Uangkapkan Syukur dengan Ber-Qurban


Idul Adha merupakan hari besar paling meriah di kalangan umat Islam, sebab pada hari itu umat Islam berkerumun menyaksikan penyembelihan hewan qurban. Sesudah itu mereka beramai-ramai menikmati masakan daging qurban tersebut.
Jadi, pada hari itu mereka bergembira ria dalam kebersamaan umat. Bahkan dalam 3 hari sesudahnyapun (hari tasyriq)kita dilarang berpuasa. Qurban adalah penyembelihan hewan ternak yang dilaksanakan atas perintah Allah Ta’ala pada hari-hari tertentu di bulan Dzulhijah. Definisi Dalam bahasa Arab, Udhhiyyah. Idhhiyyah, Dhihiyyah, Adhhat, Idhhat dan Dhahiyyah , berarti hewan yang disembelih dengan tujuan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Ta’ala pada hari Idul Adha sampai akhir hari-hari tasyriq. Kata-kata tersebut diambil dari kata dhahwah. Disebut demikian karena awal waktu pelaksanaannya yaitu dhuha (Lisanul Arab, 19 : 211 ; Mu’jam al-Wasith, 1:537) [1 ]. Hukum Berqurban Allah Ta’ala mensyariatkan berqurban dalam firmanNya, artinya, “Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah.” (al-Kautsar: 2) , dan FirmanNya, Artinya, “Dan kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syi’ar Allah.” (al-Hajj: 36). Hukum qurban adalah sunnah muakkadah bagi yang mampu, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berqurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah Ta’ala dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu. (Hadits Muttafaq ‘alaih) Adapun orang yang menghukumi wajib dengan dasar hadits, “Siapa yang memiliki kemampuan namun tidak berqurban, maka jangan sekali-kali mendekati masjidku.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Hadits ini derajatnya dha’if (lemah) dan tidak bisa dijadikan hujjah, karena ada perawinya yang dha’if yaitu Abdullah bin Iyasy sebagaimana diterangkan oleh Abu Daud, an-Nasa’i dan Ibnu Hazm (Ibnu Majah, 2 : 1044 ; al-Muhalla, 8 :7). Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “ Andaikata berqurban itu wajib, maka tidaklah cukup bagi satu rumah kecuali setiap orang mengurbankan seekor kambing atau setiap tujuh orang mengorbankan seekor sapi, akan tetapi karena hukumnya tidak wajib maka cukuplah bagi seorang yang mau berqurban untuk menyebutkan nama keluarga pada qurbannya. Dan jika tidak menyebutkannya tidak berarti meninggalkan kewajiban.” (al-Umm, 2: 189). Para sahabat kami berkata, “Andaikan qurban itu wajib maka (kewajiban itu) tidak gugur meskipun waktunya telah lewat, kecuali dengan diganti (ditebus) seperti shalat berjamaah dan kewajiban lainnya. Para ulama madzhab Hanafi juga sepakat dengan kami (madzhab Syafi’i) bahwa qurban hukumnya tidak wajib.” (al- Majmu’ Syarah al-Muhadzdzab, 8: 301) [2 ]. Hewan yang Diqurbankan Hewan yang akan diqurbankan hendaklah diperhatikan umurnya, yaitu: Unta 5 tahun, sapi 2 tahun, kambing 1 tahun atau hampir 1 tahun. Ulama madzhab Maliki dan Hanafi membolehkan kambing yang telah berumur 6 bulan asal gemuk dan sehat (al-Mughni: 9 :439 , Ahkamu adz- Dzabaih oleh Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris: 132). Hewan yang diqurbankan adalah unta, sapi dan kambing karena firman Allah Ta’ala, Artinya, “ Supaya mereka menyebut nama Allah terhadap hewan ternak yang telah dirizqikan Allah kepada mereka.” (al-Hajj: 34) Hewan itu harus sehat tidak memiliki cacat, sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Empat cacat yang tidak mencukupi dalam berqurban: Buta sebelah mata (picek - dalam istilah bahasa Jawa-) yang jelas, sakitnya nyata, pincang yang sampai kelihatan tulang rusuknya dan lumpuh/kurus yang tidak kunjung sembuh.” (HR.at-Tirmidzi) [3 ]. Waktu Penyembelihan Setelah shalat Idul Adha usai, maka penyembelihan baru diizinkan dan berakhir saat tenggelam matahari hari tasyriq (13 Dzulhijjah) { Ibnu Katsir, 3 : 301 }, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang menyembelih sebelum shalat (Ied) maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri.” (Disepakati oleh Imam al-Bukhari dan Muslim). [4 ]. Penyembelihan Qurban Disunnahkan bagi yang bisa menyembelih agar menyembelih sendiri. Adapun do’a yang diucapkan saat menyembelih adalah: اَللَّهُمَّ هَذَا عَنْ .... بِسْمِ اللهِ وَاللهُ اَكْبَرُ “Ya Allah ini dari … (sebut nama orang yang berqurban atau yang berwasiat), bismillah wallahu akbar.” Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika menyembelih qurban seekor kambing, beliau berdo’a: بِسْمِ اللهِ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللَّهُمَّ هَذَا عَنِّي وَعَنْ مَنْ لَمْ يُضَحِّ مِنْ أُمَّتِيْ. “Bismillah wallahu Akbar, Ya Allah ini dariku dan dari orang yang tidak bisa berqurban dari umatku.” (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi). Sedang orang yang tidak bisa menyembelih sendiri hendaklah menyaksikan dan menghadirinya. [5 ]. Pembagian Qurban Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Maka makanlah sebagiannya (dan sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang sengsara lagi fakir.” (al-Hajj: 28) , dan FirmanNya, artinya, “Maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta.” (al-Hajj: 36). Sebagian kaum Salaf lebih menyukai membagi qurban menjadi tiga bagian: Sepertiga untuk diri sendiri, sepertiga untuk hadiah orang-orang mampu dan sepertiga lagi shadaqah untuk fuqara. (Tafsir Ibnu Katsir, 3 : 300).


/@cwi

selengkapnya...

Tips Agar Hidupmu Lezaaat…


Kita mungkin pernah berandai-andai “kapan saya kaya, andai jadi artis terkenal” atau protes “ kenapa saya pendek, hitam, gemuk, kurus, dsb” ya Seorang kakak kepada ibunya: “bu kenapa aku lebih pendek dibandingkan ade?” Seorang ade kepada ibunya: “bu kenapa kakak lebih putih kulitnya dibandingkan aku?” Akhirnya si kakak memakai sepatu berhak tinggi untuk menutupi kekurangannya, dan si ade memakai cream pemutih untuk membuat kulitnya lebih putih.

Dan hasilnya cling! Keduanya dapat mengatasi masalahnya masing- masing. Memperbaiki diri adalah sesuatu hal yang baik, akan tetapi bersyukur atas segala hal yang kita punya itu lebih penting, dan kita akan lebih bisa menikmatinya. Dengan bersyukur kita akan punya pikiran yang positif tentang diri kita sendiri. Segala kekurangan diri kita, nggak bakal membuat kita putus harapan, pesimis apalagi membuat hidup kita menjadi tidak lezat. Dengan banyak bersyukur maka sifat iri juga akan menjauh dan membuat hidupmu menjadi lebih lezaaat… Dai kondang Aagym sering mengutarakan ini “kalau nasi sudah menjadi bubur, ya sudah beri kerupuk, cakue, sambal, sledri,daging ayam, bawang goring maka siap menjadi bubur ayam yang lezaat…” Nah, begitu pula dengan kehidupan, tinggal bagaimana kita membuat segala sesuatunya menjadi lezat untuk dinikmati. Jadi wajar aja kalau orang-orang yang pinter bersyukur bakalan bertambah segala kebaikannya. Sebaliknya lupa bersyukur bakal bikin hidup makin sengsara. "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari ( nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Q.S Ibrahim[14 ]: 7) Sebetulnya hidup kita itu sudah penuh dengan kenikmatan, kelezatan. Dan kalau mau itung- itung, maka akan muncul persaaan takjub, bahwa diri ini sebenarnya punya lebih banyak kelebihan dibandingkan kekuranganmu, ga percaya? “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.” (Q.S Ibrahim[14 ]: 34) Okz dech kita bahas satu dari sekian banyak kenikmatan yang kamu miliki, Kamu adalah Muslim , hmm… nyadar nggak sih kalau menjadi seorang muslim itu adalah sebuah kenikmatan hidup? bahkan kenikmatan yang amat sangat besar… Bukan karena agama kita adalah satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah, akan tetapi kita juga diberi “tujuan” hidup kita. Beruntung bagi yang sejak lahir sudah ‘di- Islamkan’ oleh orang tuanya. Tetapi lebih beruntung lagi yang awalnya bukan Islam kemudian menjadi mualaf. Konon, kita harus malu karena seringkali kemujahadahan dan keistiqomahan oleh mualaf sering lebih hebat dari yang Islam sejak lahir . Bumi diantara maha luasnya antariksa merupakan tempat manusia berusaha. Ibaratkan kita adalah seorang pengembara. Beruntung kita diberikan peta perjalanan, kita diberitahu apa saja yang harus dibawa selama perjalanan dan apa yang tidak boleh dibawa. Tujuan perjalanan kita juga diberitahu dengan amat jelas. Insyallah, jika kita mengikuti semua petunjuk yang da dip peta itu maka kita akan jauh dari kata “nyasar”. Yang manakah peta abadi itu?yups! peta itu adalah Al Qur’an dan Al Hadist. Sementara itu, orang yang belum mengenal Islam ibarat pengelana yang nggak tau arah tujuan perjalanan hidupnya. Nggak tau juga apa yang harus dibawa dalam perjalanan, dan apa yang harus ditinggalkan. Banyak juga diantara mereka yang nggak tau kemana harus pergi. See…. Cukup banyak orang yang bingung dengan hidupnya, nggak tau arti bahagia nggak tau mana yang halal dan haram nggak tau juga bahwa nikmatnya hidup di dunia itu nggak abadi. Syukurilah bahwa kita adalah seorang muslim. “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam…” (Q.S Ali Imran[3]: 19 ) Selanjutnya agar hidupmu terasa lebih nikmat alias lezat yaitu kamu harus berfikir positif ala Rasulullah SAW. Ya, Rasulullah saw memang bukan saja sosok pemimpin atau panglima perang tapi juga bak seorang psikolog. Melalui ayat-ayat Al Quran dan nasihat- nasihatnya yang tertuang dalam hadits-hadits, beliau menuntun para sahabat untuk keluar dari berbagai masalah kehidupan. Hasilnya, kaum muslimin menjadi umat yang gagah perkasa luar- dalam. Malah kehebatan dan kekuatan yang didapatkan kaum muslimin justru bukan berasal dari kekuatan fisik mereka, tapi dari sikap positif mereka yang intinya adalah keimanan pada Allah swt. Kita mungkin pernah berandai-andai “kapan saya kaya, andai jadi artis terkenal” atau protes “ kenapa saya pendek, hitam, gemuk, kurus, dsb” ya, itu wajar saja tapi taukah itu tidak akan membuat hidupmu menjadi nikmat akan tetapi sebaliknya membuat hidupmu menjadi tidak bahagia, cape sendiri. Percaya dech… Rasulullah saw pernah bersabda: “Lihatlah orang yang dibawahmu, dan jangan melihat orang diatasmu, karena demikian itu lebih benar, supaya kamu tidak meremehkan nikmat karunia Allah kepadamu.” (H.R. Bukhari, Muslim). Terkadang masa-masa kesedihan datang yang membuat kenikmatan hidup berkurang atau ternodai, tapi teman taukah, bahwa sebetulnya itu tergantung dari pikiranmu juga, kalau kita sudah berfikir bahwa makanan itu tidak enak maka niscaya makanan itu akan terasa tidak enak, tapi sebaliknya jika kita memikirkan bahwa itu adalah makanan terlezat dan kita tidak akan mendapatkan makanan itu kembali maka kita akan merasakan makanan itu begitu nikmat dan lezat… nah intinya bahwa sebetulnya kebahagiaan, kenikmatan menjalani kehidupan itu adalah bagaimana kamu memanage dalam pikiranmu. Memang kesedihan juga bagian dari kehidupan kita seperti halnya senyuman. Tapi bukankah hidup ini nggak melulu kesedihan, masih banyak hal-hal lain yang harus kita pikirkan?masa sich kita mau larut terus dalam kesedihan dan lautan air mata? Saya juga percaya orang-orang yang selalu bersama dengan kita selalu berharap kita selalu bahagia, dapat menikmati hidup dengan indah, apapun yang sudah terjadi dan menimpa kita. Itulah yang dikerjakan orang di belahan bumi ini. Mereka berusaha tetap tegar, bahagia menikmati hidup bak menyantap makanan yang lezat, meskipun di tengah macam-macam masalah. Kalau mereka bisa, kita juga pasti bisa. Lagipula Rasulullah dan para sahabatnya telah mencontohkannya. Kamu mau juga kan?Yuk, nikmati hidup ini dengan selalu bersyukur, berpikir positif dan memanage hati dan pikiranmu untuk selalu tersenyum dan bahagia. Wallahu a’lam. Irma Fatmawati Team HomePI  


/@cwi

selengkapnya...

Riya’ Si Pemutus Perjalanan Amal

Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan dengan mencampurkan kesyirikan bersama-Ku, niscaya Aku tinggalkan dia dan amal itu Rasulullah SAW bersabda: إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالَ الرِّيَاءُ “Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil), maka para shahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: "Ar Riya’." (HR. Ahmad dari shahabat Mahmud bin Labid no. 27742) Arriya’ (الرياء) berasal dari kata kerja raâ ( راءى) yang bermakna memperlihatkan . Sedangkan yang dimaksud dengan riya’ adalah memperlihatkan (memperbagus) suatu amalan ibadah tertentu seperti shalat, shaum (puasa), atau lainnya dengan tujuan agar mendapat perhatian dan pujian manusia. Semakna dengan riya’ adalah Sum’ah yaitu memperdengarkan suatu amalan ibadah tertentu yang sama tujuannya dengan riya’ yaitu supaya mendapat perhatian dan pujian manusia. Bahaya Riya’ Mendeteksi penyakit ini ‘hanya’ bisa dilakukan oleh pelaku ibadah itu sendiri dan Allah SWT yang Maha Mengetahui apa yang ada di dalam sanubari hamba-Nya. Kebalikan Riya’ adalah Ikhlas . Rasulullah SAW bersabda: إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى “Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya amalan seseorang itu akan dibalas sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (Muttafaqun ’alaihi) Penyakit riya’ merupakan penyakit yang sangat berbahaya, karena memilki dampak negatif yang luar biasa. Allah SWT berfirman (artinya): “Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian menghilangkan pahala sedekahmu dengan selalu menyebut- nyebut dan dengan menyakiti perasaan si penerima, seperti orang-orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari akhir”. (QS. Al Baqarah: 264) Dalam konteks ayat di atas, Allah subhanahu wata’ala memberitakan akibat amalan sedekah yang selalu disebut-sebut atau menyakiti perasaan si penerima maka akan berakibat sebagaimana akibat dari perbuatan riya’ yaitu amalan itu tiada berarti karena tertolak di sisi Allah SWT. Ayat di atas tidak hanya mencela perbuatanya saja (riya’), tentu celaan ini pun tertuju kepada pelakunya. Bahkan dalam ayat yang lain, Allah SWT mengancam bahwa kesudahan yang akan dialami orang-orang yang berbuat riya’ adalah kecelakaan (kebinasaan) di akhirat kelak. Sebagaimana firman-Nya: “Wail (Kecelakaanlah) bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, dan orang-orang yang berbuat riya’, … " (QS. Al Maa’uun: 4-7) Diperkuat lagi, adanya penafsiran dari Ibnu Abbas radhiallahu ’anhuma, makna Al Wail adalah ungkapan dari dasyatnya adzab di akhirat kelak. (Tafsir Ibnu Katsir 1 /118) Sedangkan dalam hadits yang shahih, Nabi SAW menjelaskan bahwa ancaman bagi orang yang berbuat riya’ yaitu Allah SWT akan meninggalkannya. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Muslim dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: "Allah SWT berfirman: مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ “Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan dengan mencampurkan kesyirikan bersama-Ku, niscaya Aku tinggalkan dia dan amal kesyirikannya itu”. Bila Allah SWT meninggalkannya siapa lagi yang dapat menyelamatkan dia baik di dunia dan di akhirat kelak? Dalam hadits lain, Allah SWT benar-benar akan mencampakkan pelaku perbuatan riya’ ke dalam An Naar. Sebagaimana hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan Al Imam Muslim, bahwa yang pertama kali dihisab di hari kiamat tiga golongan manusia: pertama; seseorang yang mati di medan jihad, kedua; pembaca Al Qur’an, dan yang ketiga; seseorang yang suka berinfaq. Jenis golongan manusia ini Allah SWT campakkan dalam An Naar karena mereka beramal bukan karena Allah SWT namun sekedar mencari popularitas. (Lihat HR. Muslim no. 1678) Perlu diketahui, bahwa riya’ yang dapat membatalkan sebuah amalan adalah bila riya’ itu menjadi asal (dasar) suatu niatan. Bila riya’ itu muncul secara tiba-tiba tanpa disangka dan tidak terus menerus, maka hal ini tidak membatalkan sebuah amalan. Di antara cara untuk mencegah dan mengobati perbuatan riya’ adalah: 1. Mengetahui dan memahami keagungan Allah SWT, yang memiliki nama-nama dan sifat- sifat yang tinggi dan sempurna. Ketahuilah, Allah SWT adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat serta Maha Mengetahui apa-apa yang nampak ataupun yang tersembunyi. Maka akankah kita merasa diperhatikan dan diawasi oleh manusia sementara kita tidak merasa diawasi oleh Allah SWT? Bukankah Allah SWT berfirman ( artinya):"Katakanlah: “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menampakkannya, pasti Allah mengetahuinya”, …" (Ali Imran: 29) 2. Selalu mengingat akan kematian. Ketahuilah, bahwa setiap jiwa akan merasakan kematian. Ketika seseorang selalu mengingat kematian maka ia akan berusaha mengikhlaskan setiap ibadah yang ia kerjakan. Ia merasa khawatir ketika ia berbuat riya’ sementara ajal siap menjemputnya tanpa minta izin /permisi terlebih dahulu. Sehingga ia khawatir meninggalkan dunia bukan dalam keadaan husnul khatimah (baik akhirnya) tapi su’ul khatimah (jelek akhirnya). 3. Banyak berdo’a dan merasa takut dari perbuatan riya’. Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita do’a yang dapat menjauhkan kita dari perbuatan syirik besar dan syirik kecil. Diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad dan At Thabrani dari shahabat Abu Musa Al Asy’ari bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Wahai manusia takutlah akan As Syirik ini, sesungguhnya ia lebih tersamar dari pada semut. Maka berkata padanya: “Bagaimana kami merasa takut dengannya sementara ia lebih tersamar daripada semut? Maka berkata Rasulullah SAW :” Ucapkanlah: اللَّهُمَّ إناَّ نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ, وَ نَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ نَعْلَمُه “Ya, Allah! Sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang kami ketahui. Dan kami memohon ampunan kepada- Mu dari dosa (syirik) yang kami tidak mengetahuinya.” 4. Terus memperbanyak mengerjakan amalan shalih. Berusahalah terus memperbanyak amalan shalih, baik dalam keadaan sendirian atau pun dihadapan orang lain. Karena tidaklah dibenarkan seseorang meninggalkan suatu amalan yang mulia karena takut riya’. Dan Islam menganjurkan umat untuk berlomba-lomba memperbanyak amalan shalih. Bila riya’ itu muncul maka segeralah ditepis dan jangan dibiarkan terus menerus karena itu adalah bisikan setan. Apa yang kita amalkan ini belum seberapa dibandingkan amalan, ibadah, ilmu dan perjuangan para shahabat dan para ulama’. Lalu apa yang akan kita banggakan? Ibadah dan ilmu kita amatlah jauh dan jauh sekali bila dibandingkan dengan ilmu dan ibadah mereka. Berusaha untuk tidak menceritakan kebaikan yang kita amalkan kepada orang lain, kecuali dalam keadaan darurat. Seperti, bila orang berpuasa yang bertamu, kemudian dijamu. Boleh baginya mengatakan bahwa ia dalam keadaan berpuasa. (Lihat HR. Al Imam Muslim dari sahabat Zuhair bin Harb no. 1150) Namun boleh pula baginya berbuka ( membatalkan puasa selama bukan puasa yang wajib) untuk menghormati jamuan tuan rumah. Beberapa perkara yang bukan termasuk riya’ 1. Seseorang yang beramal dengan ikhlas, namun mendapatkan pujian dari manusia tanpa ia kehendaki. Diriwayatkan oleh Al Imam Muslim dari shahabat Abu Dzar, bahwa ada seorang shahabat bertanya kepada Rasulullah SAW : “Apa pendapatmu tentang seseorang yang beramal (secara ikhlas) dengan amal kebaikan yang kemudian manusia memujinya?” Maka Rasulullah SAW menjawab: “ Itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi seorang mukmin”. 2. Seseorang yang memperindah penampilan karena keindahan Islam. Diriwayatkan oleh Al Imam Muslim dari shahabat Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: “Tidaklah masuk Al Jannah seseorang yang di dalam hatinya ada seberat dzarrah ( setitik) dari kesombongan.” Berkata seseorang: " (Bagaimana jika) seseorang menyukai untuk memperindah pakaian dan sandal yang ia kenakan? Seraya Rasulullah SAW menjawab: " Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala itu indah dan menyukai keindahan, kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain". 3. Beramal karena memberikan teladan bagi orang lain. Hal ini sering dilakukan oleh Rasulullah SAW. Seperti Rasulullah SAW shalat diatas mimbar bertujuan supaya para shahabat bisa mencontohnya. Demikian pula seorang pendidik, hendaknya dia memberikan dan menampakkan suri tauladan atau figur yang baik agar dapat diteladani oleh anak didiknya. Ini bukanlah bagian dari riya’, bahkan Rasulullah SAW bersabda: مَنْ سَنَّ فِي الإِْسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ “Barangsiapa yang memberikan teladan yang baik dalam Islam, kemudian ada yang mengamalkannya, maka dicatat baginya kebaikan seperti orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi sedikitpun dari kebaikannya.” (HR. Muslim no. 1017) 4. Bukan termasuk riya’ pula bila ia semangat beramal ketika berada ditengah orang-orang yang lagi semangat beramal. Karena ia merasa terpacu dan terdorong untuk beramal shalih. Namun hendaknya orang ini selalu mewaspadai niat dalam hatinya dan berusaha untuk selalu semangat beramal meskipun tidak ada orang yang mendorongnya. “Ya Allah, berilah kami kekuataan untuk ingat dan selalu meluruskan niat terhadap segala amalan kami dari kelicikan syetan dan nafsu yang membawa keburukan. Sehingga kami tidak termasuk orang-orang yang merugi d hadapan- Mu nanti” Referensi : Dari Berbagai Sumber Pengirim : Seorang Jamaah MPI  


/@cwi

selengkapnya...

Islam; Sebuah Hidayah Pasti


Berislam adalah sebuah pilihan yang lebih berlandaskan pada iman.Hal ini menjadikan para muallaf mampu menghadapi semuanya Kurasa inilah waktunya. Saatnya mengambil keputusan penting dalam hidupku. Aku lelah dalam pencarianku. Kebencianku pada segala sesuatu di sekitarku dan ketidakterjawaban pencarianku akan kebenaran telah memuncak.
Aku tidak akan melupakan kejadian malam itu. Malam Natal 1988 adalah malam terburuk dalam sejarah hidupku. Bagaimana tidak. Pada malam itu, sebagaimana malam-malam Natal sebelumnya, kami sekeluarga berkumpul untuk merayakan hari penting umat Kristiani, Natal Yang Agung. Namun kurasa tidak begitu agung bagi keluargaku. Atau mungkin lebih tepatnya mereka mengagungkan Natal pada satu saat dan pada saat yang bersamaan mereka juga merendahkan keagungan tersebut. Malam itu, mereka mengatakan kepercayaan kepada Tuhan, namun hal itu dikatakan dalam keadaan mabuk disertai sumpah serapah. Aku jijik melihat mereka. Aku kecewa. Tidak tahan melihat situasi seperti itu, satu-satunya hal yang kuingat yang mungkin dapat meredakan gejolak batinku adalah pergi ke gereja. Aku pergi ke gereja terdekat. Namun apa yang terjadi? Harapan mendapatkan ketenangan di gereja ternyata tidak kudapatkan. Aneh, tidak merasakan apa pun selain kekosongan yang menyambutku. Sekali lagi aku kecewa. Aku sedih karena merasa telah kehilangan iman Kristiani dalam hidupku. Keesokan harinya aku segera menemui Adel, karib muslimku. Pertemana kami memang terbilang belum lama, namun kami sudah cukup akrab. Hanya saja aku selalu merasa ada yang kurang. Aku tak tahu apa. Yang jelas perbedaan keyakinan di antara kami seolah menjadi dinding penghalang kasat mata. Aku mencurahkan isi hatiku, termasuk kebulatan tekadku untuk memeluk Islam. Adel yang baik mendengarkan segala penuturanku. Ia memintaku tidak emosional, karena keputusan yang akan aku ambil akan mengubah hidupku selamanya. Namun aku meyakinkan dia bahwa keputusanku sudah final dan tidak ada alasan lagi untuk menunggu lebih lama. Binar mata keseriusan meyakinkan Adel, ia akhirnya mau membimbingku mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat. Dan sekarang di sinilah aku. Dalam kedamaian Islam yang tidak akan pernah aku lepaskan seumur hidup. Sebenarnya dua tahun yang lalu, ketika aku berusia lima belas tahun, aku pernah melakukan perbandingan agama dengan mengunjungi Malaysia, Singapura, dan Muangthai. Hasilnya dapat dilihat, aku semakin yakin bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang layak aku ikuti. *** Kisah di atas merupakan satu dari sekian kisah warga Australia yang akhirnya memutuskan memeluk Islam setelah melalui pergulatan batin yang hebat. Kekecewaan terhadap agama yang dianut sebelumnya serta kerinduan akan spiritualitas sejati membuat mereka mencari ‘ agama’ dalam versi mereka masing-masing. Sebagian orang berpaling kepada paham atau aliran liberalisme, marxisme, bahkan komunisme. Sebagaian yang lain memilih menjadi vegetarian atau memeluk agama-agama eksotis, seperti yang dianut beberapa selebritis dunia, di antaranya Tom Cruise yang menganut Scientologi serta Madonna dengan agama Kabala-nya. Dari sekian pilihan pelarian atas ketidakpuasan akan nilai-nilai spiritualitas itu, Islam menjadi salah satu alternatif. Hal ini tidak bisa dikatakan remeh, mengingat setiap tahunnya jumlah muallaf di berbagai belahan dunia kian bertambah. Australian Muslim Times (27 Mei 1994) menulis bahwa 11.000 orang Amerika memeluk Islam setiap tahunnya. 40 % dari kaum muslim Amerika adalah para pemeluk baru. Sebagian besar adalah warga Afro-Amerika. Kemudian pertanyaannya adalah, mengapa mereka memeluk Islam? Islamic Horizon ( November-Desember 1985) dalam salah satu artikelnya menyatakan, “Kami di Barat merasakan kehampaan dan kesepian hidup dalam masyarakat yang begitu materialistik, yang mengasingkan diri dari Tuhan dan sesama manusia. Sayang, tidak banyak orang yang membersihkan hidup mereka dari kesenjangan yang mengerikan itu, dan sementara mungkin tampak di mata orang-orang lain bahwa orang-orang Amerika sangat senang dalam hidup mereka, orang-orang Amerika sebenarnya menyembunyikan ketidakbahagiaan mereka dengan menggunakan obat-obatan, minuman keras, seks (fisikal, visual, dsb.), atau hal-hal lain yang memberikan kelegaan yang segera, meskipun bersfat sementara.” Masih menurut Islamic Horizon (Agustus 1983) , “ Orang-orang Amerika, muda dan tua, saat ini sedang berputus asa mencari tuntunan hidup. Mereka mengetahui dari pengalaman pahit bahwa kebebasan pribadi, kesempatan- kesempatan yang mereka miliki dan nikmati adalah sia-sia, bahkan merusakkan diri sendiri tanpa bimbingan, pengarahan, dan tujuan hidup yang diandalkan. Sekulerisme dan materialisme tidak mampu menyediakan nilai-nilai moral yang positif dan konstruktif bagi bangsa Amerika, baik secara individual ataupun kolektif. Itulah sebabnya mengapa setelah agama Kristen dan agama Yahudi gagal menyediakan nilai-nilai tersebut, semakin banyak orang di Barat dewasa ini yang berpaling kepada Islam. Dalam Islam, para penganut baru menemukan kehidupan yang sehat, bersih, dan jujur. Bagi kaum muslim, segala sesuatu tidak berakhir pada kematian. Mereka menginginkan keabadian dalam kebahagiaan dan kedamaian yang sempurna. Lebih detil Ward M. Long (seorang muallaf Australia) mengemukakan alasannya memeluk Islam. Beberapa poin penting yang ia lihat dan membulatkan tekadnya memeluk Islam adalah sebagai berikut. 1. Kemanusiaan yang luas. 2. Orang berdoa langsung kepada Tuhan tanpa lewat perantara, seperti pendeta. 3. Sedekah dan kasih sayang kepada saudara- saudara seagama dan juga kaum non-muslim. 4. Al Quran tidak pernah berubah sejak diwahyukan meskipun satu kata. 5. Kami percaya kepada semua nabi, termasuk Ibrahim, Musa, dan Isa. Mereka diakui sebagai nabi-nabi Allah. 6. Islam menjamin hak-hak wanita (hak milik, waris, dsb.). 7. Keyakinan bahwa kita memeluk sesuatu sebaik mungkin dan hasilnya kita serahkan kepada Allah. 8. Setiap orang sederajat di sisi Allah. Tidak ada Paus atau pemimpin agama semacam itu. 9. Kesehatan umatnya disukai oleh Nabi Muhammad saw. yang memperhatikan kebersihan dan puasa-puasa khusus. 10. Persaudaraan universal dalam Islam terlepas dari ras, warna kulit, negara asal, tingkat pendidikan, atau kekayaan. 11. Islam adalah agama akal. 12. Kata ‘Islam’ berarti berserah diri kepada Tuhan. 13. Islam mengarahkan kehidupan kaum muslim melalui shalat harian, kajian Al Quran, dan hadis. Keputusan memeluk Islam tentunya bukanlah sebuah keputusan tanpa risiko. Berbagai perubahan dalam rangka penyesuaian dengan tata nilai Islam adalah sebuah konsekuensi yang harus dijalani. Perubahan agama merupakan contoh transformasi ekstrim yang nyaris sempurna. Berger dan Luckmann menyebutnya alternation (1966 : 176). Proses ini ditandai tidak saja dengan perubahan perilaku, tetapi juga lebih penting lagi dengan perubahan pandangan dunia. Perubahan cara berpakaian dalam bentuk demodernisasi (budaya tandingan) –dari pakaian modern ke hijab yang ‘ tradisional– seperti yang dilakukan muallaf- muallaf wanita merupakan indikasi luar dari perubahan identitas dan pandangan dunia itu. ( Musgrove, 1977 : 168) Keputusan yang diambil para muallaf itu adalah keputusan paling sulit dalam hidup mereka, karena menyangkut hidup dan mati, serta nasib mereka tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Karena itu setelah memeluk Islam, mereka lebih serius menjalani hidup. Mereka bukan budak- budak masyarakat yang secara membabi buta mengikuti adat istiadat masyarakat. Mereka lebih bergairah untuk mempelajari dan mengamalkan Islam, sering tanpa kompromi. Mereka ingin mempraktikkan Islam sebagaimana dulu diturunkan kepada Nabi. Mereka juga punya keberanian untuk menentang kepecayaan- kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam masyarakat. (Reeder, 1989) Tentu saja, apabila dilihat dari kacamata susah dan mudah, maka keputusan berislam bisa dikatakan tidak mudah. Namun, bukan hal itu yang menjadi inti dari keputusan ini. Berislam adalah sebuah pilihan yang lebih berlandaskan pada iman, bukan yang lainnya. Hal ini menjadikan mereka (para muallaf) mampu menghadapi semuanya. Statemen menarik yang dikatakan Amin al-Ghani (seorang Muallaf Amerika) mengenai kemuallafannya ialah ketika ditanya apakah ia menyesal memeluk Islam? Jawabannya adalah, “Tidak. Aku bahagia menjadi seorang muslim. Bahkan jika aku hidup untuk kedua kalinya, aku masih ingin hidup menjadi seorang muslim, bukan lainnya .” Muslik, disarikan dari buku “Santri-Santri Bule” karya Prof. Deddy Mulyana, M.A.Ph.D Sumber : MaPI 01 /2005

/@cwi

selengkapnya...

Manusia Bintang


Setiap atom besi didalam darah yanga membuatnya warna merah, berasal dari proses fusi di inti bintang "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak." (TQS. Ar-Rum : 20) Imam Ath Thabary menafsirkan baha yang diciptakan dari turaab (debu/tanah) hanyalah Adam sedangkan semua manusia sebagai anak keturunannya tidak.
Padahal ayat tersebut menegaskan bahwa semua manusia diciptakan dari turrab. Rasanya perlu ada tafsiran lain. Begini, 99 persen tubuh manusia terdiri dari 6 elemen utama yaitu oksigen, karbon, hidrogen, nitrogen, kalsium dan fosfor. Sisanya adalah unsur-unsur lain dalam jumlah kecil, seperti potasium, belerang, sodium, magnesium, tembaga, seng, flour, khlor, besi, lithium, alumunium, silikon, arsenik dan bromium. Diawal alam semesta, hanya ada atom hidrogen yang kemudian berfusi dengan neutron bebas menjadi helium. Kemudian, barulah elemen-elemen kimia lain terbentuk di perut bintang yang padat, hasil fusi nuklir hidrogen dan helium. Bintang-bintang itu lahir jauh sebelum matahari kita, belasan miliar tahun silam. Ketika bintang-bintang itu padam, mereka taburkan zat-zat kimia tadi ke seluruh penjuru sebagai debu di ruang angkasa luar. Zat-zat itu mengendap dan berproses lagi dalam bintang-bintang berikutnya yang lahir dan mati silih berganti. Lalu terserap kedalam planet- planet yang terbentuk kemudian sebagai materi dan debu partikel. Lantas, masuk menjadi unsur pembentuk tubuh makhluk hidup. Jadi, semua unsur kimia yang menyusun tubuh manusia berasal dari debu dan bintang dulu kala. Subhanallah, Itulah makna ilmiah bahwa manusia dicipta dari debu. Hidrogen yag bersenyawa dengan oksigen sebagai air ditubuh kita berasal dari masa ledakan awal alam semesta. Karbon adalah hasil fusi helium dan terlempar dari bintang yang mulai mati. Nitrogen berasal dari perut bintang merah raksasa seperti Antares dan Betelgeuse. Kalsium, unsur dalam tulang berasal dari perut bintang. Setiap atom besi didalam darah yanga membuatnya warna merah, berasal dari proses fusi di inti bintang. Ketika bintang mendingin, mengerut lalu akhirnya membalik menjadi ledakan supernova, terbentuklah logam mulia seperti emas, perak dan platinum. Karena tubuh kita memang berasal dari debu bintang, kita sebenarnya manusia bintang. Wallahu a'lam


/@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |