Mengapa Islam Turun di Arab?



Islam sebagai syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad diturunkan dan mengalami masa formasinya di tanah Arab? Mengapa disana padahal Islam adalah untuk seluruh alam? Mengapa bukan di Roma, di Cina, atau di Asia Tenggara?

Dengan diturunkannya Islam di Arab, maka Islam kemudian menjadi sangat terkait dan tidak dapat dilepaskan dari kearaban. Sebagaimana diketahui, keseluruhan bangunan Islam bukanlah bangunan yang sama sekali baru, yang didatangkan untuk mengganti sama sekali bangunan lama (baca: bangunan Arab). Islam datang hanya untuk memperbaiki yang rusak, menambah atau melengkapi yang kurang, dan tetap melestarikan yang lama atau yang sudah ada. Dengan kata lain, Islam datang untuk melakukan konservasi terhadap tradisi lama Arab yang masih baik, disamping melakukan revisi dan penyempurnaan. Terutama dalam hal konservasi tradisi lama, akan muncul sebuah pertanyaan “Bagaimana jadinya andaikata Islam turun di Cina”? Tentunya, bangunan Islam akan berupa ajaran Cina yang direvisi dan disempurnakan !!

Dari titik inilah kita merasa perlu untuk tahu mengapa yang dipilih adalah Arab dan bukan yang lain. Sebagian orang memberikan jawaban, terutama ditujukan untuk anak-anak, bahwa Arab dipilih karena saat itu masyarakatnya merupakan masyarakat yang paling rusak.

Tentu saja, kemudian orang akan bertanya,”Memangnya kenapa kalau masyarakatnya paling rusak? Bukankah itu malah akan menguras banyak tenaga? Kalau Islam turun ke bumi bertujuan untuk membentuk sebuah sistem hidup yang sempurna, bukankah akan lebih efisien kalau wilayah formasinya adalah wilayah yang sudah mendekati kesempurnaan itu sendiri, artinya yang justru kebobrokan masyarakatnya paling kecil?” Dari pertanyaan tersebut, kita bahkan akan berpikiran lain,”Jangan-jangan, justru masyarakat Arab saat itu merupakan masyarakat yang paling mendekati kesempurnaan itu, yang tentu saja akan menjadi ladang yang sangat baik bagi tumbuhnya tanaman yang bernama Islam”.

Dugaan lebih lanjut tentang alasan turunnya Islam di Arab berkaitan dengan persoalan bahasa. Kitab suci Islam dan Sunnah Nabi, yang merupakan sumber dan pokok seluruh ajaran Islam, dituturkan dalam bahasa Arab. Jangan-jangan ini disebabkan oleh kesempurnaan atau keistimewaan bahasa Arab sehingga dapat menjadi sarana yang baik untuk menjelaskan Islam secara tepat dan efektif, tanpa bias yang signifikan. Al-Qur’an sendiri menjelaskan bahwa ia diturunkan dalam bahasa Arab yang amat efektif untuk menjelaskan dan menerangkan (bilisanin ‘arabiyyin mubin).

Barangkali ada juga yang ingin mengatakan bahwa Islam diturunkan di Arab karena Arab saat itu terletak dalam apitan dua adikuasa sekaligus mercusuar peradaban dunia, yakni Romawi mewakili dunia Barat dan Persia mewakili dunia Timur. Meskipun berada dalam apitan keduanya, tanah Arab tempat Islam diturunkan diakui oleh para sejarawan sebagai tanah yang tak terjamah, dalam pengertian belum sempat terjajah, terlepas dari kondisi geografisnya yang memang tidak menarik hasrat kaum penjajah. Karena masyarakat Arab belum pernah dijajah maka mereka pun belum sempat tenggelam dan larut dalam pemikiran, ideologi, dan mitos yang disusupkan oleh kaum penjajah. Karena itulah maka masyarakat Arab saat itu disebut sebagai masyarakat ummi. Barangkali akan lebih mudah menyebarkan pemikiran dalam suatu masyarakat yang pemikirannya masih relatif sederhana dan belum sarat dengan ideologi produk manusia, daripada melakukannya dalam suatu masyarakat yang sudah menganut berbagai pemikiran yang beraneka ragam. Dalam kondisi yang belakangan disebut, sangat dimungkinkan akan terjadi diskursus yang lebih alot.

Secara psikologis, para sosiolog mengatakan bahwa masyarakat Arab saat itu adalah masyarakat yang merdeka dalam berpikir, menjunjung tinggi harga diri, dan tidak suka terbelenggu dibawah pengaruh orang lain, meskipun di sisi lain mereka memiliki fanatisme kesukuan yang sangat tinggi. Kemerdekaan berpikir ini barangkali akan sangat kondusif bagi diterimanya pemikiran Islam yang masih asing bagi mereka. Namun perlu dicatat bahwa meskipun masyarakat Arab saat itu memiliki kemerdekaan berpikir yang cukup besar namun mereka juga sangat suka berlaku taqlid (dogmatis).

Berbagai dugaan yang dikemukakan diatas memang cukup divergen, karenanya tidak harus disimpulkan atau dikerucutkan.

Dewasa ini, banyak orang yang secara kritis ingin melakukan pemilahan antara Islam yang sebenarnya dan nilai-nilai kearaban yang sebetulnya bukan kekhasan ajaran Islam. Mereka beranggapan bahwa nilai-nilai kearaban tidak bersifat universal, berbeda dengan materi Islam yang bersifat universal.

Apabila Islam ketika masih berada di langit sudah mencanangkan sistem ajaran tertentu sementara di bumi terdapat suatu wilayah dan masyarakat yang sedikit banyak sudah bersesuaian dengan sistem di langit tersebut, maka tindakan yang paling efisien adalah menurunkan sistem langit tersebut di bagian bumi tersebut. Bagaimana jika bagian bumi yang memiliki persesuaian paling banyak adalah Arab? Tentu saja karenanya kita tidak perlu membedakan antara nilai-nilai regional yang ada dan nilai-nilai langit yang bersifat baru bagi masyarakat di wilayah tersebut. Dalam kondisi semacam ini, nilai-nilai yang awalnya bersifat regional pada dasarnya merupakan nilai-nilai yang dimaksudkan untuk menjadi nilai-nilai universal dan interregional, bagi semua manusia.

Apabila pemikiran yang belakangan ini kita terima, bukan berarti kemudian secara total kita mesti menganggap bahwa segala yang berasal dari Arab adalah Islam. Dalam tataran dan batas-batas tertentu, memang ada hal-hal Arab yang memang khas Arab dan tidak untuk selain Arab. Apabila ini menyangkut aspek ruang maka parsialitas juga berlaku dalam aspek waktu. Tidaklah semua yang ada pada masa lalu itu harus ada pula pada masa sesudahnya (masa kini misalnya). Apabila dahulu orang bepergian jauh dengan unta, maka sekarang kita tidak harus melakukannya dengan cara yang sama pula. Dalam hal ini, kita harus bisa membedakan antara kawasan bid’ah dan yang bukan. Wallahu a’lamu bish-shawab. /@cwi

selengkapnya...

Waspadai kecanduan 'online

Sore itu Ficky menghadiri puasa bersama dg kawan-kawan kerjanya di sebuah fodcore. Berhubung Ficky datang paling pertama, Ficky pun di hinggapi kejenuhan menunggu kawan-kawannya. Handphonepun dikeluarkannya, GPRS diaktifkan, situ facebook pun mulai dimainkan. Ficky meng-up date statusnya "BETE! Belom ada yg datang!"

tidak sampai hitungan menit, komentarpun banyak bermunculan. Mulai dari yg menyarankan untuk bersabar, sampai yg lucu-lucuan. Ficky langsung berubah sumingrah saat mengetahui statusnya banyak yg merespon. Iapun mulai tenggelam dg dunia Facebooknya.



Kemajuan tekhnoglogi yg telah menciptakan budaya komunikasi sosial jenis baru ini kenyataannya gak selamanya baik. Buktinya, banyak yg 'addict alias kecanduan terhadap tekhnologi. Khususnya internet ini. Bahkan baru-baru ini di Amerika Serikat telah dibuka pusat panti Rehabilitasi bagi para pecandu teknologi internet.

Pusat rehabilitasi yg bernama ReSTRART tersebut diklaim sebagai satu-satunya rumah terapi untuk mengatasi kecanduan internet di AS. Lokasinya berada didekat Redmond, kantor pusat Microsoft dan pusat industri teknologi informasi lainnya.

Dipusat rehabilitasi ini, selama 45 hari peserta akan mengikuti berbagai program untuk menghilangkan kecanduan mereka dari penggunaan komputer, termasuk kecanduan main game, SMS, Facebook, eBay, Twiter dan aplikasi-aplikasi internet lain yg sangat menghabiskan waktu.

Selain di AS, berbagai negara, seperti China, Korea Utara, dan Taiwan telah berdiri pusat rehabilitasi serupa. Bahkan para ahli kejiwaan sudah mengeluarkan pernyataan bahwa kecanduan internet adalah hal yg sangat serius dan berbahaya, sama buruknya dengan kecanduan alkohol atau obat-obatan.

Lantas apa akibat dari kecanduan internet? Contohnya saja Ben Alexander (19). Setiap hari ia menghabiskan seluruh waktunya, kecuali saat tidur, untuk bermain video game World of Warcaft. Akibatnya ia kini 'drop out dari kampusnya di Universitas lowa, AS.

Dampak dari kecanduan internet lainnya, mulai dari dipecat dari pekerjaan, perceraian, atau kecelakaan mobil akibat menyetir sambil menulis SMS atau chating. Beberapa orang juga dilaporkan meninggal gara-gara main Video games selama beberapa hari nonstop. Akibat posisi duduk yg tidak berubah-ubah, mereka mengalami penyumbatan pembuluh darah.

Ada yg menarik. Menurut Dr.Kimberly Young dari 'Center for Internet Addiction Recovery, Ada beberapa ciri-ciri seseorang mulai kecanduan internet. Pertama, ia akan merasa internet sangat mengasyikan. Kedua, lama kelamaan durasi berkutat di internetpun bertambah dan tak bisa mengontrol kebiasaannya. Kehidupan merakun mulai terganggu karena setiap waktu pasti dihabiskan untuk internet.

Ketiga, mereka akan mencuri-curi waktu untuk memakai internet. Keempat, ia memilih untuk melarikan diri dari masalah dan depresi ke internet. Kelima, terjadi perubahan fisik, seperti berat badan berubah serta sering sakit kepala.

"Kebanyakan dari orang-orang yg kecanduan internet adalah mereka yg depresi berat, kecemasan, atau orang yg tak bisa bersosialisasi sehingga mereka sulit untuk bertemu muka dg orang lain secara langsung," kata Dr.Ronald Pies, profesor psikiatri dari SUNY Upstate Medical Univesity, New York, AS.

Nah, jadi benar adanya kalau Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu yg berlebihan itu tidak baik. So, jangan kebanyakan 'online cuma buat hal yg tak berguna. Salah-salah malah masuk tempat rehab./@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |