh fitnah dan umbar aurat. Bahkan di saat istirahat dan di tempat yang kita anggap aman dari gangguan mata, masih saja ada kesempatan bermaksiat.

Memang, meninggalkan maksiat adalah pekerjaan yang tidak ringan. Ia lebih berat daripada mengerjakan taat (menjalankan yang diperintah oleh Allah dan Rasul-Nya), karena mengerjakan taat disukai oleh setiap orang, tetapi meninggalkan syahwat (maksiat) hanya dapat dilaksanakan oleh para siddiqin (orang-orang yang benar, orang-orang yang terbimbing hatinya).

Terkait dengan hal tersebut Rasulullah Sallallahu aalaihi wa sallam. bersabda: "Orang yang berhijrah dengan sebenarnya ialah orang yang berhijrah dari kejahatan. Dan mujahid yang sebenarnya ialah orang yang memerangi hawa nafsunya."

Apabila seseorang menjalankan sesuatu tindak maksiat, maka sebenarnya ia melakukan maksiat itu dengan menggunakan anggota badannya. Orang yang seperti ini sejatinya telah menyalahgunakan nikmat anggota tubuh  yang telah dianugerahkan Allah pada dirinya. Dalam bahasa lain dapat dikatakan, ia telah berkhianat atas amanah yang telah diberikan kepadanya.

Setiap kita berkuasa penuh atas anggota tubuh kita, pikiran dan jiwa kita. Akan tetapi, terkadang, kita begitu susah menggendalikan apa yang menjadi ‘milik kita’ itu. Tangan, mata, kaki dan anggota tubuh yang lain, kerap bergerak diluar kendali diri, yang tak jarang bertentangan dengan idealisme atau nilai-nilai keyakinan  yang kita anut dan kita yakini. Padahal, rekuk relung kalbu  kita bersaksi bahwa semua anggota tubuh itu, kelak  akan menjadi saksi atas segala perbuatan kita di Padang Mahsyar.

Firman Allah SWT : "Pada hari ini (Kiamat) Kami tutup mulut-mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksian lah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka lakukan (di dunia dahulu)." (Yassin:  65).

Bagaimana agar kita selamat dari maksiat?

Di bawah ini beberapa ikhtiar, yang bila dijalankan secara sungguh-sungguh, insya Allah membawa faedah.

1. Menjaga Mata

Peliharalah mata dari menyaksikan pemandangan yang diharamkan oleh Allah SWT seperti  melihat perempuan yang bukan mahram. Hindari, atau minimal kurangi-- untuk pelan-pelan tinggalkan sejauh-jauhnya--  melihat gambar-gambar yang dapat membangkitkan hawa nafsu. Termasuk menjaga mata, janganlah memandang orang lain dengan pandangan yang rendah(sebelah mata/menghina) dan melihat keaiban orang lain.

2. Menjaga Telinga

Menjaga telinga dari mendengar perkataan yang tidak berguna seperti: ungkapan-ungkapan mesum/kotor/jahat. Poin kesatu dan kedua ini menjadi tidak mudah di saat di mana gosip telah menjadi komuditas ekonomi. Gosip telah menjadi kejahatan berjamaah yang dianggap hal yang lumrah dilakukan, dan wajib ditonton dan disimak. Kehadirannya disokong dana yang tidak sedikit, dimanajeri, ada penulis skenarionya, ada kepala produksinya, ada reporternya dan seterusnya.

Rasulullah S.A.W. bersabda : "Sesungguhnya orang yang mendengar (seseorang yang mengumpat orang lain) adalah bersekutu (di dalam dosa)dengan orang yang berkata itu. Dan dia juga dikira salah seorang daripada dua orang yang mengumpat."

Oleh karenanya, menjaga mata-telinga adalah pekerjaan yang memerlukan energi dan kesungguhan yang kuat dan gigih.

3.Menjaga Lidah

Lidah adalah anggota tubuh tanpa tulang yang kerap mengantarkan pada perkara-perkara besar. Kehancuran rumah tangga, pertengkaran sahabat karib, hingga peperangan antar negara, dapat dipicu dari sepotong daging kecil di celah mulut kita ini.

Rasulullah Saw. bersabda : “Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya.” (Riwayat Athabrani dan Al Baihaqi)

Jagalah lidah dari perkara-perkara seperti berbohong, ingkar janji, mengumpat, bertengkar / berdebat / membantah perkataan orang lain, memuji diri sendiri, melaknat(mncela) makhluk Allah, mendoakan celaka bagi orang lain dan bergurau( yang mengandung memperolok atau mengejek) orang lain.

4. Menjaga Perut

Yang hendaknya selalu di ingat:  perut kita bukan tong sampah! Input yang masuk ke dalam perut akan berpengaruh langsung/tidak langsung terhadap tingkah laku/sikap/tindakan kita. Karenanya, peliharalah perut dari makanan yang haram atau yang syubahat. Sekalipun halal, hindari memakannya secara berlebihan. Sebab hal itu akan menumpulkan pikiran dan hati nurani. Obesitas (kelebihan berat badan) adalah penyakit modern sebagai akibat lain dari tidak terkontrolnya urusan perut. 

5. Menjaga Kemaluan

Kendalikan sekuat daya dorongan melakukan apa-apa yang diharam kan oleh Allah SWT. Firman Allah-Nya:"Dan mereka yang selalu menjaga kemaluan mereka, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau apa-apa yang mereka miliki (daripada hamba jariah) maka mereka tidak tercela." (Al Mukminun:  5-6)

6.Menjaga Dua Tangan

Kendalikan kedua tangan dari melukai seseorang (kecuali dengan cara hak seperti berperang, atau melakukan balasan yang setimpal). Katakan “stop”, pada tangan, ketika akan bertindak sesuatu yang diharamkan, atau menyakiti makhluk Allah, atau menulis sesuatu yang diharamkan atau menyakiti perasaan orang lain.

7.Menjaga Dua Kaki

Memelihara kedua kaki dari berjalan ke tempat yang diharamkan atau berjalan menuju kelompok orang atau penguasa yang zalim tanpa ada alasan darurat karena sikap dan tindakan itu dianggap menghormati  kezaliman mereka, sedangkan Allah menyuruh kita berpaling dari orang yang zalim.

Firman Allah SWT. : "Dan jangan kamu cenderung hati kepada orang yang zalim, nanti kamu akan disentuh oleh api neraka." (Hud: 113)

Pintu-pintu bagi masuknya maksiat terbuka lebar pada ketujuh anggota tubuh di atas. Pun kunci-kuncinya ada dalam genggaman tangan kita untuk membendungnya. Jadi, semua kembali kepada manusianya. Tentu hamba Allah yang cerdik, adalah mereka yang  mempergunakan amanah tubuh untuk senantiasa berjalan di atas rel keridhaan-Nya.

Akhirul kalam, ada sebuah hadits Nabi mengatakan, “Barangsiapa meninggalkan maksiat terhadap Allah karena takut kepada Allah, maka ia akan mendapatkan keridhaan-Nya.” (Riwayat Abu Ya’li). Nah, bagaimana dengan kita?  [Ali Athwa/hidayatullah.com]
 
i

selengkapnya...

/@cw

Mestikah Kita Takut pada Islam?

E-mail Print PDF
Ada penjahat di AS keturunan Afrika tak ditampilkan mewakili sebagai komunitas di berita TV. Tapi mengapa Islam selalu diberitakan secara berlebihan?  
Hidayatullah.com--Pada masa ketika bangsa kita menyaksikan meningkatnya perilaku intoleran, yang melintasi batas-batas budaya, entah berdasarkan ras, agama atau orientasi seksual, pada saat yang sama kita terpaku pada berita media nasional yang dipenuhi konflik dan kontroversi padahal kita sangat membutuhkan media yang melaporkan fakta-fakta secara berimbang. Sebuah acara berita nasional baru-baru ini menguatkan keprihatinan ini. Izinkan saya menerangkan apa yang saya maksud.
 
Bayangkan sebuah acara televisi ternama atau artikel majalah berita dengan judul, Mestikah Orang Amerika Takut pada Orang Kulit Hitam?
 
Bayangkan musik hip-hop stakato mengawali acara itu, dengan klip-klip yang menampilkan anggota geng kulit hitam yang memikul senjata, berkeliaran di kota, dan tampak menyeramkan. Bayangkan sebuah tato di pundak yang gambarnya diperbesar dan tato itu bertuliskan "Jahat sepanjang Hayat" (Thug for Life).
 
Begitu pembawa acara (yang namanya cukup terkenal) membuka acara, bayangkan bahwa pakar kulit putih yang hendak menyampaikan pendapat tentang akar penyebab kerusakan kota adalah orang yang dikenal rasis seperti David Duke, mantan perwakilan dari negara bagian Louisiana dan pemimpin Ku Klux Klan – sebuah gerakan supremasi kulit putih yang pernah meluas. Dengan muka polos, dan tanpa perasaan bersalah, pembawa acara meminta pendapat dari Duke, lalu Duke pun menyatakan, “Ketika orang Amerika melihat kerusuhan Los Angeles, mereka melihat masa depan mereka,” yang merujuk pada kerusuhan pada 1992 yang meletus menyusul pembebasan empat polisi kulit putih yang diadili lantaran memukuli Rodney King, seorang pengendara motor beretnis Afrika-Amerika.
 
Bayangkan kamera-kamera televisi berusaha mencari pendapat orang-orang kulit hitam “yang sebenarnya”. Daerah mana yang para kamerawan itu datangi? Kawasan kumuh tentu! Maksud saya, di mana lagi orang-orang kulit hitam tinggal?
 
Pembawa acara mengundang orang-orang Amerika biasa untuk meminta para pakar menjelaskan patologi orang kulit hitam: "Mengapa musik rap sangat merendahkan perempuan?" tanya Cynthia dari Wyoming. "Mengapa banyak sekali orang kulit hitam yang berada di lapis ekonomi dan pendidikan paling bawah?" tukas Chuck dari New York.
 
Apakah permulaan ini tidak mengenakkan? Tentu ya. Tanya saja Don Imus, seorang pembawa acara radio Amerika yang ditembak pada 2007 lantaran melontarkan ucapan rasis dan seksis, tentang “nikmatnya” membuat stereotipe tentang orang-orang kulit hitam. Tambahkan orang-orang Yahudi, Katolik, kaum gay dan yang lain. Bukan ide yang bagus.
 
Kini gantilah orang kulit hitam dengan Muslim, dan begitulah bagaimana ABC News memperlakukan Islam dan Muslim dalam acara-acaranya, 20/20 dan This Week with Christiane Amanpour.
 
Ada klip-klip video “wajib” tentang kamp pelatihan teroris, pesawat-pesawat yang terbang menuju Menara Kembar WTC, korban-korban “pembunuhan demi kehormatan”. Para pakar Muslim yang tampil – yang terkesan “islami” karena berjenggot panjang dan berpeci – diantaranya adalah satu orang yang menyatakan bahwa suatu saat bendera Islam akan berkibar di atas Gedung Putih. Para pakar non-Muslim yang tampil – Robert Spencer (dedengkot anti-Muslim dalam kontroversi Park51), Ayaan Hirsi Ali (penulis anti-Muslim yang banyak karyanya) dan Franklin Graham (yang mengatakan Islam “adalah agama yang sangat jahat dan keji ") – dikenal, bahkan kondang, dengan lontaran-lontaran kebencian anti-Muslim.
 
Tentu, tokoh-tokoh ini dengan tegas “sepakat” dengan orang-orang yang berjenggot panjang dan berpeci putih itu, dan mengulang propaganda bahwa Islam menuntut para pemeluknya untuk menguasai orang lain. Di antara Muslim “biasa” yang diwawancarai adalah seorang perempuan bercadar (kurang dari satu persen Muslimah di Amerika mengenakan cadar), dan orang-orang Muslim di kota-kota yang dipandang banyak Muslimnya seperti Dearborn, Michigan dan Patterson, New Jersey.
 
Apakah sebagian orang Amerika takut pada orang kulit hitam? Tentu. Tapi kita tidak menguatkan ketakutan-ketakutan itu melalui penggambaran tampang sok polos dalam acara berita terpandang. Tapi mengapa ketakutan pada Muslim diperkuat oleh siaran-siaran televisi?
 
Adakah penjahat di Amerika yang merupakan orang Afrika Amerika? Lagi-lagi, ya. Tapi mereka tidak ditampilkan sebagai mewakili komunitas mereka dalam acara-acara berita ternama. Mengapa acara-acara serupa mencari-cari orang Muslim yang paling menakutkan dan secara berlebihan menampilkan mereka sebagai juru bicara [semua umat] Muslim?
 
Tidak ada jurnalis yang akan meminta orang kulit hitam yang membawa tas kerja di jalanan untuk menjelaskan patologi seorang penjahat Afrika-Amerika hanya karena warna kulitnya sama. Tapi para jurnalis meminta Muslim Amerika biasa untuk menerangkan perilaku orang-orang yang senang membunuh dan para ekstremis, dan dengan begitu menghubung-hubungkan antara orang-orang yang “gila” dan komunitas kebanyakan.
 
Adakah orang-orang yang ingin mengungkapkan teori rasis tentang kejahatan orang kulit hitam, dari masalah dalam gen orang kulit hitam hingga berbagai kekurangan dalam budaya orang kulit hitam? Banyak. Tapi mereka muncul di acara berita hanya sebagai contoh rasisme, bukan sebagai pakar tentang ras.
 
Kita sedang di tengah perbincangan nasional tentang rasa memiliki. Ancaman pembakaran al-Qur’an di Florida dan kontroversi seputar pusat kegiatan Islam di pinggiran Manhattan adalah contoh dari perbincangan nasional tentang apakah Amerika bisa membentangkan tangan lebar-lebar untuk juga merengkuh kaum Muslim. Penggambaran yang sensasional dan tak bertanggung jawab tentang Muslim dalam media populer memang bukan penyebab Islamofobia, tapi bisa memperparah. Acara berita dan laporan media belakangan tidak turut menerangkan ataupun memahami perbincangan nasional ini; sungguh disayangkan.
 
Tapi perbincangan ini harus berlanjut. Dan saya harap perbincangan ini berlanjut di masjid-masjid, gereja-gereja, sinagog-sinagog dan tempat-tempat suci yang lain, dan orang Amerika dari semua agama bicara bertatap muka tentang perbedaan dan tentang kemanusiaan kita bersama – bebas dari stereotipe yang belakangan sangat mencolok dalam acara televisi dan majalah kita. [ditulis  Keith Ellison (D-MN) di newsweek.washingtonpost.com, Ellison adalah Muslim pertama yang terpilih menjadi anggota Kongres AS. Artikel ini disebarluaskan oleh Kantor Berita Common Ground (CGNews) seizin pengarang] i

selengkapnya...

Ulama-ulama Nusantara yang Sudah Mendunia


E-mail Print PDF
Mereka umumnya menghabiskan hidupnya dengan mengajar di Mekah, sebagian lagi pulang ke Indonesia

Hidayatullah.com--
Sejarah mencatat beberapa ulama Indonesia pada masa lalu pernah berkiprah hingga namanya dikenal dunia. Mereka pada umumnya berguru ke Mekah dan Madinah. Sebagian menghabiskan hidupnya dengan mengajar di sana, sebagian lagi pulang ke Indonesia. Berikut di antara mereka:

Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari

Namanya tak hanya dikenal oleh masyarkaat Nusantara, tapi juga kaum muslimin di Filipina, Turki, Arab Saudi, Mesir, dan India. Lahir di Banjar tanggal 15 Safar 1122 (17 Mei 1710). Selama hampir 35 tahun berguru pada ulama-ulama terkenal di Mekah dan Madinah seperti Syeikh Ataillah bin Ahmad Al-Misriy, Syeikh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdiy, Syeikh Ahmad bin Abd Mun'im Syeikh, dan Muhammad bin Abd Karim Al-Qadiri.

Selepas berguru di Mekah dan Madinah, Al-Banjari kembali ke tanah air. Ia membuka pusat-pusat studi Islam untuk membantu masyarakat menimba ilmu pengetahuan.

Al-Banjari berhasil menulis berpuluh-puluh karya. Salah satu yang termasyhur adalah kitab Sabilal Muhtadin, yang kerap menjadi referensi para penulis buku fikih.

Pada 6 Syawal 1227 (3 Oktober 1812), Al-Banjari wafat. Untuk mengenang karya dan jasanya, masyarakat Banjarmasin mendirikan Masjid Raya Sabilal Muhtadin.

Syeikh Sulaiman Ar-Rasuli Al-Minangkabawi

Ia seangkatan dengan Hasyim Asyhari, pendiri Nahdlatul Ulama. Lahir di Candan, Sumatera Barat, pada tahun 1871.

Sulaiman menuntut ilmu agama di Mekah dan antara lain berguru pada ulama Minang yang tinggal di Tanah Suci, Syeikh Ahmad Khatib Abdul Lathif Al-Minangkabawi. Sekembali ke tanah air, ia menyebarkan ajaran Islam dengan sistem lesehan (duduk bersila). Baru pada tahun 1928, Al-Minangkabawi menggunakan bangku.

Pada tahun 1928 juga, Al-Minangkabawi bersama Syeikh Abbas Ladang Lawas dan Syeikh Muhammad Jamil Jaho menggagas berdirinya organisasi yang sempat menjadi partai politik, yaitu Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti).

Syeikh Sayyid Utsman Betawi

Nama lengkapnya Sayyid Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Umar bin Yahya Al-Alawi, namun lebih dikenal dengan sebutan Habib Utsman Mufti Betawi. Lahir di Pekojan, Jakarta, 17 Rabiul Awwal 1238 (2 Desember 1822).

Habib Utsman adalah sahabat ulama besar Sayyid Yusuf An-Nabhani, mufti di Beirut. Selama di Mekah, Habib Utsman menimba ilmu pada Syeikh Ahmad Ad-Dimyathi, Sayyid Muhammad bin Husein Al-Habsyi, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, dan Syeikh Rahmatullah.

Semasa hidupnya, Mufti Betawi berhasil menulis karya sebanyak 109 buah. Dalam memutuskan suatu perkara ia dikenal sangat tegas. Tak heran kalau ulama-ulama asli Jakarta yang ada sekarang sangat mengagumi sosok Mufti Betawi dan menjadikannya guru teladan.

Syeikh Muhammad Khalil Al-Maduri

Lahir pada 11 Jamadil Akhir 1235 (27 Januari 1820) di Bangkalan, Madura. Al-Maduri berasal dari keluarga ulama. Ia sempat berguru kepada Kiai Muhammad Nur di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur.

Al-Maduri semasa mudanya berhasil menghafal Al-Qur'an (hafizh). Juga mampu menguasai qiraah tujuh (tujuh cara membaca Al-Qur'an).

Tahun 1859 Al-Maduri menuju ke Mekah. Ia bersahabat dengan Syeikh Nawawi Al-Bantani. Sekembalinya ke tanah air, Al-Maduri mendirikan pondok pesantren di daerah Cengkebuan, 1 kilometer dari tanah kelahirannya.

Pada masa penjajahan Belanda, ia sudah sepuh dan tak lagi mampu terlibat langsung dalam kontak fisik. Namun ia sangat aktif menumbuhkan sikap perlawanan kepada para pemuda di pondok pesantrennya. Akibatnya, Al-Maduri ditahan Belanda karena dituduh melindungi para pemberontak.

Muhammad Khalil Al-Maduri wafat pada usia 106 tahun (29 Ramadan 1341 atau 14 Mei 1923). Semasa hidup telah membina kader-kader ulama untuk generasi setelahnya, seperti KH Hasyim Asy’ari (pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang) dan KH Bisri Mustofa (pendiri Pondok Pesantren Rembang).

Syeikh Nawawi Al-Bantani


Al-Bantani kerap disebut sebagai “Imam Nawawi Kedua”. Gelar ini diberikan oleh Syeikh Wan Ahmad bin Muhammad Zain Al-Fathani.

Lahir pada penghujung abad ke-18 di Banten. Ia memiliki nama lengkap Muhammad Nawawi bin Umar ibnu Arabi bin Ali Al-Jawi Al-Bantani.

Selama di Mekah, Nawawi Al-Bantani belajar pada beberapa ulama terkenal seperti Syeikh Ahmad An-Nahrawi, Syeikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah Al-Maliki, Syeikh Ahmad Ad-Dumyati, Syeikh Muhammad Khathib Duma Al-Hanbali, Syeikh Zainuddin Aceh, dan Syeikh Ahmad Khathib Sambas.

Setiap kali mengajar di Masjidil Haram, ia selalu dikelilingi sekitar 200-an orang. Pernah diundang ke Universitas Al-Azhar, Mesir, untuk memberi ceramah atau fatwa-fatwa pada beberapa perkara khusus.

Syeikh Muhammad Mukhtar Al-Bughri
Lahir di Bogor, Jawa Barat, pada 14 Sya'ban 1278 (14 Februari 1862). Nama lengkapnya Muhammad Mukhtar bin Atharid Al-Bughri Al-Batawi Al-Jawi. Pendidikan agamanya didapat langsung dari orang tuanya. Semasa muda, ia telah mampu menghafal Al-Qur'an.

Tahun 1299 hijrah ke Betawi (Jakarta) untuk menimba ilmu kepada Sayyid Utsman. Tidak puas juga, ia kemudian menuju ke Mekah.

Selama di Mekah, Mukhtar Al-Bughri belajar kepada ulama termasyhur, Syeikh Ahmad Al-Fathani. Ia juga diberi kesempatan untuk mengajar di Masjidil-Haram selama 28 tahun.

Setiap kesempatan mengajar, ia selalu dikelilingi sekitar 400-an muridnya. Semasa hidupnya telah menulis berpuluh-puluh karya. Mukhtar Al-Bughri wafat di Mekah pada 17 Shafar 1349 (13 Juli 1930).

Syeikh Abdul Hamid Asahan

Nama lengkapnya Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud. Lahir di  Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara, tahun 1298 H (1880).

Sejak kecil ia belajar kepada saudara iparnya yang bernama Haji Zainuddin. Setelah itu belajar kepada ulama termasyhur di Asahan bernama Syeikh Muhammad Isa, mufti Kerajaan Asahan.

Syeikh Muhammad Isa menganjurkan Abdul Hamid untuk menimba ilmu ke Mekah. Pasalnya, Abdul Hamid memiliki talenta untuk menjadi ulama.

Sampai di Mekah, Abdul Hamid Asahan langsung diterima belajar di halaqah Syeikh Ahmad Al-Fathani. Sayang, dua tahun kemudian Syeikh Ahmad Al-Fathani meninggal dunia (1325 H/1908). Walau berinteraksi hanya sekitar dua tahun, rasa kasih sayang Syeikh Ahmad Al-Fathani begitu kuat.

Abdul Hamid Asahan kemudian berguru pada Syeikh Ahmad Khathib bin Abdul Lathif Minangkabawi. Proses belajar ini sempat terganggu karena meletusnya Perang Dunia I (1914 - 1918). Ia terpaksa pulang ke Tanjung Balai Asahan.

Abdul Hamid kemudian mendirikan Madrasah 'Ulumil 'Arabiyah. Seiring berjalannya waktu, madrasah ini berkembang pesat dan menjadi termasyhur di Sumatera Utara.

Abdul Hamid Asahan melengkapi hidupnya dengan menulis berpuluh-puluh buku. Ia wafat pada 10 Rabiul Akhir 1370 (18 Februari 1951). [syahid/hid/hidayatullah.com]
  /@cwi

selengkapnya...

/@cwi

Mengenal 7 Karya An Nawawi Al Bantani

E-mail Print PDF
Ada yang menyebut karyanya mencapai 30 kitab, sebagian lain menyebut 38 kitab

Hidayatullah.com--Ismail Basya Al Baghdadi dalam karya beliau, Hidayah Al Arifin menyebutkan bahwa karya An Nawawi Al Bantani mencapai 30. Sedangkan Joseph Elian Serkis dalam Al Mu’jam Al Mathbu’at Al Arabiyah wa Al Mu`arrabah menyebutkan bahwa jumlah karya ulama nusantara yang mencari ilmu di Mesir dan Hijaz ini mencapai 38 kitab. Dari karya ulama yang wafat tahun 1316 H ini, tak ada salahnya untuk mengetahui 7 di antaranya, yang populer dikaji di banyak pesantren di Indonesia.

Nihayah Az Zain fi Iryad Al Mubtadi`in

Merupakan salah satu karya An Nawawi Al Bantani dalam bidang fiqih madzhab As Syafi’i. Merupakan syarah dari Quratu Al ‘Ain bi Muhimmati Ad Din, karya Zain Ad Din Al Malibari.

An Nawawi sendiri menyebutkan bahwa dalam mensyarah, beliau tidak mengambil pemikiran sendiri, namun menukil dari beberapa karya ulama di antaranya Nihayah Al Amal, karya Ad Dimyathi, Nihayah Al Muhtj karya Ar Ramli, Tuhfah Al Muhtaj dan Fath Al Jawwad karya Al Haitmi, serta An Nihayah Syarh Abi Syuja’.

An Nihayah kini tercetak satu jilid tebal, mencapai sekitar 400 halaman.         

Qathr Al Ghaits


Karya yang satu ini juga merupakan syarah dari karya ulama sebelumnya, yakni Al Mufassir Al Muhaddits Abu Laits As Samarkandi, mengenai pembahasan masalah akidah.

Karya yang memiliki nama lengkap Qathr Al Ghaits fi Syarh Masa`il Abi Laits ini merupakan karya Al Bantani yang cukup ringkas, setebal 12 halaman.

Ats Tsimar Al Yani’ah


Karya Al Bantani dalam bidang fiqih termasuk Ats Tsimar Al Yani’ah, yang merupakan syarah dari karya Syeikh Muhammad Hasbullah yang bernama Ar Riyadh Al Badi’ah.

Membahas beberapa bab fiqih seperti masalah thaharah, shalat, zakat, puasa, I’taikaf, haji dan umrah, aqiqah dan nadzar.

Tidak seperti Nihayah Az Zain, Ats Tsimar Al Yani’ah lebih tipis jumlah halamannya, yakni sekitar 100 halaman.

Nasha`ih Al Ibad

Merupakan syarah dari karya Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani, yang berjudul Al Munabbihat ‘Ala Al Isti’dad li Al Yaum Al Mi’ad, yang berisi 214  tema yang berkisar menganai masalah tazkiyah an nafs. Dari tema tema tersebut terdapat 45 hadits dan sisanya atsar.


Tanqih Al Qaul

Karya Al Bantani dalam syarah hadits selain Nasha’ih Al Ibad adalah Tanqih Al Qaul Al Hatsits, yang merupakan syarah dari kitab Lubab Al Hadits, karya Hafidz As Suyuthi.

Lubab Al Hadits sendiri merupakan kumpulan hadits dan atsar yang dinilai shahih oleh Al Hafidz As Suyuthi. Terdiri dari 40 bab, dan tiap babnya terkandung 10 hadits dan astar, sehingga jumlah total hadits dan atsar mencapai 400.

Dalam At Tanqih, pembahasan berkonsentrasi pada masalah fadhail amal.

Muraqi Al Ubudiyah

Merupakan syarah dari matan Bidayah Al Hidayah karya Imam Al Ghazali yang mengupas mengenai masalah akhlak dan tazkiyah an nafz. Yang mencakup apa yang harus dilakukan oleh seorang muslim dalam sehari serta penjagaan terhadap anggota badan dari berbuat maksiat.



Kasyifah As Saja

Syarah matan Safinah An Najah karya Syeikh Salim bin Sumair Al Hadrami. Sebuah kitab fiqih yang disajikan secara ringkas yang membahas rukun Islam minus haji. [tho/hidayatullah.com]
Last Updated ( Monday, 02 August 2010 15:28 ) 

selengkapnya...

Kitab-kitab yang “Mengelilingi” Ihya Ulumuddin


E-mail Print PDF
Ada yang membela Al Ihya` adapula yang menjelaskan kedudukan hadits-haditsnya, ada pula yang mensyarah kalimat-kalimatnya.

ISLAM memiliki kazanah yang amat kaya, terutama dalam literaturnya. Mayoritas buku-buku memiliki keterkaitan satu sama lain. Satu sama lain saling  melengkapi. Ada yang menjelaskan alias mensyarah, ada pula yang mentakhrij haditsnya, ada pula yang melengkapi. Namun, diantara kitab-kitab tersebut ada beberapa kitab yang tidak kurang dari 8 kitab yang mendukungnya. Salah satunya adalah kitab Ihya` Ulumuddin buah karya Imam Al Ghazali. Berikut ini kitab-kitab yang ditulis untuk melengkapi karya yang amat populer bagi umat Islam ini.

Al Imla’ fi Isykalat Al Ihya`

Buku ini ditulis sendiri oleh Hujjatul Islam, Imam Al Ghazali guna menjelaskan lafadz-lafadz dalam Ihya` yang disalahpahami oleh mereka yang hidup semasa dengan beliau. Demikian pula ungkapan-ungkapan yang disalahpahami. Sebagaimana deisbutkan oleh Al Allamah Al Murtadha Az Zabidi dalam Al Ithaf As Sadah Al Muttaqin (1/40). Dalam cetakan Ihya saat ini, biasanya Al Imla disertakan di dalamnya.

Tasyid Al Arkan fi Laisa fi Al Imkan Ibda’ min Ma Kan

Selain Imam Al Ghazali, Al Hafidz As Suyuthi juga menulis sebuah risalah untuk membela sebagian pembahasan dalam Al Ihya` yang dikritik. Yakni mengenai ungkapan beliau Laisa fi Al Imkan Ibda’ min Ma Kan, yang membahas masalah qudrah. Risalah yang ditulis Imam As Suyuthi ini juga disertakan dalam Al Ihya yang diterbitkan bersama Al Ihya`, semisal yang didistribusikan Dar Al Kitab Al Arabi tahun 1419 H.

Ta’rif Al Ahya` fi Al Fadhail Al Ihya`


Risalah ini juga disertakan dalam Al Ihya’ sebagai pengenal mengenai keutamaan kitab ini dan paparan ringkas kandungannya. Ditulis oleh Al Allamah Abd Al Qadir Al Idrus Ba’alawi. Penilaian para ulama tentang kitab ini dan jawaban bagi mereka yang mengkritiknya juga disebutkan. Risalah ini juga diterbitkan bersama kebanyakan Al Ihya`.

Ithaf As Sadah Al Muttaqin

Sebuah kitab yang amat tebal, yang menysarah kitab Ihya` Ulumuddin. Ditulis oleh Al Allamah Al Murtadha Az Zabidi yang bermadzhab Hanafi. Disamping menjelaskan makna, beliau juga berbicara mengenai status hadits. Dibebarapa penerbitan kitab ini dicetak tidak kurang dari sepuluh jilid.

Al Mughi an Haml Al Asfar fi Al Asfar fi Takhrij Ma fi Al Ihya’ min Al Akhbar

Karya Al Hafidz Al Iraqi, yang menerangkan takhrij dan status hadits dan atsar yang terdapat dalam Al Ihya`. Al Allamah Az Zabidi menyebutkan bahwa awalnya Al Iraqi menulisnya dalam beberapa jilid besar pada tahun 751 H. Kemudian beliau meringkasnya dalam satu jilid saja. (lihat, Al Ithaf, 1/41)

Takhrij ini juga disertakan di mayoritas Al Ihya` yang banyak beredar saat ini.

Takhrij Al Hafidz Ibnu Hajar

Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani juga memiliki satu jilid karya, yang berisi takhrij hadits Al Ihya` yang terlewatkan oleh guru beliau Al Hafidz Al Iraqi, sebagaimana disebutkan Al Allamah Az Zabidi. Namun beliau tidak menyebut nama buku tersebut. (lihat, Al Ithaf, 1/41)

Tuhfah Al Ahya fi Ma Fata min Takhrij Al Ahadits Al Ihya`

Selain Al Hafidz Ibnu Hajar, yang mentakhrij hadits-hadits Al Ihya` yang terlewatkan adalah Al Hafidz Qasim bin Quthlubugha yang bermadzhab Hanafi, sebagaimana disbutkankan dalam Al Ithaf. (lihat, Al Ithaf, 1/41)

Takhrij Ibn As Subki

Ibnu As Subki yang wafat tahun 771 H juga sudah menghukumi hadits sebagian hadits dalam Al Ihya` yang beliau bagi sesuai dengan bab-bab pembahasan Al Ihya`yang disertakan dalam Thabaqat As Syafi’iyah Al Kubra. Pembahasan berkonstrasi pada hadits-hadist yang belum beliau temukan asalnya. Risalah ini setebal 101 halaman, dalam At Thabaqat yang diterbitkan oleh Hijr, tahun 1413 H.

Demikianlah, ada 8 buku karya para ulama yang berguna memudahkan kita dalam menelaah Ihya` Ulumuddin. Dan tidak perlu takut mengkaji hadits-haditsnya, karena para ulama sudah menjelaskannya.

Ringkasan Ihya` Ulumuddin

Tidak lengkap jika berbicara tentang kitab-kitab yang berhidmat kepada Al Ihya` tanpa berbicara mengenai ringkasannya. Al Allamah Az Zabidi menjelaskan bahwa yang pertama kali meringkas Al Ihya` adalah Abu Al Futuh Ahmad bin Muhammad Al Ghazali, saudara Imam Al Ghazali yang wafat pada tahun 520 H, yang bernama Lubab Al Ihya`.
Selain beliau beberapa ulama lainnya juga meringkasnya seperti Ahmad bin Musa Al Mushili yang wafat tahun 622 H, Muhammad bin Said Al Yamani, Yahya bin Abi Al Khair Al Yamani, yang tidak disebutkan nama ringkasannya. Sedang Muhammad bin Utsman bin Umar Al Balkhi juga meringkas Al Ihya`yang diberi nama Ain Al Ilm.

Sedangkan Abd Al Wahhab bin Ali Al Khatib Al Maraghi menamai ringkasannya dengan Lulab Al Ihya`. Syamsu Muhammad bin Ali bin Ja`far Al Ajluni yang wafat tahun 820 H juga meringkas Al Ihya`. Menurut Al Hafidz As Sakhawi, ringkasan beliaulah yang paling baik. (lihat, Al Ithaf, 1/41)
  /@cwi 

selengkapnya...

Virus Takatsur dan Tanda Hilangnya Rahmat


E-mail Print PDF
Menurut Imam Al Ghozali jika virus ruhani tersebut hinggap pada diri seseorang, maka akan melahirkan beberapa penyakit jiwa
 
Oleh: Sholih Hasyim*
 
ADA orangtua yang tinggal di sebuah pelosok desa sebagai petani dan penjual sate, bekerja keras tak kenal lelah, membanting tulang mencari nafkah. Ketika kembali pulang ke rumah, ia disambut oleh istri dan kedua anaknya dengan senyum yang tersungging di bibir. Maka seketika ia merasakan bahagia, kepenatan yang dirasakan sepanjang hari menjadi hilang dengan cepatnya.
 
Ada orangtua yang menangis karena gembira demi melihat puteranya dilantik menjadi profesor termuda di salah satu perguruan tinggi terkenal di Jawa Timur. Selesai menerima penghargaan dari almamaternya, bapak tersebut tidak mampu menahan isak tangis di belakang kursi wisuda. Betapa pengorbanan yang selama ini dilakukan untuk keberhasilan anaknya tidaklah sia-sia. Ia melupakan penderitaan selama bertahun-tahun demi masa depan buah hatinya. Itulah 1/100 rahmat yang dikaruniakan oleh Allah kepada sang bapak. Rela berkorban tanpa mengharapkan imbalan sedikitpun, yang penting anaknya sukses.
 
Ada pula cerita. Serombongan gajah mencari lokasi lain untuk mempertahankan kehidupan. Diantara mereka, salah satu induk gajah melahirkan anaknya dengan kaki cacat sebelah. Sementara gajah yang lain terus melaju, seolah-olah tak peduli dengan penderitaan kawannya. Gajah itu sendirian dikerumuni binatang buas yang siap menerkam bayi gajah. Ia akhirnya meninggalkan anak yang baru saja dilahirkan, untuk menghindari ancaman binatang buas. Baru beberapa langkah menyusul rombongan, namun hatinya tidak tega membiarkan anaknya sendirian. Ia kembali mengelus-elus anaknya di tengah-tengah bahaya. Sehingga bisa berjalan dan diajak menyusul rombongannya. Induk gajah itu berani menghadapi ancaman, karena instingkasih sayang terhadap anaknya.
 
***
 
Jika kita mencermati kehidupan bangsa kita sekarang, seringkali melihat manusia itu tidak konsisten dalam memelihara rahmat yang diberikan oleh Allah kepadanya, berbeda jauh dengan hewan. Informasi anarki, kekerasan politik, pembunuhan, pemerkosaan, persaingan yang tidak sehat antar kelompok, pertentangan antar etnis dan elit politik serta berbagai kriminalitas lainnya menghiasi media cetak dan elektronik setiap hari.
 
Barangkali kita tidak heran bahwasanya akhir-akhir ini mendengar orangtua memperkosa anak tirinya, suami yang tega mencari wanita idaman lain di tempat kerjanya pada saat yang bersamaan keluarganya sedang menunggu kehadirannya di rumah dengan harap-harap cemas. Seorang istri tega berbuat serong bersama pria idaman lain yang kebetulan sebagai atasannya. Seorang wanita tega membuang anaknya yang baru saja dilahirkan. Karena hasil hubungan gelap dengan laki-laki lain.
 
Dimanakah gerangan 1/100 rahmat yang diturunkan Tuhan kepadanya? Apakah sifat itu sudah dicabut oleh-Nya?
 
Ada ribuan pertanyaan. Persis dengan berbagai masalah, gejolak dan problem bangsa kita. Mengapa bangsa Indonesia yang dikenal murah senyum, pemaaf, sopan, rukun agawe santoso, tepo sliro, paternalistik, tahan menderita, tiba-tiba menjadi bringas dan kejam?
 
Efek Virus Takatsur
 
Dr. Yusuf Ali dalam tafsir “The Holy Qur’an”, mengatakan, bahwasanya penyebab hilangnya sifat rahmat pada diri manusia karena telah dihinggapi penyakit ruhani (mental) bernama takatsur (usaha menumpuk-numpuk harta, mengejar jabatan, memperbanyak pengaruh, massa dll).
 
Menurut Imam Al Ghozali jika virus ruhani tersebut hinggap pada diri seseorang, maka akan melahirkan beberapa penyakit jiwa. Di bawah ini adalah tanda-tanda dari penyakit itu.
 
Serakah  
 
Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?". Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.” (QS. Thoha (20) : 120-121 ).
 
Pohon itu dinamakan Syajaratulkhuldi (pohon kekekalan), karena menurut syaitan, orang yang memakan buahnya akan kekal, tidak akan mati. Pohon ini dilarang Allah bagi yang mendekatinya.  Ada yang menamakan pohon khuldi sebagaimana tersebut dalam surat Thaha ayat 120, tapi itu adalah nama yang diberikan syaitan.
 
Apa yang dilakukan Adam dan Hawa itu adalah sebuah tindakan serakah dan durhaka. Karena lupa,  ia telah melanggar larangan Allah. Ia juga telah tersesat mengikuti apa yang dibisikkan syaitan. Kesalahan Adam a.s. meskipun tidak begitu besar menurut ukuran manusia biasa sudah dinamai durhaka dan sesat.
 

Dengki (Hasud) 
 
Dengki adalah rojaa-u zawaali ni’mati al-ghoir (senantiasa berharap hilangnya nikmat pada diri orang lain). Dalam sejarah kehidupan manusia sifat buruk inilah yang menjadi penyebab pembunuhan pertama kali di dunia. Dilakukan putra seorang Nabi yang bernama Qobil dan Habil. Habil meninggal di tangan kakak kandungnya hanya karena persoalan wanita. Wajar jika Rasulullah mengingatkan kepada kita bahwa sifat hasud tidak sekedar mencukur rambut bahkan mencukur sendi-sendi agama. Beliau juga mengingatkan:
 
“ Jauhilah oleh kalian sifat dengki, karena sesungguhnya dengki akan membakar seluruh kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.“ (al Hadist). Ummat ini akan menjadi baik selama tidak berkembang sifat dengki.
 
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang Sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah Hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa." (QS. Al Maidah (5) : 27).
 
Takabur (Sombong)
 
Menurut Imam Al Ghozali puncak keruntuhan kepercayaan adalah syirik (menyekutukan Allah) dan puncak kerusakan akhlak adalah takabur. Takabur adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain (bathrul haq wa ghomthun Nas). Sifat warisan iblis inilah yang menjadikan anak manusia tidak pandai melihat kekurangan dirinya sendiri (intropeksi), tetapi lebih senang melihat kekurangan orang lain. Semua orang memiliki kans untuk bersikap sombong dalam profesi apapun.
 
Pernah suatu kali,  ada peristiwa pertentangan antara pemulung di Surabaya. Awalnya hanya sebatas pertarungan mulut, kemudian berkembang menjadi adu fiisik. Salah seorang lawannya ada yang mengancam, “Kamu harus berani mengambil resiko akibat peristiwa yang memalukan ini, tidakkah kamu mengetahui bahwa sayalah yang merintis profesi sebagai pemulung di sini?.
 
Betapa jelas, bahwa pekerjaan sebagai pemulung saja bisa membanggakan asal usul dan rasa sombong. Apalagi pekerjaan yang lebih bergengsi dari itu.
 
“Dan (Ingatlah) ketika kami Berkata kepada malaikat : "Sujudlah kamu kepada Adam", Maka mereka sujud kecuali iblis. ia membangkang. “(QS. Thoha (20) : 116).
 
Allah sangat membenci kesombongan. Karena pada dasarnya manusia itu tempat salah dan lupa (al insanu mahalil khothoi wa an nisyan). Sekalipun manusia memiliki potensi yang baik tetapi dibatasi oleh berbagai kekurangan. Kesempurnaan hanyalah milik Allah. Allah tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga seorang yang dalam dirinya masih tersimpan sifat sombong sekalipun sedikit.
 
Dendam
 
Sifat ini sangat berbahaya baik secara individu maupun kelompok/kehidupan sosial. Karena sifat ini akan mendorong seseorang untuk menjatuhkan orang lain yang berbeda dengannya. Ia ingin melihat orang yang menjadi lawan politiknya celaka. Ia akan berusaha agar tidak ada orang lain yang menyainginya, baik dalam aspek jabatan, kekayaan, pengaruh, ilmu dll. Ia gembira jika melihat orang lain bernasib buruk, jatuh agar posisinya tetap eksis dan diakui orang lain. Rasulullah mengingatkan kepada kita agar senantiasa waspada terhadap penyakit jiwa ini. Sebab penyakit ini akan mudah merusak pergaulan hidup. Sabda beliau: “Sekuat apapun seseorang, sebuah perkumpulan, sebuah negara akan hancur, jika dendam ini menjalar. “
 
Jika kita mencermati carut marutnya kehidupan manusia dari masa ke masa pokok pangkalnya adalah efek ketiga penyakit jiwa tersebut. Yaitu: serakah, dengki, sombong dan dendam. Usaha yang terpenting dalam mengatasi gejolak sosial lanjut beliau, masing-masing individu dari anak bangsa ini mengembangkan tiga sifat berikut : Pertama, maafkanlah orang yang pernah berbuat zalim kepadamu (wa’fu man zhalamaka). Kedua, berilah kepada orang yang pernah menghalangi pemberian kepadamu (wa’thi man haromaka). Ketiga, sambunglah orang yang pernah memutuskan hubungan kepadamu (wa shil man qotho’aka).
 
Jika sikap senantiasa memberi kepada siapa saja, apapun bentuknya pemberian itu, baik berupa materi dan immateri, menjalin silaturahim dan menyebarkan pintu maaf maka rahmat Allah akan senantiasa meliputi kehidupan mereka.
Resep Memelihara Titipan Rahmat
 
Dalam al-Quran Surat At-Takastur Allah SWT memberikan resep yang sangat jitu untuk merawat titipan rahmat dari-Nya.
 
Pertama, ziarah Kubur
 
Dengan ziarah kubur (rekreasi rohani) seseorang diingatkan tentang hakikat kesementaraan kehidupan. Apa saja yang menjadi kebanggaan kita di dunia, kekuasaan, harta, wanita, pengaruh, ilmu akan berakhir. Saudara yang menjadi kepercayaan kita bisa saja akan berkhianat. Sahabat karib yang kemarin menjadi mitra bergaul dan dialog ternyata menjadi seonggok mayat yang dibungkus kain kafan. 
 
KH. A. Gimnastyar pernah mengingatkan dalam kuliah shubuhnya di RCTI, presiden Amerika lalu George W. Bush yang memimpin perang terhadap teroris, dan diindentikkan dengan kaum muslimin. Beliau mengatakan : Wahai presiden jangan berlagak sombong, apakah anda tidak menyadari bahwa kekuasaan yang sedang anda pegang tidak kuasa menolak kematian anda.
 
Rasulullah Saw. bersabda: “Aku pernah melarang kalian ziarah kubur, sekarang berziaralah karena ia mengingatkanmu tentang kehidupan akhirat.” (Al Hadits)
 
Kedua, mempelajari Ilmu Fardhu ‘Ain (Syariat)
 
Berbicara syariat kita jangan salah dalam memahaminya. Dalam islam syariat adalah ketentuan dari Allah dan Rasul-Nya untuk kita. Didalamnya terkandung ibadah, aqidah dan akhlaq. Jadi tidak ada dichotomi antara syariat dan hakikat sebagaimana yang dipahami oleh kaum sufi.
 
Dengan ilmu syariat disamping mencerdaskan pikiran kita, sekaligus menata batin kita. Kecerdasan ruhaniah menghantarkan seseorang terampil dalam menarik hikmah di balik peristiwa kehidupan. Sehingga dia mampu bersikap arif dan bijaksana. Ahli hikmah mengatakan : Dunia adalah ladangnya ilmu (Ad Dunya Mazro’atul ilmi). Rangkaian kejadian dan fluktuasinya yang melibatkan kepentingan individu, kolektif akan menjadi bahan renungan, ilmu dan pengalaman. Pengalaman adalah guru yang terbaik.
 
Jika ketiga resep yang diberikan oleh al-Qur’an diatas kita laksanakan dengan baik, insya Allah gejala anarki, pembunuhan, pertentangan antar elite dan berbagai gejolak sosial yang lain akan segera berakhir. Insya Allah.
 
“Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), Dan janganlah begitu, kelak kamu akan Mengetahui, Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.” (QS. At-Takatsur (102) : 3-5).
 
Ketiga, meningkatkan Rasa Tanggungjawab
 
Apapun yang dilakukan seseorang akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah, kelak di kemudian hari. Apakah masa muda yang dimiliki dimanfaatkan untuk pengabdian, untuk apakah umur yang telah dihabiskan, ilmu yang dimilikinya sudahkah disumbangkan kepada yang memerlukan, harta yang dinikmati dari mana diperolehnya dan apakah telah diinfakkan. Semua pertanyaan-pertanyaan tersebut akan kita jawab di akhirat kelak. Sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menjawab berbagai pertanyaan diatas dengan jujur dan tanggung jawab?
 
“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At-Takatsur (102) : 8).
 
Kata Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin: Perbuatan ma’siat lahir yang harus dijauhi, yaitu yang dilakukan oleh anggota badan, mulut, kedua tangan, kedua kaki, kedua mata, kedua telinga.
 
Semua anggota badan (yang merupakan karunia Allah SWT secara gratis) akan dipertanggung jawabkan di hadapan-Nya kelak.
 
Tujuh macam kejahatan yang dilakukan oleh tujuh anggota badan itu adalah :
 
·   Mata,

·  Telinga,

·  Lidah,

·  Perut,

·  Kemaluan,

·  Tangan

·  Dan kaki

Konon, karena itulah Allah SWT menjadikan tujuh macam neraka. Untuk tempat penyiksaan mereka yang melakukan kejahatan dengan salah satu anggota tubuh tersebut. Agar anggota tubuh sebagai media untuk menggapai kebahagiaan kehidupan dunia dan menyelamatkan kita di akhirat, maka harus disyukuri dengan cara digunakan untuk menyenangkan Yang Maha Memberikan.
 
Mata digunakan untuk melihat yang baik dan indah, jangan melihat yang haram. Telinga dipakai untuk mendengar bacaan al-Quran dan As-Sunnah, tidak untuk mendengarkan yang tercela, seperti ghibah, mengumpat dan menimbulkan fitnah, lidah untuk berzikir dan amar ma’ruf nahi mungkar, tidak untuk menghasut, berdusta yang mengantarkan kepada kehancuran. Menjaga perut dengan diisi makanan halal, kemaluan (faraj) disterilkan dari zina, tangan dijauhkan dari membunuh, memukul, mencuri, memegang sesuatu yang haram, kaki hanya digunakan untuk mengerjakan ibadat. Tidak dibawa menuju ke tempat ma’siat. Demikianlah pendidikan akhlak versi Al-Ghazali.
 
Karena pada dasarnya anggota tubuh dijadikan oleh Allah SWT sebagai nikmat dan amanat. Mengelola nikmat dan amanat dengan di salah gunakan, merupakan kejahatan yang terbesar. Manusia harus menggunakan dan mengambil manfaat anggota tubuh untuk patuh kepada Allah SWT. [Kudus, Oktober 2010]
 
Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com tinggal di Kudus, Jawa Tengah
  /@cwi

selengkapnya...

Sederhana, Pilihan Hidup Mulia


E-mail Print PDF
Pola hidup sederhana seakan menjadi barang langkah yang hanya ada dalam cerita atau dongeng di pojok-pojok surau  

oleh: Ali Akbar bin Aqil*

Pada suatu sore, ketika Rasulullah SAW selesai menunaikan shalat Ashar bersama para sahabatnya, ada peristiwa aneh. Yaitu setelah rampung shalat, tiba-tiba Rasulullah bangkit dengan tergesa-gesa meninggalkan jamaah menuju rumahnya dan kembali lagi dengan membawa makanan lalu dibagi-bagikan kepada para jamaahnya yang ada.

Kemudian sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, ada apa gerangan tiba-tiba anda beranjak dari jamaah lalu kembali membagi-bagikan makanan?.” Apa jawab sang baginda?, “Aku tidak ingin apabila matahari tenggelam sementara di rumahku masih ada sisa makanan.” (HR. Bukhari)

Rasululah adalah manusia yang paling zuhud yang terpancar dalam potret hidupnya yang sederhana dan penuh kebersahajaan. Ilustrasi di atas cukup menjadi acuan akan kesederhanannya. Beliau tidak pernah menyisakan atau menyimpan makanan di rumahnya.

Pola hidup sederhana yang beliau jalani bukan karena kepapaannya. Tidak! Tetapi beliau memilih demikian sebagai teladan ideal bagi umatnya agar dalam mengarungi bahtera kehidupan dunia tidak menjadikan harta sebagai tujuan utama.

Tersebutlah suatu riwayat yang menyatkan bahwa jika beliau berkenan, Allah menawarkan batu-batuan di kota Makkah menjadi taburan emas sebagai pembendaharaan baginda. Namun apa yang terjadi berikutnya? Beliau justru menjawab dengan rendah hati, “Tidak, wahai Tuhan. Tapi (biarkan) aku lapar sehari dankenyang sehari. Jika aku sedang kenyang, maka aku akan memuji-Mu, dan di saat lapar aku akan bersimpuh dan berdoa kepamau.”[ Muhammad Alwi Al Maliki, Muhammad al Insan Al Kamil, (Jeddah: Daar Asy Syuruq, 1411), cet. IV. hal. 156.]

Yang menarik adalah bahwa Rasulullah seorang pemimpin. Dengan posisi dan kedudukannya yang strategis itu, sebenarnya beliau mampu untuk memiliki fasilitas-fasilitas yang dimauinya. Terlebih kedudukan yang “wah” berpotensi menumpuk harta kekayaan sebanyak-banyaknya. Tetapi semua itu tidak beliau lakukan dan lebih memprioritaskan pola hidup sederhana. Inilah sebenarnya sosok seorang pemimpin yang menjadi patron umat.


Hidup Gaul atau Hidup Sederhana?

Ada yang menarik di seputar lingkungan kita terkait tema kesederhanaan. Yakni pola hidup sederhana seakan menjadi barang langkah yang hanya ada dalam cerita atau dongeng di pojok-pojok surau atau jerambah masjid (baca: Asatirul Awwalin).

Term kesederhanaan kerap dipersepsikan sebagai kemiskinan dan ketidak-gaulan. Karenanya tren kesederhanaan, seolah sudah tidak relevan untuk diperbincangkan apalagi dijadikan amaliyah di era moderen.

Di sisi lain, seiring dengan semakin tenggelamnya nilai-nilai kesederhanaan yang disertai pudarnya ajaran cinta kasih kepada sesama, maka bermunculan tren baru, yaitu pola hidup hedonis, glamour, elit, keren abis, gaul, yang semuanya muncul akibat ketamakan. Hal ini terjadi mulai dari lapisan masyarakat yang kebetulan “kaya” sampai yang terpaksa “miskin”.

Untuk lapisan pertama, pola hidup glamour dan hedon (mewah) masih memilki ruang dan daya tawar. Sebab mereka mempunyai sarana dan segudang fasilitas harta yang dimilikinya, kendati semua itu bukan sesuatu yang laik dan terpuji.

Namun, untuk lapisan berikutnya, yang terpaksa “miskin”, mereka dihadapkan pada dua pilihan. Pilihan pertama, jika tetap dengan penampilan “miskin”, takut disebut kurang  gaul. Pilihan kedua, kalau mau gaul modalnya apa? Baik pilihan pertama atau kedua sama-sama mengerikan jika orang tersebut tidak mendapatkan hidayah Allah. Karena mereka akan terseret oleh arus yang menjerumuskannya pada perbuatan nista demi meraih identitas semu yaitu  seperti “orang kaya”.

Lebih dari itu, di kalangan kaum terpelajar –tak terkecuali kaum santri- juga sudah menjamur pola hidup yang sering diistilahkan “gaul abis”. Para pelajar yang sebagian besar masih disubsidi oleh orangtua tersebut juga terjangkit virus kronis ini. Mereka bangga bila mampu menunjukkan atribut atau aksesoris “gaul”.

Ironisnya, kebanggaan itu tidak dibarengi dengan perilaku yang mencerminkan rasa syukur atas segala yang telah dimilikinya. Bahkan, kerapkali dijadikan jembatan untuk berbuat kufur dan maksiat kepada Allah yang Maha Pemberi!

Jika demikian, maka sadarilah bahwa kita telah terjebak dalam tipuan dunia yang menyebabkan kita tidak terhormat dunia-akhirat. Betapa tidak, di satu sisi kita mengkufuri nikmat Allah yang telah kita terima. Di sisi lain, kita telah mengkhianati amanah orangtua atau siapa saja yang telah mensubsidi kita dengan penuh husnudzan.

Secara tidak sadar kita telah melukai perasaan orang-orang di sekitar kita yang terpaksa “miskin” dan tidak pernah merasakan nikmatnya aksesoris atau atribut “gaul”, padahal mereka juga mempunyai selera sama.

Untuk itulah, solusinya adalah mari membiasakan diri hidup sederhana. Qona`ah bisa menjadi hal solutif. Qona`ah ialah sifat menerima apa adanya. Ia merupakan harta yang tidak pernah sirna.

Imam Al Ghazali memberi kiat-kiat agar kita memiliki sifat qona`ah,

Pertama, kesederhanaan dalam penghidupan dan pembelanjaan. Di dalam hadits disebutkan, “Pengaturan adalah separo dari penghidupan.”

Kedua, pendek angan-angan. Sehingga ia tidak bergelut dengan kebutuhan-kebutuhan sekunder.

Ketiga, hendaklah ia mengetahui apa yang dikandung di dalam sifat qona`ah berupa kemuliaan dan terhindar dari meminta-minta serta mengetahui kehinaan dan ketamakan.

Maka dengan cara ini, lanjut Al Ghazali, insya Allah ia akan bebas dari ketamakan.[ Al Ghazali, Mutiara Ihya `Ulumuddin, (terj.) Irwan Kurniawan, (Bandung: Mizan, 2003), cet. XV, hlm. 265.]

Ingatlah, semua adalah titipan Allah, bukan milik manusia hakiki. Dan semuanya akan kembali pada-Nya yang tentunya dengan LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban)-nya masing-masing.

Sebagai penutup, cukuplah sebuah riwayat bahwa Rasulullah senantisa tidur di atas tikar, sehingga tampak membekas di pipi sang baginda yang mulia.

Apabila “Insan Kamil” itu yang kemuliannya meliputi alam semesta hanya memilih untuk menikmati hidupnya dengan penuh kesederhanaan, lalu siapakah kita, jika dibanding Rasulullah?[hidayatullah.com]

Penulis adalah Pengajar di Ponpes. Darut Tauhid, Malang. Email: al_akbar84@yahoo.co.id This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it . Dimuat www.hidayatullah.com
  /@cwi

selengkapnya...

Ulama Palestina Sedih, Kirim Bantuan Warga Mentawai dan Merapi


Rencananya, hari ini Persatuan Ulama Palestina akan mengirim surat keprihatinan dan doa pada korban Tsunami dan  Merapi

Hidayatullah.com--Meskipun dalam keadaan dijajah, diteror, dikepung dan diusir oleh Zionis Israel, rakyat dan ulama Palestina masih ikut merasakan kepedihan yang dialami saudara-saudaranya yang terkena bencana di Mentawai dan Gunung Merapi.

 “Kami mohon kepada Allah supaya menambah kesabaran iman saudara-saudara kami di Indonesia yang sedang menerima ujian, berupa bencana-bencana alam,” kata Syaikh Dr. Nawaf Takruri, Ketua Persatuan Ulama Palestina di Suriah kepada Sahabat Al-Aqsha, lembaga pengelola bantuan Palestina semalam.

Syaikh Nawaf Takruri yang pernah beberapa kali mengunjungi Indonesia, mengaku dirinya dan kawan-kawannya para ulama Palestina, merasa sedih dan terus mengikuti perkembangan berita Tsunami dan gunung meletus di negeri yang dicintainya ini.

Lebih dari itu rakyat Palestina akan mengirimkan bantuan kepada saudara-saudaranya di Mentawai dan Merapi. Kepada Sahabat Al-Aqsha, Ziad Said Mahmud Direktur Al-Sarraa Foundation for Humanitarian Relief, mengatakan pihaknya sedang berkordinasi dengan KISPA dan Sahabat Al-Aqsha di Indonesia untuk mengirimkan bantuan kepada saudara-saudaranya yang menjadi korban bencana Tsunami dan gunung meletus.


Berbicara lewat telepon semalam, Ziad Said Mahmud yang berasal dari Gaza mengatakan, “Kami mohon jangan kalian nilai jumlahnya. Kami rakyat Palestina sudah merasa seperti satu tubuh dengan rakyat Indonesia. Saat kalian merasakan sakit, kami juga merasa sakit, sebagaimana kalian juga selalu merasakan sakitnya kami karena penjajahan.”

Al-Sarraa Foundation pernah menitipkan bantuan dari rakyat pengungsi Palestina, kepada rakyat korban gempa bumi Padang 2009 sebesar 1000 dolar melalui KISPA. Waktu itu, Ustadz Ferry Nur, Ketua KISPA menyerahkan langsung bantuan itu kepada masyarakat korban gempa di Pariaman, Sumatra Barat.

Rencananya, hari ini Persatuan Ulama Palestina akan mengirim surat berisi keprihatinan yang mendalam dan doa kepada beberapa organisasi ulama dan lembaga kemanusiaan di Indonesia agar disampaikan kepada masyarakat korban Tsunami dan letusan gunung berapi.

Sedangkan Al-Sarraa Foundation akan mengirimkan bantuan berupa uang melalui KISPA dan Sahabat Al-Aqsha. Insya Allah. [sa/hidayatullah.com]
 
/@cwi

selengkapnya...

Pengungsi Palestina Kirim 4 Ribu Dolar untuk Korban


Tsunami dan Merapi



Sumbangan tsunami hasil keputusan musyawarah antara ulama dan rakyat Palestina, baik yang ada di Jalur Gaza maupun di Suriah
Hidayatullah.com--Seperti sudah direncanakan, biarpun hidup di bawah penjajahan dan teror Israel, para pengungsi Palestina di Suriah dan Gaza masih sempat mengirimkan bantuan dana untuk saudara-saudaranya korban Tsunami di Mentawai dan korban letusan Gunung Merapi di Yogyakarta.“Kami tahu, jumlah ini tidak seberapa dibandingkan kesusahan yang sedang dialami saudara-saudara kami di Mentawai dan Merapi. Tapi terimalah ini sebagai tanda cinta kami. Kita satu tubuh. Kalian sakit, kami ikut sakit, sebagaimana kalian merasa sakit ketika melihat kami sakit dan menderita karena dijajah Israel,” demikian kata Ziad Said Mahmud, kordinator bantuan kemanusiaan internasional Palestina kepada Sahabat Al-Aqsha semalam lewat telepon.
Ziad asal Gaza yang juga Direktur Al-Sarraa Foundation menambahkan, sumbangan itu hasil keputusan musyawarah antara ulama dan rakyat Palestina, baik yang ada di Jalur Gaza maupun di Suriah.
Bantuan untuk korban Tsunami di Mentawai sebesar 2 ribu dolar disampaikan lewat Ustadz Ferry Nur, Ketua KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina), sedangkan bantuan untuk korban letusan Gunung Merapi juga sebesar 2 ribu dolar disampaikan lewat Amirrul Iman, Direktur Operasional Sahabat Al-Aqsha.
“Ini bukan pertama kali,” kata Ust. Ferry Nur, “waktu terjadi gempa di Padang tahun lalu, mereka juga mengirim uang sebesar seribu dolar. Saya sendiri yang menyampaikannya ke saudara-saudara kita korban gempa itu di Pariaman.”
“Saya sampai nggak tahu mesti ngomong apa,” kata Amirrul Iman dengan suara lirih. “Kami sudah sampaikan kepada mereka (pengungsi Palestina di Suriah dan di Gaza), hidup kalian sudah susah. Cukup doakan para korban Tsunami dan Merapi agar semakin kuat imannya kepada Allah, dan diringankan penderitaannya. Nggak usah kirim-kirim uang segala. Tapi mereka tetap memaksa… (untuk mengirim uang).”
Ust. Ferry Nur dan Amirrul menyatakan akan segera menyampaikan amanah itu kepada para korban secepat mungkin. Insya Allah.* [SA/hidayatullah.com]

Sebagian anak-anak Palestina di kamp pengungsian An-Nairab di Aleppo, Suriah, yang Ramadhan lalu berbuka puasa dengan kiriman dana dari masyarakat Indonesia lewat Sahabat Al-Aqsha. Foto: Sahabatalaqsha.com

/@cw

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |