Mencari Semangat

dakwatuna.com – Menapaki jalan dakwah tak selamanya mulus. Ada kalanya pemahaman sudah kuat tapi penerapan masih lemah. Ada seorang Al-Akh yang mengeluh betapa susahnya berbisnis dengan sesama ikhwah. Yang leletlah, tidak profesional, tidak sungguh-sungguh, prosedur yang bertele-tele dan kurang amanah. Padahal yang diajak bisnis ini aktivis dakwah yang produktif berdakwah. Suatu ketika pula berjumpa dengan akhwat yang mengeluhkan suaminya. Bukan tidak bersyukur, tetapi ingin mencari solusi. Suaminya adalah dai, sosok yang diidamkan semasa gadis dulu. Sepak terjangnya di medan dakwah mencatat tinta emas. Namun ketika sudah berumah tangga, tampaklah kebiasaan yang sesungguhnya: susah bangun malam, tilawah sehari nggak sampai satu juz, hafalan banyak yang hilang, kurang perhatian dengan urusan rumah, dan sebagainya dan sebagainya. Lain kali pula bertemu dengan ikhwah yang lesu berangkat liqo. Halaqah sudah semakin kering. Magnetnya semakin mengendur. Maka jadilah forum bunderan itu majelis setor muka. Tiada makna, tiada kesan. Dalam kondisi seperti ini, waspadalah, bahwa ini adalah alarm. Inilah lampu merah yang berkelip berputar-putar dan berbunyi memekakkan telinga, mengingatkan kepada kita bahwa kita telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup. Sesuatu itu adalah semangat. Semangat ibarat motor dalam sebuah mesin. Dia yang menggerakkan komponen lainnya untuk berbuat. Tidak sedikit kendala dihadapi, akan tetapi berhasil dilalui karena adanya semangat yang berkobar-kobar. Banyak permasalahan menghinggapi namun sukses diatasi karena semangat yang menyala-nyala. Pun juga potensi diri melejit karena ada semangat untuk introspeksi. Namun, ketika semangat ini melemah, akan ada banyak hal yang tak terselesaikan. Parahnya lagi, jika lemah semangat ini menular kepada yang lainnya. Tidak hanya kebaikan yang bisa menyebar, keburukan juga bisa menular dengan cepat. Dalam kondisi seperti ini bertindak cepatlah, apalagi jika yang melemah itu adalah semangat beribadah dan berdakwah di jalan Allah. Pertama, mintalah semangat itu kembali kepada Allah SWT Hidup dan mati kita di tangan Allah. Di antara keduanya pun dalam genggaman kekuasaan Allah SWT. Rasa kecewa, menyesal, putus asa adalah hal biasa dalam hidup. Ketika suami kita tidak seperti yang kita harapkan semasa gadis dulu, terimalah dengan besar hati karena kita pun belum tentu memenuhi sosok istri idamannya. Kekecewaan dan rasa kesal hanya akan memberatkan langkah menapaki biduk rumah tangga. Pun ketika kita berpartner dengan ikhwah yang sensitivitasnya rendah, terima saja sebagai ladang kesabaran. Dengan kesabaran itu insya Allah akan membuka jalan bagi kemudahan dan keberkahan. Mintalah langsung kepada Allah SWT agar kerlip cahaya semangat itu senantiasa menyala dan menjadi energi bagi setiap aktivitas kita. Mintalah dengan semakin mendekat kepadaNya. Setelah itu, carilah semangat itu di tempatnya berada. Carilah semangat itu dalam dirimu sendiri. Apakah ia hadir dalam aktivitas kesukaan kita, atau dalam renungan panjang malam-malam kita, atau dalam memori masa lalu yang mampu menghidupkan kembali nyala semangat dalam diri. Kedua, berkaca pada sekeliling Bisa jadi melemahnya semangat kita karena ruang edar kita itu-itu saja. Sedikitnya amal dan banyaknya angan-angan bukan tidak mungkin menjadi sumber melemahnya semangat. Oleh karenanya, luaskan ruang edar kita dengan berkaca pada sekeliling. Pada seorang kawan sederhana yang tak banyak mengeluh namun banyak beramal. Pada alam raya yang tak pernah protes dengan semua ketentuanNya namun konsisten dengan tugasnya. Dan luangkan waktu untuk semakin akrab dan penuh perhatian pada mutarabbi-mutarabbi kita. Sosok yang baru mengenal dunia dakwah, penuh dengan semangat dan optimisme. Ketika kelelahan semangat ini menggayuti diri kita, temuilah para mutarabbi ini dan dapatkan kesan mendalam dari mereka. Kepercayaan yang tinggi pada Murabbinya, idealisme dan kesungguh-sungguhan untuk berubah menjadi lebih baik dan tentu saja kepolosan jiwa mereka. Bergaullah dengan mereka yang mengingatkan betapa enerjiknya kita dulu saat awal-awal mengenal dakwah. Insya Allah semangat itu akan hadir kembali. Ketiga, jangan menikmati kefuturan Kelemahan itu jangan dibiarkan. Mual-mula hanya kemalasan kecil, tanpa terasa menjadi batu penghalang kita untuk bergerak. Setiap orang punya masalah. Setiap makhluk mendapat ujian dari Allah SWT untuk mengetahui siapa yang paling baik amalnya. Setiap dari kita punya keinginan dan tidak semuanya terpenuhi. So, anggap biasalah permasalahan dalam hidup. Jangan nikmati kekecewaan yang membuat kita futur. Kefuturan tidak membuat kita menjadi lebih baik, apalagi membuat bahagia. Segeralah bangkit dan kejar ketertinggalan. Semangat itu jangan dibiarkan pergi. Semangat dalam diri perlu dipupuk dan ditumbuhsuburkan. Jika ia sehat, maka auranya akan menyebar kemana-mana. Jadi jangan tularkan futurmu, tapi jangkitilah sekelilingmu dengan semangat yang tumbuh dalam dirimu. Hidup terlalu indah untuk dibiarkan berlalu tanpa makna. Dakwah terlalu berharga untuk diisi dengan rasa kecewa. Surga terlalu jauh jika hanya diangankan. Marilah bangkit dan raih surga kita dengan penuh semangat. Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/10/15564/mencari-semangat/#ixzz1bW9XQkrd /@cwi

selengkapnya...

Penerbit:Tuduhan Sayyid Quthb Kembangkan Takfir & Teror Tak Beralasan

Jakarta (voa-islam) – Menanggapi desakan buku-buku Sayyid Quthb ditarik dari peredarannya, Direktur Penerbit Rabbani Press Ustadz Aunur Rafiq, yang merupakan penerjemah Tafsir Fi Zhilalil Qur’an karya Sayyid Quthb, pernah mengatakan banyak orang tidak paham siapa Sayyid Quthb sebenarnya. Penarikan buku Quthb, jelas sangat merugikan Islam. “Saya yang sudah pernah menerjemahkan tafsirnya, tidak menemukan adanya penyimpangan, atau ideologi kekerasan seperti yang dituduhkan itu. Sayyid Quthb hanya ingin menyadarkan umat Islam dengan cara menghentakkan sebagai sebagai shock terapi. Disinilah banyak orang salah paham tentang pemikiran Sayyid Quthb,” kata Aunur Rafiq. Tuduhan Sayyid Quthb mengembangkan takfi dan terorisme, serta memberi inspirasi bagi gerakan islam yang radikal, kata Aunur Rafiq, adalah tuduhan yang tidak berdasar. Tuduhan itu tidak ada sama sekali. Mereka yang mengadili tokoh besar seperti Sayyid Quthb, ternyata banyak yang belum membaca karya-karyanya. Mereka, bahkan, tidak menemukan nash atau teks yang dituduhkannya itu. Hanya katanya saja. “Pelarangan di Negara-negara tertentu, hanya bersifat subjektif saja dan lebih kepada faktor ketersinggungan rezim yang berkuasa. Kalau mau dinilai, sebaiknya dibedah secara objektif dan rinci. Perlu diketahui, yang didobrak Sayyid Quthb adalah pemerintahan atau penguasa muslim yang zalim. Tapi tidak pada taraf menghasut dan menggulingkan. Sepenuhnya merujuk pada nash-nash Al Qur’anul Karim. Itulah sebabnya, menlai Sayyid Quthb harus diiringi dengan membac karya-karyanya secara utuh,” jelas Aunur Rafiq. 
  Seperti diketahui, Sayyid Quthb melahirkan karya monumental yang berjudul Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Diberitakan sebelumnya, Seksi Intelijen Kejaksaan Negeri Tanjungbalai Karimun melakukan sidak ke sejumlah toko buku,di Tanjungbalai Karimun, Kepulauan Riau, terkait peredaran sembilan judul buku Islam yang dianggapnya terlarang, diantaranya buku berjudul: 1. Tafsir Fi Zhilalil Quran Jilid 2 (karangan Sayyid Qutbh, Diterjemahkan oleh As'ad Yasin-Muahotob Hamzah, Terbitan Gema Insani Depok-Jakarta 2001). Kajari menganggap, buku tersebut menyuburkan ideologi terror di negeri ini. Sebenarnya, bukan hanya Sayyid Quthb yang dicekal di Mesir, bahkan pemerintah Tunisia pun mencekal semua karya Syaikh Yusuf Qaradhawi, tepatnya sejak tahun 1996. Termasuk buku-buku Hasan al-Banna, Said Ramadhan al-Buti dan beberapa tokoh lainnya. Bahkan, kabarnya di Tunisia, buku-buku Qaradhawi susah dicari. Tetapi, buku-buku keislaman kontemporer kekiri-kirian malah beredar luas. Tunisia sebelum revolusi, begitu alergi dengan pemikiran-pemikiran Islam gerakan (harakah) yang dinilai berhaluan kanan. Qaradhawi dikategorikan dalam kelompok ini, karena keterlibatannya di Ikhwanul Muslimin. Ironisnya, buku-buku Qaradhawi dinilai tidak ilmiah oleh Pemerintah Tunisia. (Desastian) /@cwi

selengkapnya...

Ilmuwan Barat Terus Menerus Buat Stigma Negatif Pada Sayyid Quthb

(voa-islam) – Ketika ditanya, mengapa anda tertarik untuk menulis buku biografi Sayyid Quthb? Nuim Hidayat, penulis buku Sayyid Quthb: Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, memberikan beberapa alasan mengapa dirinya tertarik untuk menulis perjalanan hidup Sayyid Quthb dan karya-karyanya. Pertama,seiring dengan meluasnya kampanye terorisme yang disponsori Amerika, ternyata nama Sayyid Quthb selalui dirujuk oleh ilmuwan politik Barat ketika membahas Syaikh Usamah bin Ladin, misalnya disebut-sebuh oleh John L. Esposito (ilmuwan politik Islam asal AS), sebagai “guru” atau tokoh idola dari Dr. Syaikh Abdullah Azzam. Sedangkan Azzam adalah guru daru Usamah bin Ladin. “Memang bila dibaca buku-buku Syaikh Abdullah Azzam, terutama dalam buku monumentalnya Tarbiyah Jihadiyah akan didapati bagaiman Dr. Azzam sering mengambil teladan-teladan dakwah dan pergerakan Sayyid Quthb dalam perjuangan Islam,” kata Nuim yang menulis tesis Program Studi Kajian Timur tengah & Islam, Universitas Indonesia yang berjudul "Pemikiran Jihad Menurut Sayyid Quthb dalam Fi Zhilalil Qur'an". Kedua, Sayyid Quthb adalah tokohikhwan yang paling awal dan banyak karyanya serta dianggap sebagai pelanjut Syaikh Hassan Al Banna. Ketika itu Al-Banna yang berumu pendek 43 tahun (1906-1949), tampaknya tidak sempat menuliskan secara terperinci ide-ide ikhwan, karena keburu syahid diberondong peluru dimobilnya oleh tentara Dinasi Faruk, Mesir. Setelah kembali dari Amerika tahun 1951, Sayyid Quthb langsung memutuskan untuk masuk Ikhwanul Muslimin. Quthb kemudian mempunyai pengaruh yang besar di kalangan ikhwan. Suatu ketika Gemal Abdul Nasser – yang kemudian mengkhianati Quthb – mengajak Sayyid Quthb dan ikhwan untuk bersama-sama menggulingkan Raja Faruk. Naser dan Quthb berpisah, karena Quthb menginginkan Negara Islam, sedangkan Nasser menginginkan Negara sosialis. Stigma Ilmuwan Barat Ketika, Nuim Hidayat selaku penulis, mengaku curiga, ketika ilmuwan politik atau penulis Barat membicarakan Sayyid Quthb dengan sudut pandang negatif. Esposito saja, yang sering dianggap moderat terhadap Islam, menyatakan Quthb adalah tokoh Islam militant dan radikal. Hal yang sama dikatakan oleh beberapa pakar politik Barat atau pro Barat lain, diantaranya: Leonard Binder, Ahmad S. Mousalli, dan Bassam Tibi. Beberapa dari mereka menyebut Quthb sebagai periintis gerakan Islam radikal atau Islam fundamentalis. “Saya melihat, ilmuwan-ilmuwan Barat itu sudah membenci seorang tokoh, sehingga berupaya untuk mencari-cari kelemahannya. Karena itu, pada buku-buku ilmuwan Barat, banyak didapati hal-hal sinis ketika membicarakan Sayyid Quthb. Hampir-hampir tidak didapatkan butir-butir pemikiran yang cemerlang dari Quthb. Buku yang sering dikritik ilmuwan Barat itu adalah yang berkisar konsep hakimiyah (kedaulatan), jihad dan revolusi, yang ditulis didalam Ma’alim fith-Thariq dan Fi Zhilalil Qur’an. Sayangnya, ada ulama seperti Rabi’ bin Hadi al-Madkhali, yang juga ikut-ikutan mengecam keras Sayyod Quthb,” jelas Nuim. Karena banyak penulis Barat yang benci pada Quthb itulah, mendorong Nuim untuk membaca karya-karyanya. Nuim berkeyakinan, bila mereka terus menerus membuat stigma dan menjauhkan masyarakat muslim dari karya-karya Quthb, tentu ada magnet yang besar pada karya beliau. “Dan benar saja, setelah membaca banyak karya Quthb, saya melihat ide-idenya yang menggugah, cemerlang dan autentik dalam pemikiran Islam. Meski ada kata-kata emosional di dalam karya-karya Quthb, tetapi “emosi kata” pada buku Quthb itu tetap rasional dan dalam bingkai Al-Qur’an dan Sunah. Bagi kalangan muda Islam, membaca karya Quthb dapat menumbuhkan pemikiran yang tajam dan semangat menyala dalam memperjuangkan Islam,” tandas Nuim. Menurut Nuim sang penulis buku biografi Sayyid Quthb, membaca karya Quthb, laksana membaca pemikiran Hasan al-Banna, An-Nabhani, dan Al-Maududi yang membuah ghirah dakwah seorang Muslim akan terjaga nyalanya. (Desastian/dbs) /@cwi

selengkapnya...

Sayyid Quthb: Karya-karyanya Membangunkan Umat yang Tertidur (Bag- I)

(voa-islam) - Ma’alim fit Thariq dan Fi Zhilalil Al-Qur’an adalah dua karyanya yang telah memerahkan telinga para penguasa Negara-negara besar dan negerinya. Mereka tidak berhasil menghentikan peredaran bukunya di Mesir dan Negara-negara Muslim lainnya. Menjadi aneh, jika rezim di negeri ini bernafsu untuk mensweeping buku-buku karya Sayyid Quthb yang telah diakui dunia itu. Dalam sejarah hidupnya, Sayyid Quthb benar-benar tidak lelah untuk berdakwah. Meski ia dizalimi, disiksa, dan dipenjara puluhan tahun, ia tidak pernah putus asa. Bahkan dalam penjara, ia torehkan karya yang lebih besar lagi. Ia revisi dan selesaikan Tafsir Fi Zhilalil Al-Qur’an dalam ruang-ruang sel yang sempit. Walaupun fisiknya dikerangkeng, pikirannya menerobos keluar tembok-tembok penjara dan menembus langit untuk tetap menyampaikan risalah ilahi. Bukan karena pistol yang digenggamnya, Sayyid Qutbh dizalimi dan dipenjara rezim yang berkuasa. Justru karena pena dan karya-karyanya itulah yang mampu menggugah ribuan pemuda untu bangkit melawan kejahiliahan dan menegakkan Islam. Ketika berbicara tentang jihad dan perjuangan Ikhwanul Muslimin di Mesir, kita tidak akan melewati seorang tokoh pejuang sejati. Betapa tidak, perjuangan dan kerja kerasnya telah mengubah pandangan dunia Islam tentang jihad. Sebagai seorang penulis produktif, Sayyid Quthb menorehkan tintanya pada lembar-lembar kertas dengan gaya bahasa yang tinggi dan dengan tekanan kata yang tercurahkan begitu hebat. Berbekal hafalan Qur’an pada usia sebelas tahun, kuliah di fakultas sastra, dan master dari USA, beliau mampu menyelesaikan karya monumentalnya Tafsir Fi Zhilalil Al-Qur’an, meskipun berada di dalam bui. Ketertarikannya dengan Hasan al-Banna (Pendiri Jamaah Ikhwanul Muslimin), Quthb iku bergabung dan berjuang bersama Ikhwanul Muslimin (IM) di Mesir. Sayyid Quthb dan IM memperjuangkan hak masyarakat muslim kepada pemerintah Mesir, hingga suatu saat Quthb difitnah telah bergabung dengan gerakan radikal dan dituduh melakukan maker terhadap pemerintah Gamal Abdul Naser. Dengan tuduhan inilah,Quthb dijebloskan ke dalam penjara, dan berakhir di tiang gantungan sebagai syahid. Jiwa As-Syahid Sayyid Quthb telah tiada, namun begitu banyak karya-karyanya yang menghidupkan lentera umat dan menjadi cahaya kebekuan berpikir kita dalam memperjuangkan Islam. Tokoh Besar Dr. Hidayat Nur Wahid dalam sebuah kata pengantar buku Sayyid Quthb (biografi dan Kejernihan Pemikirannya) memberi apresiasinya. Dikatakan Hidayat, membaca karya-karya Sayyid Quthb ibarat menyimak pemikiran tokoh besar. Meski ada yang mengkritiknya, pemikiran-pemikiran Quthb tetap memberikan sinarnya sampai kini. Tokoh-tokoh Islam, dari Timur Tengah sampai Eropa tidah habis-habisnya membahas dan mengambil hikmah pemikran dari pemikir terkemuka Ikhwanul Muslimin ini. Sayyid Quthb telah menulis karya lebih dari dua puluh buku tentang Islam. Buku-bukunya sebagian besar kini telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan mendapat sambutan yang luas di kalangan aktivis Islam. Ia membahas mulai dari ekonomi Islam, revolusi Islam, keadilan Islam sampai tafsir Al-Qur’an. Dalam menulis, sebagai seorang ahli sastra dan punya keilmuan Islam yang mendalam, kalimat-kalimat yang dibuat Sayyid Quthb menyentuh akal dan emosional pembaca. Disinilah kadang-kadang para orientalis “terpeleset” hanya menyimak sisi emosinalitas Sayyid Quthb dan mengesampingkan sisi rasional karya-karyanya.Padahal kalimat-kalimat “emosionalnya” lebih dimaksudkan untuk membuat pembaca tersentuh dan merasakan gairah semangat Islam. Sayyid Qutb sangat menyadari kekuatan dan kelemahan kata-kata. Dalam bukunya, Dirasah Islamiyah, ia menyatakan: “Di beberapa saat, yaitu saat-saat perjuangan yang pahit dilakukan umat di masa lalu, saya terkadang didatangi gagasan putus asa, yang terbentang di depan mata dengan jelas sekali. Dalam saat seperti itu, saya bertanya kepada diri sendiri, “Apa gunanya menulis? Apa gunanya makalah-makalah yang memenuhi halaman-halaman harian? Apakah tidak lebih baik dari semuanya ini kalau kita mempunyai sebuah pistol dan beberapa peluruh, setelah itu kita berjalan keluar dan menyelesaikan persoalan kita berhadapan dengan kepala-kepala yang berbuat sewenang-wenang dan melampaui batas? Apa gunanya kita duduk di meja tulis, lalu mengeluarkan semua kemarahan kita dengan kata-kata dan membuang seluruh tenaga kita untuk sesuatu yang tidak akan sampai kepada kepala-kepala yang harus dihancurkan itu?” Hidayat Nur Wahid lalu menegaskan, apakah Sayyid Quthb kemudian turun ke jalan dengan membawa senjata dan bom, berhadapan dengan penguasa Mesir yang zalim saat itu? “Tidak, ia tetap berdakwah menyampaikan risalah dengan lisan dan tulisannya. Sayyid Quthb tidak pernah turun ke jalan dengan membawa senjata dan menembak orang-orang yang tidak berdaya,” kata Hidayat Nur Wahid. Sayyid Quthb sadar, bahwa senjata penanya lebih banyak diharapkan dan ditungu masyarakatnya. Quthb lalu menjawabnya sendiri,”Saya merasa bahwa tulisan-tulisan para pejuang yang independen tidak semuanya hilang begitu saja. Karena ia dapat membangunkan orang-orang yang tidur, ,membangkitkan semangat orang-orang yang tidak bergerak, dam menciptakan suatu arus publik yang mengarah kepada sutu tujuan tertentu, kendatipun belum mengkristal. Tapi ada suatu yang dapat diselesaikan di bawah pengaruh pena itu.” Sayyid Quthb melanjutkan,”Tapi kata-kata itu sendiri, walaupun bagaimana ikhlas dan penuh daya ciptanya, ia tidak dapat melakukan apa-apa, sebelum ia menempatkan diri dalam suatu gerakan…” Bila kita baca sejarah kehidupan dan pemikiran-pemikiran Sayyid Quthb, kita akan menemukan mutiara-mutiara yang indah untuk diambil hikmahnya. Usaha para orientalis untuk menyingkirkan karya-karyanya dari khazanah pemikiran islam, terbukti gagal hingga kini. Buku Sayyid Quthb tidak dapat lagi dibaca oleh para pemuda Islam di Mesir, tapi dinikmati oleh jutaan kaum Muslimin di seluruh dunia. Hidayat Nur Wahid mengatakan, buku-buku Sayyid Quthb, yang hadir hingga kini, benar-benar menjadikan dirinya sebagai “Syahid yang Hidup” (As-Syahid al-Hayyi). (Desastian/dbs) /@cwi

selengkapnya...

Ukhuwah Atas Nama Allah

--Muslim satu dengan Muslim yang lain itu ibarat satu tubuh, kata Nabi. Itulah ukhuwah atau persaudaraan. Ukhuwah islamiyah atau persaudaran Islam adalah sendi pokok untuk membangun tatanan masyarakat Muslim yang kokoh. Tatanan masyarakat Islam yang kokoh merupakan cita-cita kita semua dimana Islam sebagai Rahmatan lil ‘alamin akan benar- benar terwujud.

Memperkokoh pilar-pilar ukhuwah islamiyah adalah kewajiban setiap Muslim. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kaum Muslimin untuk menegakkan ukhuwah. Hal itu termaktub dalam beberapa ayat di Al-Quranul Karim.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai hadits juga memerintahkan ummatnya untuk melakukan hal yang sama. Di bawah ini adalah beberapa hadits yang menjelaskan kedudukan ukhuwah dalam Islam. Di bawah ini adalah anjuran ukhuwah menurut Islam.

Lillahi Ta’ala

Semangat ukhuwah di antara sesama Muslim hendaknya didasari karena Allah semata, karena ia akan menjadi barometer yang baik untuk mengukur baik-buruknya suatu hubungan. Rasulullah bersabda, ”Pada hari kiamat Allah berfirman: Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari yang tiada naungan selain naungan-Ku ini, aku menaungi mereka dengan naungan-Ku.” (HR Muslim)






Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa yang bersaudara dengan seseorang karena Allah, niscaya Allah akan mengangkatnya ke suatu derajat di surga yang tidak bisa diperolehnya dengan sesuatu dari amalnya.” (HR Muslim)

Dalam keterangan yang lain Nabi Muhammad menjelaskan, ”Di sekeliling Arsy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya yang ditempati oleh suatu kaum yang berpakaian dan berwajah (cemerlang) pula. Mereka bukanlah para nabi atau syuhada, tetapi nabi dan syuhada merasa iri terhadap mereka.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada kami tentang mereka.” Beliau menjawab, ”Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai, bersahabat, dan saling mengunjungi karena Allah.” (HR Nasa’i dari Abu Hurairah Radiallahu ‘anhu)

Tidak Saling Menzhalimi

“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak menzhalimi atau mencelakakannya. Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya sesama Muslim dengan menghilangkan satu kesusahan darinya, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan di hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.” (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar ra)

Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda, ”Janganlah kalian saling mendengki, melakukan najasy, saling membenci, memusuhi, atau menjual barang yang sudah dijual ke orang lain. Tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak menzhalimi, dan tidak membiarkan atau menghinakannya. Takwa itu di sini (beliau menunjuk ke dadanya tiga kali).”

Ibarat Satu Tubuh

Ukhuwah dalam Islam memperkuat ikatan antara orang-orang Muslim dan menjadikan mereka satu bangunan yang kokoh. “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam.” (HR Muslim)

“Orang-orang Muslim itu ibarat satu tubuh; apabila matanya marasa sakit, seluruh tubuh ikut merasa sakit; jika kepalanya merasa sakit, seluruh tubuh ikut pula merasakan sakit.” (HR Muslim)

Merasakan Lezatnya Iman

“Barangsiapa ingin (suka) memperoleh kelezatan iman, hendaklah ia mencintai seseorang hanya karena Allah.” (HR Ahmad)

Mengenal Baik Sahabatnya

“Jika seseorang menjalin ukhuwah dengan orang lain, hendaklah ia bertanya tentang namanya, nama ayahnya, dan dari suku manakah ia berasal, karena hal itu lebih mempererat jalinan rasa cinta.” (HR Tirmidzi). [www.hidayatullah.com]

selengkapnya...

Sejarah Majalengka

Sejarah Majalengka JAMAN HINDU 1. Kerajaan Hindu di Talaga a. Pemerintahan Batara Gunung Picung Kerajaan Hindu di Talaga berdiri pada abad XIII Masehi, Raja tersebut masih keturunan Ratu Galuh bertahta di Ciamis, beliau adalah putera V, juga ada hubungan darah dengan raja-raja di Pajajaran atau dikenal dengan Raja Siliwangi. Daerah kekuasaannya meliputi Talaga, Cikijing, Bantarujeg, Lemahsugih, Maja dan sebagian Selatan Majalengka. Pemerintahan Batara Gunung Picung sangat baik, agam yang dipeluk rakyat kerajaan ini adalah agama Hindu. Pada masa pemerintahaannya pembangunan prasarana jalan perekonomian telah dibuat sepanjang lebih 25 Km tepatnya Talaga – Salawangi di daerah Cakrabuana. Bidang Pembangunan lainnya, perbaikan pengairan di Cigowong yang meliputi saluran-saluran pengairan semuanya di daerah Cikijing. Tampuk pemerintahan Batara Gunung Picung berlangsung 2 windu. Raja berputera 6 orang yaitu : - Sunan Cungkilak - Sunan Benda - Sunan Gombang - Ratu Panggongsong Ramahiyang - Prabu Darma Suci - Ratu Mayang Karuna Akhir pemerintahannya kemudian dilanjutkan oleh Prabu Drama Suci. b. Pemerintahan Prabu Darma Suci Disebut juga Pandita Perabu Darma Suci. Dalam pemerintahan raja ini Agama Hindu berkembang dengan pesat (abad ke-XIII), nama beliau dikenal di Kerajaan Pajajaran, Jawa Tengah, Jayakarta sampai daerah Sumatera. Dalam seni pantun banyak diceritakan tentang kunjungan tamu-tamu tersebut dari kerajaan tetangga ke Talaga, apakah kunjungan tamu-tamu merupakan hubungan keluarga saja tidak banyak diketahui. Peninggalan yang masih ada dari kerajaan ini antara lain Benda Perunggu, Gong, Harnas atau Baju Besi. Pada abad XIIX Masehi beliau wafat dengan meninggalkan 2 orang putera yakni: - Bagawan Garasiang - Sunan Talaga Manggung c. Pemerintahan Sunan Talaga Manggung Tahta untuk sementara dipangku oleh Begawan Garasiang,.namun beliau sangat mementingkan Kehidupan Kepercayaan sehingga akhirnya tak lama kemudian tahta diserahkan kepada adiknya Sunan Talaga Manggung. Tak banyak yang diketahui pada masa pemerintahan raja ini selain kepindahan beliau dari Talaga ke daerah Cihaur Maja. d. Pemerintahan Sunan Talaga Manggung Sunan Talaga Manggung merupakan raja yang terkenal sampai sekarang karena sikap beliau yang adil dan bijaksana serta perhatian beliau terhadap agama Hindu, pertanian, pengairan, kerajinan serta kesenian rakyat. Hubungan baik terjalin dengan kerajaan-kerajaan tetangga maupun kerajaan yang jauh, seperti misalnya dengan Kerajaan Majapahit, Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Cirebon maupun Kerajaan Sriwijaya. Beliau berputera dua, yaitu : - Raden Pangrurah - Ratu Simbarkencana Raja wafat akibat penikaman yang dilakukan oleh suruhan Patih Palembang Gunung bernama Centangbarang. Kemudian Palembang Gunung menggantikan Sunan Talaga Manggung dengan beristrikan Ratu Simbarkencana. Tidak beberapa lama kemudian Ratu Simbarkencana membunuh Palembang Gunung atas petunjuk hulubalang Citrasinga dengan tusuk konde sewaktu tidur. Dengan meninggalnya Palembang Gunung, kemudian Ratu Simbarkencana menikah dengan turunan Panjalu bernama Raden Kusumalaya Ajar Kutamanggu dan dianugrahi 8 orang putera diantaranya yang terkenal sekali putera pertama Sunan Parung. e. Pemerintahan Ratu Simbarkencana Sekitar awal abad XIV Masehi, dalam tampuk pemerintahannya Agama Islam menyebar ke daerah-daerah kekuasaannya dibawa oleh para Santri dari Cirebon. juga diketahui bahwa tahta pemerintahan waktu itu dipindahkan ke suatu daerah disebelah Utara Talaga bernama Walangsuji dekat kampung Buniasih. Ratu Simbarkencana setelah wafat digantikan oleh puteranya Sunan Parung. f. Pemerintahan Sunan Parung Pemerintahan Sunan Parung tidak lama, hanya beberapa tahun saja. Hal yang penting pada masa pemerintahannya adalah sudah adanya Perwakilan Pemerintahan yang disebut Dalem, antara lain ditempatkan di daerah Kulur, Sindangkasih, Jerokaso Maja. Sunan Parung mempunyai puteri tunggal bernama Ratu Sunyalarang atau Ratu Parung. g. Pemerintahan Ratu Sunyalarang Sebagai puteri tunggal beliau naik tahta menggantikan ayahandanya Sunan Parung dan menikah dengan turunan putera Prabu Siliwangi bernama Raden Rangga Mantri atau lebih dikenal dengan Prabu Puck Umum. Pada masa pemerintahannya Agama Islam sudah berkembang dengan pesat. Banyak rakyatnya yang memeluk aama tersebut hingga akhirnya baik Ratu Sunyalarang maupun Prabu Pucuk Umum memeluk Agama Islam. Agama Islam berpengaruh besar ke daerah-daerah kekuasaannya antara lain Maja, Rajagaluh dan Majalengka. Prabu Pucuk Umum adalah Raja Talaga ke-2 yang memeluk Agama Islam Hubungan pemerintahan Talaga dengan Cirebon maupun Kerajaan Pajajaran baik sekali. Sebagaimana diketahui Prabu Pucuk Umum adalah keturunan dari prabu Siliwangi karena dalam hal ini ayah beliau yang bernama Raden Munding Sari Ageng merupakan putera dari Prabu Siliwangi. Jadi pernikahan Prabu Pucuk Umum dengan Ratu Sunyalarang merupakan perkawinan keluarga dalam derajat ke-IV. Hal terpenting pada masa pemerintahan Ratu Sunyalarang adalah Talaga menjadi pusat perdagangan di sebelah Selatan. h. Pemerintahan Rangga Mantri atau Prabu Pucuk Umum Dari pernikahan Raden Rangga Mantri dengan Ratu Parung (Ratu Sunyalarang) melahirkan 6 orang putera yaitu : - Prabu Haurkuning - Sunan Wanaperih - Dalem Lumaju Agung - Dalem Panuntun - Dalem Panaekan Akhir abad XV Masehi, penduduk Majalengka telah beragama Islam. Beliau sebelum wafat telah menunjuk putera-puteranya untuk memerintah di daerah-daerah kekuasaannya, seperti halnya : Sunan Wanaperih memegang tampuk pemerintahan di Walagsuji; Dalem Lumaju Agung di kawasan Maja; Dalem Panuntun di Majalengka sedangkan putera pertamanya, Prabu Haurkuning, di Talaga yang selang kemudian di Ciamis. Kelak keturunan beliau banyak yang menjabat sebagai Bupati. Sedangkan dalem Dalem Panaekan dulunya dari Walangsuji kemudian berpindah-pindah menuju Riung Gunung, sukamenak, nunuk Cibodas dan Kulur. Prabu Pucuk Umum dimakamkan di dekat Situ Sangiang Kecamatan Talaga. i. Pemerintahan Sunan Wanaperih Terkenal Sunan Wanaperih, di Talag sebagai seorang Raja yang memeluk Agama Islam pun juga seluruh rakyat di negeri ini semua telah memeluk Agama Islam. Beliau berputera 6 orang, yaitu : - Dalem Cageur - Dalem Kulanata - Apun Surawijaya atau Sunan Kidul - Ratu Radeya - Ratu Putri - Dalem Wangsa Goparana Diceritakan bahwa Ratu Radeya menikah dengan Arya Sarngsingan sedangkan Ratu Putri menikah dengan putra Syech Abu Muchyi dari Pamijahan bernama Sayid Ibrahim Cipager. Dalem Wangsa Goparana pindah ke Sagalaherang Cianjur, kelak keturunan beliau ada yang menjabat sebagai bupati seperti Bupati Wiratanudatar I di Cikundul. Sunan Wanaperih memerintah di Walangsuji, tetapi beliau digantikan oleh puteranya Apun Surawijaya, maka pusat pemerintahan kembali ke Talaga. Putera Apun Surawijaya bernama Pangeran Ciburuy atau disebut juga Sunan Ciburuy atau dikenal juga dengan sebutan Pangeran Surawijaya menikah dengan putri Cirebon bernma Ratu Raja Kertadiningrat saudara dari Panembahan Sultan Sepuh III Cirebon. Pangeran Surawijaya dianungrahi 6 orang anak yaitu : - Dipati Suwarga-Mangunjaya - Jaya Wirya - Dipati Kusumayuda - Mangun Nagara - Ratu Tilarnagara Ratu Tilarnagara menikah dengan Bupati Panjalu yang bernama Pangeran Arya Secanata yang masih keturunan Prabu Haur Kuning. Pengganti Pangeran Surawijaya ialah Dipati Suwarga menikah dengan Putri Nunuk dan berputera 2 orang, yaitu : - Pangeran Dipati Wiranata - Pangeran Secadilaga atau pangeran Raji Pangeran Surawijaya wafat dan digantikan oleh Pangeran Dipati Wiranata dan setelah itu diteruskan oleh puteranya Pangeran Secanata Eyang Raga Sari yang menikah dengan Ratu Cirebon mengantikan Pangeran Secanata. Arya Secanata memerintah ± tahun 1962; pengaruh V.O.C. sudah terasa sekali. Hingga pada tahun-tahun tersebut pemerintahan di Talaga diharuskan pindah oleh V.O.C. ke Majalengka. Karena hal inilah terjadi penolakan sehingga terjadi perlawanan dari rakyat Talaga. Peninggalan masa tersebut masih terdapat di museum Talaga berupa pistol dan meriam. 2. Kerajaan Hindu Terakhir di Majalengka Sekitar tahun 1480 (pertengahan abad XV) Mesehi, di Desa Sindangkasih 3 Km dari Kta Majalengka ke Selatan, bersemayam Ratu bernama Nyi Rambut Kasih keturunan Prabu Sliliwangi yang masih teguh memeluk Agama Hindu. Ratu masih bersaudara dengan Rarasantang, Kiansantang dan Walangsungsang, kesemuanya telah masuk Agama Islam. Adanya Ratu di daerah Majalengka adalah bermula untuk menemui saudaranya di daerah Talaga bernama Raden Munding Sariageng suami dari Ratu Mayang Karuna yang waktu itu memerintah di Talaga. Di perbatasan Majalengka – Talaga, Ratu mendengar bahwa di darah tersebut sudah masuk Islam. Sehingga mengurungkan maksudnya dan menetaplah Ratu tersebut di Sindangkasih, dengan daerahnya meliputi Sindangkasih, Kulur, Kawunghilir, Cieurih, Cicenang, Cigasong, Babakanjawa, Munjul dan Cijati. Pemerintahannya sangat baik terutama masalah pertanian yang beliau perhatikan dan juga pengairan dari Beledug-Cicurug-Munjul dibuatnya secara teratur. Kira-kira tahun 1485 putera Raden Rangga Mantri yang bernama Dalem Panungtung diperintahkan menjadi Dalem di Majalengka, yang mana membawa akibat pemerintahan Nyi Rambut Kasih terjepit oleh pengaruh Agama Islam. Kemudian lagi pada tahun 1489 utusan Cirebon, Pangeran Muhammad dan istrinya Siti Armilah atau Gedeng Badori diperintahkan untuk mendatangi Nyi Rambut Kasih dengan maksud agar Ratu maupun Kerajaan Sindangkasih masuk Islam dan Kerajaan Sindangkasih masuk kawasan ke Kesultanan Cirebon. Nyi Rambut Kasih menolak sehingga timbul pertempuran antara pasukan Sindangkasih dengan pasukan Kesultanan Cirebon. Kerajaan Sindangkasih menyerah dan masuk Islam, sedangkan Nyi Rambut Kasih tetap memeluk agama Hindu. Mulai saat inilah ada Candra Sangkala Sindangkasih Sugih Mukti – tahun 1490. ABAD XVI AGAMA ISLAM MASUK DAERAH MAJALENGKA Daerah-daerah yang masuk Daerah Kesultanan Cirebon, dan telah semuanya memeluk Agama Islam adalah Pemerintahan Talaga, Maja, Majalengka. Penyebaran Agama Islam di daerah Majalengka terutama didahului dengan masuknya para Bupati kepada agama itu. Kemudian dibantu oleh penyebar-penyebar lain antaranya : Dalem Sukahurang atau Syech Abdul Jalil dan Dalem Panuntun, semua di Maja; Pangeran Suwarga di Talaga dan yang lainnya Pangeran Muhammad, Siti Armilah, Nyai Mas Lintangsari, Wiranggalaksana, Salamuddin, Puteran Eyang Tirta, Nursalim, RH Brawinata, Ibrahim, Pangeran Karawelang, Pangeran Jakarta, Sunan Rachmat di Bantarujeg dan masih banyak lagi. Tahun 1650 Majalengka masuk pengaruh Mataram karena Cirebon telah menjadi kekuasaan Mataram. Waktu itu Cirebon dipegang oleh Panembahan Ratu II atau Sunan Girilaya. PENGARUH SULTAN AGUNG MATARAM ABAD XVII Tahun 1628 Tumenggung Bahureksa diperintahkan oleh Sultan Agung untuk menyerang Batavia, dengan bantuan pasukan-pasukan dari daerah-daerah manapun masalah logistiknya, juga pendirian loji-loji sebagai persediaan loistiknya di daerah Majalengka Utara, loji-loji banyak didirikan di Jatiwangi, Jatitujuh dan Ligung. Mataram berpengaruh besar terhadap Majalengka, dimana banyak orang Mataram yang tidak sempat kembali ke tempat asalnya dan menetap di Majalengka. Abad ke-XVII merupakan juga bagian dari pada peristiwa pertempuran Rangga Gempol yang berusaha membendung pasukan Mataram ke wilayah Priangan. Hal ini perlu diketahui bahwa wilayah Priangan akan diserahkan kepada V.O.C. (tahun 1677). Pasukan Rangga Gempol mundur ke Indramayu dan Majalengka. Hubungan sejarah Sumedang yang menyatakan bahwa Geusan Ulun merupakan penurun para bupati Sumedang. Majalengka waktu itu masuk kekuasaan Sunan Girilaya, konon menyerahkan daerah Majalengka kepada Sunan tersebut sebagai pengganti Putri Harisbaya yang dibawa lari dari Keraton Cirebon ke Sumedang. Tahun 1684 Cirebon diserahkan Mataram kepada V.O.C. maka otomatis Majalengka masuk daerah V.O.C. MASA PENJAJAHAN BELANDA DAN PENGHAPUSAN KEKUASAAN BUPATI ABAD XVIII Tahun 1705, seluruh Jawa Barat masuk kekuasaan Hindia Belanda, pada tahun 1706 pemerintah kolonial menetapkan Pangeran Aria Cirebon sebagai seorang Gubernur untuk seluruh Priangan. Olehnya para bupati diberi wewenang untuk mengambil pajak dari rakyat, termasuk Majalengka bagi kepentingan upeti kepada pemerintah Belanda. Paksaan penanaman kopi di daerah Maja, Rajagaluh dan Lemahsugih mengakibatkan banyak rakyat yang jatuh kelaparan. MAJALENGKA PADA ABAD XIX Tidak saja tanam paksa kopi, Pemerintah Hindia Belanda pun memaksa rakyat untuk menanam lada, tebu dan tanaman lain yang laku di pasaran Eropa. Hal ini semakin menambah berat beban rakyat sehingga kesengsaraan dan kelaparan terjadi di mana-man. Tahun 1805 terjadi pemberontakan oleh Bagus Rangin dari Bantarjati menentang Belanda. pertempuran pun pecah dengan sengitnya di daerah Pangumbahan. Pasukan Bagus Rangin yang berkekuatan ± 10.000 orang kalah dan terpaksa mengakui keunggulan Belanda. Tanggal 12 Juli 1812 Bagus Rangin menerima hukuman penggal kepala di kali Cimanuk dekat Karangsambung, sekarang beliau dinobatkan sebagai pahlawan. Waktu itu pada masa pemerintahan Gubernur Hindia Belanda Henrick Wiesel (1804-1808) dan dilanjutkan oleh herman Willem Daendels (1808-1811) kemudian oleh Thomas ST Raffles (1811-1816). /@cwi

selengkapnya...

Arab pra-Islam: Penjaga Rumah Suci Kabah


Persaingan mendapatkan sumber air dan padang rumput merupakan unsur utama pemicu konflik, yang membelah masyarakat gurun menjadi beragam suku. Namun, di saat bersamaan, menghadapi kondisi alam yang keras telah menumbuhkan kepentingan dan nilai luhur untuk menjalankan tugas suci: menghormati tamu.

Tidak bersikap ramah atau malah mengganggu tamu–di negri yang tidak mengenal penginapan–merupakan pelanggaran berat, bukan saja terhadap norma dan kehormatan sosial, tetapi juga penghinaan kepada sang Pencipta. Hal ini pun tercermin dalam persaingan masyarakat Arab untuk menjadi penjaga rumah suci Kabah, dan menjadi pelayan Tuhan dalam menghormati tamu-tamu Allah yang setiap tahun datang berhaji ke Mekkah.abraham1_0.gifSebelum masa Rasulullah SAW, penjaga Mekkah dan rumah suci Kabah dipegang oleh suku paling terkemuka dari masyarakat Arab. Sejarah mencatat bahwa suku Jurhum dari Yaman pernah bertugas sebagai penjaga rumah Tuhan. Namun karena melakukan kesewenang-wenangan dan membiarkan Kabah penuh berhala, sehingga akhirnya mereka diusir dan digantikan suku lain. Pada saat hendak pergi, suku Jurhum dikabarkan mengubur sumur Zamzam hingga tidak berjejak.
Posisi suku Jurhum diambil alih oleh suku Khuza’ah. Khuza’ah adalah suku Arab keturunan Adnaan, dari garis Nabi Ismail, yang telah lama bermigrasi ke selatan. Mereka kembali ke utara dan menjadi penjaga kota Mekkah. Tapi lagi-lagi suku Khuza’ah mengulang kesalahan yang sama. Kepala suku mereka membawa berhala Hubbal dari Syria dan menyimpannya di Kabah, dan menjadikannya sebagai dewa tertinggi.
Peran penjaga Mekkah akhirnya jatuh ke tangan bani Qushay dari suku Qurays. Dalam catatan Ibnu Hisyam, Khuza’ah menguasai Mekkah selama kurang lebih 300 tahun, dimana pada saat yang sama keturunan Adnaan terserak ke berbagai penjuru hingga daerah Bahrain dan Irak. Hanya sebagian kecil keluarga dari suku Qurays yang tinggal di sekitar Mekkah; mereka adalah Halil, Harun dan sebagian keturunan Kinanah. Qushay bin Kilab–yang kembali dari perbatasan Syria ke Mekkah setelah dewasa–kemudian menikah dengan Hubba, putri kepala suku Khuza’ah, yang bernama putri Hulayl bin Habsa. Sepeninggal Hulayl, pecah perang antara suku Qurays dan suku Khuza’ah.
“When Qusai became a young man, he returned to Makkah, which was ruled by Halil bin Habsha from Khuza‘a, who gave Qusai his daughter, Hobba, as wife. After Halil’s death, a war between Khuza‘a and Quraish broke out and resulted in Qusai’s taking hold of Makkah and the Sacred House.” [Ibn Hisham 1/117]
Terlepas dari berbagai alasan terjadinya perang–yang konon mengakibatkan kehilangan besar di kedua belah pihak–upaya rekonsiliasi dan perundingan dilakukan oleh Ya‘mur bin ‘Awf dari bani Bakr. Hasil dari perundingan itu adalah diangkatnya Qushay sebagai pemimpin di Mekkah dan penjaga rumah suci Kabah. Hal tersebut terjadi sekitar 440 Masehi (sekitar 130 tahun sebelum Nabi Muhammad lahir).
Sejak saat itu Qushay membawa kerabatnya, dari suku Qurays, tinggal di Mekkah. Mereka adalah: Zuhrah, saudara sekandung; Taym, paman; dan Makhzum, sepupu dari paman. Sementara itu, sanak-kerabat lain dari Qushay tinggal di lembah-lembah di sekitar Mekkah.
Sebagaimana karakter masyarakat Arab, Qushay menjalankan tugas sebagai penjaga rumah suci Kabah bak seorang raja. Seluruh suku Arab membayarnya (gaji) dengan harga tinggi; dan Qusyay pun menjalankan tugas itu dengan rasa hormat: menjamu para peziarah dan tamu Tuhan yang melaksanakan ibadah haji sebaik-baiknya.
Sepeninggal Qushay, keretakan terjadi diantara anak-anaknya. Abu al-Dzar, sebagai anak tertua, mengambil alih tugas ayahnya atas penunjukkan dari Qushay sendiri; dan bukannya Abdul-Manaf, anak Qushay yang paling terampil. Tetapi pada generasi selanjutnya, separuh dari suku Qurays berdiri di belakang Hasyim bin Abdul-Manaf, dan menuntut agar kepemimpinan di Mekah diserahkan dari keturunan Abu Dzar. Pendukung Hasyim (al-Muthayyibun) pun harus berhadapan dengan kelompok Abu Dzar (al-Ahlaaf).
Akhirnya kesepakatan dicapai antara dua kelompok yang berseteru ini: keturunan Abdul-Manaf berhak menetapkan pajak dan menyediakan makanan dan minuman bagi para jamaah haji; sementara keturunan Abu Dzar berhak memegang kunci Ka’bah dan tugas-tugas kepemimpinan Mekkah yang lain.
Pada saat itu sumur Zamzam masih terkubur dan belum pernah ditemukan kembali. Adalah Abdul-Muthalib, putra Hasyim, yang menemukannya. Hal tersebut terjadi setelah tiga malam berturut-turut bermimpi tentang sumur Zamzam. Konon Abdul Muthalib sangat gemar berada di sekitar kabah; dan kerap tidur di dalam Hijr Ismail dengan seulas tikar, dimana kemudian dia bermimpi tentang sumur Zamzam.
@zaenal/@cwi

selengkapnya...

AGAMA HINDU TENTANG NABI MUHAMMAD SAW DALAM KITAB-KITABNYA


Nabi Muhammad di dalam Kitab-kitab Hindu


Nabi Muhammad di dalam Kitab-kitab Hindu
Oleh Dr. Z. Haq
Penterjemah: Huda Abdul Rahim
Tidak Pernah Ada Satu Umat Pun Tanpa Pemberi Peringatan
Qur’an 35:24
Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.
Qur’an 16:36
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul kepada tiap-tiap umat (untuk menyeru): “Sembahlah Allah (sahaja) dan jauhilah tuhan-tuhan yang palsu itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan hatinya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Qur’an 4:164
Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.
Ayat-ayat Al-Qur’an di atas memberi kesaksian bahawa Allah (satu-satunya Allah Yang Benar) telah mengutuskan nabi-nabi kepada semua umat manusia. Oleh itu, umat Islam tidak merasa hairan apabila menemui ramalan-ramalan mengenai Nabi terakhir, Muhammad (s.a.w.), di dalam kitab-kitab yang diwahyukan sebelumnya. Tambahan pula, Allah telah mengambil perjanjian dengan Nabi-nabi supaya beriman dan membantu Nabi-nabi Allah yang akan datang seperti yang dibayangkan oleh ayat-ayat yang dipetik di bawah.
Perjanjian Allah Dengan Nabi-nabi
Qur’an 3:81-82
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian daripada para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, nescaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjianKu terhadap yang demikian itu?”. Mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu”. Barang siapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
Pengenalan Ringkas Kepada Kitab-kitab Hindu
Veda, Upanishad, Purana dan Brahmana Granth adalah empat kitab suci di dalam agama Hindu. Yang terakhir adalah ulasan ke atas Veda, tetapi ia dianggap sebagai kitab yang diwahyukan. Kitab-kitab ini adalah di dalam Bahasa Sanskrit yang merupakan bahasa suci dalam agama Hindu. Veda dibahagikan kepada empat buku: Rig Veda, Yajur Veda, Sam Veda dan Atharva Veda. Di antara keempat-empat buku ini, tiga buku pertama dianggap kitab-kitab purba, dan Rig Veda adalah yang tertua. Rig Veda dikompilasi dalam tempoh tiga zaman yang panjang dan berbeza. Terdapat pendapat-pendapat yang amat berbeza mengenai tarik kompilasi atau pewahyuan keempat-empat Veda ini. Swami Daya Nand, iaitu pengasas Arya Samaj, berpendapat bahawa Veda diwahyukan 1.3 bilion tahun yang lalu manakala sarjana-sarjana Hindu dan para orientalis lain berpendapat bahawa usianya tidak melebihi empat ribu tahun. Analisa ke atas Veda mendedahkan perbezaan di dalam penceritaan mengenai tempat-tempat di mana buku-buku ini diwahyukan dan perbezaan mengenai para Rishi (Nabi-nabi) yang menerima kitab-kitab ini. Walau bagaimanapun, Veda adalah kitab yang paling tulen di antara kitab-kitab Hindu.
Upanishad adalah yang kedua selepas Veda dari segi ketinggian dan ketulenannya. Namun sebahagian Pandit menganggap Upanishad sebagai lebih tinggi daripada Veda, terutamanya disebabkan bukti dalaman yang terdapat di dalam Upanishad. Yang ketiga tulen selepas Upanishad adalah Purana. Purana adalah kitab yang dibaca dengan paling meluas di antara kitab-kitab Hindu kerana ia boleh didapati dengan mudah (Veda sukar diperolehi). Orang yang mengkompilasi Purana adalah Maha Rishi Vyasa, dan beliau menyusun Purana ke dalam lapan belas jilid. Buku-buku ini mengandungi sejarah penciptaan alam semesta, sejarah awal kaum Arya, dan kisah hidup tuhan-tuhan Hindu. Purana telah diwahyukan sama ada pada masa yang sama dengan Veda atau tidak lama sebelum itu. Kesucian Purana diakui oleh semua kitab-kitab tulen agama Hindu.
Untuk suatu jangka masa yang lama, kitab-kitab Hindu berada terutamanya di tangan golongan Pandit dan sekumpulan kecil yang telah mempelajari bahasa Sanskrit (kebanyakan penganut Hindu mengetahui bahasa Hindi dan hanya boleh memahami beberapa perkataan Sanskrit). Sir William Jones yang merupakan seorang hakim dan pengasas Asiatic Society of Bengal mempelajari bahawa Sanskrit pada dekad terakhir abad kelapan belas. Beliau memainkan peranan penting dalam menimbulkan minat ke atas kitab-kitab Sanskrit dan Hindu di Eropah, dan atas usahanyalah kitab-kitab Hindu diterjemahkan ke Bahasa Inggeris.
Pada tahun 1935, Dr. Pran Nath menerbitkan artikel di dalam Times of India yang menunjukkan bahawa Rig Veda mengandungi peristiwa-peristiwa mengenai raja-raja Babilonia dan Mesir dan peperangan-peperangan mereka. Selanjutnya, beliau menunjukkan bahawa se per lima daripada Rig Veda adalah berasal daripada Kitab-kitab Babilonia. Dari sudut pandangan Muslim adalah mungkin bahawa penganut Hindu telah diwahyukan kitab atau kitab-kitab yang mengandungi cerita mengenai perjuangan Nabi-nabi Allah yang telah diutuskan kepada kaum-kaum lain yang terdahulu. Adalah mungkin juga bahawa ulasan-ulasan yang ditulis mengenainya telah digabungkan dan kemudiannya menjadi sebahagian daripada kitab-kitab yang diwahyukan.
Terdapat beberapa contoh seperti ini di dalam kitab-kitab Hindu. Atharva Veda juga dikenali sebagai ‘Brahma Veda’ yang bermaksud Ilmu Suci. Analisa ke atas Veda menunjukkan bahawa ‘Brahma’ sebenarnya adalah Abraham (Ibrahim), di mana huruf A di dalam Abraham telah dipindahkan ke belakang untuk menjadikannya Brahma. Analisa ini tepat apabila seseorang menulis dua perkataan di dalam huruf Arab, di mana Bahasa Arab adalah bahasa yang mirip kepada bahasa yang dituturkan oleh Nabi Ibrahim. Begitu juga, isteri pertama Ibrahim, iaitu Sarah, disebut di dalam Veda sebagai Saraswati, dan Nabi Nuh disebut sebagai Manuh atau Manu. Segolongan Pandit menganggap Athrva Veda sebagai Buku Ibrahim. Nabi Ismail dan Nabi Ishak dinamakan Atahrva dan Angira, masing-masing di dalam Veda.
Jadual 1
Brahma Abraham (Ibrahim)
Saraswati Sarah
Manu, Manuh Nuh
Latar belakang kepada Ramalan-ramalan
Memang diketahui umum bahawa penganut Hindu amat gemar memuja wira-wira, dan adalah munasabah untuk mengandaikan bahawa selepas suatu tempoh masa yang lama, rasa hormat dan pujaan terhadap Nabi-nabi menyebabkan ada golongan yang menganggap mereka sebagai dewa atau Tuhan. Selanjutnya, terdapat juga kemungkinan bahawa Buku Ibrahim dan buku-buku mengenai Nabi-nabi lain mengandungi ramalan-ramalan mengenai Nabi Terakhir, Muhammad (s.a.w.). Ahli-ahli sejarah Muslim di India berpendapat bahawa makam Nabi Sheesh dan Nabi Ayyub (Job) terletak di Ayodhya, di wilayah Uttar Pradesh, India. Menurut Shatpath Brahmana, pada zaman purba, Ayodhya dikenali sebagai Khosla.
Segolongan Pundit kini mulai menolak Purana hanya kerana mereka menemui di dalamnya banyak ramalan-ramalan dan tanda-tanda yang nyata mengenai kebenaran Nabi Muhammad. Suatu hujah telah dikemukakan bahawa Purana yang ada kini tidak sama seperti koleksi yang dirujuk oleh Veda dan bahawa kitab-kitab asal telah hilang. Namun begitu, dakwaan ini tidak benar. Adalah mustahil bahawa semua Purana yang dibaca dengan meluas dan dikaji dengan mendalam boleh hilang dan terhapus terus manakala Veda yang hanya dibaca dan difahami oleh segolongan kecil kekal utuh sehingga hari ini.
Satu lagi hujah untuk menentang ramalan-ramalan ini adalah bahawa ia telah ditambah ke dalam Purana pada suatu masa yang terkemudian. Hujah ini juga tidak berasas. Sebuah buku yang begitu dikenali, yang mempunyai liputan yang meluas, dan dibaca pada masa-masa sembahyang yang ditetapkan tidak mungkin boleh diubahsuai dengan begitu mudah. Tambahan lagi, tidak mungkin semua Pundit dan golongan berilmu Hindu telah bersepakat dan menambah ramalan-ramalan ini ke dalam Purana. Apa yang aneh adalah bahawa pengubahsuaian yang dilakukan memihak kepada Nabi Terakhir dan menentang agama mereka sendiri.
Semua kitab-kitab utama Hindu mengandungi ramalan mengenai Nabi Muhammad. Di samping sifat-sifatnya, peristiwa-peristiwa di dalam hidupnya, Ibrahim, Kaabah, Bakkah (Mekah) dan Arabia, ramalan-ramalan ini menyebut namanya sebagai Mahamad, Mamah dan Ahmad. Nama Mahamad muncul di dalam Purana, nama Mamah muncul di dalam Kuntap Sukt (di dalam Atharva Veda) dan nama Ahmad muncul di dalam Sama Veda. Terdapat banyak klasifikasi mengenai darjah kepentingan Veda telah dibuat. Contohnya, di dalam Shatpath ada disebut bahawa Sama Veda adalah intipati semua Veda. Di satu tempat di dalam Taittriya Brahmana, disebut bahawa “Alam ini dicipta daripada Brahma, Vaisha dicipta daripada mantra Rig Veda, Kashtriya dicipta daripada Yajur Veda dan Brahman dicipta daripada Sama Veda”.
Ramalan Di Dalam Purana
Orang yang mengkompilasi Purana, iaitu Mahrishi Vyasa, adalah seorang yang amat dihormati di kalangan penganut Hindu sebagai rishi agung dan seorang yang berilmu. Beliau amat takwa dan takut kepada Tuhan. Beliau juga mengarang Gita dan Maha Bharat. Salah satu jilid daripada lapan belas jilid Purana adalah jilid yang bertajuk ‘Bhavishya Puran’, yang bermaksud peristiwa-peristiwa akan datang. Penganut Hindu menganggapnya sebagai Firman Tuhan. Ramalan yang menyebut nama Nabi Muhammad ditemui di dalam Prati Sarg Parv III: 3,3, Ayat 5.
Sebelum terjemahan Bahasa Inggeris dikemukakan, perkataan Malechha muncul di bahagian pertama ayat 5 perlu dijelaskan. Perkataan Malechha bermaksud seorang lelaki yang berasal dari negara asing dan bertutur bahasa asing. Sekarang, perkataan ini digunakan untuk merendahkan orang yang tidak suci atau yang lebih buruk lagi. Penggunaannya berbeza-beza dan bergantung kepada siapa yang menggunakannya dan untuk siapa perkataan itu digunakan. Sir William Jones menghadapi kesukaran besar untuk mendapatkan seorang Pundit yang mahu mengajarkannya Sanskrit kerana beliau dianggap tidak suci (Malechha). Hanya setelah Maharaja Shiv Chandra campur tangan baharulah Pundit Ram Lochna bersetuju untuk mengajarnya Sanskrit.
Tidak diketahui sejak bila perkataan ini digunakan dengan maksud menghina: sama ada sebelum kebangkitan Nabi Muhammad (s.a.w.), atau selepas seorang raja Hindu, iaitu Maharaja Chakrawati Farmas (dari Malabar yang terletak di tenggara India) menganut Islam semasa hayat Nabi, tidak lama selepas ketibaan umat Islam di India pada tahun 711, atau selepas masa itu. Mahrishi Vyasa yang mengkompilasi Purana telah menakrifkan Malechha yang bijaksana sebagai “lelaki yang baik tindak-tanduknya, amat bijak, tinggi kerohaniannya dan meninggikan Tuhan”.
Banyak perkataan-perkataan Sanskrit dipinjam daripada perkataan-perkataan Arab dan Ibrani dengan sedikit pengubahsuaian seperti Brahma, Saraswati dan Manu seperti yang ditunjukkan di dalam Jadual 2 di bawah. Perkataan ini kelihatannya diterbitkan daripada perkataan Ibrani, iaitu Ma-Hekha () yang bermaksud saudaramu (contohnya, Dan dia (Ismail) akan tinggal bersama semua saudaranya. Genesis 16:12; iaitu keturunan Ismail adalah saudara bangsa Israel). Dalam konteks kitab-kitab Biblikal, perkataan ini bermakna keturunan Nabi Ismail (Ishmael), dan memang diketahui bahawa Muhammad (s.a.w.) adalah keturunan Nabi Ismail melalui anaknya yang kedua, iaitu Kedar. Sesiapa yang boleh membaca skrip Arab dapat melihat dengan mudah bahawa terdapat kesilapan dalam memisahkan Ma daripada Hekha yang menghasilkan satu perkataan, iaitu ‘Malhekha’,malechha.gif dan apabila diadaptasi kepada bahasa asing seperti Sanskrit, ia mungkin berbunyi seperti Malechha.
Jadual 2
sansarab.gifTeks Sanskrit dan terjemahan Ayat 5 Bhavishya Puran, Prati Sarg Bahagian III:3,3 diberikan di bawah. (Bahagian berkotak di dalam teks Sanskrit menandakan perkataan Mahamad atau Muhammad). puranps5.gif Seorang Malechha (dari negara asing dan bertutur dalam bahasa asing) yang merupakan guru kerohanian akan muncul bersama-sama sahabat-sahabatnya. Namanya adalah Mahamad…
Terjemahan ayat 5 - 27 yang ditunjukkan di Lampiran A (teks Sanskrit Purana, Prati Sarg Bahagian III:3, 3) yang merupakan hasil kerja Dr. Vidyarthi dikemukakan di bawah:
“Seorang Malechha (dari negara asing dan bertutur dalam bahasa asing) yang merupakan guru kerohanian akan muncul bersama-sama sahabat-sahabatnya. Namanya adalah Mahamad. Setelah Raja (Bhoj) memandikan Mahadev Arab (dengan keperibadian seperti malaikat) ini, dia mempersembahkan kepadanya hadiah sebagai tanda ketaatannya yang ikhlas dan tanda penghormatannya dan berkata, ‘Aku patuh kepadamu’. ‘Wahai engkau, kebanggaan manusia, penghuni Arabia. Kau telah mengumpulkan kekuatan yang besar untuk membunuh Syaitan dan kau sendiri telah dilindungi daripada penentang-penentang malechha (penyembah berhala). Wahai engkau, yang merupakan gambar Tuhan Yang Maha Suci, Tuhan yang terbesar, aku adalah hambamu, terimalah aku yang tunduk di kakimu.”
“Malechha telah memijak tanah Arabia yang masyhur. Arya Dharma tidak akan ditemui di negara itu. Sebelum itu telah muncul seorang roh jahat yang terseleweng yang telah kubunuh [nota: contohnya Abrahah Al-Ashram, gabenor Yaman yang menyerang Mekah]; dia kini muncul lagi dan dihantar oleh musuh yang gagah. Untuk menunjukkan musuh-musuh ini ke jalan yang benar dan membimbing mereka kepada Mahamad (Muhammad) yang dikenali, yang telah kuberi nama julukan Brahma dan berusaha keras untuk membawa golongan Pishacha ke jalan yang benar. Wahai Raja! Kau tidak perlu pergi ke negara Pishacha yang tolol, kau akan disucikan melalui kemurahan hatiku di tempat kau diam. Pada waktu malam, dia yang seperti malaikat, manusia yang licik, yang menyamar sebagai Pishacha berkata kepada Raja Bhoj: “Wahai Raja! Arya Dharma mu telah menang mengatasi agama-agama lain, tetapi menurut perintah ‘Ashwar Parmatma (Tuhan, Roh Yang Tinggi), aku akan melaksanakan rukun yang kuat daripada golongan pemakan daging. Pengikut-pengikutku terdiri daripada lelaki yang telah disunatkan, tanpa ekor (di kepalanya), menyimpan janggut, melancarkan revolusi, mengumumkan panggilan sembahyang dan memakan semua yang halal. Dia akan memakan semua jenis binatang kecuali khinzir. Mereka tidak akan mencari kesucian dari pohon suci, tetapi disucikan melalui peperangan. Kerana mereka menentang bangsa-bangsa yang tidak beragama, mereka akan dikenali sebagai Musalman (Muslim). Aku akan menjadi pengasas agama golongan yang memakan daging ini.”
Ramalan Di Dalam Kuntap Sukt (Atharva Veda)
Kuntap Sukt adalah bahagian-bahagian di bab kedua puluh Atahrva Veda, Ia dibaca setiap tahun dalam sembahyang semasa perhimpunan-perhimpunan besar, dan bila mana korban dipersembahkan. Setiap tahun, tujuh belas pundit berkumpul untuk membaca mantra-mantra ini dengan penuh khusyuk. Kuntap Sukt disebut di dalam beberapa kitab-kitab purba Hindu seperti Aitreya Brahmana, Kaushitki Brahmana, Gopath Brahmana, Shankhayana Shraut Sutar, Ashvlayana Shraut Sutar dan Vaitan Sutar.
Perkataan Kuntap bermakna menghapuskan dosa dan penderitaan; perkataan ini terbentuk daripada perkataan ‘Kuh’ (dosa dan penderitaan) dan ‘tap’ (menghapuskan). Perkataan Kuntap juga bermaksud ‘kelenjar yang tersembunyi di abdomen’, yang bermakna bahawa maksud sebenar akan didedahkan hanya kepada mereka yang mempunyai penglihatan yang dalam. Sebagai perbandingan, Mekah digelar ibu kepada bandar-bandar (Umm al Qura) atau pusat bumi. Dr. Vidyarthi menunjukkan bahawa perkataan Kuntap diterbitkan daripada Bakkah (Mekah). Dalam analisa ke atas perkataan-perkataan Sanskrit dan Arab yang mempunyai makna yang sama seperti di dalam Jadual sebelum ini, perkataan ‘b’ di dalam bahasa Arab digunakan sebagai ‘p’ di dalam bahasa Sanskrit (pada zaman kita, satu contoh adalah minuman Pepsi; ia ditulis dan disebut sebagai Bebsi dalam dunia Arab). Dalam kes tertentu, huruf Arab ‘t’ menjadi senyap dan disebut sebagai ‘h’ bergantung kepada kedudukannya di dalam perkataan berkenaan (lihat Jadual 3 di bawah). Sebagai contoh, ‘tun’ di dalam Medinatun digantikan dengan ‘h’ dalam sebutan (kedua-dua ‘t’ dan ‘n’ digugurkan). Selanjutnya, banyak perkataan-perkataan Sanskrit yang mempunyai perkataan yang selari dalam bahasa Arab ditulis terbalik (lihat Jadual 2 di atas). Oleh itu, kita boleh melihat kesamaan di antara perkataan Kuntap dan Bakkah (setiap satu mengandungi huruf k, n, t, p). Selanjutnya, Dr. Vidyarthi menunjukkan daripada konteks ramalan tersebut bahawa sesungguhnya Kuntap merujuk kepada Kaabah dan Mekah. Apa yang menarik adalah perkataan Bakkah dan Kaabah menggunakan perkataan akar yang sama.
Jadual 3
Disebut Sebagai
Ditulis di dalam Bahasa Arab Sebagai
Maksud atau Penggunaan
Medinah Medinatun Bandar
Bayt Baytun Rumah
Bakkah Bakkatu, Bakkatun Nama Khas, Bandar
Makkah Makkatu Nama Khas, Bandar
Jeddah Jeddatu Nama Khas, Bandar
Muhammad Muhammdun Nama Khas
Khadijah Khadijatu Nama Khas, Perempuan (penghujung ‘n’ tidak muncul dalam nama perempuan)
Mantra ketiga di dalam Kuntap Sakt ialah: kuntap3.gifTerjemahannya oleh Pundit Raja Ram diberikan seperti berikut:
“Dia memberikan kepada Rishi Mamah seratus keping wang emas, sepuluh kalungan, tiga ratus ekor kuda dan seribu ekor lembu”
Perkataan akar kepada perkataan Mamah adalah Mah yang bermakna yang disanjung tinggi, dihormati, disegani, dibesarkan dan bertaraf tinggi. Perkataan “Muhammad” di dalam bahasa Arab bermaksud “yang dipuji”. Di dalam bahasa Sanskrit, banyak nama-nama Muslim yang digunakan dengan sedikit pengubahsuaian. Contohnya, ‘Mahmud’ Ghaznavi yang memerintah sebahagian daripada India, dipanggil dengan nama ‘Mamud’ Ghaznavi. Oleh itu, Mamah adalah sinonim dengan Muhammad apabila makna keseluruhan ayat tersebut dipertimbangkan. Di dalam agama Hindu, perkataan Rishi bermaksud guru ilmu mistik atau Nabi, dan mungkin juga seorang yang tinggi tarafnya. Kelihatannya perkataan ini diterbitkan daripada nama Nabi Idris dengan huruf pertama ‘i’ dipindahkan ke penghujung perkataan, sama seperti nama Abraham dan Brahma, dan huruf ‘d’ digugurkan seperti mana Mamah (Muhammad, yang diterbitkan daripada huruf akar h, m dan d).
Seratus keping wang emas merujuk kepada sahabat-sahabat awal Nabi Muhammad, yang mana lapan puluh daripada mereka berhijrah ke Habsyah untuk melepaskan diri daripada penindasan yang tidak tertanggung. Di dalam Shatpath Brahmana yang merupakan ulasan yang diwahyukan ke atas Yajur Veda, emas adalah digunakan sebagai metafora untuk kuasa spiritual manusia yang tinggi.
Sepuluh kalungan merujuk kepada sepuluh sahabat Nabi Muhammad yang paling rapat yang diberikan berita gembira mengenai syurga oleh Nabi. Umat Islam mengenali mereka sebagai ‘Ashra-i-Mubbashshara’. Mereka adalah Abu Bakar (r.a.) , ‘Umar, ‘Uthman, ‘Ali, Talha, Zubair, ‘Abdul Rahman bin Auf, S’adbin Abi Waqqas, S’ad bin Zaid, dan Abu ‘Ubaidah (moga Allah memberkati mereka). Mereka adalah orang-orang yang disebut di dalam Veda sebagai Dash ashrijah - ’sepuluh jambangan bunga dari syurga’.
Tiga ratus ekor kuda yang bagus (dari baka Arab) merujuk kepada sahabat-sahabat Nabi Muhammad yang berjuang di Badar. (Bilangannya yang tepat adalah 313, tetapi dalam kebanyakan ramalan angka ini digenapkan). Perkataan Sanskrit Arvah bermakna kuda Arab yang pantas, terutamanya yang digunakan oleh golongan Asura (bukan Arya).
Sepuluh ribu ekor lembu merujuk kepada sepuluh ribu sahabat yang mengiringi Nabi semasa pembukaan Mekah. Perkataan Sanskrit ‘go’ diterbitkan daripada gaw yang bermakna pergi berperang, dan digunakan bagi kedua-dua kerbau dan lembu. Di dalam Veda, kerbau atau lembu digambarkan sebagai simbol peperangan, keamanan dan persahabatan. Kita dapati kedua-dua sifat ini pada sahabat-sahabat Nabi Muhammad. Mereka adalah manusia yang beriman dan pemurah seperti lembu, dan kuat serta perkasa dalam memastikan keamanan dan keadilan.
Qur’an 48:29
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari kurnia Allah dan keredhaanNya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, iaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya kerana Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang soleh di antara mereka keampunan dan pahala yang besar.
Qur’an 5:54
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah kurnia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya dan Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui.
Sebuah hadith Nabi Muhammad menjelaskan lagi ramalan ini. Ia diriwayatkan di dalam Sahih Al-Bukhari, Jilid 9, No. 159 dan terdapat sedikit tambahan pada perinciannya di dalam Sahih Muslim, Sharh an-Nawawi, Jilid 8. Hadith ini merujuk kepada mimpi Nabi ketika beliau di Mekah, iaitu sebelum hijrah ke Madinah.
“Abu Musa meriwayatkan bawa Nabi (s.a.w.) bersabda, “Di dalam mimpiku aku nampak bahawa aku berhijrah dari Mekah ke suatu tempat di mana terdapat pohon-pohon kurma. Aku menyangka bahawa tempat itu adalah Yamamah atau Hajar, tetapi rupa-rupanya adalah Yathrib (Madinah). Dan aku nampak lembu-lembu (dipetik di dalam Sahih Muslim sebagai lembu-lembu disembelih) di situ - dan bahawa apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik. Akhirnya, lembu-lembu itu rupa-rupanya adalah simbol orang-orang beriman (yang terbunuh) di (pertempuran) Uhud, dan yang baik (yang aku lihat di dalam mimpiku) adalah ganjaran kebaikan dan kebenaran yang Allah anugerahkan kepada kami selepas peperangan Badar.”
Hadith ini menunjukkan bahawa lembu-lembu di dalam mimpi tersebut mewakili sahabat-sahabat Nabi. Oleh itu, sepuluh ribu lembu di dalam mantra Veda merujuk kepada sepuluh ribu sahabat-sahabat Nabi Muhammad yang beriman.
Terjemahan Bahasa Inggeris mantra (ayat-ayat) 1 hingga 13 tersebut adalah dari Kuntap Sukt (Atharva Veda) yang merupakan hasil kerja Pandit Raja Ram dan penterjemah-penterjemah Hindu lain, dan disenaraikan di bawah. Teks di dalam [ ] ditambah untuk menghuraikan atau menerangkan konteks ayat-ayat tersebut kepada pembaca.
1. Dengarlah wahai manusia! Seorang yang terpuji akan dipuji. Wahai Kaurama, kami telah menerima dari kalangan Rushama enam puluh ribu dan sembilan puluh [bilangan penduduk Mekah ketika Nabi berjaya membebaskan Mekah].
2. Dua puluh ekor unta menarik kereta kudanya, dan dia membawa bersama isteri-isterinya. The top of that carriage of chariot bows down escaping from touching the heaven.
3. Dia memberikan Rishi Mamah seratus keping emas, sepuluh kalungan, tiga ratus ekor kuda dan sepuluh ribu ekor lembu. [100 orang sahabat awal, 80 orang daripada mereka berhijrah ke Habsyah, sepuluh yang terpilih diberikan berita gembira tentang syurga oleh Nabi, 313 sahabat di peperangan Badar, dan 10,000 sahabat yang bersama-sama Nabi semasa memasuki Mekah dan membersihkan Kaabah daripada berhala-berhala]
4. Sebarkanlah kebenaran, wahai engkau yang memuji [Ahmad], sebarkanlah kebenaran, seperti mana burung menyanyi di pohon yang berbuah ranum. Bibirmu dan lidahmu petah bagaikan sepasang mata gunting yang tajam. [Keadaan Nabi ketika menerima wahyu melalui Malaikat Jibril]
5. Yang berdoa dan doa mereka bergegas bagaikan kerbau yang tangkas. Hanya anak-anak yang tinggal di rumah, dan di rumah mereka menunggu lembu-lembu itu. [Lembu-lembu merujuk kepada sahabat-sahabat Nabi. Mereka menunaikan solat 5 kali sehari dengan taat pada masa yang ditetapkan. Rujuk kepada kisah Peperangan badar, Uhud, dan Ahzab].
6. Wahai engkau yang memuji (Tuhan), bertindaklah dengan bijak, yang akan membawa ganjaran lembu dan perkara-perkara yang baik. Sebarkanlah ia di kalangan yang beriman, seperti mana pemanah mengacukan anak panahnya ke sasaran. [kebesaran Qur'an]
7. Nyanyikanlah pujian yang tinggi kepada raja dunia ini atau Cahaya Semesta Alam, yang merupakan tuhan dan yang terbaik di kalangan manusia. Dia adalah pembimbing semua manusia dan memberikan perlindungan kepada semua orang. [sifat-sifat Nabi Muhammad]
8. Dia yang menawarkan perlindungan kepada semua orang, membawa kedamaian kepada dunia, sebaik sahaja dia menaiki takhta. Orang-orang di tanah Kuru memperkatakan tentang kedamaian yang dibawanya semasa membina rumah. [Di dalam Bahasa Ibrani, Kuru bermakna orang yang melindungi rumah, dan Kore bermakna rumah. Ia merujuk kepada rumah ibadat yang pertama, iaitu Kaabah. Dalam konteks ini, tanah Kuru bermakna negeri Koreish. Mantra ini merujuk kepada pembinaan semula Kaabah lima tahun sebelum kenabian Muhammad dan peranannya di dalam mendamaikan suku-suku Koreish (Quraisy) yang mahukan penghormatan eksklusif untuk meletakkan kembali Batu Hitam di tempatnya, dan pertelingkahan ini hampir mencetuskan pergaduhan di kalangan mereka. Batu Hitam adalah bahan suci dan adalah satu-satunya bahagian yang tinggal daripada bahan asal yang digunakan untuk mendirikan Kaabah]
9. Di kalangan Raja, yang memberikan kedamaian dan perlindungan kepada semua,seorang isteri bertanya suaminya sama ada dia perlu menghidangkan untuknya dadih atau sebarang arak. [Disebabkan perlindungan dan perintah Nabi, kaum wanita boleh mengembara dengan bebas tanpa ditemani dan tanpa rasa takut]
10. Barli yang ranum tumbuh dari rekahan dan menjulang ke langit. Orang ramai makmur di bawah pemerintahan raja yang melindungi semua. [Manusia bangun dari lubuk kehinaan ke puncak kemuliaan].
11. Indra mengejutkan penyanyi dengan pujian-pujiannya dan memintanya pergi kepada orang ramai dari serata arah. Dia diminta memuji Indra, yang gagah dan semua orang beriman menghargai usahanya dan Tuhan menganugerahkannya ganjaran. [Nabi menghantar beberapa pucuk surat kepada beberapa orang raja dan pemerintah dari serata tempat untuk menjemput mereka kepada Islam].
12. Lembu-lembu, kuda-kuda dan manusia bertambah dan berkembang di sini kerana di sini ada seorang pemerintah yang amat murah hati yang memberikan ribuan untuk kebajikan dan korban. [Sifat Nabi Terakhir].
13. Wahai Indra, lindungilah lembu-lembu ini, dan lindungilah tuannya daripada bahaya. Wahai Indra, jangan biarkan musuh atau perompak menewaskan mereka. [Indra merujuk kepada Tuhan dan lembu merukuk kepada pengikut-pengikut Nabi yang beriman]
Untuk perbandingan, sila baca riwayat hidup Nabi Muhammad (s.a.w.) dan apa kata orang bukan Islam mengenai Nabi Muhammad (s.a.w.).
Ramalan-ramalan Lain di Dalam Atharva Veda
Atharva Veda X, 2, 28: [mengenai Kaabah] aved10228.gif Sama ada ia dibina tinggi, sama ada dindingnya lurus atau tidak, namun Tuhan tetap dilihat di setiap penjurunya. Dia yang mengenali Rumah Tuhan mengenalinya kerana Tuhan diingati di situ.
Kaabah tidak tepat berbentuk segi empat dan sisinya tidak sama panjang. Kaabah terletak di tengah-tengah Masjid Haram yang dibuka sepanjang hari dan malam sepanjang tahun dan sentiasa dipenuhi oleh orang ramai yang berdoa kepada Allah (satu-satunya Tuhan Yang Benar). Umat Islam menghadapkan wajah mereka ke arahnya semasa sembahyang, membentuk suatu bulatan di rumah Suci dan bulatan ini melunjur di seluruh permukaan bumi.
Atahrva Veda X, 2, 31 [mengenai Rumah Suci dan Kaabah] aved10231.gif Tempat tinggal malaikat ini mempunyai lapan bulatan dan sembilan pagar. Ia tidak dapat ditakluki, ia kekal abadi dan ia gemilang dengan cahaya yang Tertinggi.
Masjid Haram yang di tengah-tengahnya terletak Kaabah dibuka siang dan malam sepanjang tahun dan sentiasa dipenuhi oleh orang ramai yang bersembahyang dan berdoa kepada Allah (satu-satunya Tuhan Yang Benar). Ia tidak pernah ditakluki. Abrahah al-Ashram, gabenor Yaman pernah cuba merobohkannya pada tahun 570 M dengan angkatan tentera yang kuat dan sekumpulan gajah-gajah tetapi dihalang daripada memasuki bandar tersebut (kawasan suci). Penduduk Mekah memutuskan untuk tidak mempertahankan Kaabah dan lari meninggalkan bandar itu dan berlindung di bukit-bukit yang berhampiran dengan Kaabah. Dengan perintah Allah, burung ababil telah melemparkan batu kepada tentera Abrahah dan menghancurkannya, meninggalkan mereka bagaikan tanaman yang rosak dimakan ternakan. Peristiwa ini diterangkan di dalam Surah (bab) 105 di dalam Qur’an. Tahun 570 lebih dikenali oleh orang Arab sebagai Tahun Gajah dan Nabi Muhammad dilahirkan pada tahun tersebut.
Dr. Vidyarthi mengetengahkan fakta-fakta berikut. Rumah Tuhan mempunyai sembilan pintu - Baab-e-Ibrahim, Baab-al Widaa, Baab-as-Safa, Baab-e-Ali, Baab-e-Abbas, Baab-un-Nabi, Baab-as-Salaam, Baab-az-Ziyarat dan Baab-e-Haram. Selanjutnya, terdapat lapan bulatan yang merupakan garisan semula jadi yang melingkari kawasan-kawasan di bukit-bukit sekitarnya. Nama bukit-bukit tersebut adalah Jabal-e-Khaleej, Jabal-e-Qaiqaon, Jabal-e-Hindi, Jabal-e-Laalaa, Jabal-e-Keda, Jabal-e-Abu Hadidah, Jabal-e-Abi Qabees dan Jabal-e-Umar.
Atharva Veda X, 2, 33 [mengenai Ibrahim, Masjid Haram dan Kaabah] aved10233.gif Brahma (Abraham/Ibrahim) tinggal di sini yang diterangi oleh cahaya dari langit dan dihujani keberkatan Tuhan. Ia adalah tempat yang memberikan kehidupan (spiritual) kepada manusia dan tidak dapat ditakluki.
Kaabah dibina oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Ia tidak pernah ditakluki sehingga ke hari ini seperti yang diceritakan oleh ayat di atas. Banyak ayat-ayat di dalam Qur’an dan Perjanjian Lama, Bible yang menceritakan keberkatan yang dianugerahkan Tuhan ke atas Rumah Suci ini.
Ramalan Di Dalam Sama Veda
Sama Veda mengandungi banyak ramalan-ramalan tentang kebangkitan Nabi Muhammad. Salah satu daripadanya dibentangkan di sini. Di dalam Sama Veda, II:6, 8 kita dapati: samaahmad.gif Ahmad menerima undang-undang agama (Syariah) daripada Tuhannya. Undang-undang agama ini penuh dengan kebijaksanaan. Aku menerima cahaya daripadanya seperti menerima cahaya dari mentari.
Nama lain bagi Nabi Muhammad adalah Ahmad (kedua-duanya adalah daripada huruf akar h, m dan d); kedua-dua nama bermakna “yang terpuji” tetapi nama kedua menekannya pada darjah yang lebih tinggi. Qur’an menyatakan bahawa Nabi Isa (Jesus a.s.) menyebut Nabi terakhir sebagai Ahmad.
Ramalan Di Dalam Rig Veda
Rig Veda V, 27, 1 rved5271.gif Pemilik kereta kuda, yang benar dan mencintai kebenaran, yang amat bijaksana, berkuasa dan pemurah, Mamah [Muhammad] telah memilihku dengan kata-katanya. Anak kepada yang Maha Berkuasa, yang memiliki semua sifat-sifat yang mulia, yang mengasihani dunia telah menjadi masyhur dengan sepuluh ribu [sahabat].
Ini merujuk kepada sepuluh ribu orang sahabat-sahabat Nabi yang menang semasa pembukaan Mekah dan membersihkan Kaabah daripada berhala dan segala kehinaan.
Ramalan-ramalan Lain Di Dalam Kitab Hindu
Veda mengandungi banyak ramalan mengenai Nabi Muhammad. Beberapa penterjemah Eropah dan Hindu yang menterjemah Veda telah membuang nama yang merujuk kepada Nabi sementara yang lain cuba menerangkan ayat-ayat mengenai peristiwa-peristiwa di dalam kehidupannya, Kaabah, Mekah, Arabia dan peristiwa-peristiwa lain dengan menggunakan terminologi Hindu seperti ritual penyucian, dan tanah dan sungai-sungai di India. Beberapa Mantra mengandungi ramalan-ramalan yang bercampur-baur dengan penjelasan-penjelasan yang kemudiannya menjadi sebahagian daripada ramalan tersebut.
Beberapa ramalan ditemui di dalam Atharva Veda: (1) XX: 21, Ayat 6, 7 dan 9; (2) XX:137, Ayat 7 - 9; dan (3) X:2, Ayat 26, 27, 28, 29, 30 dan 32. Begitu juga beberapa lagi ramalan ditemui di dalam Rig Veda: (1) VII: 96, Mantra 13 - 16; dan (2) I: 53, ayat 6 dan 9. Akhir sekali, satu ramalan ditemui di dalam Sama Veda III: 10, Ayat 1. Ini hanyalah beberapa contoh daripada banyak ramalan-ramalan. Pembaca yang beri minat untuk merujuk kepada hasil kerja seorang sarjana boleh membaca buku Dr. Vidyarthi bertajuk “Mohammed in World Scriptures”, 1990. Buku ini menerangkan terminologi Hindu yang digunakan di dalam Mantra dan makna serta penggunaan perkataan-perkataan dan ungkapan-ungkapan tertentu di dalam Veda dan Kitab-kitab Hindu yang lain.
Tiada Paksaan Di Dalam Agama
Qur’an 2:256
Tiada paksaan dalam agama; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Kerana itu barang siapa yang engkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Rujukan
1. Abdul Had Vidyarthi, “Muhammad in World Scriptures”, Adam Publishers 1990. (Merangkumi bab-bab mengenai Kitab-Kitab Zoroastri dan Hindu)
2. A.H. Vidyarthi dan U. Ali, “Muhammad in Parsi, Hindu and Buddhist Scriptures”, IB.
Notakaki
1. ‘Allah’ adalah nama khas untuk Satu-satunya Tuhan Yang Benar, Pencipta dan Pemelihara alam semesta yang tiada yang setara dengannya. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Perkataan ‘Allah’ juga digunakan oleh penganut-penganut Kristian Arab dan bangsa Yahudi sebagai nama Tuhan (Eloh-im di dalam Bahasa Ibrani; ‘Allaha’ di dalam Bahasa Aramaic, iaitu bahasa ibunda Nabi Isa/Jesus (a.s.)). Perkataan ‘Allah’ tiada bentuk majmuk tidak dikaitkan dengan mana-mana jantina.
LAMPIRAN A
Purana, Prati Sarg Bahagian III: 3,3 Ayat 5-27 purana1.gifHuda/@cwi

selengkapnya...

Arab pra-Islam: Kerajaan Arab Selatan dan Abrahah

Secara geografis penduduk asli jazirah Arab terbagi atas dua kelompok: Arab utara dan Arab selatan. Di utara dibatasi daerah Bulan Sabit di utara (Syria, Irak, Turki Timur), dan di selatan dibatasi laut Arab. Berbagai kerajaan besar pernah muncul di jazirah ini, khususnya di daerah Arab selatan. Penduduk daerah selatan pun cenderung menetap (Arab urban), berbeda dengan penduduk utara yang cenderung berpindah-pindah (Arab nomaden). Dalam History of The Arabs (Sejarah Bangsa Arab), karya Philip L. Hitti disebutkan kerajaan kuno yang terkenal di daerah Arab selatan adalah Kerajaan Saba (750 SM – 115 SM) dan Kerajaan Minea (700 SM – 3 M). Kerajaan-kerajaan Arab ini dapat bertahan sekian lama dikarenakan benteng alam yang kuat: laut yang ganas dan gurun pasir yang sulit ditaklukan para penyerang. Pada periode selanjutnya terdapat beberapa kerajaan di daerah Arab Selatan: Saba II, Himyar, Minea, Qataban dan Hadramaut.arab-pra-islam-2.jpgKerajaan Saba II muncul menggantikan kerajaan Saba kuno, dan terkenal dengan konstruksi-konstruksi publik dan bangunan yang megah–yang reruntuhannya masih dapat ditemukan sekarang. Diantara karya monumental kerajaan Saba adalah bendungan raksasa Sadd al-Ma’rib, yang dibangun pada abad ke-7 SM. Bendungan ini roboh berabad-abad kemudian, yakni sekitar 542/543 Masehi, saat Abrahah menjadi gubernur Abissinia di Arab selatan. Kerajaan-kerajaan Arab selatan ini umumnya hidup dari perdagangan. Produk unggulannya adalah rempah-rempah, balsem, emas dan wewangian (gaharu, dupa, minyak wangi) yang berharga sangat tinggi di negara-negara Mediterania. Namun diluar itu mereka pun menjual barang-barang dari India, China dan negara-negara Afrika, untuk dijual ke daerah utara, seperti Mesir dan Eropa atau Mediterania; yang ditempuh melalui jalan darat selama 70 hari dari Yaman ke Palestina. Monopoli jalur laut: ke arah timur (India, China) dan ke barat (Afrika) mendatangkan kemakmuran luar biasa bagi kerajaan-kerajaan Arab di selatan. Kepercayaan Lokal, serta kehadiran Agama Yahudi dan Kristen Sebagaimana suku Arab lainnya, penduduk Arab selatan adalah para pemuja animisme. Dewa yang terkenal adalah Dewa Bulan, yang disebut dewa Sin oleh orang Hadramaut, dewa Wadd oleh orang Minea, dewa Almaqah bagi orang Saba, dewa ‘Amm bagi orang Qataban. Dewa Bulan dipandang sebagai laki-laki, dan kedudukanya lebih tinggi dari Dewa Matahari. Agama Yahudi telah dikenal di daerah Arab selatan, terutama pasca penghancuran Jerusalem oleh Titus pada 70 M. Diperkirakan banyak imigran Yahudi berdatangan ke daerah ini karena tertarik dengan kemakmurannya. Bahkan ada raja dari kerajaan Himyar yang memeluk agama Yahudi dan pernah melakukan pembantaian atas orang-orang Kristen pada 523 Masehi. Adapun agama Kristen yang awal mula dikenal adalah Kristen Monofisit. Disusul oleh datangnya Kristen Constantinopel, saat Raja Constantinus mengirim utusan bernama Theophilus Indus untuk menjadi penyebar agama Kristen disana pada 356 Masehi. Theophilus Indus membangun gereja pertama di daerah ‘Adan, dan dua gereja lainnya di daerah Himyar. Abrahah Persaingan antara agama Yahudi dan Kristen berakhir pada pembantaian orang-orang Kristen pada masa kerajaan Himyar dibawah raja Dzu-Nuwas. Hal ini membaut Byzantium memerintahkan pengiriman 70.000 pasukan dari Abissinia (Afrika, sekarang Etiophia) dibawah pimpinan panglima bernama Aryat yang didampingi beberapa perwira, yang diantaranya ada yang bernama Abrahah. Terjadi 2 kali pertempuran, yakni pada 523 M. dan 525 M. Dan pada pertempuran kedua, dibawah pimpinan perwira Abrahah, kemenangan diraih pasukan Abissinia. Kemenangan ini juga mengantar Abrahah menjadi gubernur Abissinia di daerah Arab selatan. Pada masa kepemimpinannya, Abrahah mendirikan sebuah Katedral megah, yang diberi nama Al-Qaliis, di daerah Shan’a (dekat Ma’rib, dekat reruntuhan ibukota Minea kuno). Abrahah dan orang-orang Kristen di Arab selatan sangat berhasrat untuk mengkristenkan seluruh jazirah Arabia; dan menyaingi kepercayaan pagan di Mekah yang memiliki rumah suci bernama Kabah. Selain itu, Abrahah pun mengincar daerah Mekah karena menjadi pusat ibadah haji, yang merupakan pendapatan terbesar kota Mekah. Persaingan keagamaan dan ekonomi antara Hijaz dan Arab selatan ini direkam dalam berbagai syair dan kisah bangsa Arab. Puncaknya, dua orang Arab pagan datang dan mengotori kathedral Al-Qaliis pada sebuah upacara suci, yang kemudian mendorong Abrahah mengirim pasukan ke Mekah. Peristiwa itu terjadi pada kelahiran Nabi Muhammad SAW, sekitar 571 Masehi. Selanjutnya, sebagaimana diceritakan dalam berbagai riwayat, Abrahah mengirim pasukan gajah ke Mekah. @zaenal Bandung, Maret 2009 /@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |