Gambaran Dahsyatnya Siksa Neraka dalam Al-Qur'an

Oleh: Badrul Tamam

Kalau kita perhatian dalam kehidupan Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, kita dapatkan beliau tidak pernah berhenti dari mengingat dan membicarakan neraka. Pada setiap pagi dan sore hari, beliau shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah berhenti berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari neraka. Contohnya nyatanya kita dapatkan dalam dzikir pagi dan sore hari, di dalamnya terdapat isti’adzah (doa mohon perlindungan) kepada Allah dari neraka. Yaitu:

أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذَا اليَومِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذَا اليَومِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكَسَلِ وَسُوءِ الْكِبَرِ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ

“Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah. Dan segala puji bagi Allah, tiada tuhan (yang berhak diibadahi) kecuali Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Kepunyaan-Nya kerajaan dan bagi-Nya pula segala pujian, dan Dia Mahakuas atas segala sesuatu. Ya Rabbi, aku memohon kepada-Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya, aku juga berlindung kepada-MU dari keburukan di hari ini dan keburukan sesudahnya. Ya Rabbi, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua (pikun). Ya Rabbi, aku berlindung kepada-Mu dari adzab di neraka dan adzab di kubur.” (HR. Muslim)

Maka sangat jelas, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam setiap hari, pada pagi dan sore hari, senantiasa berlindung kepada Allah Jalla wa ‘Alaa dari neraka.

Begitu juga kita dapatkan, sesudah bertahiyat - sebelum salam, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berlindung kepada Allah dari neraka. Beliau mengajari kita agar membaca,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dar siksa kubur dan siksa neraka, dari fitnah hidup dan fitnah mati serta dari fitnah al-Masih Dajjal.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Bahkan mengingat neraka tidak luput dari beliau sampai saat sebelum tidur. Ya sampai sebelum tidur. Adalah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila beranjak tidur maka beliau meletakkan telapak tangan kanan beliau di bawah pipi kanan, lalu berdoa:

رَبِّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ

“Ya Rabb-ku, selamatkan aku dari siksa-Mu pada hari Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu.” (HR. Al-Tirmidzi dan Ahmad) terkadang beliau shallallahu 'alaihi wasallam membacanya sekali dan terkadang tiga kali.

. . . mengingat neraka memiliki bagian besar dalam kehidupan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, baik dalam pikiran ataupun hati beliau. Beliau tidak pernah terputus dari mengingat neraka.

Bahkan doa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang paling sering beliau baca, sebagaimana yang disampaikan oleh Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berisi memohon perlindungan dari neraka,

رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Al Baqarah: 201)

Jadi mengingat neraka memiliki bagian besar dalam kehidupan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, baik dalam pikiran ataupun hati beliau. Beliau tidak pernah terputus dari mengingat neraka. Seperti inilah seharusnya seorang muslim, senantiasa mengingat neraka. Setiap saat harusnya dia mendengarkan ceramah tentang neraka atau membaca kitab yang menerangkan tentang dahsyatnya neraka. Kenapa? Supaya kita bertambah takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga dalam kehidupan ini kita tidak tenggelam dalam kenikmatan dunia, syahwat dan kemaksiatan sampai lupa akan akhirat.

Kenapa harus mengingat neraka?

Supaya kita bertambah takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga dalam kehidupan ini kita tidak tenggelam dalam kenikmatan dunia, syahwat dan kemaksiatan sampai lupa akan akhirat.



Neraka dalam Al-Qur’an

Berikut ini kami suguhkan tentang gambaran neraka dalam Al-Qur’an. Di antaranya adalah firman Allah Ta’ala:

هَذَانِ خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ فَالَّذِينَ كَفَرُوا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِنْ نَارٍ يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوسِهِمُ الْحَمِيمُ

“Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka.” (QS. Al-Hajj: 19)

Para penghuni neraka akan dikenakan untuk mereka pakaian dari aspal yang lalu dibakar dengan api neraka . Tidak cukup itu saja, al-hamim (air yang sedang mendidih dan sangat panas) akan disiramkan ke atas kepala mereka, kita berlindung kepada Allah dari menjadi ahli neraka!

Kita bisa bayangkan, kalau saja kita diletakkan pada satu tempat, lalu dari atas turun setetes demi setetes air dalam jangka waktu tertentu, sehari, seminggu, sebulan. Setiap detik air menetes dan mengenai kepala kita. Apa yang akan terjadi? Kita akan tersiksa dengan sendirinya dan bisa menjadi gila, lalu bagimana kalau yang disiramkan itu adalah air mendidih neraka yang panasnya berlipat-lipat dari panasnya dunia.

Kemudian Allah melanjutkan,

يُصْهَرُ بِهِ مَا فِي بُطُونِهِمْ وَالْجُلُودُ

“Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka).” (QS. Al-Hajj: 20) betapa dahsyatnya panas air tersebut. Saat disiramkan di atas kepala, maka air tersebut akan menghancurkan isi perut; daging, lemak, dan ususnya. Yakni isi perutnya meleleh karena panasnya air neraka yang mendidih tersebut. Sehinggapun kulit mereka juga meleleh. Kita memohon keselamatan kepada Allah dari beratnya siksa neraka.

Selanjutnya Allah berfirman,

وَلَهُمْ مَقَامِعُ مِنْ حَدِيدٍ

“Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi.” (QS. Al-Hajj: 21) Maqami’ itu semacam palu atau martil dari besi yang dipukulkan ke kepala mereka. Maka ketika mereka hendak keluar dari neraka, dipukulkan martil-martil tersebut di atas kepala mereka supaya siksa tidak terputus dari mereka. “Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan): "Rasailah adzab yang membakar ini".” (QS. Al-Hajj: 22)

. . tidak cukup hanya disiramkan ke atas kepala mereka, namun al-hamim (air neraka yang sedang mendidih dan sangat panas) tersebut diminumkan kepada mereka sehingga usus-usus mereka terpotong-potong, tercabik-cabik dan hancur berantakan.

Ya Allah, jauhkan kami dari siksa neraka!.

Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ

“Sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?” (QS. Muhammad: 15) ya benar, mereka dipaksa meminum air neraka yang sedang mendidih dan sangat panas menghancurkan.

Jadi tidak cukup hanya disiramkan ke atas kepala mereka, namun al-hamim (air neraka yang sedang mendidih dan sangat panas) tersebut diminumkan kepada mereka sehingga usus-usus mereka terpotong-potong, tercabik-cabik dan hancur berantakan. Ya Allah, jauhkan kami dari siksa neraka!.



Sesungguhnya panasnya api neraka Jahannam tidak tertandingi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengabarkan, panasnya lebih dari 70 kali dari panasnya api dunia yang paling panas.

Satu contoh permisalah yang tak mungkin bisa menyamai dengan neraka. Seandainya kita dipaksa meminum secangkir kopi atau teh yang sedang mendidih dengan segera, apa yang akan terjadi? Lidah dan mulut kita akan melepuh, dan boleh jadi usus kita juga akan meradang dan putus. Lalu bagaimana kalau yang diminumkan adalah air neraka yang sedang mendidih dan memiliki panas yang tak terhingga.

“Orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?” Coba bayangkan keadaan ahli neraka yang dijelaskan ayat ini! karenanya benar-lah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, “Kalau kalian tahu apa yang aku ketahui, pasti kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” Masalahnya, kita tidak mengetahui sebagaimana yang diketahui oleh beliau shallallahu 'alaihi wasallam.

Allah Subhanahu wa Ta'ala menggambarkan tentang tikar dan selimut ahli neraka,

لَهُمْ مِنْ جَهَنَّمَ مِهَادٌ وَمِنْ فَوْقِهِمْ غَوَاشٍ

“Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka).” (QS. Al-A’raf: 41) dari bawah penghuni neraka ada tikar yang terbuat dari api neraka, sedangkan dari atasnya mereka diselimuti dengan selimut dari neraka juga. Dari sini, dapat kita padukan dengan ayat-ayat yang lain, bahwa para penghuni neraka akan dipakaikan baju dari aspal neraka yang lalu dibakar, tikar dari neraka, selimut dari neraka, dan juga cambuk (martil) dari besi.

Pada ayat lain, Allah Ta’ala menyebutkan tentang angan-angan para penghuni neraka, yaitu kematian. Mereka ingin sekali mati sehingga tidak merasakan adzab neraka yang maha dashsyat. Hal ini sebanding dengan angan-angan mereka di dunia, yaitu mereka berangan dan berhayal dapat hidup seribu tahun atau lebih. Mereka sangat cinta kepada kehidupan dunia. Sedangkan di akhriat mereka sangat-sangat berharap bisa mati. Kita berlindung kepada Allah dari menjadi bagian orang-orang kafir.

وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا

“Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahanam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka adzabnya.” (QS. Faathir: 36) Yakni, dia tidak mati dan tidak akan diringankan adzabnya. Berbeda dengan siksa manusia di dunia, berapa tahun dan seberapa hebat mereka menyiksa sesama manusia? Penyiksanya bisa bertaham menyiksa paling hanya satu atau dua jam secara berturut-turut lalu istirahat. Pun dia masih butuh makan, minum, buang air dan kebutuhan lainnya sehingga siksa akan berkurang atau dihentikan sementara. Dan ujung dari siksaannya adalah kematian. Sedangkan di neraka, adzab tidak akan dihentikan barang sejenak, karena yang menyiksa adalah para malaikat yang sudah Allah bekali dengan kekuatan luar bisa dan sangat menyeramkan. Mereka tidak mengenal lelah atau capek sehingga tidak ada istirahat dari siksa bagi penghuni neraka. Setiap detik, setiap menit dan setiap jam penghuni neraka disiksa tanpa henti dan mereka tidak bisa mati. “Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan adzab.” (QS. Al-Nisa’: 56)

Ahli neraka ingin sekali mati sehingga tidak merasakan adzab neraka yang maha dashsyat Hal ini sebanding dengan angan-angan mereka di dunia, yaitu mereka berangan dan berhayal dapat hidup seribu tahun atau lebih.

Karena itulah, wahai saudaraku seiman, kita harus senantisa mengingat akan neraka, berlindung kepada Allah 'Azza wa Jalla dari siksa neraka yang luar biasa. Di dalamnya tidak ada kematian, sebagaimana Allah kisahkan tentang permintaan penghuni neraka kepada Malaikat Malik sang penjaga neraka,

وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ

“Mereka berseru: "Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja".” (QS. Al-zukhruf: 77)

Maka Malikat Malik menjawab, "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini). Sesungguhnya Kami benar-benar telah membawa kebenaran kepada kamu tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu.” (QS. Al-Zukhruf: 77-78)

Sesungguhnya siksa neraka jahannam tidak bisa dibayangkan. Kedahsyatannya melebihi dari setiap gambaran manusia tentang berat dan dahsyatnya siksa, “Maka pada hari itu tiada seorang pun yang menyiksa seperti siksa-Nya,” (QS. Al-Fajr: 25). Tidak seorang pun yan menyiksa bisa menyamai siksa Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Maka bagi setiap mukmin agar merenungi ayat-ayat tersebut dan sering membaca keterangan-keterangan tentang neraka, . . . agar hati ini takut dan khawatir terhadapnya. Sehingga dia akan bertakwa kepada Allah dan menjauhi segala laranganNya.

Sesungguhnya masih banyak ayat lain yang menceritakan tentang kengerian dan dahsyatnya siksa neraka. Maka bagi setiap mukmin agar merenungi ayat-ayat tersebut dan sering membaca keterangan-keterangan tentang neraka, minimal satu bulan sekali. Kalau bisa, lebih banyak dari itu, agar hati ini takut dan khawatir terhadapnya. Sehingga dia akan bertakwa kepada Allah dan menjauhi segala laranganNya. Kemaksiatan ditinggalkan sedangkan kewajiban dijalankan dengan semestinya.

Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari siksa neraka dan segala hal yang bisa mendekatkan kepadanya dari perkataan dan perbuatan. Ya Allah peliharalah kami dari siksa neraka, sungguh kami tidak sanggup menahannya dan kuasa menjalaninya. Amin, ya Rabbal a’lamin! [PurWD/voa-islam.com] /@cwi

selengkapnya...

Makhluk Luar Angkasa Menurut Tinjauan Al-Quran


Segala puji bagi Allah shalawat serta salam semoga tercurah keatas junjungan kita Nabi Muhammad, keluarganya, shahabatnya dan mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat. Amma ba’du:

Pembaca yang dirahmati Allah Ta’alaa:

Phenomena yang terjadi baru-baru ini yaitu kemunculan jejak UFO berupa circle crop di Sleman Yogyakarta menggegerkan rakyat Indonesia terutama warga sekitar karena ini yang pertama terjadi di negara kita.

Sebagian orang langsung percaya bahwa itu memang jejak UFO dan memang makhluk luar angkasa benar-benar ada, sedangkan sebagian orang terburu-buru mengingkarinya dan mengatakan bahwa makhluk luar angkasa itu tidak ada.

Lalu bagaimana kita sebagai seorang muslim yang diwajibkan percaya kepada yang ghaib yang tidak bisa kita lihat menyikapi phenomena seperti ini?

Bagaimana phenomena makhluk luar angkasa jika ditinjau dari Al-Qur’an?

Harus diketahui bahwa Yang menciptakan manusia dari tidak ada dan membentuknya dan meniupkan padanya dari ruh-Nya, dan mengokohkan ciptaan alam semesta ini termasuk keajaiban yang ada didalamnya, adalah juga Maha Kuasa untuk menciptakan luar angkasa dan makhluknya, Al-Qur’an telah menunjukkan adanya makhluk-makhluk yang tidak diketahui oleh manusia dimasa kenabian, demikian juga Al-Qur’an menunjukkan peran dari penemuan ilmiyah, dan bahwa setiap berita akan ada waktu kemunculannya, Allah Azza wa Jalla berfirman:

(وَالْخَيْلَ وَالْبِغَالَ وَالْحَمِيرَ لِتَرْكَبُوهَا وَزِينَةً وَيَخْلُقُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ ) (النحل:8)


Artinya: (dan dia telah menciptakan kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.) [QS An-Nahl: 8].

Ayat diatas mengisyaratkan bahwa ada beberapa makhluk yang diciptakan oleh Allah Ta'aala dari jenis hewan yang kita tidak mengetahuinya, ini karena Allah Ta'aala menyambungkan makhluk tersebut dengan kuda, bagal dan keledai yang merupakan jenis hewan.

Dan disebutkan di dalam Al-Qur’an beberapa ayat lainnya yang sepertinya mengisyaratkan adanya binatang di langit dan bumi, diantaranya firman Allah Ta’alaa:

(وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا مِن دَابَّةٍ وَهُوَ عَلَى جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاء قَدِيرٌ) (الشورى:29)

Artinya: (di antara tanda-tanda-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya) [QS Asy-Syuura: 29].

Sebagian ulama mengatakan bahwa lafaz daabbah (makhluk melata)menunjukkan bahwa itu makhluk-makhluk selain malaikat karena Allah Azza wa Jalla membedakan antara makhluk yang melata dengan malaikat dalam menyebutkannya dalam firman-Nya:

(وَلِلّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مِن دَآبَّةٍ وَالْمَلآئِكَةُ وَهُمْ لاَ يَسْتَكْبِرُونَ) (النحل:49)

Artinya: (dan kepada Allah sajalah bersujud segala makhluk melata yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) Para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri) [QS An-Nahl: 49).

Allah Ta’alaa menyebutkan dalam ayat diatas makhluk-makhluk melata di langit dan makhluk melata di bumi kemudian baru menyebutkan para malaikat.

Dengan ayat-ayat seperti ini sebagian ulama menyebutkan bahwa tidak ada salahnya ini menjadi isyarat atas wujudnya alam-alam lain, akan tetapi sepatutnya kita tidak memastikan hal ini, karena ayat-ayat seperti ini bisa mengandung kemungkinan lebih dari satu pentakwilan.(Fatwa dari Syeikh Abdullah Al-Faqih hadidzohullah Ta'alaa)

Adapun pendapat bahwa makhluk-makhluk ini yang menciptakan manusia dengan bentuk yang menyerupainya dengan perantara DNA dan bahwa dia merupakan kekuatan ajaib yang mengakibatkan wujudnya manusia, maka ini secara hakikatnya merupakan pendapat yang batil yang menafikan akidahnya.

Kesimpulan:

Meskipun Al-Qur’an telah mengisyaratkan dalam beberapa ayatnya tentang keberadaan makhluk di luar angkasa, namun kita tidak boleh memastikan bahwa phenomena yang terjadi di bumi merupakan jejak keberadaan mereka, karena tidak ada seorangpun yang pernah melihat secara langsung wujud mereka seperti yang sering dilukiskan dalam film-film, demikian juga kita tidak boleh menafikan secara langsung keberadaan mereka karena Al-Qur’an telah memberi isyarat yang memungkinkan keberadaan mereka.

Tapi kita tidak boleh terlalu menyibukkan diri mendalami tentang masalah ini karena bukan termasuk perkara ibadah yang diwajibkan oleh Allah kepada kita untuk mengharap pahala dan ridlo-Nya di dunia dan akhirat.

Wallau A’lam bishowab.

(ar/voa-islam.com) /@cwi

selengkapnya...

Jangan Banyak Mengeluh, Bersyukurlah! Kekayaan Hati Yang Hakiki

Segala puji bagi Allah shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Rasulullah keluarganya para shahabatnya dan yang selalu mengikutinya dengan baik hingga hari kiamat. Amma ba’du:

Para pembaca yang dirahmati Allah Ta’alaa:

Kebanyakan manusia mengira bahwa kekayaan hanyalah dengan mengumpulkan harta berupa uang, saham, property, perdagangan dan lainnya, menurut mereka orang yang tidak demikian bukan orang kaya, akan tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memalingkan pandangan kita kepada makna kekayaan yang hakiki dalam sabdanya:

" ليس الغنى عن كثرة العرض، ولكن الغنى غنى النفس".

Artinya: (kekayaan bukanlah banyaknya harta, tetapi kekayaan adalah kekayaan hati).

Berapa banyak manusia yang memiliki bermacam harta yang banyak tetapi sebenarnya dia hidup dalam kefakiran, kita melihatnya selalu takut dan gundah, berusaha menambah hartanya karena takut jatuh miskin, dia bakhil untuk menafkahkan hartanya dalam hal kebaikan supaya hartanya tidak berkurang, bahkan terkadang memutuskan silaturahim gara-gara alasan yang sama, sebagaimana kita lihat dia selalu menoleh kepada harta orang lain, orang seperti ini selamanya hidup fakir, karena dia tidak ridho dengan pembagian Allah Ta’alaa untuknya, dan karena dunia telah menetap dalam hatinya.



Inilah kisah Khubaib bin ‘Adi radhiallahu anhu berkata: ketika itu kami berada dalam satu masjlis lalu datanglah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedang bekas air membasahi kepalanya lalu sebagian kami berkata: kami melihat anda hari ini sedang senang hati maka beliau menjawab: “benar dan Alhamdulillah”. Kemudian orang-orang menceritakan tentang kekayaan maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لا بأس بالغنى لمن اتقى ، والصحة لمن اتقى خير من الغنى ، وطيب النفس من النعيم" .( صحيح سنن ابن ماجة).

Artinya: (tidak mengapa kekayaan bagi yang bertakwa, dan kesehatan bagi yang bertakwa lebih baik dari kekayaan, dan senang hati termasuk kenikmatan) Shahih Ibnu Majah.

Janganlah menoleh kepada milik orang lain:

Karena Allah Azza wa Jalla berfirman:

(وَلا تَمُدَّنَ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجاً مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى) (طـه:131).

Artinya: (dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal) [QS Thahaa: 131].

Demikianlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dan ridholah dengan pembagian Allah Ta’alaa untukmu pasti kamu menjadi orang yang paling kaya” artinya adalah: terimalah apa yang diberikan Allah kepadamu, dan dijadikan nasibmu dari rizki, kamu menjadi orang terkaya, karena yang bersikap qana’ah maka dia merasa kaya.

Marilah kita merenungkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

" من أصبح منكم آمنا في سربه، معافى في جسده، عنده قوت يومه، فكأنما حيزت له الدنيا بحذافيرها ".

Artinya: (Barang siapa yang pagi harinya merasa aman di tempat tinggalnya, sehat badannya, memiliki makanan hari itu, seolah dia telah mendapatkan kekayaan dunia).

Jika anda melihat orang yang lebih banyak harta dan anak dari dirimu maka ketahuilah bahwa ada orang yang lebih sedikit harta dan anaknya jadi lihatlah mereka yang dibawahmu, jangan melihat mereka yang diatasmu, demikianlah Nabi shallallahu ’alaihi wasallam mengajarkan kita dalam sabdanya:

"انظروا إلى من هو أسفل منكم، ولا تنظروا إلى من هو فوقكم، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم".

Artinya: (lihatlah orang yang dibawahmu, dan janganlah melihat orang yang diatasmu, karena itu lebih pantas supaya kamu tidak meremehkan nikmat Allah atasmu).

Orang lain dengan urusannya dan anda dengan urusan anda sendiri:

Seorang muslim sadar bahwa dia ada di dunia ini untuk satu tujuan yang agung dan mulia lagi tinggi yaitu beribadah kepada Allah Ta’alaa, dan mengibadahkan manusia kepada Allah Ta’alaa, oleh karena itu dunia tidak boleh melampaui batasnya, karena dunia disisinya hanya wasilah bukan tujuan, diatas makna yang agung inilah Nabi shallallahu ’alaihi wasallam mendidik para shahabatnya radhiallahu anhum.

Inilah kisah Rib’ie bin ’Amir bersama Rustum penguasa Persia sebagai saksi bagi makna yang tinggi dan tujuan mulia ini, saat Rustum meminta dari panglima Sa’ad bin Abi Waqqash radhiallahu anhu untuk mengirim seorang utusan untuk bernegosiasi sebelum dimulai peperangan Qadisiyah, maka beliau mengutus Mughirah bin Syu’bah, ketika itu yang dikatakan kepada Rustum: sesungguhnya kami tidak mencari dunia, ambisi dan keinginan kami hanyalah akhirat, kemudian Sa’ad mengirim utusan lain kepadanya yaitu Rib’ie bin ’Amir, lalu memasukinya sedangkan mereka telah menghiasi majlisnya dengan bantal-bantal bertahtakan emas dan sutra, mereka memperlihatkan intan dan permata yang berharga, dia sedang duduk diatas dipan dari emas, dan Rib’ie masuk dengan pakaian usang, pedang, tameng dan kuda yang kecil, dia terus menaikinya sampai menginjak ujung permadani kemudian turun mengikatnya dengan sebagaian bantal tadi, dan maju dengan senjata dan baju besinya, lalu mereka berkata: letakkan senjatamu, diapun berkata: saya tidak mendatangi kalian, tapi saya mendatangi kalian ketika kalian mengundangku, maka jika kalian membiarkanku begini, maka saya teruskan, jika tidak aku kembali, maka Rustum berkata: izinkan dia, lalu dia menghadap dengan bersandar tombaknya diatas bantal-bantal dan mengoyaknya, seolah mengatakan kepada mereka secara langsung: dunia kalian ini tidak mempedayakan kami apalagi menyibukkan kami, lalu mereka berkata: apa yang membuat kalian datang? Dia menjawab: Allah mengutus kami untuk mengeluarkan siapa yang mau dari peribadatan hamba kepada peribadatan kepada Allah, dan dari sempitnya dunia menuju luasnya akhirat, dari kezaliman agama-agama kepada keadilan Islam, maka kami diutus dengan agama-Nya kepada makhluk-Nya supaya menyeru mereka kepada-Nya, maka siapa saja yang menerima itu maka kami menerimanya dan kami kembali, dan siapa yang enggan menerima kami memeranginya selamanya sampai mencapai janji Allah Ta’aala, mereka bertanya: apa janji Allah? Dia menjawab: surga bagi yang mati saat memerangi mereka yang enggan, dan kemenagan bagi yang tertinggal.

Subhanallah, dalam keadaan fakir hampir tidak mendapatkan dunia sedikitpun berbicara tentang tujuannya termasuk mengeluarkan manusia dari sempitnya dunia menuju luasnya dunia dan akhirat!!.

Sungguh dahulu jika mereka mendapatkan dunia hanya di tangan mereka tidak sampai masuk kedalam hati mereka, oleh karena itu ketika mereka diminta untuk berinfak mereka kerahkan harta tanpa rasa takut fakir atau habis hartanya, pernah Umar datang dengan separuh hartanya sedangkan Abu Bakar radhiallahu anhu dengan seluruh hartanya ketika ditanya apa yang ditinggalkan untuk keluarganya? Dia menjawab: Allah dan rasul-Nya. Subhanallah, tidak pernah takut fakir. Juga Utsman radhiallahu anhu pernah mempersiapkan pasukan ketika masa sulit.

Jadi janganlah mengeluh, karena disekitar kita banyak yang kurang beruntung dari kita, sangat disayangkan jika seorang muslim hanya sampai dunia yang fana saja ambisinya dan mengorbankan akhiratnya.

Wallahu A’lam bishowab. /@cwi

selengkapnya...

Prinsip Islam (60) Bersuci Adalah Separoh Iman & Syarat Sahnya Shalat

Kita meyakini bahwa bersuci merupakan separoh dari iman. Allah tidak akan menerima shalat seseorang tanpa bersuci. Sedangkan thaharah (bersuci) dari hadats kecil bisa dengan berwudhu’. Sedangkan dari hadats besar dengan mandi. Dan apabila tidak ditemukan air secara hakiki (tidak ada air) atau secara hukmi (karena tidak bisa menggunakan air), maka cukup dengan tayammum.

Allah telah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya,

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ

“Dan pakaianmu, maka bersihkanlah!” (QS. Al-Mudatsir: 4)

Adalah orang-orang musyrik tidak menjaga kebersihan (bersuci), lalu Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk membersihkan diri dan membersihkan bajunya. Sebagian pendapat mengatakan bahwa maksud “thaharah” tersebut adalah dari dosa-dosa dan kesalahan. Namun, secara dzahir ayat tersebut mencakup keduanya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ

“Bersuci itu separoh keimanan” (HR. Muslim), maksudnya puncak pahalanya dilipatgandakan sampai setengah pahala iman. Ada yang mengatakan, maknanya iman menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu, begitu juga wudhu. Sebabnya, karena wudhu tidak sah tanpa iman. Karena harus dengan iman inilah disebut sebagai separoh darinya. Dan masih ada beberapa pendapat lain mengenai hadits ini.

Allah telah memuji jama’ah masjid Qubba’ karena mereka suka menjaga kebersihan (kesucian). Allah Ta’ala berfirman,

فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ


“Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS. Al-Taubah: 108). Bersuci yang Allah puji dalam ayat ini adalah karena mereka beristinja’ dengan air sebagaimana yang telah dijelaskan dengan gamblang oleh beberapa hadits.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah masuk kamar kecil, lalu aku dan seorang anak kecil membawakan satu wadah berisi air dan sebuah tongkat. Maka beliau beristinja’ (bercebok) dengan air.” Dan dalam riwayat lain, “Apabila Nabi shallallahu 'alaihi wasallam buang air besar maka saya membawakan air untuknya, lalu beliau beristinja’ dengannya.” (HR. Al-Bukhari)

Dan tentang disyariatkannya beristinja’ dengan batu (istijmar) ditunjukkan oleh hadits Aisyah radhiyallahu 'anha, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

إِذَا ذَهَبَ أَحَدُكُمْ لِحَاجَتِهِ فَلْيَسْتَطِبْ بِثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ فَإِنَّهَا تُجْزِئُهُ عَنْهُ

“Apabila salah seorang kalian pergi ke kakus (WC), maka hendaknya dia membersihkan (beristinja’) dengan tiga batu, maka itu sudah mencukupkannya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan al-Nasai)

Dan tentang adab-adab buang air telah dijelaskan oleh hadits Salman, “Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang kami bercebok dengan tangan kanan, bercebok kurang dari tiga batu dan bercebok dengan kotoran hewan atau tulang.” (HR. Muslim)

Terlebih lagi, Islam menjadikan bersuci sebagai kunci shalat dan syarat sahnya. Shalat tidak akan pernah diterima tanpa bersuci. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda

مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ

“Kunci shalat adalah bersuci, tahrim (pembuka)nya adalah takbir, dan tahlil (penutup)nya adalah salam.” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةً بِغَيْرِ طُهُورٍ

“Allah tidak menerima shalat seseorang tanpa bersuci.” (Muttafaq ‘alaih)

لَا تُقْبَلُ صَلَاةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ

“Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats sehingga dia berwudhu.” (Mutaafaq ‘alaih)

Thaharah dari hadats besar dan kecil

Allah menyebutkan dua macam thaharah (bersuci) dari hadats asghar (kecil) dan akbar (besar). Juga meyebutkan cara pengganti jika tidak mampu menggunakan air. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Maidah: 6)

Tentang tata cara wudhu, telah ditunjukkan oleh hadits Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma. Beliau pernah berwudhu’, maka beliau membasuh mukanya. Lalu mengambil seciduk air lalu berkumur-kumur dan beristinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung) dengannya. Lalu mengambil seciduk air –beliau mengabungkannya dengan tangannya yang satu (kiri)- lalu mencuci wajahnya. Lalu mengambil seciduk air dan menggunakannya untuk mencuci tangan kanannya. Lalu mengambil seciduk air dan menggunakannya untuk mencuci tangan kirinya. Kemudian mengusap kepalanya. Kemudian mengambil seciduk air dan memercikkan air (sedikit demi sedikit) ke kaki kanannya sehingga membasahinya. Kemudian mengambil seciduk lagi dan membasahi kaki kirinya. Kemudian beliau radhiyallahu 'anhumai berkata, “Beginilah aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berwudhu.” (HR. al-Bukhari)

Dan juga hadits Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu, beliau minta diambilkan air wudhu lalu berwudhu. Beliau mencuci kedua telapak tangannya tiga kali, lalu berkumur-kumur dan beristintsar (menyemprotkan air lewat hidung). Kemudian beliau membasuh mukanya tiga kali, lalu membasuh tangan kanannya sampai ke siku tiga kali, lalu mencuci tangan kirinya seperti itu. Kemudian mengusap kepalanya. Kemudian membasuh kaki kanannya sampai kedua mata kakinya tiga kali, lalu mencuci kaki kirinya seperti itu. Kemudian beliau berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berwudhu seperti wudhuku ini. Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

‘Siapa berwudhu seperti wudhuku ini, lalu berdiri shalat dia rakaat dan jiwanya tidak disibukkan selain shalat maka diampuni dosa-dosanya yang lalu’.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Adapun tatacara mandi dijelaskan oleh hadits ‘Aisyah radhiyallahu 'anha,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي الْمَاءِ فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ

“Bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam apabila mandi janabat, beliau memulai mencuci kedua tangannya. Lalu berwudhu sebagaimana sebagaimana wudhu untuk shalat. Kemudian beliau memasukkan jari-jari tangannya ke dalam air, lalu menyela-nyela pangkal rambut kepalanya. Setelah itu beliau menyiram kepalanya tiga kali dengan air sepenuh dua telapak tangannya, lalu meratakannya ke seluruh tubuh.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Mandi semacam ini merupakan tata cara mandi yang sempurna. Kalau dia membasahi seluruh badannya dengan air dengan cara apapun maka sudah mencukupi. Imam Syafi’i rahimahullaah berkata, “Allah mewajibkan mandi secara mutlak, tidak menyebutkan sesuatu yang harus didahulukan sebelum yang lain. Maka bagaimanapun cara mandi yang dilakukan seseorang, maka sudah cukup (boleh dan sah) apabila ia membasahi seluruh tubuhnya. Dan cara terbaik dalam mandi adalah (mengikuti) apa yang diriwayatkan ‘Aisyah.”

Dan cara mandi juga dijelaskan oleh hadits Maimunah –istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam- berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat kecuali membasuh kedua kakinya, mencuci kemaluannya dan tempat yang terkena kotoran (mani). Lalu beliau menuangkan air ke tubuhnya, lalu menggeser kedua kakinya dan mencucinya. Inilah cara mandi janabat beliau shallallahu 'alaihi wasallam.” (HR. al-Bukhari)

Tidak diragukan lagi bahwa membasuh kemaluan itu sebelum wudhu, karena huruf “wawu (yang artinya dan- red)” tidak menuntut urut. Dan tentang mengakhirkan mencuci kedua kaki dalam mandi adalah persoalan khilaf yang sudah masyhur.

Dan tentang tata cara tayammum juga telah diriwayatkan oleh al-Bukhari. Ada seseorang datang kepada Umar bin Khathab, lalu berkata, “Aku telah junub, dan –sampai sekaranng- tidak mendapatkan air.” Maka Amar bin Yasir berkata kepada Umar bin Khathab, “Tidakkah engkau ingat! Saat kita, saya dan kamu bersama-sama dalam safar?. Adapun engkau tidak shalat, sedangkan aku berguling-guling di atas tanah lalu shalat. Kemudian aku melaporkannya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau bersabda, “Adalah cukup bagimu seperti ini.” Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menepukkan kedua telapak tanganya ke tanah, lalu meniup keduanya, lalu mengusapkan keduanya pada muka dan kedua telapak tangannya.”
Diterjemahkan oleh Badrul Tamam dari kitab Maa Laa Yasa’ al-Muslima Jahluhu, DR. Abdullah Al-Mushlih dan DR. Shalah Shawi. /@cwi

selengkapnya...

Aliran Sesat di Maros Yakini Ada Tuhan di Atas Allah, Modifikasi Shalat & Al-Fatihah

MAROS (voa-islam.com) – Aliran sesat baru berkembang di Maros, meyakini masih ada Tuhan di atas Allah dan melarang jemaatnya baca Al-Qur'an. Ibadahnya bersemedi, bergoyang-goyang dan meraung-raung. Shalatnya dua kali sehari dengan membaca Al-Fatihah tidak utuh yang dicampur dengan bahasa Makassar. Bubarkan!!

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maros, Sulawesi Selatan, prihatin dengan perkembangan aliran Ahad Soht di Dusun Laiya, Desa Mattajang, Kecamatan Cenrana. MUI mengkhawatirkan dampak yang bakal ditimbulkan aliran yang dipimpin Aha’ Daeng Kulle ini.

Ketua MUI Maros, KH Sahabuddin Hamid mengatakan, aliran Ahad Soht telah berumur tiga bulan dan memiliki penganut sekitar 50 orang. “Jika tidak ditangani, maka ajarannya akan terus berkembang,” kata Sahabuddin.

Sahabuddin menyatakan Ahad Soht adalah sesat dan sudah jauh melenceng dari syariat Islam. Menurut dia, ibadah kelompok ini sangat janggal, seperti membaca Al Fatihah secara tidak lengkap dan bercampur bahasa Makassar.

....ibadah kelompok ini sangat janggal, seperti membaca Al Fatihah secara tidak lengkap dan bercampur bahasa Makassar....

Kejanggalan lain, cara beribadah mereka yang diam bersemedi, bergoyang-goyang, dan meraung-raung. Aliran ini juga hanya mewajibkan dua kali salat, yakni zuhur dan asar.

Yang dinilai paling menyimpang oleh Sahabuddin, Ahad Soht mengajarkan masih ada Tuhan di atas Allah dan melarang jemaahnya membaca Al-Qur’an. “Ini sudah sangat kelewatan,” ujar Sahabuddin, geram.

....Aliran ini mengajarkan masih ada Tuhan di atas Allah dan melarang jemaahnya membaca Al-Qur’an....

Karena itu, MUI meminta Pemerintah Kabupaten Maros dan Kepolisian Resor Maros untuk segera turun tangan, karena aliran ini dinilai telah meresahkan warga. Sahabuddin juga menghimbau Daeng Kulle agar tidak menyebarluaskan ajarannya. “Atas nama MUI Maros, saya meminta kepada Daeng Kulle untuk menghentikan penyebaran Ahad Soht.”

Desa Laiya terletak di pelosok Kabupaten Maros, arah menuju Kabupaten Bone. Untuk sampai ke daerah itu, paling tidak perlu menempuh sekitar empat jam. Dua jam berkendaraan dari Kota Kabupaten Maros, dan dilanjutkan berjalan kaki sekitar dua jam lagi. Orang yang ingin menuju kampung itu harus menyusuri bukit terjal yang berliku. [taz/viv]/@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |