Kesesatan & Kepalsuan NII (Negara Intel Indonesia) KW-9


Oleh: Irfan S Awwas
(Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin)

Apabila kita mendengar isu Negara Islam Indonesia (NII), maka yang terlintas dalam pandangan masyarakat adalah, kelompok yang ingin mengganti NKRI dengan Negara Islam, dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Seperti, mengeksploitasi wanita bercadar untuk merampok dan memeras uang, termasuk mengancam dibunuh bila keluar dari komunitas tersebut.

Akibatnya, serentetan persepsi negatif itu, tidak saja berdampak buruk bagi komunitas itu, tapi juga terhadap Islam itu sendiri. Bahkan akhir-akhir ini, tidak saja mengaitkan gerakan Islam Syari’at dengan NII, tapi juga menyematkan labelalisasi terorisme.

Kasus terbaru adalah terungkapnya kasus Laila Febriani alias Lian, 7 April 2011, pegawai honorer Departemen Perhubungan, yang terdampar dua hari di Masjid At Ta'awun dikawasan Puncak, Bogor. Ketika ditemukan, Lian dalam kondisi linglung dicurigai akibat indoktrinasi aliran sesat, bahkan ia sudah merubah gaya berpakaiannya dengan mengenakan Jilbab Lebar dan bercadar.

....kasus ini memojokkan citra berbusana Muslimah dengan jilbab lebar dan bercadar, juga pria berjenggot....

Dibalik kasus ini muncul kesan untuk memojokkan citra berbusana Muslimah dengan jilbab lebar dan bercadar. Tak hanya itu, Lian menyebut banyak pria berjenggot tebal diantara mereka yang mengindoktrinasinya.

Gerakan NII Palsu

Upaya mendiskreditkan misi NII yang diproklamirkan SM. Kartosuwiryo, 12 Syawal 1368 H/ 7 Agustus 1949 M, telah dilakukan bukan saja oleh mereka yang memusuhinya. Tapi, yang lebih berbahaya justru munculnya gerakan sempalan NII, yang melakukan penyimpangan atas nama NII oleh orang yang malah mengaku sebagai penerus perjuangan NII. Salah satu upaya jahat itu dilakukan oleh Totok Abdussalam alias AS Panji Gumilang, pimpinan Ma’had Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat, di bawah payung gerakan NII KW-9.

Padahal, misi NII yang diperjuangkan SM. Kartosuwiryo dan NII KW 9 versi AS Panji Gumilang membawa misi kontradiktif, berbeda dalam tujuan, dan bertentangan secara aqidah. NII atau DII/TII Kartosuwiryo berjuang menegakkan Negara Islam Indonesia berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah. Sebaliknya, NII KW-9 yang dipimpin AS Panji Gumilang dengan Ma’had Al-Zaytun sebagai sentral aktivitasnya, melakukan penipuan, dan pemerasan atas nama NII. Pemahaman keagamaan, dan perilaku pengikutnya yang sama sekali tidak bisa dikategorikan Islami, adalah fakta konkret. Mereka menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an menggunakan metode safsathah, tafsir semau gue berdasarkan kepentingan hawa nafsu.

....NII KW-9 yang dipimpin AS Panji Gumilang dengan Ma’had Al-Zaytun sebagai sentral aktivitasnya, melakukan penipuan, dan pemerasan atas nama NII....

Karakteristik NII KW-9 versi Panji Gumilang dapat dilihat dari pemahaman keagamaan, dan perilaku pengikutnya:

Pertama, ingkar Sunnah: Pengajian-pengajian diselenggarakan sangat eksklusif dan tertutup. Materi awal tentang kebenaran Al-Quran, berikutnya akan selalu menggunakan Al-Quran sebagai rujukan, jarang sekali menggunakan hadits. Alasannya, adanya perkataan Nabi Saw : “Inna khairul hadits kitaballah – sebaik-baik hadits adalah kitabullah.” Mereka menolak hadits dengan menggunakan dalil hadits. Dalam hal ini, NII KW-9 menggunakan kalimat yang benar untuk tujuan kebathilan, sebagaimana dikatakan Imam ‘Ali bin Abi Thalib, Kalimatu haqqin yuradu biha bathilun.”

Sedang Ustadz yang memberikan pengajian selalu menyembunyikan identitasnya, dengan alasan security (keamanan). Bukan itu saja, calon pengikut NII KW-9 diajak ke suatu tempat untuk dibai’at, selama dalam perjalanan matanya ditutup.

Mereka menafsirkan ayat-ayat Al-Quran semau gue, sesuai kepentingan hawa nafsunya. Penggunaan hujjah Al-Quran hanya sekedar alat legitimasi atas suatu pemahaman sesat. Misalnya, peristiwa Isra’ Mi’raj ketika Rasulullah Saw naik ke langit ke tujuh, mereka artikan sebagai tujuh tingkat struktur pemerintahan, yaitu RT, RW, Lurah, Camat, Bupati, Gubernur, dan Presiden. Ibadah shalat dianggap bukan kewajiban setiap Muslim, karena belum futuh Makkah, padahal Al-Quran sudah turun 30 juz dan Rasulullah SAW sudah wafat.

....Mereka menolak hadits dengan menggunakan dalil hadits. NII KW-9 menggunakan kalimat yang benar untuk tujuan kebathilan....

Kedua, menghalalkan yang diharamkan Allah: Siapa saja di luar kelompoknya dianggap kafir, karena itu halal darahnya dan dan hartanya boleh dirampas, dengan menganggapnya sebagai harta rampasan (fa’i). Jama’ahnya diperas, dijadikan objek pengumpulan dana dengan alasan infaq dan shadaqah, sementara penggunaan dana yang terkumpul tidak transparan. Para anggota jama’ah yang tidak berinfaq dianggap berhutang. Karena itu mereka membolehkan pengikutnya untuk mencuri, merampok, berdusta atas nama agama demi memenuhi tuntunan bai’atnya.

Istilah NII hanyalah kedok, untuk memudahkan rekrutmen para aktivis Muslim, sementara di sisi lain mereka menghalalkan darah dan harta sesama Muslim diluar kelompoknya, persis perilaku dan pemahaman kaum komunis PKI.

Kelompok NII (Negara Intelijen Indonesia) KW-9 ini disinyalir banyak pengamat dan aktivis Muslim, sebagai pembawa misi terselubung untuk menghancurkan Islam dari dalam. Melakukan penyimpangan aqidah dan syari’ah dengan memakai label Islam, mengikuti pandangan Napoleon Bonaparte yang menyatakan : “Jika mau membunuh kuda, gunakan kuda.”

Gerakan NII KW-9, juga mengusung misi intelijen. Tujuannya membangun citra negatif bagi gerakan yang bertujuan menegakkan Syari’ah Islam secara kaffah, menakut-nakuti umat Islam. Labelisasi Islam terhadap perilaku dan pemahaman yang bertentangan dengan ajaran Islam, adalah di antara metode dakwah yang ditempuh NII KW-9 pimpinan Totok Salam alias AS Panji Gumilang. Pusat gerakan aliran sesat KW-9 di Ma’had Al-Zaytun (bukan Az-Zaytun), Haurgeulis, Kabupaten Inderamayu, Jawa Barat.

....Siapa saja di luar kelompoknya dianggap kafir, halal darahnya dan dan hartanya boleh dirampas, dengan menganggapnya sebagai harta rampasan (fa’i). Jama’ahnya diperas, dijadikan objek pengumpulan dana....

Jadi, Darul Islam atau NII pimpinan SM. Kartosuwiryo yang diproklamasikan 12 syawal 1368 H/ 7 Agustus 1949 M, hanya menjadi tameng gerakan KW-9 (Komandemen Wilayah 9), sama sekali tidak memiliki kaitan sejarah, baik secara harakiyah maupun ideologis dengan NII KW-9 pimpinan Totok Salam. Hal ini penting ditegaskan, agar masyarakat tidak keliru menilai, dan tidak rancu dalam memahami peran sentral Darul Islam dalam membangkitkan semangat jihad, untuk membasmi kebathilan.

NII bentukan intelijen ini sungguh jauh benar karakternya dengan NII yang semua dirintis Kartosoewirjo, Daud Beureuh. Upaya formalisasi syariat Islam di lembaga negara selalu dikaitkan dengan Negara Islam Indonesia (NII), karena dianggap memiliki benang merah dengan Darul Islam atau NII pimpinan SM. Kartosuwiryo.

Darul Islam, dipandang sebagai embrio atas suatu paham yang mengedepankan pentingnya melaksanakan Syari’at Islam secara sistemik, melalui jalur kekuasaan pemerintahan. Karena tanpa kekuasaan, Islam tidak akan bisa secara optimal melaksanakan misi Rahmatan Lil ‘Alamin.

Maka di zaman SM Kartosuwiryo, istilah NII bukan sekadar nama sebuah gerakan keagamaan, melainkan institusi Negara dengan konstitusi Islam yang memiliki kekuasaan berdaulat penuh. Memberi label NII pada aktivitas gerakan keagamaan, sangat riskan dari sudut pandang keamanan, juga dapat disalah gunakan sebagai alat penipuan secara ideologis.

Penolakan penggunaan nama NII terhadap aktivitas yang hanya sekadar gerakan, tanpa basis teritorial serta otoritas kekuasaan yang jelas, selain sebagai upaya mengamankan dan mengamalkan amanah perjuangan. Juga, meluruskan pemahaman yang keliru, memberi nama pada sesuatu yang bukan menjadi namanya. Menganggap gerakan sebagai Negara, koordinasi sebagai kekuasaan pemerintahan, sangat rentan terhadap penyusupan dan penyalahgunaan wewenang.

Negara Intelijen

Pada tanggal 27 Agustus 1999, masyarakat pergerakan Islam dikejutkan oleh sebuah pemberitaan berkenaan dengan diresmikannya sebuah pesantren oleh Presiden B.J. Habibie, di Indramayu (Jawa Barat). Pesantren termegah di Asia Tenggara itu bernama Ma’had Al-Zaytun, yang dipimpin oleh Syaikh Al-Ma’had AS Panji Gumilang.

Yang membuat kalangan pergerakan terkejut bukanlah semata-mata karena kemegahan pesantren yang berdiri di tengah-tengah kemiskinan rakyat sekitarnya, tetapi terutama karena sosok yang bernama AS Panji Gumilang, yang tak lain adalah Abu Toto, alias Toto Salam.

Pada tanggal 14 Mei 2003 Jenderal AM Hendropriyono (dalam kapasitasnya sebagai Kepala BIN), atas nama Presiden RI (waktu itu) Megawati, memenuhi undangan Panji Gumilang untuk menancapkan patok pertama bangunan gedung pembelajaran yang diberi nama Gedung Doktor Insinyur Haji Ahmad Soekarno. Kehadiran Jenderal Hendropriyono ketika itu diikuti hampir seluruh pejabat tinggi BIN.

Pada Pemilu Legislatif 5 April 2004, terdapat sekitar 11.563 pemilih yang tersebar di 39 TPS Khusus Al-Zaytun, hampir seluruhnya (92,84 persen) diberikan kepada Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) pimpinan Jenderal Purn. Hartono dan Siti Hardiyanti Rukmana (Mbak Tutut—putri Soeharto). Selebihnya (618 suara) diberikan kepada Partai Golkar.

Tanggal 5 Juli 2004, masyarakat kembali dikejutkan oleh pemberitaan seputar Pemilihan Presiden, yaitu ketika Al-Zaytun berubah sementara menjadi ‘TPS Khusus’ yang menampung puluhan ribu suara (24.878 jiwa) untuk mendukung calon presiden Jenderal Wiranto. Ketika itu, puluhan armada TNIAD hilir-mudik mengangkut ribuan orang dari luar Indramayu yang akan memberikan suaranya di TPS tersebut. Dalam perkembangannya, hasil dari TPS Khusus ini dianulir.

Sebelum kasus penimbunan senjata oleh Brigjen Koesmayadi diungkap oleh KSAD Jenderal TNI Djoko Santoso (yakni pada 29 Juni 2006), beberapa tahun sebelumnya sejumlah aktivis Islam pernah melaporkan kepada aparat kepolisian tentang adanya timbunan senjata di Al-Zaytun, pada sebuah tempat yang dinamakan Bunker. Laporan itu baru ditindak-lanjuti aparat kepolisian beberapa bulan kemudian, setelah ratusan senjata itu dipindahkan ke tempat lain, dan bunker tempat penyimpanan senjata sudah berubah fungsi. Senjata-senjata itu milik seorang jenderal aktif yang sangat berpengaruh pada masanya.

....Toto Salam alias Abu Toto adalah sosok yang disusupkan ke dalam gerakan Islam, dengan proyek mercusuarnya berupa Ma’had Al-Zaytun....

Dari rentetan fakta di atas, tampaknya sulit untuk membantah bila ada yang menyimpulkan bahwa Toto Salam alias Abu Toto adalah sosok yang disusupkan ke dalam gerakan Islam, dengan proyek mercusuarnya berupa Ma’had Al-Zaytun. [voa-islam.com] /@cwi

selengkapnya...

Jihad Tak Akan Berhenti dengan Kematian Usamah bin Ladin

Oleh: Badrul Tamam



Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Pencipta langit dan bumi serta apa yang ada di dalamnya. Dialah yang menghidupkan dan mematikan, serta menetapkan takdir dan ajal bagi mereka semua. Jika sudah datang waktunya, tak seorangpun bisa mengundurkannya.

Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah yang menghabiskan umurnya untuk menyampaikan risalah, menyeru kepada Allah dan berjihad di jalan-Nya hingga maut menjemputnya. Semoga shalawat dan salam juga dilimpahkan kepada keluarga dan para sahabatnya yang bersungguh-sungguh dalam menemani dan membelanya.

Berita wafatnya Usamah bin Laden membuat berbinar Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Dengan bangga presiden negera yang telah membunuh ribuan umat Islam di Irak dan Afghanistan tersebut melakukan konferensi pers dadakan pada Ahad malam kemarin untuk memastikan wafatnya Usama bin Laden dalam operasi militer di Pakistan. Pengumuman resmi ini disambut sorak gembira ribuan rakyat Amerika yang berkumpul di depan Gedung Putih, Ahad malam waktu setempat. Mereka bersorak sambil meneriakkan yel-yel, "USA, USA" berulang kali sambil mengepalkan tangan ke atas. Selain itu, mereka juga mengibarkan bendera AS.

Di sisi lain, bagi aktifis jihad gugurnya Syaikh Usamah menjadi pukulan berat, sehingga ada yang berkata bahwa Usamah tetap hidup, kita berlindung kepada Allah dari mengucapkan kalimat yang mengundang murka-Nya. Namun bukan berarti ibadah, dakwah dan jihad mereka boleh berhenti. Karena semua ibadah, dakwah, perjuangan bahkan hidup dan matinya kaum mukminin dipersembahkan kepada Allah yang senantiasa hidup dan tak akan pernah mati.

Allah Ta'ala berfirman dengan memerintahkan kepada Rasul-Nya,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

"Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al-An'am: 162)

Pelajaran Perang Uhud

Sesudah kaum muslimin mengalami serangan balik dari pihak musyrikin pada perang Uhud yang menyebabkan kekalahan mereka dan terbunuhnya beberapa kaum muslimin, maka tersiarlah desas-desus bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, pemimpin kaum muslimin saat itu, telah ikut terbunuh. Karenanya, sejumlah kaum muslimin lari meninggalkan perang. Sebagian yang lain jatuh mentalnya, patah semangatnya, dan ada pula yang meletakkan senjata begitu saja. Namun ada sebagian yang lain berusaha melanjutkan perlawanan dan terus bertempur dengan gigih melawan kaum musyrikin serta terus-menerus membangkitkan semangat saudara-saudara mereka untuk terus berjuang hingga menemui kesyahidan. (Disarikan dari Biografi Rasulullah, DR. Mahdi Rizqullah Ahmad, hal. 495)

Ibnu Abi Najih berkata dari ayahnya, ada seseorang dari kaum Muhajirin yang lewat dihadapan seorang dari kaum Anshar yang bersimbah darah. Lalu ditanyakan kepadanya, "Hai fulan, apakah kamu merasa Rasulullah telah terbunuh?" Orang Anshar tadi menjawab, "Jika Muhammad telah terbunuh, berarti ia telah menyampaikan risalahnya. Maka berperanglah kalian demi membela agama kalian." Lalu turunlah ayat,

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul." (QS. Ali Imran: 144) [HR. Abu Bakar al-Baihaqi dalam Dalail al-Nubuwwah: 2/248]

Di antara sahabat yang tidak berputus asa dan melemah adalah Anas bin Nadhr. Ia tak berputus asa, bahkan dengan gagah berani menerjang barisan lawan demi menebus keutamaan yang luput darinya pada perang Badar.

Saat melihat sejumlah kaum muslimin yang lemah tanpa perlawanan, ia berkata, "Demi surga dan Tuhan Nadhr, sungguh aku telah mencium bau surga dan tak ada satupun yang dapat menciumnya."

Benarlah apa yang dikatakan Anas. setelah pertempuran usai, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mencarinya. Zaid menemukannya saat ia menghembuskan nafas terakhirnya. Dan saat ditemukan, terdapat lebih dari 80 luka sabetan pedang, anak panah, dan luka ditubuhnya. Sampai-sampai tak seorangpun mengenalinya pada saat itu, kecuali saudara perempuannya, Rubayyi'. Ia berhasil mengenali jasad saudaranya melalui sebuah tanda di ujung jarinya.

Setelah Zaid menemukanAnas, ia menyampaikan salam dari Rasulullah untuknya. Lalu Anas menjawab salam tersebut dan berkata, "Aku telah mendapatkannya, aku telah mendapatkan harumnya surga! Tolong katakan kepada kaumku, orang-orang Anshar, 'Tidak ada alasan bagi kalian di hadapan Allah untuk tidak menolong Rasul-Nya sampai akhir hayat. Kalian masih memiliki satu sisi di surga yang harus kalian kelilingi'."

Kepahlawanan Anas dan kaum muslimin yang teguh hingga syahid di medan Uhud ini diabadikan dalam firman-Nya:

مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا

"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)." (QS. Al-Ahzab: 23)

Terhadap pasukan kaum muslimin yang terpengaruh dengan berita wafatnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sehingga menjadi lemah, bahkan mundur ke belakang, Allah berfirman:

أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ

"Apakah Jika dia (Muhammad) wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (QS. Ali Imran: 144)

Maksud orang-orang yang bersyukur adalah mereka yang teguh dalam menjalankan ketaatan dan berperang untuk membela agama Allah serta mengikuti Rasul-Nya, baik di saat beliau masih hidup atau sudah wafat.

Orang-orang yang bersyukur : mereka yang teguh dalam menjalankan ketaatan dan berperang untuk membela agama Allah serta mengikuti Rasul-Nya, baik di saat beliau masih hidup atau sudah wafat.

Telah juga disebutkan dalam kita-kita shahih, kitab-kitab Musnad, dan kitab-kitab sunan, terkhusus dalam musnad Abu Bakar al-Shiddiq dan Umar bin al-Khathab, bahwa Abu Bakar telah membacakan ayat ini saat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam meninggal dunia.

Al-Zuhri berkata, Abu Salamah telah menceritakan kepadaku dari Ibnu Abbas, Abu Bakar keluar sementara Umar berbicara kepada khlayak. Kemudian Abu Bakar berkata, "Duduklah wahai Umar." Tapi Umar menolak untuk duduk, sehingga khalayak menghadap kepada Abu Bakar dan meninggalkan Umar. Kemudian Abu Bakar berkata, "Amma ba'du, barangsiapa menyembah Muhammad, maka sungguh Muhammad telah meninggal. Dan siapa yang menyembah Allah, maka sungguh Allah senantiasa hidup dan tak pernah mati. Allah Ta'ala berfirman,

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia (Muhammad) wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (QS. Ali Imran: 144)."

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata, "Demi Allah, seolah-olah manusia tidak mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat ini sehingga dibacakan kembali oleh Abu Bakar. Lalu semua orang membaca ayat ini darinya, sehingga tidaklah seseorang mendengarnya kecuali membacanya."

Syaikh Abdurrahman al-Sa'di dalam tafsirnya menjelaskan berkaitan dengan ayat ini, bahwa Rasululullah bukan satu-satunya rasul. Telah ada para rasul yang mendahuluinya. Tugas mereka sama, yaitu menyampaikan risalah dari Allah, Tuhan mereka semua, dan melaksanakan perintah-perintah-Nya. Mereka tidak ada yang kekal, sehingga keberadaan mereka bukanlah syarat dalam melaksanakan perintah-perintah Allah. Bahkan wajib bagi semua umat, beribadah kepada Allah di setiap waktu dan keadaan. Oleh karenanya Allah berfirman, " Apakah Jika dia (Muhammad) wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang." Yakni dengan meninggalkan perintah beriman, berjihad atau selainnya yang telah datang kepadamu.

Dalam ayat yang mulia ini, kata Syaikh Sa'di lagi dalam tafsir ayat tersebut, terdapat pelajaran dari Allah Ta'ala bagi para hamba-Nya agar berada dalam satu kondisi yang teguh, tidak goyah dalam beriman atau menjalankan tuntutannya karena hilangnya seorang pemimpin, walau ia seorang yang agung. Hal ini bisa di atasi dengan senantiasa menyiapkan orang-orang yang ahli dalam setiap urusan dien (Islam). Jika hilang salah seorang mereka, yang lain bisa menggantikannya. Dan supaya tujuan kaum mukminin secara umum adalah menegakkan agama Allah dan berjihad membelanya sesuai kemampuan, jangan sampai tujuan mereka terpaku pada seorang pemimpin tertentu. Dengan kondisi semacam ini, maka urusan mereka akan bisa tegak.

. . . supaya tujuan kaum mukminin secara umum adalah menegakkan agama Allah dan berjihad membelanya sesuai kemampuan, jangan sampai tujuan mereka terpaku pada seorang pemimpin tertentu.

Kemudian pada ayat selanjutnya Allah mengabarkan tentang rahasia kematian yang tidak terjadi kecuali dengan izinnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلا

"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya." (QS. Ali Imran: 145) Artinya, tidak seorangpun yang meninggal kecuali dengan takdir Allah, dan sehingga sempurna waktu yang telah ditetapkan Allah untuknya. Oleh karena itu Allah berfirman, "sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya."

Dalam ayat ini terdapat motifasi dan dorongan bagi para penakut untuk berperang (berjihad). Karena maju berperang atau lari darinya tidak mengurangi jatah umur dan tidak pula menambahnya. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Abi Hatim, dari Habib bin Shuhban, seorang muslim, -namanya Hujr bin 'Adi- berkata, "Apa yang menghalangi kalian untuk menyeberangi sungai Tigris untuk menemui musuh-musuh itu? "Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya." Kemudian ia menepuk kudanya menyeberangi sungai Tigris. Ketika ia melakukan itu, orang-orangpun mengikutinya. Maka saat musuh melihat mereka seperti itu, mereka berteriak dan lari terbirit-birit. (Tafisr Ibnu Abi Hatim: 2/ 584)

. . maju berperang atau lari darinya tidak mengurangi jatah umur dan tidak pula menambahnya.

Penutup

1. Berita gugurnya Syaikh Usamah bin Laden tidak boleh membuat lemah perjuangan jihad menegakkan kalimatullah di muka bumi ini. Terlebih beliau gugur di tangan musuh-musuh Allah dan agama-Nya, yang kita berharap Allah menerima kesyahidannya dan menjadikannya sebagaimana dalam firman-Nya.

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ فَرِحِينَ بِمَا آَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup[248] disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka." (QS. Ali Imran: 169-170)

2. Tujuan perjuangan Jihad fi sabilillah adalah untuk menegakkan agama Allah, bukan terpaku pada seorang pemimpin tertentu. Jika seseorang jadi tujuan, pasti perjuangan tak akan istiqamah. Karena pemimpin adalah manusia yang bisa salah dan pasti akan habis jatah hidupnya.

3. Kematian Usamah terjadi dengan izin Allah Ta'ala dan sudah sampai ajalnya. Kalau bukan karena ditembak mati pasukan khusus Amerika, pasti ada sebab lain yang Allah adakan.

4. Jihad tidaklah memendekkan umur, sebaliknya tidak berjihad juga tidak memanjangkannya, karena umur manusia sudah ditetapkan oleh penciptanya. Karenanya tidak ada alasan takut berjihad dan meninggalkannya bagi orang beriman.

5. Siapa yang berjihad untuk Allah sebagai bentuk pengabdian kepada-Nya, maka Allah tetap hidup dan tak akan pernah mati. Sementara siapa yang berjihad untuk al-Qaidah dan Usamah, maka beliau telah tiada, maka pastinya ia melemah dan meninggalkan senjatanya.

6. Untuk menjaga kesinambungan jihad Islam, seperti nasehat Syaikh Sa'di, agar tidak menyiapkan kader yang ahli dalam bidangnya, sehingga apabila hilang satu, maka masih ada yang siap menggantikannya sehingga jihad akan tetap eksis. Wallahu Ta'ala a'lam.

[PurWD/voa-islam.com] /@cwi

selengkapnya...

Sekolah Obama di Menteng Dahulu Milik Freemasonry

Ada fakta unik mengenai jatidiri Obama yang tidak kita ketahui semua. “Buku Kenang-kenangan Freemasonry di Hindia Belanda 1767-1917” yang diterbitkan atas prakarsa tiga loge besar di Jawa menyatakan bahwa sekolah di Jalan Besuki (besukiweg) tempat Obama belajar dahulu dimiliki oleh freemasonry. SDN Menteng 01 atau akrab dengan sebutan SDN Besuki kala itu berada di bawah naungan Carpentier Alting Stiching, sebuah Yayasan miliki Freemason yang memiliki perhatian dalam bidang pendidikan.

Carpentier Alting Stiching: Yayasan Freemason

Menurut Arta Wijaya, dalam bukunya “Jaringan Yahudi di Nusantara” (Pustaka Al Kautsar: 2010) Albertus Samuel Carpentier Alting (1837-1915) adalah tokoh masonik yang berada dibalik pendirian sekolah tersebut pada tahun 1902. Kala itu AS. Alting masih melakukan inisiasi tentang pendidikan dengan mendirikan Sekolah Menengah khusus bagi wanita (Hoogere Burgere School/HBS), yang merupakan usaha pendidikan pertama di Hindia Belanda. Jenjang waktu tempuh pendidikan HBS kala itu masih tiga tahun dan sempat mengalami kendala karena kekosongan pendaftar.

Reputasi Alting sebagai seorang pendidik membuatnya terlibat dalam mendirikan berbagai sekolah di dataran Jawa. AS. Alting sendiri adalah alumnus teologi di Universitas Leiden dan memiliki pengaruh kuat dalam jajaran Freemasonry di Hindia Belanda. Selain sebagai pendidik, AS. Alting juga tersohor sebagai pendiri Majalah Mason Hindia dan Loge Agung Provinsial Hindia Belanda serta menjabat Wakil Suhu Agung untuk Hindia Belanda.

Seiring berjalannya waktu, AS. Alting kemudian mendirikan sebuah yayasan yang dinamakan Carpentier Alting Stiching atau disingkat CAS yang bernaung di bawah Ordo Freemasonry Hindia Belanda atau kala itu disebut Ordo van Vrijmetselaren Nederlansche Oost Indie. Lembaga-lembaga pendidikan dibawah yayasan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal sekolah tempat Obama mengenyam pendidikan, sekaligus menunjukkan bagaimana visi Alting ke depannya.

Bukti-bukti itu bisa kita lihat jika berkunjung ke situs CAS http://cas-reunisten.nl/index.htm. Ketika membuka situs tersebut, kita akan dihadapakan langsung pada gambar sekolah di Jalan Besuki tempo dulu. Pada sekolah-sekolah yang diangun AS. Calting diterapkan semngat inklusif dan pluralisme. Sekolah ini tidak mengenal perbedaan agama, semua masyarakat dari segala jenis agama dipersilahkan untuk menimba ilmu.

Lambat laun kerja keras Alting membumikan pendidikan Belanda yang kental nuansa masonik semakin menorehkan kesuksesan. Dalam buku Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat Hindia Belanda 1764-1962 (Sinar Harapan: 2004), T.H Stevens menyatakan bahwa CAS pada tahun 1952 telah mendapatkan reputasi besar di kalangan Freemasonry.


Yayasan Freemasonry ini mengoleksi lebih dari 1.500 murid yang terbagi dalam Lyceum dengan Middelbare Meisjes School (sekolah menengah untuk perempuan), sebuah Uitgebreid Lager Onderwijs (sekolah menengah pertama) dan tiga sekolah dasar. Para murid merasa senang mengunjung CAS salah satunya dikarenakan model sistem pendidikan modern dan sangat berkiblat ke Barat.

Nono Anwar Makarim, salah seorang pengacara senior pernah menceritakan bagaimana pengalamannya belajar di Carpentier Alting Stichting pada tahun 1958 yang amat bergaya Eropa. Sepeti dikutip Pusat dan Data Analisa Tempo, Nono mengatakan, ''Sejak kecil saya berdiri di dua kultur yang berbeda, satu kaki pada kultur Barat, satu lagi berpijak di kultur Timur.



AS. Carpenter Alting dan Perannya Menyebarkan Faham Freemason

Pengalaman Alting melanglang buana ke dataran Nusantara sebagai tokoh penting freemason tidak bisa dianggap sepele. Ia rajin berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya demi melebarkan sayap freemason. Menurut Arta Wijaya, AS. Alting pertama kali menginjakkan kaki di tanah nusantara di kota Padang. Ia kemudian bergabung menjadi anggota Loge matahari dan terlibat mendirikan Perkumpulan Pengurusan Yatim Piatu dan Padang Frobel School yang dibuka pada tahun 1889.

Dari Padang, AS. Alting kemudian dipindahkan ke Buitenzorg dan memegang peranan berpengaruh dalam tubuh Buitenzorg Maconniek Societiet (Perkumpulan Mason Bogor). Perkumpulan ini kemudian meretas berdirinya Loge Excelsior pada 1891 di kota tersebut.

Lama mengenyam diri di Bogor, selanjutnya AS. Alting masih melanjutkan pengembaraannya dengan hijrah ke Semarang pada kurun waktu 1895. Menurut catatan Wikipedia, nama AS. Alting tercatat sebagai pendeta di Gereja Blenduk yang kini terdapat di Jl. Letjend. Suprapto 32 Semarang dengan nama Gereja GPIB Immanuel. Gereja Kristen ini adalah gereja tertua di Jawa Tengah. Ia dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada tahun 1753. AS. Alting sendiri kemudian aktif berkhotbah di Gereja ini pada durasi 1895-1897.

Alumni CAS dan Riwayatnya kini

Kisah sukses CAS membumikan pendidikan Belanda, membuat para alumninya berinisiatif untuk mendirikan yayasan CAS-Relinisten untuk mengenang masa-masa mereka sekolah dulu. Bahkan tepat ketika pada tanggal 3 September 1977, telah sukses diadakan peringatan 75 tahun berdirinya cikal bakal CAS pada tahun 1902. Acara tersebut sendiri dilakukan dalam suatu pertemuan besar dengan melibatkan sejumlah alumni dan elemen-elemen terkait di Gedung Konser di Den Haag.

Hal yang patut dicatat adalah bahwa dalam reuni tersebut, Atase Militer kedutaan besar Indonesia meberikan kata sambutan dengan menekankan bahwa CAS di Indonesia telah menjalankan suatu fungsi yang amat penting. Dan hasil reuni itu kemudian dirumuskan dalam bentuk buku kenangan berjudul Gedenkboek 1902-1977 (Buku Peringatan 1902-1977) yang dilengkapi dokumentasi album foto sehingga memberikan kesan berarti.

Saat pemerintah Indonesia, mengeluarkan Keppres Nomor 264 tahun 1962 yang membubarkan dan melarang Freemasonry beserta segala organisasi derivatnya, nasib kegiatan di sekolah ini sempat terkatung-katung. Kehadiran CAS yang terendus kuat memiliki misi Freemasonry membuat mereka sibuk memutar kepala. Namun waktu tidak memberi mereka peluang banyak untuk bernafas hingga akhirnya kegiatan di sekolah ini tidak lagi aktif tak lama setelah Keppres itu dikeluarkan.

Sebenarnya Raden Said Soekanto, Kepala Kepolisian pertama RI sudah mengendus akan terjadinya pembubaran CAS pada tahun sebelum kepres itu dikeluarkan. Soekanto yang juga kader inti freemason telah mengatur strategi untuk meneruskan roda perjalanan sekolah ini dengan cara mengganti nama Yayasan Carpentier Alting menjadi Yayasan Raden Saleh pada tahun 1958.

Namun seperti yang sudah dikisahkan sebelumnya, sejarah CAS di bawah pimpinan Indonesia hanya berlangsung singkat. Kala itu Yayasan Raden Saleh mengambil alih anggaran dasar CAS dan memberlakukan peraturan bahwa mayoritas anggota pengurus haruslah merupakan kader freemason tulen. Akhirnya banyak anggota-anggota pengurus baru berasal dari loge Jakarta “Purwa Daksina”.

Ketua pengurus sendiri dipimpin oleh Soekanto. Sedangkan R. Sumitro Kolopaking dan R. Soerjo memangku jabatan wakil-wakil ketua. Adapun M. Soendoro, yang zaman itu memangku jabatan Sekretaris Agung Loge Agung Indonesia, diamanahkan untuk mengisi posisi sekretaris.

Dalam buku “Satu Tahun Pendidikan Nasional Jajasan Raden Saleh”, yang dikeluarkan pada bulan Juli 1959, kita bisa menengok segala kenangan yang tersimpan mengenai sekolah ini. Dari data laporan pada tahun 1958 sampai 1959, Yayasan Raden Saleh tercatat mengelola dua sekolah dasar, yakni Taman Kanak-Kanak, dan dua sekolah menengah, yaitu sebuah SMP dan sebuah SMA.

Namun pada tahun itu hanya tinggal sedikit murid Belanda ikut mengenyam pendidikan bersama Yayasan Raden Saleh. Tercatat dari sekitar 450 murid yang mengikuti pendidikan bersama Yayasan Raden Saleh alias jelmaan CAS pada kurun waktu 1958-1959 85 orang mempunyai nama keluarga Belanda dan sisanya berasal dari aseli Indonesia.

Th Stevens menjelaskan bahwa pada dasarnya Yayasan Raden Saleh kala itu tidak jauh berbeda dengan pendahulunya. Yayasan Raden Saleh sebagai penerus CAS, selalu menerapkan prinsip masonik tentang manusia dan masyarakat hingga akhirnya usaha ini terhenti oleh karena perkembangan politik pada awal tahun-tahun enam puluhan.
Pada masa kini dapat disaksikan bahwa di tempat sekolah-sekolah Carpentier Alting dahulu, di Koningsplein Oust (sekarang Medan Merdeka Timur) terdapat lembaga dengan pendidikan Ianjutan.

Namun sekolah ini, menurut Th Stevens, tidak ada kaitannya dengan landasan semula. Terlebih saat ini sekolah yang didirikan freemason itu telah berubah fungsi menjadi Gedung Galeri Nasional Indonesia yang terletak di Jalan Medan Merdeka Timur No. 14. Jakarta Pusat lengkap dengan catatan kelam sejarahnya. (pz)

/@cwi

sumber; eramuslim.com

selengkapnya...

Karl Marx: Tokoh Yang Tidak Bisa Mengurus Diri Sendiri, Tapi Ingin Mengatur Masyarakat

Janggutnya tebal. Tubuhnya tambun. Ia berikrar agama adalah candu, bahkan benalu. Kendati demikian, ia dipuja sekaligus dibenci. Meski tuhan baginya hanya iming-iming bagi orang sulit. Iya, dia memang kesal terhadap Agama. Dengan mata kepala sendiri, ia menyaksikan kepengecutan ayahnya sebagai pendeta Yahudi yang menarik kata-kata dalam khotbahnya di bidang reformasi politik hanya karena takut dikucilkan sebagai bangsa Yahudi.

Adalah Karl Marx, pengusung sejati komunis itu yang sudah bak dewa bagi anak-anak kiri. Nama Karl Marx memang tidak asing di telinga kita. Ia banyak disorot pasca pemikiran-pemikirannya di bidang sosiologi, ekonomi, dan politik menjadi diktat wajib untuk dipelajari di kampus-kampus. Bukunya seperti Das Kapital dan Manifesto Komunis laris manis di pasaran dan coba diterapkan di masyarakat.

Akan tetapi, dibalik pemujaan bahkan kultus bagi generasi muda dunia terhadap diri seorang tokoh atheis tersebut, ada sekelumit catatan hitam dari pengalaman pribadi Marx yang jarang diketahui banyak orang. Kita hanya ingin bertanya: Betulkah Marx bisa mengurus masyarakat sedangkan ia tidak bisa menyelesaikan problem justru di kelompok terkecil dalam masyarakat: Keluarga!

Dalam lembaran catatan kelam tersebut, terkisah bagaimana gambaran hidup Marx selama ini. Pasca ayahnya meninggal, Karl Marx hidup dengan gelimang hutang disana-sini. Dalam kondisi tak berdaya, ia tidak bisa berbuat banyak. Tumpukan hutang yang menggunung menjadi sulit ia entaskan dalam kondisi ketidakadaan seorang ayah.

Wajah seorang ibu yang teduh, kemudian menjadi sasaran bagi Marx. Dengan nekat, Marx membebani utang pribadinya kepada sang ibu yang tengah menjanda. Sayangnya sang ibu malah menolak menjadi sandaran Marx untuk menutupi hutang-hutangnya, disamping keadaan telah renta, kondisi hutang Marx adalah beban tersendiri dalam keluarga.

Namun itu hanyalah sebuah kasus dari sisi negatif Marx selama ini, sebelumnya pada usia relatif remaja, Karl Marx sudah terkenal di kalangan kawan seumurannya sebagai seorang pecinta minuman. Sejak umur 17 tahun, kerongkongan Marx muda telah akrab dijejali literan anggur. Pada seluruh hidupnya tak terbesit sekalipun niat secara serius mencari kerja demi membantu keluarga. Karl Marx baru mendapat sedikit perubahan dalam sisi finansial, saat bertemu seorang pengagumnya yang bekerja di bidang penerbitan.

Menurut Herry Nurdi, Moses Hess demikian nama sang dewa penolong yang terkagum-kagum pada Marx itu. Karir Marx dalam penerbitan Hess meroket secepat kilat. Dari seorang editor ia menjadi pemimpin redaksi. Ia juga menjadi propagandis sosialis nomor wahid kala itu.

Menurut Marx, sudah waktunya bagi sosialisme untuk menuntut dan mendesak tidak lagi menyerukan ide-ide. Pada proses inilah, terjadi pergeseran pemikiran Marx dari seorang teoritis ke arah praktis.


Dalam proses inilah Marx juga bertemu seorang komunis tulen yang kelak menjadi sahabatnya Frederich Engels (1820-1895). Seorang sahabat yang sangat sabar membiayai hidup Marx yang miskin dan kacau balau sampai akhir hayatnya.

Pada periode 1849 sampai akhir hayatnya, Marx hidup dalam buangan di Inggris. Sampai ia meninggal Marx memiliki masalah besar dalam mengatur dirinya sendiri. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam perpustakaan British Museum, demi menggali lalu menemukan teori ekonomi dan kapital. Kecuali untuk mengunjungi keluarganya yang terbengkalai.



Ketika Marx menulis Das Kapital, sebenarnya hidup Marx berada dalam keprihatinan. Ia hidup penuh kesulitan dan terlunta-lunta. Karl Marx menelurkan konsep ekonomi tanpa memperhatikan sama sekali kehidupan ekonomi keluarganya. Karl Marx bercita-cita tentang arti masyarakat sejahtera, namun sama sekali tidak coba dilaksanakan di keluarganya sendiri. Sang istri begitu pilu hidup bagai perempuan sebatang kara di tengah hutan tanpa banyak mendapat belaian kasih sayang suami.

Bahkan untuk biaya kehidupan keluarganyapun, harus seorang Frederich Engels mengambil peran yang “ditinggalkan” Karl Marx. Engels lah yang mengucurkan dana keseluruhan bagi biaya hidup keluarga Marx. Berkat Engels pula, Das Kapital yang menjadi rujukan para komunis itu, bisa kita temui lengkap tiga jilid banyaknya.

Cyril Smith dalam bukunya Friedrich Engels and Marx’s Critique of Political Economy, berpendapat bahwa sebenarnya banyak orang percaya jika Engels sering gagal memahami karya Marx. Setelah kematian Marx, Engels menjadi juru bicara terkemuka bagi teori Marxian dengan mendistorsi dan meyederhanakan teorinya, meskipun ia tetap setia pada perspektif politik yang telah ia bangun bersama Marx.

Menurut Paul Johnson, sejatinya Karl Marx hanya menulis Das Kapital secara lengkap di jilid pertama, sedangkan dua jilid terakhir di kumpulkan Engels dari surat menyurat yang dilakukannya kepada Karl Marx. Bisa dikata, tanpa ketekunan Engels bisa jadi nama Karl Marx hanya terpasung dalam status seorang pendendam dan pemarah tanpa bisa menyelesaikan tugas-tugasnya.

Setelah menyelesaikan jilid pertama dari Das Kapital, tahun 1867, kondisi kesehatan Karl Marx menurun drastis. Tokoh Yahudi tersebut mengalami tingkat kesehatan terburuk dalam hidupnya. Marx berada dalam situasi penuh kesulitan untuk menyelesaikan buku Das Kapitalnya.

Dalam bukunya, Intellectuals, Paul Johnson juga mengambarkan sisi lain dari emosi seorang Karl Marx. Dikisahkan bagaimana jatidiri Marx selama ini tidak lebih selalu dihiasi sifat tempramen, mabuk-mabukan, pemarah serta perokok berat. Saking beratnya, istrinya sendiri menuliskan jika kita masuk ke kamarnya, mata kita akan berair kena asap rokok yang bergumpal-gumpal di dalam kamar Marx. Semuanya kotor dan diselimuti debu, bahkan untuk duduk saja, di kamarnya adalah suatu pekerjaan menjijikan.

Dengan gaya hidup seperti itu, ia telah mengorbankan dirinya sendiri. Ia menjadi sangat jarang membersihkan diri ke kamar mandi, bahkan untuk sekedar mencuci muka. Ia tak memiliki waktu jelas kapan dia tidur dan kapan ia bangun. Bahkan Karl Marx pernah ditangkap polisi karena melakukan kekerasan dan menggunakan pistol akibat akibat emosinya tidak terkontrol. Disebutkan ia, melakukannya dalam keadaan tidak sadar atau sedang mabuk. Marx memang bukan pecandu alkohol, tapi di dalam bukunya Paul Johson mengatakan bahwa Marx memiliki jadwal rutin untuk bermabuk ria.

Istrinya wafat tahun 1881, anak perempuannya tahun 1882 dan Marx sendiri wafat di tahun 1883. Karl Marx seorang yang yang tak bisa mengatur dirinya sendiri itu, kini justru berusaha mengatur masyarakat lewat ekonomi, politik, bahkan sosiologi. Fotonya dibingkai di tembok-tembok sekolah sebagai sosiolog sejati. Ironis. (pz)

Referensi
Herry Nurdi, Membaca Karl Marx Dengan Kaca Pembesar, Jurnal Islamia Vol III No. 2
Paul Jonshon, Inttelectuals: FromMarx to Tolstoy, Sartre and Chomsky. Ebook
Michael H. Hart. Seratus Tokoh Orang Paling Berpengaruh di Dunia. Ebook

/@cwi

sumber; eramuslim.com

selengkapnya...

Rekayasa Pembusukan Islam

Oleh Hartono Ahmad Jaiz
Berikut ini akan kami ungkap kembali artikel di buku Rekayasa Pembusukan Islam, Pustaka Nahi Munkar, Surabaya-Jakarta, 1430H / 2009M. Karena akhir-akhir ini ada dua kejadian yang menghebohkan. Yang satu tentang penyebaran faham sesat liberal, film garapan Hanung berjudul tanda Tanya (?) dinilai menyebarkan kemusyrikan modern yakni faham liberal pluralisme agama.

“Setelah saya menyaksikan film TANDA TANYA, karya Hanung, produksi Mahaka Picture (Kelompok Republika), saya menyatakan; 'Film itu menyebarkan paham syirik modern (Pluralisme Agama), mendukung orang murtad dari Islam, menyatakan semua agama menuju Tuhan yang sama, mencampuradukkan antara tauhid dan syirik, antara iman dan kufur, dan berlebih-lebihan dalam menggambarkan konflik antar agama',” demikian disampaikan KH. A. Cholil Ridwan, Ketua MUI Bidang Budaya kepada redaksi hidayatullah.com, Kamis (07/3) malam. (nahimunkar.com, MUI: Film Karya Hanung Mendukung Orang Murtad, April 6, 2011 10:24 pm, http://www.nahimunkar.com/mui-film-karya-hanung-mendukung-orang-murtad/)

Yang kedua, partai yang tadinya berkiprah da’wah namun belakangan sudah jauh langkahnya, beritanya sebagai berikut:

Astagfirullah Politisi PKS Nonton Film Porno di Sidang Paripurna

Jakarta (voa-islam.com) - Usai berubah menjadi partai terbuka, jelang pemilu 2014 ujian Partai Keadilan Sejahtera (PKS) datang silih berganti.

Kasus poligami tak syar'i, laporan kasus korupsi di KPK dan ancaman fisik yang dilaporkan sang deklarator partai sekaligus mantan anggota Dewan Syuro Ustadz Yusuf Supendi belum reda. Kini, partai yang banyak ditinggalkan oleh para pendirinya itu dicoreng lagi dengan berita mesum di Senayan.

Politisi PKS, Arifinto kepergok menonton video porno saat Sidang Paripurna sedang berlangsung. Anggota Komisi V DPR tersebut sedang membuka-buka folder dari tablet. Tak lama kemudian, muncullah video porno tersebut. karena mendapat kiriman email dari seseorang. Tapi dari kacamata fotografer yang menjepret Arifinto, terlihat video tersebut dibuka dari kumpulan dokumen atau folder di dalam tablet. Demikian ungkap M Irfan, fotografer Media Indonesia. (Voaislam, Jum'at, 08 Apr 2011, http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/04/08/14050/astagfirullah-politisi-pks-nonton-film-porno-di-sidang-paripurna/)

Berkaitan dengan dua masalah tersebut berikut ini kami ungkap kembali tulisan tentang rekayasa pembusukan Islam sebagai berikut:

Rekayasa Pembusukan Islam dan Doktor yang Lantang

Di kala kelak bumi ini penuh dengan bangkai makhluk perusak bernama Ya’juj wa Ma’juj menjelang kiamat, maka Allah mengirimkan burung-burung untuk memakan bangkai yang berserakan itu. Demikian pula setiap kali ada manusia-manusia durjana yang membuat rekayasa pembusukan dalam rangka merusak Islam, maka Allah Ta’ala memunculkan manusia pembela agamaNya itu dan melawan musuh-musuhNya.

Rekayasa pembusukan berupa mengalihkan pendidikan Islam dari Ahlus Sunnah yang tauhidnya murni kepada pengkaderan calon-calon propagandis kemusyrikan baru berupa pluralisme agama telah berlangsung sejak 1975-an di IAIN atau perguruan tinggi Islam di Indonesia. Pelaku utamanya Dr Harun Nasution dibantu dengan aneka tenaga handal dan perangkat yang telah disediakan. Pembusukan Islam lewat pendidikan tinggi Islam itu telah dicium sejak awal oleh Prof Dr HM Rasjidi mantan menteri agama RI yang pertama dan bahkan merupakan seniornya Harun Nasution, baik di Mesir maupun di Mc Gill University, Canada. Maka Prof Dr HM Rasjidi pun tidak tinggal diam, beliau bersama para pakar lainnya menyuarakan penolakan keras terhadap penyelewengan yang dijajakan oleh Harun Nasution.


Sepeninggal Prof Dr HM Rasyidi, Dr Deliar Noer, Dr Daud Ali SH, dan Prof Dr Busthanul Arifin SH tampaknya dalam pergulatan memperjuangkan Islam sepi dari suara lantang doktor. Sementara itu dari pihak yang tidak pro kepada Islam justru tampak menjamur doktor-doktor yang lantang dalam “memperjuangkan” apa yang mereka bela. Hingga dari kelompok yang terkutuk oleh Islam seperti kelompok homo ataupun gay pun ada doktornya yang lantang. Bahkan tumbuh pula doktor yang menghalalkan berpasangan sejenis yang jelas-jelas telah diadzab Allah Ta’ala di zaman Nabi Nuh ‘alaihis salam itu. Belum lagi doktor-doktor maupun calon doktor yang di bidang masing-masing mereka lantang dan siap “mengganyang” Islam.

Fenomena itu masih pula ditambah lagi dengan sebagian doktor yang tadinya menegakkan aqidah Islam, tahu-tahu telah lekang dimakan panas dan lapuk kena hujan pergaulan, hingga bisa dibilang di barisan yang berhadapan dengan Islam. Secara perhitungan ukhuwah Islamiyah adalah suatu kerugian besar dan musibah bagi Ummat Islam.

Untuk menyadarkan bahwa kondisi Ummat Islam ini dalam hal menghadapi aneka masalah dan sering sekali ramai itu justru tidak lagi seperti dulu yang masih “dipandu” oleh doktor-doktor yang lantang alias vocal, maka perlu kami ingatkan kembali lewat tulisan ini.

***

Berikut ini kami turunkan contoh suara lantang doktor dalam dua kasus. Yang satu kasus lama, menghadapi rekayasa pembusukan agama lewat pendidikan tinggi Islam, IAIN, UIN, STAIN, STAIS dan lainnya; dan yang satunya lagi kasus baru, menghadapi pembusukan di suatu kelompok yang semula giat berdakwah namun belakangan telah jauh dari arah semula. Mari kita simak kasus yang lama lebih dulu berikut ini:

Mengenang Bahaya
Harun Nasution dan Ahmad Wahib
Dua Buku yang Menghebohkan

Ada dua buku tentang agama Islam yang merusak aqidah Islam dan merusak generasi muda Islam. Pertama, buku yang ditulis oleh Dr. Harun Nasution dengan judul “Islam ditinjau dari berbagai aspeknya”. Penerbit, Bulan Bintang, 1974. Tetapi penerbitnya agak menyesal menerbitkannya karena reaksi yang hebat menentang buku itu timbul dalam masyarakat. Buku ini mendapat tantangan danreaksi yang sangat keras dan tajam dari Prof. Dr. H. M.Rasjidi, karena beliau khawatir akan pengaruh buku tersebut bagi angkatan muda Islam, mengingat buku itu konon menjadi buku wajib pada tingkat I IAIN (Institut Agama Islam Negeri). Dan mengingat pula buku itu dikarang oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sendiri. Dr. Harun Nasution adalah keluaran Mc. Gill University, Montreal, Canada. Dan masuknya di universitas itu adalah antara lain karena bantuan dari Prof. Rasjidi sendiri. Tetapi beliau kaget melihat hasil karya Dr. Harun tersebut. Dan tanpa ragu-ragu sedikitpun juga Prof. Rasjidi mengasah penanya yang sudah tajam itu untuk menghadapi dan mengoreksi Dr. Harun Nasution, dengan judul“Koreksi Terhadap Dr. Harun Nasution” antara lain berkata seperti di bawah ini:

“Terdorong oleh rasa faidah mengetahui hal-hal yang baru yang dapat saya manfaatkan dalam mengabdi kepada Islam dan Umat Islam Indonesia, saya merintis jalan untuk berusaha menyalurkan para sarjana tamatan IAIN dan lain-lain untuk memasuki alam fikiran orientalisme; dalam hal ini saya tidak bertindak sebagai perintis. Saya mengetahui bahwa banyak ulama dari Al-Azhar di Cairo dikirim ke Jerman atau London atau Paris oleh satu panitia yang memakai nama Almarhum Syekh Muhammad Abduh.

“Akan tetapi entah karena suatu hal yang tak terduga, di antara yang saya usahakan belajar di Instintute of Islamic Study ada yang memberikan hasil yang mengecewakan. Dalam menyelami alam fikiran orientalisme, mereka bukan mendapatkan sumber kekeliruan para sarjana Barat tentang Islam, akan tetapimalah menelan segala sesuatu yang mereka katakan dengan tidak memakai daya kritis.”

“Memang kemegahan Barat dalam keuletan cara meneliti dan berfikir dapat dibanggakan, akan tetapi bagi orang yang bijak, di celah hal-hal yang mengagumkan itu sering terdapat kekeliruan-kekeliruan yang besar.”

“Di antara mereka yang terpengaruh dengan cara berpikir orientalisme yang merugikan Islam adalah teman saya sendiri, Dr. Harun Nasution yang saya bantu untuk datang ke Canada pada tahun 1963.”

“Beliau mendapat MA pada tahun 1965 dan Ph. D. pada tahun 1968 sebagai putra Indonesia pertama yang mendapat gelar tersebut.”

“Akan tetapi cara berpikir beliau dan konsepsi beliau tentang Islam sangat merugikan kepada Islam dan Umat Islam di Indonesia sehingga perlu dikoreksi.”

“Mula-mula saya tidak mau melakukan koreksi tersebut di muka umum,pada tanggal 3-12 tahun 1975 saya menulis laporan Rahasia kepada Sdr. Menteri Agama dan beberapa orang staf eschelon tertinggi di Kementerian Agama. Laporan Rahasia tersebut berisi kritik terhadap buku Dr. Harun Nasution yang berjudul: Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Saya menjelaskan kritik saya pasal demi pasal dan menunjukkan bahwa gambaran Dr. Harun tentang Islam itu sangat berbahaya, dan saya mengharapkan agar Menteri Agama mengambil tindakan terhadap buku tersebut yang oleh Kementerian Agama dan Direktorat Perguruan Tinggi dijadikan buku wajib di seluruh IAIN di Indonesia.”

“Karena lebih dari satu tahun tidak ada respon dari Departemen Agama, maka saya menggambarkan dua kemungkinan:

A. Pihak Departemen Agama, khususnya Diperta (Direktorat Perguruan Tinggi Agama) setuju dengan isi buku tersebut dan ingin mencetak sarjan IAIN menurut konsepsi Dr. Harun Nasution tentang Islam.

B. Atau pihak-pihak tersebut di atas tidak mampu menilai buku tersebut dan bahayanya bagi existensi Islam di Indonesia serta umatnya.

Kedua kemungkinan tersebut di atas tidak memberikan harapan yang baik.”

“Dengan begitu maka satu-satunya jalan yang dapat saya tempuh adalah menyiarkan koreksi saya itu dalam bentuk buku untuk umum, sehingga pendapat umumlah yang akan memberi penilaian kepada dua pandangan yang berlainan ini.”

Demikian Prof. Dr. H. M. Rasjidi dalam kata pendahuluannya. Dan setelah memberikan koreksi dan kritiknya pasal demi pasal dan bab demi bab, pedas, asam , pahit, lincah dan ilmiah itu, maka Rasjidi sampai kepada kesimpulan dan menutup pembahasannya seperti tertera di bawah ini:

“Telah agak lama saya menerima pengaduan dari mahasiswa dan dosen-dosen tentang kuliah-kuliah Dr. Harun Nasution. Ketika saya membaca bukunya yang berjudul: Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, saya menjadi yakin akan keluhan-keluhan yang saya dengar.

“Karangan Dr. Harun Nasution yang diwajibkan untuk dipelajari mahasiswa IAIN adalah buku yang penuh fikiran kaum orientalis yang beragama kristen.

I. Pernyataan bahwa Tuhan tidak perlu ditakuti tetapi dicintai, adalah kata Kristen.

II. Agama monotheisme adalah Islam, Yahudi, Kristen (Protestan dan Katolik) dan Hindu adalah fikiran comparative religious yang ditimbulkan oleh orang-orang yang mengaku berdasar ilmiyah dengan tidak berguna sedikitpun.

III. Orang-orang yang kotor tidak akan diterima kembali ke sisi yang Maha Suci, adalah expresi Kristen, pengaruh dari Neo Platonisme dan Gnosticisme.

IV. Injil adalah teksnya bukan wahyu, yang wahyu adalah isi atau arti yang terkandung dalam teks itu. Pernyataan tersebut adalah pernyataan yang lebih Kristen dari pada teolog-teolog Kristen. Orang Kristen mengatakan bahwa wahyu adalah yang mendorong penulis-penulis Injil untuk menulis Injil masing-masing, adapun isinya banyak yang salah, karena manusia tak luput dari kekhilafan.

V. Tidak dapat diketahui dengan nama pasti mana Hadits yang betul berasal dari Nabi dan mana yang dibuat-buat. Ini adalah pendapat Goldziher, seorang Yahudi dari Hongaria.

VI. Istihsan yang dibawa oleh Abu Hanifah, Al Masalih Al Mursalah yang dicetuskan oleh Malik bin Anas ditolak oleh Al-Syafi’i, Qiyas yang dicetuskan oleh Al- Syafi’i ditolak oleh Ibn Hazm Al-Zahiri. Pintu ijtihad ditutup. Semua itu merupakan gambaran suram tentang hukum Islam ditulis oleh seorang sarjana Islam. Sedang ahli hukum di Prancis mengeluarkan pernyataan dalam konperensi hukum Islam di Paris sebagai berikut:

“Para peserta Kongres merasa tertarik oleh problema-problema yang dilontarkan dalam Minggu Hukum Islam dan oleh diskusi mengenai problema tersebut, serta mendapat kesimpulan yang terang bahwa prinsip Hukum Islam mempunyai nilai yang tak dapat dibantah, dan bahwa variasi aliran-aliran dalam hukum Islam mengandung kekayaan-kekayaan ilmu hukum yang istimewa yang memungkinkan hukum ini untuk melayani hajat penyesuaian dalam kehidupan modern, (dikutip dari “Hukum Islam dan Pelaksanaannya dalam Sejarah”, terbitan Bulan Bintang 1976).

VII. “Sementara itu Islam dalam sejarah mengambil bentuk ketatanegaraan”. Ini adalah konsep Kristen yang dibawa oleh Nabi Isa tak mengandung konsepsi tentang negara Kristen.

VIII. “Pemikiran pembahasan modernisasi mengandung arti fikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah faham-faham, adat istiadat, institusi-institusi lama agar disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan-keadaan baru yang ditimbulkan ilmu pengetahuan modern. Pembaharuan dapat dilakukan mengenai interpretasi atau penafsiran aspek teologi, hukum dan seterusnya dan mengenai lembaga-lembaga.” “Ini semua berarti bahwa yang ada di Barat itu semua benar dan sempurna. Dan oleh karena Umat Islam tak dapat meninggalkan Al-Qur’an dan Hadits, maka diperlukan interpretasi baru tentang ayat-ayat, apalagi ayat-ayat itu banyak yang dubious.”

“Dengan begitu maka yang mutlak adalah yang terjadi di Barat yang beragama Kristen. Kita yang beragama Islam hanya dapat memberikan interpretasi baru kepada ayat-ayat Al-Qur’an.”

“Hal tersebut adalah fikiran orang yang belum yakin akan keunggulan isi Al-Qur’an dan belum sadar akan kelemahan dan bibit-bibit kehancuran yang sekarang tumbuh di Barat.”.

Akhir kata

“Semula kita, Umat Islam Indonesia menginginkan generasi muda yang mahir dalam ilmu ke-islaman, bahasa Arab, Al-Quran, Syari’ah, Tauhid, dan lain-lain. Di samping itu mereka harus mengetahui ilmu-ilmu baru: Sosiologi, Hukum dan Filsafat dan lain-lain.”

“Buku Dr Harun Nasution menunjukkan bahwa sekarang ada di antara kita yang terpengaruh oleh metode orientalis Barat sehingga menganggap Islam sebagai suatu gejala masyarakat yang perlu menyesuaikan diri dengan peradaban Barat.”

“Dengan begitu akan hilanglah identitas Islam kita, dan akan hilanglah kekuatan jiwa yang kita peroleh dari Al-Qur’an.

“Buku Dr Harun Nasution telah membantu terciptanya masyarakat semacam itu, masyarakat modern yang segala-galanya di dalamnya benar, dan Agama Islam harus diubah penafsirannya sehingga sesuai dengan peradaban Barat itu.”

“Aku berdo’a kepada Allah SWT mudah-mudahan tulisan ini dapat menghindarkan bahaya yang besar itu!”

“Ya Allah, janganlah Engkau menyesatkan hati kami setelah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan berilah kami rahmat dari sisiMu, sungguh Engkau Maha Pemberi!” (Prof Dr HM Rasjidi, Koreksi terhadap Dr Harun Nasutiontentang “Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, halaman 150, Bulan Bintang, Jakarta, 1977).

Buku kedua, yang lebih menghebohkan tetapi kurang berisi dan berbobot ialah buku dengan judul Pergolakan Pemikiran Islam karya Ahmad Wahib,diterbitkan oleh LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial), Jakarta.

Buku ini mendapat reaksi demikian ramainya dari kalangan tua dan muda dari pusat sampai daerah. Disunting oleh dua orang aktivis Pemuda Islam, Djohan Effendi dan Ismed Natsir.

Reaksi Rasjidi

Prof Dr HM Rasjidi tidak begitu bersemangat berbicara tentang isi buku tersebut, karena itu hanyalah catatan harian pribadi Ahmad Wahib yang tidak pantas diterbitkan untuk umum.

Itu suatu tragedi yang merupakan halaman yang suram dalam kehidupan Islam di zaman Orde Baru ini. (Panji Masyarakat, No. 346, Jakarta). Yang diserang dan disesalkannya ialah penyuntingnya, Djohan Effendi dan pembuat kata pengantarnya, Prof Dr H Mukti Ali. Serangan kepada Mukti Ali lebih keras dan lebih tajam, karena beliau itu bekas Menteri Agama RI yang sama sekali tidak patut menyambut dan turut menghidangkan buku itu ke tengah masyarakat Islam yang sudah diserang dari segala penjuru itu. Cuma ada sesuatu yang baru bila Prof Dr Rasjidi menyebut dan menuliskan nama Mukti Ali. Tidak kurang dari 8 kali nama Mukti Ali disebut-sebut dengan variasi yang berbeda-beda. Empat kali tanpa memakai gelar Prof. Dr. Empat kali pula dengan menyebutkan Prof. Dr. , di antaranya dua kali diberi keterangan dalam kurung seperti ini: Prof. (DR) HA Mukti Ali. (Sekali lagi, DR dalam tanda kurung saya pinjam dari tuan Husserl), kata Rasjidi. Apakah barangkali beliau meragukan titel DR nya Mukti Ali? Wallahu a’lam. Sebagaimana diketahui, bahwa Mukti Ali pernah kuliah di Canada, sedangRasjidi pernah lima tahun menjadi dosen di sana.

Rasjidi sendiri memang sengaja begitu. “Yang saya serang itu ‘kan kata pengantarnya,” katanya kepada Tempo. “Saya sendiri tidak apa-apa dengan almarhum Wahib. Ia sudah meninggal, dan mudah-mudahan Tuhan mengampuni dosa-dosanya, sudah begitu saja. Saya hanya mau bikin kapok orang yang melindungi cara berfikir seperti Wahib itu.” Dan yang dimaksudnya, tak lain tak bukan, Prof. Mukti Ali. Ialah yang memberi kata pengantar dan “pelindung”.(Tempo, No. 48, 1982)

Tentang penyutingnya, Johan Effendi oleh Rasjidi dikatakan “seorang doktorandus dari IAIN yang naik tinggi kedudukannya dalam kalangan sekretariat negara, yang juga salah seorang tokoh muda Ahmadiyah Lahore. (Panji Masyarakat, No.346, 1402 H)

Apakah benar Johan Effendi sebagai seorang Ahmadiyah? Penulis (K.H. Firdaus A.N.) sendiri pernah bertanya kepadanya tentang hal itu. Tetapi ia agak malu-malu menjawabnya; dan saya tidak mau mendesaknya lagi.

Tetapi yang sebenarnya aktif menyunting buku Wahib itu adalah Ismed Natsir (alumni kampus Katolik STF –Sekolah Tinggi Teologi –Filsafat–Driyarkara Jakarta sebagaimana tokoh JIL –Jarigan Islam Liberal– Ulil Abshar Abdalla yang fahamnya mengacak-acak Islam, pen). (K..H. Firdaus A.N. Mutiara Dakwah, C.V Pedoman Ilmu Jaya, cet: pertama 1993, hal:101-107.) (Media Dakwah, Oktober 2003/ Sya’ban 1424H)

Demikianlah kasus lama yang sampai kini aksi pembusukannya masih tetap berlangsung dan semakin menjadi-jadi.

Kasus yang kedua, suara lantang Dr Daud Rasyid MA, yang beredar di milis-milis. Berikut ini kutipannya.

Seorang netter menulis di satu milis sebagai berikut:

Tanggal: Tue, 02 Dec 2008 02:30:57 -0000
Topik: Kembali ke Asholah Dakwah (Dr. Daud Rasyid MA )

Tulisan ini diambil dari sebuah milist Depok. Tentu antum semua masih ingat debat legendaris antara Dr. Daud Rasyid dengan mendiang Nurcholis Madjid tahun 1992 di TIM. Disebut legendaris karena mungkin utk pertamakalinya ada debat terbuka antara pentolan sekuler dengan golongan Islam. Di tulisan ini terungkap kegeraman beliau ternyata “lawan” diskusinya malah ditokohkan oleh jamaahnya. Mungkin hanya sekedar strategi tapi yg jelas tidak difahami oleh orang sekelas beliau apalagi oleh akar rumputnya.

Kembali ke Asholah Dakwah
Dr. Daud Rasyid MA

Ba’da tahmid wa sholawat

Ayyuhal muslimuun, ikhwah fillah yang dirahmati Allah, syukur alhamdulillah yang tidak henti-hentinya kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang masih meneguhkan semangat kita walaupun dari sana sini SMS ataupun panggilan ataupun lobi-lobi untuk orang-orang tertentu agar tidak ikut dan tidak berhubungan dengan forum kader peduli, tetapi ternyata alhamdulillah ana lihat mesjid ini, dari sejak pertemuan yang lalu bahkan makin penuh. Ada apa ini, antum ini semua? Makin ditakut-takuti makin penuh, makin banyak yang hadir. Sebenarnya ini menunjukkan sebuah kerinduan kepada ashoolatudda’wah.

Kita ingin kembali kepada materi-materi yang dulu kita pelajari sejak awal. Al walaa-u lillaah, al baraa ‘ankulliththawwabiin. Berpihak kepada Allah. Innama waliyyukumullaahu warrasuuluhu walladziina aamanu, sesungguhnya wali kamu itu adalah Allah, rasulNya dan orang-orang beriman.

Sekarang sudah menjadikan pahlawan orang-orang yang tak jelas arah hidupnya. Dijadikan sebagai tokoh, sebagai wali. Diangkat nama-nama orang yang dalam sejarah telah tercatat permusuhan mereka itu kepada Islam.

Kenapa dulu syari’at Islam terganjal pada tahun 45? Dalam Piagam Jakarta, kita semua tahu sejarah. Padahal pada waktu diproklamasikannya itu kemerdekaan, dasar-dasar daripada negara ini, itu didasarkan kepada Undang-undang Dasar 45 yang mengacu kepada Piagam Jakarta. Yang intinya, ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya. Tanggal 18, sehari, berubahlah itu, dicoretlah itu. Oleh siapa? Kelompok nasionalis yang kita tahu siapa.

Mereka inilah yang ditokohkan sebagai pahlawan sekarang dan dalam iklan-iklan di televisi itu.

Jadi kita ini berubah 180 derajat, dari sebuah jama’ah (kelompok) umat Islam yang ingin mengerahkan wala’ nya kepada Allah menjadi berwala’ kepada syaithon dan thawwabiin. Na’udzubillaahi min dzalik. Kita tidak mau. Saya yakin inilah yang mendasari kehadiran antum.

Sebenarnya ikhwah fillah, ana mencium perubahan ini sudah sejak awal, pada waktu adanya mukernas di Depok, di mana diundang berorasi bekas musuh kita—yang sudah meninggal—tokoh sekuler di Indonesia.

Antum masih ingat? Disuruh, diminta, dihormati, diagungkan untuk berorasi. Saya tidak perlu sebut nama, karena antum semua sudah tahu, betul ndak?

Pada waktu itu hari Jum’at. Ana gak habis pikir, pusing kepala. Apa dasarnya ini orang diundang? Yang dulu kita ludahi, yang dulu kita hujat sebagai tokoh sekuler, tiba-tiba disambut, dihormati, diagungkan seperti guru. Laa hawla wala quwwata illa billaah. Pada saat itu betul-betul ana, secara pribadi, hati ini tersayat-sayat. Seperti meludah, dijilat kembali ludahnya.

Oleh karena itu, pada saat itu, ana ingat kembali ini ceritanya.

Begitu dia naik, ana langsung keluar. Ditahanlah ana oleh tiga orang.

“Ustadz, ustadz, tunggu dulu, sebentar saja ustadz!”

“Oh tidak ada. Tidak pantas bagiku untuk menghormati, menghadapi muka orang yang dulu memusuhi Islam. “

Waktu itu dia diagungkan, dijadikan rujukan sebagai bapak intelektual Indonesia. Dan seperti orang yang mengilhami gerakannya yang disebut dengan partai da’wah.

Dari situ saja, waktu itu, saya sudah mulai membayangkan, ini bagaimanapun ke depannya akan menjadi kelompok sekuler. Sudah mulai hilang rambu-rambu yang dipelajari, al walaa-u lillaah. Maka hari demi hari makin menunjukkan. Betul kata salah seorang ikhwah kita di dalam forum SMS itu, hari-hari ini belakangan terus akan memberitahukan kepada engkau, apa yang dulunya engkau tak tahu. Apa yang dulunya masih tertutup rahasia, hari ke depan akan makin lama makin tersingkap rahasia tabir-tabir yang dulu tersembunyi.

Kita mengira bahwa kita itu berjalan di atas sebuah thariiqudda’ wah yang shahihah, thariiqul anbiya wal mursaliin, ‘ibadatullaahi wahdah, al kufru liththaghuut. Tetapi ternyata belakangan kitapun diajak berdamai, cair, lemah lembut. Menunjukkan wajah yang senyum kepada orang-orang mujrimin yang menghancurkan negara ini, yang menjual negara ini. Kitapun disuruh untuk berbaik-baik kepada mereka.

Bagaimana mungkin seorang kader da’wah bisa menerima seperti itu?

Oleh karenanya ikhwah fillaah rahimakumullaah, mari kita tetap berpegang. Perbanyak antum tilawatil Qur’an, insyaAllah orang-orang yang terus senantiasa berpegang kepada kitabullah, ini tidak akan mau tergelincir. “Laa tajtami’u ummati ‘ala dhalaalah”, kata nabi kita SAW. “Tidak akan mungkin ummatku bersatu dalam sebuah kesesatan.”

Jadi mudah-mudahan kita ini penyelamat agar saudara-saudara kita yang lain tidak sampai sesat. Kita ini sebagai pengontrol mereka. Sekali lagi kita ingin tegaskan, kita ini bukan mau merebut sebuah qiyadah.

Apa yang mau direbut? Kita ndak punya kemampuan apa-apa. Kita ini bukan mau mengganjal, kita ini bukan mau menggagalkan, tidak. Tetapi jalan da’wah yang sudah dari awal dibangun secara benar, ini jangan sampai miring, seperti orang yang mabuk, tidak lihat jelas jalannya yang mana yang harus ditempuh, ke kiri atau ke kanan. Kita tidak mau seperti itu, karena semuanya kita ini punya patokan, punya dasar kitabullah, sunnah rasulillah. Tidak akan lahir mujtahid-mujtahid baru yang akan mempunyai ta’wil-ta’wil untuk menjustifikasi kebijakan-kenijakan yang nyeleneh dan kontroversial. Tidak bisa itu, dan itu tidak akan kita biarkan. Dan kalau kita tetap dituduh sebagai orang-orang yang ingin menggembosi, yang ingin menciptakan jama’ah baru, biarlah mereka nanti tahu bahwa kita tidak punya keinginan untuk membuat apa-apa yang baru. Kita hanya ingin meluruskan jalan yang sudah ada.

Oleh karenanya mereka seharusnya membuka hati dan harusnya mereka itu berterimakasih ada yang mengingatkan. Kan begitu seharusnya? Mereka harusnya ruju’ kepada yang benar. Berterimakasih, bukan justru menteror, beberapa saudara kita diteror lewat SMS, dan seterusnya dan seterusnya. Maka oleh karena itu, kita tidak akan berhenti dalam menegakkan al ma’al amru bil ma’ruf wan nahi ‘anil munkar, kapanpun dan di manapun.

Dan kita yakin, insyaAllah, dengan do’a-do’a kita, kita berdo’a agar ikhwah kita akan kembali seluruhnya ke jalan yang benar. Dan kita tidak perlu berdo’a agar mereka celaka, tidak. Mereka itu sedang menghadapi sebuah cobaan yang disebut dengan dunia. Supaya mereka sadar akan cobaan itu, dan tidak larut tergelincir, akhirnya mereka pun terpental dari jalan da’wah. Nanti, akhirnya yang disebut oleh Said Hawwa, al mutafaqiqu fii thaariqudda’ wah, jangan dibalik, jangan dibilang kita ini orang-orang yang berguguran di jalan da’wah.

Sekarang ada pemutarbalikan istilah, orang lurus dibilang bengkok, yang bengkok dibilang lurus. Ini berarti kacamata sudah tidak benar.

Kalau kacamata sudah tidak benar, itu memang betul. Hitam kelihatan putih, putih kelihatan hitam.

Jadi oleh karenanya, sekali lagi, mari kita tamassuh bi kitabillaah.

Apa yang dulu biasa kita lakukan, tilawatil Qur’an adalah merupakan tugas seorang akh untuk berusaha mengkhatamkan Qur’an itu minimal satu bulan sekali. Ini adalah tugas-tugas kita sebagai akh di dalam jama’ah ini. Begitu juga ikhwah, kita menghidupkan sunnah, jangan kita anggap kecil, sepele sunnah-sunnah. Sunnah-sunnah nabi itu semuanya mulia.

Rasulullah sudah berpesan kepada kita, jangan kamu anggap sepele.

“Taraktufiikum amroi maa intamasaktum bihi balanthadhillu ba’di ‘abada”. Biar orang lain menyepelekan sunnah, menganggap bahwa dirinya sudah berubah, kita sudah maju, kita sudah meninggalkan masa lalu.

Oh tidak, kita tetap katakan, kita ini tetap dulu seperti yang dulu juga. Kapanpun dan di manapun kita hidup, tetap saja manhaj yang kita pakai manhaj yang lama. Manhajudda’wah anbiya wal mursaliin yang mengajak orang kepada ‘ibadatullaah, al waahidil qahhaar. Ikhwah fillah rahimakumullah, kalaupun awalnya kita mau berpartai tujuannya adalah untuk mengajak orang menyembah Allah, bukan mau mencari kekuasaan. Tak ada gunanya mencari kekuasaan. Apa gunanya kekuasaan kalau akhirnya membuat kita celaka. Karena Allah pun mengatakannya dalam al Qur’an

“Wa ‘adallaahulladzina amanu minkum wa ‘amilushshaalihaati, layastakhlifannahum fil ardhi, kamastakhlafalladzi na min qablihim, wa layumakkinanna lahum diinahumulladzirtad ha lahum, wa layubaddi lannahum min ba’di khawfi him amna ; ya’buduunani la yusyrikuuna bi syai-an”

Allah menjanjikan kepada orang beriman dan beramal sholeh. Antum ndak usah ribut, pusing kepala cari kekuasan. Itu sudah janji Allah, akan dikasihnya. Ndak usah sampai kamu mengorbankan idealisme menjual tokoh-tokoh orang. Akhirnya sekarang yang punya tokoh pada marah semua. Malu tidak itu? Malu sekali. NU nya marah, Muhammadiyahnya marah, orang nasionalisnya marah. Sudah tidak ada harga diri lagi.

Tokoh orang disanjung-sanjung seolah-olah tidak punya tokoh kamu itu.

Padahal kita itu, qudwatuna Rasulullah SAW. Kita tidak perlu kepada tokoh-tokoh. Semua tokoh itu ada cacatnya, betul tidak? Yang bersih dari cacat Rasulullah SAW. Kenapa kamu sibuk menokohkan orang? Semua mereka itu punya cacat, yang cacatnya itu tidak tanggung-tanggung.

Oleh karenanya, kita kembali kepada manhaj, Allaahu ghayatuna, warrasul qa’iduna. Rasulullah itu pemimpin kita yang insya Allah tidak akan ada sesuatu yang negatif pada diri Rasulullah SAW. Kenapa kita sibuk mencari tokoh di luar tokoh yang sudah diajarkan kepada kita? Kembali kepada ayat yang tadi, Allah menjanjikan kepada orang-orang beriman dan beramal sholeh, akan diberinya kekuasaan. Nah ini dia…

Jadi kamu tidak usah pusing, sibuk, menjilat ke sana ke mari mencari perhatian orang. Ada pepatah Arab, “Kullun yadda’i hubban bi Laila, wa Laila la tusirru bi waahid”, Semua laki-laki mengatakan Laila cinta pada saya, tetapi Laila tidak pernah mengakui satu orangpun diantara mereka. Malu sekali.

Jadi Allah akan memberikan yang namanya kekuasaan itu, layastakhlifannahum , istikhlaaf, sebagaimana yang diberikannya kepada ummat sebelum kamu, wa layumakkinanna lahum diinahumulladzirtad ha lahum, akan memberikan tamkiin, akan memantapkan posisi diin ini di muka bumi, kemudian wa la yubadilannahum min ba’di khawfi him amna, akan diganti Allah rasa takut menjadi rasa aman, tapi syaratnya apa?

ya’buduunani la yusyrikuuna bi syai-an.

Sekarang kita itu sudah mulai menyerempet- nyerempet ke syirik, betul tidak? Mengakui nasionalisme yang dibuat oleh orang-orang nasionalis yang tidak mengenal Allah, yang tidak bertauhid kepada Allah Ta’ala.

Jadi kita sudah mulai nyerempet ke situ. Yang tadinya faham tentang tauhid, yang tadinya memusuhi syirik tapi sekarang sudah berubah.

Bagaimana kita mau mendapatkan kekuasaan dari Allah Ta’ala? Yakin ana gak bakalan. Tidak bakal dikasih Allaah Ta’ala itu. Karena sudah dikatakan demikian, “ya’buduunani la yusyrikuna bi syai-an”. Mereka menyembah Aku dan tidak mensekutukan Aku dengan segala sesuatu apapun.

Oleh karena itu, apapun namanya kita ini, mau jam’iyah mau jama’ah mau hizbiyyah, tugas kita adalah mengajak orang untuk ‘ibadatillaahi wahdah. Sekarang sesudah jadi partai, berani gak mengajak orang ke tauhid? Berani gak mengajak orang supaya menyembah Allah? Tidak berani. Sesudah jadi partai akan berbicara dengan bahasa-bahasa politik.

Dipikir mereka, mereka akan bisa diberikan Allah kekuasaan. Oh tidak.

Jadi selama kita tidak menempuh jalur, manhaj, cara, thariiqah yang dilakukan oleh para pendahulu kita dari ummat ini, maka Allah tidak akan kasih. Kalaupun dikasihNya nanti, ya kekuasaan yang akhirnya menghancurkan kita. Ada yang mau? Saya yakin semua kita tidak akan mau. Gara-gara kekuasaan iman kita tergadai. Gara-gara kekuasaan aqidah kita larut. Gara-gara kekuasaan yang haram menjadi halal.

Tidak, lebih bagus kita tidak punya kekuasaan Ikhwah fillah rahimakumullah, jadi pertemuan kita ini sebenarnya ingin menghidupkan kembali apa yang dulu, yang biasa kita pelajari.

Syahadatain, memantapkan makna syahadatain itu kembali. Di mana lagi ada pengertian ilaah almarhu fihi? Sudah ndak ada lagi itumateri-materi seperti itu. Pertemuan-pertemuan hanya dicekoki dengan pilkada di sini, pilkada di sana, menghadapi 2009, yang tidak ada hubungannya dengan keimanan.

Oleh karenanya banyak para ikhwah itu mengeluh, datang ikut liqo tetapi iman tidak terasa bertambah. Bahkan pulang liqo, pusing kepala.

Kalau dulu datang liqo, pulang, semangat keimanan membara, kecintaan kepada Allah SWT. Sehingga habis malam itu dihabiskan untuk sujud kepada Allah dan berdiri di hadapan Allah. Sekarang, karena terlalu larut malam membicarakan masalah agenda-agenda, pulang tengah malam, tidur, subuhpun lewat. Apakah begitu kader da’wah?

Jadi oleh karenanya ikhwah fillah rahimakumullah, biarpun sebagian saudara kita menuduh ini sebuah upaya untuk menggembosi, kita katakan kepada mereka, tidak ada penggembosan. Yang ada adalah penyadaran.

Ana, antum semua, mari kita sama-sama menyadarkan saudara-saudara kita yang sedang larut dengan dunia. Kembalilah wahai ikhwah ke jalan yang benar, dan kami semuanya saudaramu. Tidak ada keinginan diantara kami untuk memecah-belah dan untuk menimbulkan permusuhan. Apabila kembali jama’ah ini kepada khithah yang aslinya, insyaAllah, Allah akan memberikan kemenangan itu di luar yang kita perhitungkan.

Allaahu akbar!

Demikianlah contoh nyata suara lantang dari doktor-doktor yang menghadapi pembusukan agama di negeri ini. Rekayasa pembusukan agama telah jelas nyata dan pasti. Yang dirambah bukan sekadar yang tingkatnya wadah kecil di daerah terpencil, namun wadah-wadah besar yang punya jangkauan nasional dan bahkan internasional. Pembusukan dari dalam yang selama ini dilangsungkan lewat pendidikan tinggi Islam sudah dirasakan ampuhnya virus bahaya yang disebarkan, maka pengalaman itu dikembangkan lagi di sector lain yang berkaitan dengan Islam, yakni di sector dakwah. Ketemulah wadahnya yang dianggap empuk untuk itu. Terjadilah apa yang terjadi.
Hidup ini adalah ujian. Allah Ta’ala berfirman:

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(1)
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ(2)

Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk [67] : 1, 2)

Dalam kasus seperti di atas, apakah kita mau berada di barisan yang merekayasa pembusukan Islam dengan aneka cara hanya demi keuntungan dunia yang fana ini, ataukah di barisan yang teguh mempertahankan agama Allah Ta’ala dengan aneka resiko namun buah manisnya insya Allah akan kita ni’mati kelak di akherat.

Bila ikut yang berpayah-payah memecundangi Islam, maka Islam itu sendiri justru dibela oleh Allah Ta’ala, maka yang dihadapi adalah Allah Yang Maha Perkasa. Badan ini hancur di dunia, dan siksa pun telah tersedia di akherat kelak.

Allah telah menjamin agamanya, dan menggambarkan kerugian orang-orang yang memecundanginya, karena berhadapan dengan Allah Ta’ala yang tiada tandingannya sama sekali.

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ(8)

Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. (QS. As-Shaff [61] : 8)

وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ(50)

Dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari. (QS. An-Naml [27] : 50)

(haji) /@cwi

selengkapnya...

Kisah Aneh dan Unik Ketika Soekarno Dijadikan Nabi

Ada-ada saja keanehan di negara ini. Ada tuhan palsu, kitab suci palsu, agama palsu, dan tak ketinggalan Nabi palsu. Namun dalam jejak sejarah mungkin baru kali ini ada ajaran yang menjadikan Presiden Pertama RI, Soekarno, sebagai Nabi dalam arti sebenarnya dan bukan metafor.

Adalah Ajaran Adari yang memiliki gagasan gila itu. Tidak hanya itu, mereka juga bisa jadi menjadikan para presiden selanjutnya sebagai Nabi, katakanlah Soeharto, Habibie, Megawati bahkan juga tidak mustahil, presiden Indonesia saat ini, Susilo Bambang Yudhoyono.

Menurut Rahnip dalam bukunya “Aliran Kepercayaan Dan Kebatinan dalam Sorotan” (Pustaka Progresif: 1997), Ajaran Adari menyatakan bahwa Sang Gusti telah bersatu (manunggal) menjadi satu ke dalam diri Bung Karno. Jadi Tuhan menurut ajaran ini setara dengan Bung Karno, dan Bung Karno setara dengan Tuhan.

Ketika manunggal itu terjadi, maka Bung Karno adalah Gusti adanya. Sehingga segala perbuatan Bung Karno maupun perkataannya adalah perbuatan dan ucapan dari sang gusti.

Adari Sudah Ada Setelah Kemerdekaan

Menurut buku "Mengenal Aliran-Aliran Islam dan Ciri-Ciri Ajarannya" oleh Drs. Muhammad Sufyan Raji Abdullah, Lc, nama Adari tidak lain adalah singkatan dari Agama Djawa Asli Republik Indonesia. Agama paguyuban ini didirikan di Yogyakarta tahun 1948, yang persisnya pada awal tahun kemerdekaan RI, oleh Djojowolu yang mempunyai nama asli S.W.

Mangun Wijoyo, alias Mangun Suwito lahir pada tahun 1882 di Surakarta. Ia membangun ajaran Adari dari keyakinan bahwa tidak ada kitab suci agama samawi seperti Alquran, Taurat, dan Injil, yang dapat dijadikan pegangan. Dalam ritualnya, ajaran ini mengikuti cara ibadah berdasarkan keyakinan sendiri dan menetapkan tanggal satu Syura sebagai hari besarnya.

Menurut Rahnip, Mangun Wijoyo adalah penganut ajaran kebatinan. Namun ia pernah melakukan pelanggran hingga pernah dimasukkan ke dalam sel penjara. Tak lama kemudian ia mendekam di Penjara Wirogunan Yogyakarta. Dalam penjara itulah ia mengadakan perenungan.

Dari balik jeruji besi, Mangun Wijoyo mulai mengembangkan ajaran Adari. Ia menyebut ajarannya lebih sebagai agama dengan prinsip manunggaling Kawula Gusti. Bung Karno kemudian diangkat menjadi Nabi sekaligus titisan tuhan, tanpa sepengetahuan Soekarno sendiri.

Rahnip menjelaskan bahwa pada dasarnya, Adari lebih dekat ke Hindu daripada ke agama Islam dan Kristen. Hal itu diperjelas salah satu klaim teologis dari ajaran Adari yang menuduh munafik para anggotanya yang melangsungkan perkawinan secara Islami maupun Kristen.

Sedangkan bagi yang melakukan acara perkawinannya sesuai ajaran Hindu tidak dicap sebagai munafik oleh pemimpin ajaran Adari.

Narapidana adalah Nista, Padahal Soekarno Sendiri Pernah di Penjara

Mangun Wijoyo sendiri dikatakan hampir saja menjadi titisan Gusti. Namun Gusti urung masuk ke dalam diri Mangun Wijoyo, karena merasa jijik karena Mangun Wijoyo pernah masuk penjara.

Entah apa yang ada di dalam pikiran sang gusti hingga pilih-pilih kasih kepada umatnya, karena kita tahu Soekarno sendiri pernah masuk penjara, bahkan tidak satu-dua kali.

Sejarah mencatat Soekarno pernah mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin pada 1930. Ia divonis empat tahun penjara oleh persidangan Landraat Bandung.

Selain di Sukamiskin, Soekarno juga pernah mendekam di Penjara Bantjeuy (Banceuy) Bandung sekitar delapan bulan setelah ditangkap di Yogyakarta pada 29 Desember 1929 bersama Gatot Mangkupraja, Maskoen dan Soepriadinata dari Partai Nasional Indonesia (PNI).

Kalau sang gusti Adari jijik masuk ke diri Mangun Wijoyo hanya karena Mangun Wijoyo masuk penjara, andai sang gusti tahu Penjara Banceuy sendiri adalah penjara tingkat rendah di zaman Belanda. Penjara ini didirikan pada abad kesembilan belas, keadaannya kotor, bobrok dan tua.

Disana ada dua macam sel. Yang satu untuk tahanan politik, satu lagi untuk tahanan pepetek. Pepetek — sebangsa ikan yang murah dan menjadi makanan orang yang paling miskin — adalah nama julukan untuk rakyat jelata. Pepetek tidur diatas lantai. Sedangkan para tahanan politik tingkat atas, seperti Soekarno, tidur di atas pelbed besi.

Kalau tahu begini gimana gusti? (pz)

/@cwi
sumber; eramuslim.com

selengkapnya...

Mengenal Para Ulama Pembaharu Dalam Islam

Dalam sebuah hadits yang shahih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا”

“Sesungguhnya Allah akan mengutus (menghadirkan) bagi umat ini (umat Islam) orang yang akan memperbaharui (urusan) agama mereka pada setiap akhir seratus tahun”[1].

Arti “memperbaharui (urusan) agama” adalah menghidupkan kembali dan menyerukan pengamalan ajaran Islam yang bersumber dari petunjuk al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah ditinggalkan manusia, yaitu dengan menyebarkan ilmu yang benar, mengajak manusia kepada tauhid dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta memperingatkan mereka untuk menjauhi perbuatan syirik dan bid’ah[2].

Perhitungan akhir seratus tahun dalam hadits ini adalah dimulai dari waktu hijrah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Mekkah ke Madinah[3].

Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam “…orang yang akan memperbaharui (urusan) agama…” tidak menunjukkan bahwa mujaddid di setiap akhir seratus tahun hanya satu orang, tapi mungkin saja pada waktu tertentu lebih dari satu orang, sebagaimana yang diterangkan oleh imam Ibnu Hajar dan para ulama lainnya[4].

Dalam hal ini, imam Ahmad bin Hambal berkata, “Sesunguhnya Allah akan menghadirkan bagi umat manusia, pada setiap akhir seratus tahun orang yang akan mengajarkan kepada mereka sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang banyak telah ditinggalkan manusia) dan menghilangkan/memberantas kedustaan dari (hadits-hadits) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”[5].

Para ulama telah menyebutkan nama-nama para imam Ahlus sunnah yang memenuhi kriteria untuk disebut sebagai mujaddid (pembaharu) dalam Islam, berdasarkan pengamatan mereka terhadap sifat-sifat mulia para imam tersebut.

Dalam tulisan ini kami akan menyebutkan beberapa di antara para imam tersebut beserta sekelumit dari biografi mereka.

1- ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz bin Marwan bin Hakam al-Qurasyi al-Umawi al-Madani

Beliau adalah khalifah yang tersohor dengan keshalihan dan keadilannya, amirul mu’minin, imam tabi’in yang mulia, penghafal hadits yang utama dan terpercaya. Lahir pada tahun 64 H dan wafat pada tahun 101 H.

Ibunya adalah cucu sahabat yang mulia Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, namanya Hafshah bintu ‘Ashim bin Umar bin Khattab[6].

Beliau diserupakan dalam keadilan dan kelurusan akhlak dengan kakek beliau Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, dalam sifat zuhud dengan Hasan al-Bashri, dan dalam ketinggian ilmu dengan imam az-Zuhri[7].

Imam asy-Syafi’i memuji beliau dengan mengatakan, “al-Khulafa’ ar-Rasyidun (khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk dan bimbingan Allah Ta’ala) ada lima orang: Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali dan ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz”[8].

Para ulama Ahlus sunnah telah bersepakat untuk menobatkan beliau sebagai mujaddid (pembaharu) pertama dalam Islam[9].


Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Sesunguhnya Allah akan menghadirkan bagi umat manusia, pada setiap akhir seratus tahun orang yang akan mengajarkan kepada mereka sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang banyak telah ditinggalkan manusia) dan menghilangkan/memberantas kedustaan dari (hadits-hadits) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian kami melihat (meneliti sejarah), maka (kami dapati pembaharu) pada akhir seratus tahun pertama (hijriyah) adalah ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz, dan (pembaharu) pada akhir seratus tahun kedua adalah imam asy-Syafi’i[10].

2- Imam asy-Syafi’i, Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin bin al-‘Abbas bin ‘Utsman al-Muththalibi al-Qurasyi al-Makki.

Beliau adalah imam besar dari kalangan atba’ut tabi’in (murid para tabi’in), pembela sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ahli fikih yang ternama, penghafal hadits yang utama dan terpercaya. Lahir pada tahun 150 H dan wafat pada tahun 204 H, nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam [11].

Imam Qutaibah bin Sa’id memuji beliau dengan mengatakan, “Kematian imam Syafi’i berarti kematian sunnah Rasulullah” [12].

Imam Ahmad bin Hambal berkata, “(Kedudukan) Imam Syafi’i (di zamannya) adalah seperti matahari bagi bumi dan sebagai penyelamat bagi umat manusia”[13].

Para ulama Ahlus sunnah juga telah bersepakat untuk menobatkan beliau sebagai mujaddid (pembaharu) kedua dalam Islam[14].

Imam Ahmad berkata, “…(Pembaharu) pada akhir seratus tahun kedua (hijriyah) adalah imam asy-Syafi’i[15].

Imam Ibnu Hajar berkata: “Beliau adalah mujaddid (pembaharu) urusan agama Islam pada akhir seratus tahun kedua (hijriyah)”[16].

3- Hasan al-Bashri, Abu Sa’id al-Hasan bin Abil Hasan Yasar al-Bashri

Beliau adalah Imam besar dari kalangan tabi’in, syaikhul Islam, sangat terpercaya dalam meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lahir pada tahun 22 H dan wafat 110 H[17].

Beliau pernah disusukan oleh Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, Istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pernah didoakan kebaikan oleh Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu agar diberi pemahaman dalam ilmu agama dan dicintai manusia[18].

Imam Muhammad bin Sa’ad memuji beliau dengan mengatakan, “Beliau adalah seorang yang berilmu (tinggi), menghimpun (berbagai macam ilmu), tinggi (kedudukannya), sangat terpercaya, sandaran dalam periwayatan hadits, dan ahli ibadah”[19].

Beliau termasuk yang dinobatkan sebagai salah seorang ulama pembaharu pada akhir seratus tahun pertama (hijriyah)[20].

4- Muhammab bin Sirin, Abu Bakr al-Anshari al-Bashri

Beliau adalah imam besar dari kalangan tabi’in, syaikhul Islam, sangat wara’ (berhati-hati dalam masalah halal-haram), sangat luas ilmunya lagi sangat terpercaya dan kokoh dalam meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau wafat pada tahun 110 H[21].

Imam Abu ‘Awanah al-Yasykuri berkata, “Aku melihat Muhammad bin sirin di pasar, tidaklah seorang pun melihat beliau kecuali orang itu akan mengingat Allah”[22].

Beliau juga termasuk yang dinobatkan sebagai salah seorang ulama pembaharu pada akhir seratus tahun pertama (hijriyah)[23].

5- Muhammad bin Muslim bin ‘Ubaidillah bin ‘Abdillah bin Syihab az-Zuhri al-Qurasyi al-Madani

Beliau adalah imam besar dari kalangan tabi’in, penghafal hadits yang utama, yang disepakati kemuliaan dan kecermatan hafalannya. Beliau wafat pada tahun 125 H [24].

Imam ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz memuji beliau dengan mengatakan, “Tidak tersisa seorang pun (di jaman ini) yang lebih memahami sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari pada az-Zuhri”[25].

Imam Ayyub as-Sakhtiyani, “Aku belum pernah melihat (seorang pun) yang lebih berilmu dari pada beliau” [26].

Beliau juga termasuk yang dinobatkan sebagai salah seorang ulama pembaharu pada akhir seratus tahun pertama (hijriyah)[27].

6- Yahya bin Ma’in, Abu Zakaria al-Bagdadi

Beliau adalah imam besar dari kalangan atba’ut tabi’in (murid para tabi’in), ahli jarh wa ta’dil (penilaian terhadap para perawi hadits dalam bentuk pujian atau celaan) yang ternama, penghafal hadits yang utama, dan gurunya para ulama Ahli hadits. Lahir pada tahun 158 H dan wafat tahun 233 H[28].

Imam Ahmad bin Hambal memuji beliau dengan mengatakan, “Yahya bin Ma’in adalah orang yang Allah Ta’ala ciptakan (khusus) untuk urusan ini (membela sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), dengan beliau menyingkap kedustaan para pendusta dalam hadits (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)”[29].

Beliau juga termasuk yang dinobatkan sebagai salah seorang ulama pembaharu pada akhir seratus tahun kedua (hijriyah)[30].

7- Imam an-Nasa’i, Abu Abdir Rahman Ahmad bin Syu’aib bin ‘Ali bin Sinan

Beliau adalah imam besar, syaikhul Islam, penghafal dan kritikus hadits kenamaan, serta sangat terpercaya dalam meriwayatkannya. Lahir pada tahun 215 H dan wafat tahun 303 H[31].

Imam Abu Sa’id bin Yunus memuji beliau dengan mengatakan, “Abu ‘Abdirrahman an-Nasa’i adalah seorang imam (panutan), penghafal hadits dan sangat terpercaya dalam meriwayatkannya”[32].

Imam Abul Hasan ad-Daraquthni berkata, “Abu ‘Abdirrahman an-Nasa’i lebih didahulukan (dalam pemahaman ilmu hadits) dibandingkan semua ulama hadits di jaman beliau”[33].

Beliau juga termasuk yang dinobatkan sebagai salah seorang ulama pembaharu pada akhir seratus tahun ketiga (hijriyah)[34].

Catatan penting

- Banyak para imam besar Ahlus sunnah yang terkenal dengan ketinggian ilmu dan pemahaman, serta kuat dalam menegakkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi mereka tidak dinobatkan oleh para ulama sebagai pembaharu dalam Islam di jamannya, padahal mereka sangat pantas untuk itu, seperti imam Malik bin Anas, Ahmad bin Hambal, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan lain-lain. Hal ini disebabkan masa hidup mereka yang tidak bertepatan dengan waktu yang disebutkan dalam hadits di atas, dan ini sama sekali tidak mengurangi tingginya kedudukan dan kemuliaan mereka[35].

- Termasuk para imam Ahlus sunnah yang dinobatkan oleh sejumlah besar ulama Islam sebagai pembaharu dalam Islam di abad ke-12 Hijriyah adalah imam syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab at-Tamimi (wafat 1206 H)[36]. Dalam hal ini syaikh yang Mulia ‘Abdul ‘Aziz bin Baz berkata, “Termasuk di antara para imam (Ahlus sunnah) yang mendapatkan petunjuk (dari Allah Ta’ala) dan da’i yang mengusahakan perbaikan (umat ini) adalah imam yang sangat dalam dan luas ilmunya, pembaharu ajaran Islam yang telah ditinggalkan (manusia) di abad ke-12 Hijriyah dan penyeru kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab bin Sulaiman bin ‘Ali at-Tamimi al-Hambali, semoga Allah memperindah (menerangi) tempat peristirahannya dan memuliakannya di surga sebagai tempat menetapnya” [37].

- Demikian pula yang disebut-sebut para ulama sebagai pembaharu dalam Islam di abad ini, dua imam Ahlus sunnah yang ternama: syaikh yang mulia Muhammad Nashiruddin al-Albani dan syiakh yang mulia ‘Abdul ‘aziz bin Abdullah bin Baz, semoga Allah merahmati semua ulama ahlus sunnah yang telah wafat dan menjaga mereka yang masih hidup.

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Kendari, 24 Rabi’ul Tsani 1431 H

Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA

Artikel www.muslim.or.id

[1] HR Abu Dawud (no. 4291), al-Hakim (no. 8592), dan ath-Thabarani dalam “al-Mu’jamul ausath” (no. 6527), Dinyatakan shahih oleh imam al-Hakim, al-‘Iraqi, Ibnu Hajar (dinukil dalam kitab “’Aunul Ma’buud” 11/267) dan syaikh al-Albani dalam “Silsilatul ahaaditsish shahihah” (no. 599).
[2] Lihat kitab “’Aunul Ma’buud” (11/260).

[3] Ibid.

[4] Lihat kitab “’Aunul Ma’buud” (11/264).

[5] Dinukil oleh imam adz-Dzahabi dalam kitab “Siyaru a’laamin nubalaa’” (10/46).

[6] Lihat kitab “Tahdziibul kamaal” (21/432) dan “Tadzkirotul huffazh (1/118).

[7] Lihat kitab “Tadzkiratul huffazh” (1/119).

[8] Dinukil oleh imam adz-Dzahabi dalam kitab “Tadzkiratul huffazh” (1/119).

[9] Lihat kitab “’Aunul Ma’buud” (11/260).

[10] Dinukil oleh imam adz-Dzahabi dalam kitab “Siyaru a’laamin nubalaa’” (10/46).

[11] Lihat kitab “Tahdziibul kamaal” (24/355), “siyaru a’laamin nubalaa’” (10/5) dan “Tadzkirotul huffazh (1/361).

[12] Dinukil oleh imam adz-Dzahabi dalam kitab “Siyaru a’laamin nubalaa’” (10/46).

[13] Dinukil oleh imam al-Mizzi dalam kitab “Tahdziibul kamaal” (24/372).

[14] Lihat kitab “’Aunul Ma’buud” (11/260).

[15] Dinukil oleh imam adz-Dzahabi dalam kitab “Siyaru a’laamin nubalaa’” (10/46).

[16] Kitab “Taqriibut tahdziib” (hal. 467).

[17] Lihat kitab “Tadzkiratul huffaz” (1/71) dan “Taqriibut tahdziib” (hal. 160).

[18] Dinukil oleh imam al-Mizzi dalam kitab “Tahdziibul kamaal” (6/104).

[19] Dinukil oleh imam adz-Dzahabi dalam kitab “Tadzkiratul huffaz (1/71).

[20] Lihat kitab “’Aunul Ma’buud” (11/266).

[21] Lihat kitab “siyaru a’laamin nubalaa” (4/606), “Tadzkiratul huffaz” (1/77) dan “Taqriibut tahdziib” (hal.160).

[22] Kitab “Siyaru a’laamin nubalaa’” (4/610). Dalam sebuah hadits shahih Rasululah r bersabda: “Wali (kekasih) Allah adalah orang yang jika (manusia) memandangnya maka mereka akan ingat kepada Allah”. Lihat “Ash Shahihah” (no. 1733).

[23] Lihat kitab “’Aunul Ma’buud” (11/266).

[24] Lihat kitab “Tadzkiratul huffaz” (1/108) dan “Taqriibut tahdziib” (hal. 506).

[25] Dinukil oleh imam adz-Dzahabi dalam kitab “Tadzkiratul huffaz” (1/109).

[26] Ibid.

[27] Lihat kitab “’Aunul Ma’buud” (11/266).

[28] Lihat kitab “Siyaru a’laamin nubalaa’” (11/71) dan “Taqriibut tahdziib” (hal. 597).

[29] Dinukil oleh imam adz-Dzahabi dalam kitab “Siyaru a’laamin nubalaa’” (11/80).

[30] Lihat kitab “’Aunul Ma’buud” (11/266).

[31] Lihat kitab “Siyaru a’laamin nubalaa’” (14/125) dan “Taqriibut tahdziib” (hal. 80).

[32] Dinukil oleh imam adz-Dzahabi dalam kitab “Siyaru a’laamin nubalaa’” (14/133).

[33] Ibid (14/131).

[34] Lihat kitab “’Aunul Ma’buud” (11/266).

[35] Ibid (11/263).

[36] Lihat kitab “’Aqidatusy syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab as-Salafiyyah” (1/18).

[37] Ibid (1/19-20). /@cwi
sumber; muslim.or.id

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |