Laporan: Kebencian Terhadap Yahudi Meningkat Drastis di Tahun 2009



Sebuah laporan mengungkapkan bahwa kebencian terhadap Yahudi di seluruh dunia pada tahun 2009 meningkat drastis dan tidak pernah terjadi sebelumnya sejak setelah Perang Dunia II.

Menurut laporan tahunan yang dikeluarkan oleh sebuah lembaga Yahudi, seruan kebencian terhadap Yahudi di seluruh dunia meningkat pada tahun 2009 lalu secara signifikan, khususnya setelah agresi brutal zionis Israel ke jalur Gaza dan tidak hanya itu - insiden berupa sentimen anti Yahudi juga meningkat khususnya di Benua Eropa.


Laporan tersebut menunjukkan bahwa 42% penduduk Eropa barat percaya bahwa orang-orang Yahudi telah mengeksploitasi masa lalu mereka sebagai korban pembantaian Nazi, untuk memeras masyarakat Eropa secara finansial.

Dalam laporan itu juga memperlihatkan bahwa negara Perancis tercatat sebagai negara di wilayah Eropa yang paling tinggi tingkat anti Yahudinya selama tahun 2009.

Menurut laporan tersebut salah satu kontribusi terbesar meningkatnya kebencian terhadap Yahudi selama tahun 2009 adalah agresi militer brutal Israel di jalur Gaza dan kemudian laporan yang menghebohkan oleh media Swedia terkait dengan pencurian organ-organ tubuh syuhada Palestina oleh militer Israel.(fq/imo)


/@cwi

selengkapnya...

Kalian Semua Akan Memerangi Kaum Yahudi


Dunia modern dewasa ini didominasi oleh politik Barat yang dikomandani oleh Amerika Serikat. Segenap keputusan politik internasional tidak ada yang terlepas dari pengaruh kepentingan negara adidaya itu. Tanpa kecuali konstelasi politik yang berkembang di kawasan dunia Arab. Dan secara lebih khusus yang berkenaan dengan nasib bangsa Palestina. Amerika terus menerus menjanjikan bakal berdirinya sebuah negara Palestina berdaulat dan merdeka yang hidup berdampingan dengan negara Zionis Israel. Janji tinggal janji. Hingga hari ini janji tersebut tidak kunjung terrealisasi. Namun demikian, apakah memang umat Islam perlu berharap bahwa janji tersebut bakal terwujud? Bukan karena kita sudah sangat kenal dengan watak Amerika yang memang terlalu biasa menghumbar janji untuk kemudian tidak ditepati bilamana menyangkut kepentingan bangsa Palestina. Tetapi lebih karena seorang muslim semestinya bertanya terlebih dahulu kepada Allah (Al-Qur’an) dan RasulNya (Al-Hadits) sebelum melabuhkan harapannya kepada manusia manapun di muka bumi, terlebih kepada Amerika dan Israel. Sepatutnya seorang muslim bertanya terlebih dahulu: benarkah suatu bangsa seperti Amerika layak dijadikan tempat berharap? Benarkah sebuah kaum seperti bangsa Zionis Yahudi Israel layak dijadikan tetangga dimana umat Islam hidup damai berdampingan disebelahnya?


Jika kita buka berbagai keterangan Allah di dalam kitabNya, kita jumpai begitu banyak penjelasan mengenai watak bangsa Yahudi dan siapa saja yang ber-wala’ (berloyalitas) kepada bangsa Yahudi. Mengenai karakter asli bangsa ini terdapat suatu ayat yang sangat jelas dan tegas berbunyi:

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا

”Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS Al-Maidah ayat 82)

Inilah gambaran Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang mengenai kaum Yahudi. Allah telah memperingatkan kita akan berbahayanya watak dasar mereka. Mereka pada umumnya memiliki jiwa permusuhan terhadap umat Islam orang-orang beriman. Sudah barang tentu ada pengecualian satu dua di sana-sini, yaitu orang Yahudi yang kemudian memperoleh hidayah Allah sehingga memeluk Islam. Mantan Yahudi yang kemudian menjadi muslim umumnya bersikap damai terhadap sesama muslim karena dia sendiri telah memiliki identitas baru yang lebih dia hargai daripada identitas lamanya. Kitapun biasanya tidak lagi menganggap dia sebagai seorang Yahudi bila sudah masuk Islam. Namun secara umum watak mereka ialah penuh kebencian terhadap orang-orang beriman. Coba perhatikan hadits berikut:

إن اليهود قوم حسد

“Sesungguhnya bangsa Yahudi merupakan kaum yang penuh sifat hasad. (HR Shohih Ibnu Khuzaimah 1500)

Adapun bangsa yang berloyalitas kepada kaum Yahudi, Allah gambarkan mereka di dalam KitabNya sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ

بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ

إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS Al-Maidah ayat 51)

Allah mencap kaum yang loyal kepada Yahudi dan Nasrani adalah sama dengan masuk menjadi bagian dari golongan mereka. Bangsa Amerika yang meng-claim diri sebagai permanent ally (sekutu abadi) negara Zionis Israel berarti sama dengan telah mengumumkan diri menjadi bagian dari bangsa Yahudi itu sendiri. Maka kitapun tidak heran bilamana terjadi konflik Palestina-Israel selalu saja Amerika memberikan dukungan penuh tidak bersyarat kepada sekutu utamanya Israel bagaimanapun keadaannya, sekalipun sudah sangat jelas terungkap betapa zalimnya tingkah fihak Zionis terhadap rakyat Palestina seperti yang terjadi pada perang Furqon di Gaza akhir tahun 2008 awal tahun 2009 kemarin. Segala watak dan karakter asasi bangsa Yahudi telah diadopsi oleh bangsa Amerika sebagai akibat mereka menyerahkan loyalitas penuh kepada fihak Yahudi. Hal ini tidak saja berlaku bagi bangsa Amerika, tetapi siapa saja bangsa mana saja bilamana sudah mulai menyerahkan wala’-nya (loyalitasnya) kepada kaum Yahudi maka lambat laun watak dan karakter yahudi akan segera menjelma di dalam diri person maupun bangsa terkait.

Maka setelah kita bertanya kepada Allah dan RasulNya kemudian memperoleh jawabannya, mari kita kembali kepada pertanyaan di atas: ”Masih layakkah kita ummat Islam menyerahkan kepercayaan atau menaruh harapan kepada Amerika apalagi kepada Israel dalam penyelesaian konflik di tanah suci kiblat pertama umat Islam Baitul Maqdis (Jerusalem)?” Saya kira siapapun muslim yang berakal sehat dan berhati nurani tentu tahu jawaban semestinya atas pertanyaan itu. Islam tidak membenarkan kita bertoleransi apalagi berdamai kepada fihak seperti kaum Yahudi yang dewasa ini mengangkangi masjid Al-Aqsa dan setiap hari menggelar kezalimannya di tanah suci umat Islam di sana. Dewasa ini bahkan mereka tidak saja berlaku zalim terhadap umat Islam melainkan kaum Nasrani-pun dianiaya. Malah kita juga mendengar kabar bahwa sebagian rakyat mereka sendiri dizalimi oleh pemerintah Yahudi Zionis Israel bilamana menunjukkan sedikit saja empati dan simpati kepada rakyat Palestina.

Maka saudaraku, mengertilah kita sekarang mengapa Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam lima belas abad yang lalu telah mempersiapkan umat beliau yakni umat Islam untuk bersiap-siaga memerangi bangsa Yahudi. Beliau tanpa keraguan sedikitpun telah memprediksi bahwa umat Islam orang-orang beriman semuanya bakal terlibat dalam perang semesta menghadapi kaum Yahudi di akhir zaman.

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَتُقَاتِلُنَّ الْيَهُودَ فَلَتَقْتُلُنَّهُمْ

حَتَّى يَقُولَ الْحَجَرُ يَا مُسْلِمُ هَذَا يَهُودِيٌّ فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ

Diriwayatkan daripada Ibnu Umar r.a katanya: Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Kamu semua akan membunuh orang-orang Yahudi. Maka kamu semua akan membunuh mereka sehingga batu akan berkata: Wahai para muslimin! Di sini ada orang Yahudi, datanglah kemari dan bunuhlah dia.” (HR Muslim)

Bayangkan saudaraku, ini adalah ucapan manusia paling berakhlak Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam...! Beliau yang dikenal cinta damai dan sangat menghargai nyawa manusia, namun bila menyangkut kaum Yahudi bersikap sangat tegas dan tanpa keraguan barang sedikitpun. Melalui hadits ini menjadi jelaslah bagi kita umat Islam bahwa bilamana menyangkut bangsa Yahudi sudah semestinyalah kita bersikap ekstra waspada, sebab pada gilirannya kita semua orang-orang beriman bakal terlibat dalam memerangi mereka sehingga batupun turut berfihak dan bakal diizinkan Allah untuk sanggup berbicara mengungkap keberfihakannya itu: ”Wahai para muslimin! Di sini ada orang Yahudi, datanglah kemari dan bunuhlah dia.” Dan coba perhatikan bagaimana Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan bahwa tatkala batu berbicara saat itu, ia akan memanggil kita tidak dengan panggilan berdasarkan bangsa atau atribut identitas lainnya. Batu bakal menyapa para mujahidin hanya dengan satu panggilan identitas yang memang Allah banggakan atas mereka, yaitu identitas keislamannya..!!! Batu tidak akan diizinkan Allah memanggil dengan sapaan: ”Wahai bangsa Palestina, wahai bangsa Arab, wahai bangsa Mesir, bangsa Yordan, bangsa Saudi, bangsa Indonesia, bangsa Malaysia...” TIDAK..!!! Allah hanya mengizinkan batu berbicara untuk memanggil para pejuang yang memerangi kaum Yahudi dengan satu panggilan universal: ”Wahai para muslimin!”

Wahai kaum muslimin, bangkitlah dari tidur panjang kalian..!!! Sadarilah bahwa segala upaya pemersatu kumpulan manusia tidak akan mencapai keberhasilan kecuali dengan kembali kepada identitas asli kita sebagai suatu umat. Tinggalkan dan tanggalkanlah segala bentuk bendera dan fanatisme kelompok, apakah itu berdasarkan bangsa, suku, adat, partai, golongan, nama Jamaah, atau nama pergerakan atau apapun. Kembalilah hanya kepada identitas asli yang memang Allah banggakan kita atasnya, yaitu Islam. Jika anda ditanya termasuk bangsa mana, jawablah dengan tegas: "Saya bangsa Muslim. Suku saya dan tanah air saya adalah Islam.!!!" Semua bentuk fanatisme kelompok tidak memiliki pembenaran di dalam ajaran Allah Yang Maha Suci ini. Satu-satunya fanatisme yang dibenarkan adalah menjadi seorang yang fanatik kepada komitmen ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah ’Azza wa Jalla. Mengikuti sunnah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam dengan murni dan konsekuen.

هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ

الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ

”Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia.” (QS Al-Hajj ayat 78)

Saat kita bangga mengungkap identitas diri hanya sebagai bagian dari kaum muslimin sedunia, maka bilamana tiba harinya dimana Allah taqdirkan umat Islam memerangi kaum Yahudi ada harapan diri kita dipilih Allah menjadi bagian dari barisan para mujahid yang turut serta memerangi kaum Yahudi tersebut. Namun bilamana kita terus saja bermimpi dengan aneka identitas lainnya selain sebagai seorang muslim, jangan-jangan ketika hari itu tiba kita tidak termasuk yang dipilih Allah masuk ke dalam barisan mujahidin memerangi kaum Yahudi, bahkan sebaliknya Allah paksakan kita berada di fihak pembela kaum Yahudi itu sendiri. Wa na’udzu billaahi min dzaalika…!
sumber: eramuslim.com

/@cwi

selengkapnya...

Sedekah Yang Paling Afdhol


Dalam sebuah hadits terdapat penjelasan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengenai aktifitas bersedekah yang paling utama alias afdhol.

Tidak semua bentuk bersedekah bernilai afdhol. Bagi orang yang berusia muda dan sedang energik tentunya bersedekah memiliki nilai lebih tinggi di sisi Allah daripada bersedekahnya seorang yang telah lanjut usia, sakit-sakitan, dan sudah menjelang meninggal dunia.

Untuk itulah Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memberikan gambaran kepada ummatnya mengenai sedekah yang paling afdhol.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ حَرِيصٌ

تَأْمُلُ الْغِنَى وَتَخْشَى الْفَقْرَ وَلَا تُمْهِلْ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ

قُلْتَ لِفُلَانٍ كَذَا وَلِفُلَانٍ كَذَا وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ

“Seseorang bertanya kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam: “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling afdhol?” Beliau menjawab: “Kau bersedekah ketika kau masih dalam keadaan sehat lagi loba, kau sangat ingin menjadi kaya, dan khawatir miskin. Jangan kau tunda hingga ruh sudah sampai di kerongkongan, kau baru berpesan :”Untuk si fulan sekian, dan untuk si fulan sekian.” Padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli waris).” (HR Bukhary)


Coba lihat betapa detilnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan ciri orang yang paling afdhol dalam bersedekah. Sekurangnya kita temukan ada empat kriteria: (1) Dalam keadaan sehat lagi loba alias berambisi mengejar keuntungan duniawi; (2) dalam keadaan sangat ingin menjadi kaya; (3) dalam keadaan sangat khawatir menjadi miskin dan (4) tidak dalam keadaan sudah menjelang meninggal dunia dan bersiap-siap membuat aneka wasiat soal harta yang bakal terpaksa ditinggalkannya.

Pertama, orang yang paling afdhol dalam bersedekah ialah orang yang dalam keadaan sehat lagi loba alias tamak alias berambisi sangat mengejar keuntungan duniawi.

Artinya, ia masih muda lagi masa depan hidupnya masih dihiasi aneka ambisi dan perencanaan untuk menjadi seorang yang sukses, mungkin dalam karirnya atau bisinisnya.

Dalam keadaan seperti ini biasanya seseorang akan merasakan kesulitan dan keengganan bersedekah karena segenap potensi harta yang ia miliki pastinya ingin ia pusatkan dan curahkan untuk modal menyukseskan berbagai perencanaan dan proyeknya.

Dengan dalih masih dalam tahap investasi, maka ia akan selalu menunda dan menunda niat bersedekahnya dari sebagian harta yang ia miliki. Karena setiap ia memiliki kelebihan harta sedikit saja, ia akan segera menyalurkannya ke pos investasinya.

Setiap uang yang ia miliki segera ia tanam ke dalam bisnisnya dan ia katakan ke dalam dirinya bahwa jika ia bersedekah dalam tahap tersebut maka sedekahnya akan terlalu sedikit, lebih baik ditunda bersedekah ketika nanti sudah sukses sehingga bisa bersedekah dalam jumlah ”signifikan” alias berjumlah banyak. Akhirnya ia tidak kunjung pernah mengeluarkan sedekah selama masih dalam masa investasi tersebut.

Kedua, bersedekah ketika dalam keadaan sedang sangat ingin menjadi kaya. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam seolah ingin menggambarkan bahwa orang yang dalam keadaan tidak ingin menjadi kaya berarti bersedekahnya kurang bernilai dibandingkan orang yang dalam keadaan berambisi menjadi kaya. Sebab bila seorang yang sedang berambisi menjadi kaya bersedekah berarti ia bukanlah tipe orang yang hanya ingin menikmati kekayaan untuk dirinya sendiri.

Ia sejak masih bercita-cita menjadi kaya sudah mengembangkan sifat dan karakter dermawan. Hal ini menunjukkan bahwa jika Allah izinkan dirinya benar-benar menjadi orang kaya, maka dalam kekayaan itu dia bakal selalu sadar ada hak kaum yang kurang bernasib baik yang perlu diperhatikan.

Sekaligus kebiasaan bersedekah yang dikembangkan sejak seseorang baru pada tahap awal merintis bisnisnya, maka hal itu mengindikasikan bahwa si pelaku bisnis itu sadar sekali bahwa rezeki yang ia peroleh seluruhnya berasal dari Yang Maha Pemberi Rezeki, Allah Ar-Razzaq.

Hal ini sangat berbeda dengan orang kaya dari kaum kafir seperti Qarun, misalnya. Qarun adalah tokoh kaya di zaman dahulu yang di dalam meraih keberhasilan bisnisnya menyangka bahwa kekayaan yang ia peroleh merupakan buah dari kepiawaiannya dalam berbisnis semata.

Ia tidak pernah mengkaitkan kesuksesan dirinya dengan Yang Maha Pemberi Rezeki, Allah swt.

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِ

“Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku".(QS Al-Qshshash ayat 78)

Ketiga, sedekah menjadi afdhol bila si pemberi sedekah berada dalam keadaan khawatir menjadi miskin. Walaupun ia dalam keadaan khawatir menjadi miskin, namun hal ini tidak mempengaruhi dirinya. Ia tetap berkeyakinan bahwa bersedekah dalam keadaan seperti itu merupakan bukti ke-tawakkal-annya kepada Allah.

Ia sadar bahwa jika Allah kehendaki, maka mungkin sekali dirinya menjadi kaya atau menjadi miskin. Itu terserah Allah. Yang pasti keadaan apapun yang dialaminya tidak mempengaruhi sedikitpun kebiasaannya bersedekah.

Ia sudah menjadikan bersedekah sebagai salah satu karakter penting di dalam keseluruhan sifat dirinya. Persis gambarannya seperti orang bertaqwa di dalam Al-Qur’an:

أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ

”... yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.” (QS Ali Imran ayat 133-134)

Keempat, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sangat mewanti-wanti agar jangan sampai seseorang baru berfikir untuk bersedekah ketika ajal sudah menjelang. Sehingga digambarkan oleh beliau bahwa orang itu kemudian baru menyuruh seorang pencatat menginventarisasi siapa-siapa saja fihak yang berhak menerima harta miliknya yang hendak disedekahkan alias diwasiatkan.

Ini bukanlah bentuk bersedekah yang afdhol. Sebab pada hakikatnya, seorang yang bersedekah ketika ajal sudah menjelang, berarti ia melakukannya dalam keadaan sudah dipaksa oleh keadaan dirinya yang sudah tidak punya pilihan lain.

Bila seseorang bersedekah dalam keadaan ia bebas memilih antara mengeluarkan sedekah atau tidak, berarti ia lebih bermakna daripada seseorang yang bersedekah ketika tidak ada pilihan lainnya kecuali harus bersedekah.

Itulah sebabnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam lebih menghargai orang yang masih muda lagi sehat bersedekah daripada orang yang sudah tua dan menjelang ajal baru berfikir untuk bersedekah.

Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa bersedekah yang paling afdhol. Terimalah, ya Allah, segenap infaq dan sedekah kami di jalanMu. Amin.-


/@cwi

selengkapnya...

Islam di China

Islam sampai ke Cina pada masa Thai Zhang (628 - 649 M), Kaisar ke-II pada Dinasti Tang. Pada tahun 651 M, sejumlah besar kaum muslimin berdatangan ke Cina bersamaan dengan menetapnya pedagang-pedagang Arab di beberapa daerah pesisir selatan, terutama di daerang Qhuang Dong. Populasi kaum muslimin kian bertambah dan mulai menampakkan perannya pada masa Dinasti Sung, di mana beberapa ilmu keislaman menampakkan kegemilangannya, di samping mulai terkenalnya ilmu kedokteran, astronomi, matematika dan optik.

Bersamaan dengan runtuhnya Dinasti Ming, kaum muslimin kehilangan sebagian besar kedudukan mereka, bahkan mereka menerima siksaan pada masa kekaisaran Dinasti Manchu hingga berdirinya negara Republik Rakyat Cina oleh Dr. Shin Yat Sun pada awal Januari 1912 M.


Setelah runtuhnya Dinasti Ming, Islam masuk ke pulau Taiwan. Jumlah penduduk muslim di pulau tersebut kian bertambah dengan berdatangannya orang-orang dari daratan Cina pada tahun 1945 M dan berkuasanya orang-orang komunis di pusat.

Pada tahun 1949 M, pulau ini menjadi tujuan hijrah bagi orang-orang yang menolak aturan komunis, sebagian besar dari mereka terdiri dari pegawai-pegawai pemerintahan dan tentara.

Saat ini (tahun 2002), jumlah kaum muslimin di Taiwan sekitar 60.000 jiwa, mayoritas menetap di Taipeh, mereka dapat melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan dan mendirikan shalat di masjid-masjid yang ada di sana. Masjid Taipeh adalah masjid terbesar di Taiwan, masjid ini didirikan pada tahun 1960 M atas bantuan pemerintah dan beberapa negara Arab dan Islam.

Keadaan kaum muslimin Taiwan sama seperti warga Taiwan lainnya yang tidak menderita kemiskinan, mereka semua tergolong warga yang berpenghasilan menengah atau yang berpenghasilan tinggi. Karenanya, mereka mengkhususkan penyaluran zakat untuk pemeliharaan dan pembinaan anak-anak kecil dan pemuda agar dapat mempelajari dasar-dasar agama Islam dan menghafal al-Quran, di samping untuk pembiayaan penyelenggaraan beberapa seminar, kamp-kamp dakwah dan penertiban kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan keilmuan.

Kaum muslimin Taiwan dapat melakukan kegiatan-kegiatan mereka dengan kebebasan penuh, karena semua agama dan kepercayaan diberikan kebebasan dan penghormatan, bahkan dapat hidup berdampingan dengan serasi dan toleransi. Pada bulan Ramadhan, kaum muslimin menyelenggarakan jamuan-jamuan berbuka di setiap masjid dan mereka juga berantusias dalam menunaikan shalat Tarawih. Di samping itu, Chinese Islamic Association (Organisasi Islam Cina/OIC) mengadakan penyelenggaraan ibadah haji. Organisasi ini juga berusaha menyebarkan dan memperkuat pendukung-pendukung Islam melalui berbagai sarana. Organisasi ini mengajak masyarakat memeluk Islam dan menyebarkan bulletin-bulletin dan buku-buku Islami secara cuma-cuma di semua masjid Taiwan, serta menjalankan kewajiban-kewajiban agama lainnya sesuai dengan syariat Islam.

Secara berangsur-angsur kaum muslimin mengirim beberapa pelajar untuk mempelajari ilmu-ilmu syariat di beberapa negara Islam seperti Arab Saudi, Mesir dan Libya. Dan hasilnya, saat ini sebagian besar imam masjid terdiri dari lulusan-lulusan tersebut, bahkan sebagian dari pelajar-pelajar tersebut memperoleh nilai yang tinggi pada ijazah mereka. Kegiatan mereka tidak hanya sebatas kegiatan-kegiatan keagamaan saja, melainkan mereka juga menyelenggarakan berbagai kegiatan keilmuan yang beraneka ragam dan mereka telah mencetak beberapa buku tentang sirah, hadis nabawi, aqidah dan rukun Islam. Semua ini menciptakan kehidupan baru bagi masyarakat muslim di Taiwan.

Setelah menjadi bangunan yang memiliki pengaruh di tahun lalu, masjid Taipeh banyak dikunjungi oleh para peziarah, khususnya dari para pelajar beberapa sekolah dan universitas. Para peziarah tersebut menerima penjelasan ringkas tentang Islam dan sejarah kemunculannya di Cina. Penjelasan-penjelasan ini mendapatkan respon positif, hal ini terbukti dengan diumumkannya keislaman beberapa orang dari mereka.

Termasuk kegiatan-kegiatan OIC adalah memperhatikan segala problematika kaum muslimin dan mengusahakan bantuan-bantuan yang bersifat mendesak untuk mereka berlandaskan firman Allah SWT "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah saudara", karenanya kaum muslimin tidak merasa termarjinalkan dengan pengasingan dan pengumbaran di Taiwan. (IINA)

sumber: majalah Dakwah edisi 013

/@cwi

selengkapnya...

Islam di Portugal




Saat ini jumlah kaum muslimin di Portugal diperkirakan mencapai 30.000 jiwa dari berbagai etnis yang berasal dari beberapa negara terutama negara-negara bekas jajahan Portugal. Kaum muslimin di Portugal terbagi menjadi beberapa kelompok, di antaranya kaum muslimin yang barasal dari Mozambik, Afrika, kaum muslimin dari Makao, dari pulau Goa di India, dari bagian timur Indonesia, dari keturunan orang-orang muslim India yang nenek moyang mereka bekerja di negara-negara bekas jajahan Portugal seperti Mozambik dan lainya, kaum muslimin dari Kenya, bekas jajahan Portugal, kaum muslimin yang datang dari negara-negara Arab, seperti Mesir, Maroko, Aljazair dan lainnya, dan kaum muslimin penduduk asli Portugal yang baru masuk Islam, namun jumlah mereka sangat sedikit.





Pada tahun 1968 berdiri secara resmi untuk pertama kalinya sebuah lembaga Islam Portugal di Lisabon dengan nama al-Jama'ah al-Islamiyyah lilisybunah. Lembaga ini menyewa sebuah apatermen yang mereka jadi sebagai secretariat lembaga sekaligus sebagai tempat untuk melaksanakan ibadah shalat. Namun setelah jumlah kaum muslimin yang datang dari negara-negara jajahan ke Portugal kian bertambah dan banyaknya tuntutan, maka pada tahun 1977 negara bagian………… akhirnya memberikan sebidang tanah untuk kaum muslimin guna membangun mesjid dan islamic center di Lisabon Dan pada tahun 1985 telah berdiri badan pengawas dari beberapa kedutaan besar negara Islam untuk Portugal di bawah kendali kedutaan besar Maroko. Sekarang di Portugal telah berdiri dua mesjid jami' dan 17 mushalla yang sebagian besar terletak di Lisabon dan empat mushalla di kota Coimbra bagian tengah Portugal,Filado kondah di utara, Evoradi di selatan dan di Porto kota tertua di Portugal.

Di Lisabon terdapat sekolah Dar al-Ulum al-Islamiyyah, dan di beberapa mesjid dan mushalla telah ada halaqah tahfid al-Quran al-Karim dan beberapa kelas untuk mempelajari bahasa Arab dan ilmu-ilmu Islam.

Saat ini jumlah siswa dan siswi yang belajar di sekolah Dar al-Ulum al-Islamiyyah yang berdiri pada tahun 1995 kurang lebih 70 siswa/I dengan 7 orang tenaga pengajar. Sekolah ini setingkat dengan sekolah menengah pertama dan menengah atas. Di samping itu juga kaum muslimin Portugal menerbitkan sejumlah jurnal berbahasa Portugal dan berbahasa Arab seperti majalah "Islam" yang diterbitkan oleh lembaga al-Jama'ah al-Islamiyyah lilisybunah, majalah "al-Qalam", dan majalah "al-Nur" yang diterbitkan oleh lembaga al-Jama'ah al-Islamiyyah di La ranjiru. dengan menggunakan bahasa Portugal dan terbit dua bulan sekali.

Yang patut disebutkan di sini adalah bahwa kaum muslimin pernah menaklukkan Portugal di bawah pimpinan panglima Islam Musa bin Nashir dan diteruskan oleh anaknya, Abdul Aziz, kemudian secara bergiliran kaum muslimin menaklukkan kawasan yang sekarang menjadi negara Portugal dan di akhir abad ke-1 hijriyah kawasan yang sekarang menjadi negara Portugal telah tunduk kepada pemerintahan kaum muslimin dan mereka menamakan kawasan ini dengan nama Portugal.

Namun setelah dapat menaklukkan Portugal, kaum muslimin hijrah ke daerah-daerah pegunungan dingin di Utara dan kemudian mereka turun gunung menuju selatan, daerah hangat yang memiliki tanah yang subur dan alam yang indah. Jadi, kawasan utara yang ditinggalkan oleh kaum muslimin menjadi kawasan pertama yang didiami oleh kaum nasrani dan dijadikan sebagai markas mereka untuk menyerang kaum muslimin.

Pada tahun 541 H./1147 M., berkecamuk peperangan antara kaum muslimin dan kaum nasrani sampai akhirnya kota Lisabon jatuh ke tangan Alfonso Hendrik yang memproklamirkan dirinya sebagai raja Portugal. Dan akhirnya pada tahun 647 H./1429 M.jatuh pula bagian selatan Portugal dan pusatnya, kota Serpa

Bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari

Seorang ahli sejarah menyebutkan bahwa ketika itu semua penduduk Portugal yang non muslim, baik yang di kota ataupun di desa, berbicara dengan bahasa Arab, sebagaimana disebutkan oleh al-Idrisi mengenai kota Selpa bahwa penduduk desa dan penduduk kotanya berbicara dengan bahasa Arab.

Tokoh Islam asal Portugal

Bahkan sejumlah besar penduduk Portugal ketika itu lebih unggul dari orang-orang Arab dan kaum muslimin pada umumnya pada berbagai disiplin ilmu dan sastra, nama-nama mereka tercantum dalam buku-buku bibliografi dan sirah, di antaranya yang terkenal Ibnu Bisam al-Syintuwainy (w. 1147 M.), Abu al-Walid al-Baji, penyair Ibnu 'Ammar, Abu al-Qasim Ahmad bin Qassy, seorang yang pernah memberikan kekuasaan kota Selpa kepada Abdul Mu'min al-Tauhidi dan seorang ahli sejarah terkenal bernama Abu Bakar bin Muhammad bin Idris al-Farabi al-Alusi pengarang kitab al-Durrah al-Maknunah fi Akhbar Lasybunah.

Di antara kota-kota terkenal yang pernah berjaya di masa kaum muslimi adalah kota Lisabon dan kota Selpa di bagian selatan Portugal (ay).

sumber: majalah Dakwah edisi 001
/@cwi

selengkapnya...

Para Khalifah dalam Lintasan Sejarah






Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kaum muslimin agar mereka mengangkat seorang khalifah setelah beliau SAW wafat, yang dibai'at dengan bai'at syar'iy untuk memerintahkan kaum muslimin berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW. Menegakkan syari'at Allah, dan berjihad bersama kaum muslimin melawan musuh-musuh Allah.

Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya tidak ada Nabi setelah aku, dan akan ada para khalifah, dan banyak (jumlahnya)." para sahabat bertanya, "Apa yang engkau perintahkan kepada kami? Nabi SAW menjawab, "penuhilah bai'at yang pertama, dan yang pertama. Dan Allah akan bertanya kepada mereka apa-apa yang mereka pimpin." (HR. MUSLIM) Rasulullah SAW berwasiat kepada kaum muslimin, agar jangan sampai ada masa tanpa adanya khalifah (yang memimpin kaum muslimin). Jika hal ini terjadi, dengan tiadanya seorang khalifah, maka wajib bagi kaum muslimin berupaya mengangkat khalifah yang baru, meskipun hal itu berakibat pada kematian.

Sabda Rasulullah SAW : "Barang siapa mati dan dipundaknya tidak membai'at Seorang imam (khalifah), maka matinya (seperti) mati (dalam keadaan)jahiliyyah."


Rasulullah SAW juga bersabda : "Jika kalian menyaksikan seorang khalifah, hendaklah kalian taat, walaupun (ia) memukul punggungmu. Sesungguhnya jika tidak ada khalifah, maka akan terjadi Kekacauan." (HR. THABARANI)

sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan (kepada kita) untuk taat kepada khalifah. Allah berfirman : "Hai orang-orang yang berfirman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri diantara kamu." (AN NISA :59)

Kaum muslimin telah menjaga wasiat Rasulullah SAW tersebut sepanjang 13 abad. Selama interval waktu itu, kaum muslimin tidak pernah menyaksikan suatu kehidupan tanpa ada (dipimpin) seorang khalifah yang mengatur urusan-urusan mereka. Ketika seorang khalifah meninggal atau diganti, ahlul halli wal 'aqdi segera mencari, memilih, dan menentukan pengganti khalifah terdahulu. Hal ini terus berlangsung pada masa-masa islam (saat itu). Setiap masa, kaum muslimin senantiasa menyaksikan bai'at kepada khalifah atas dasar taat. Ini dimulai sejak masa Khulafaur Rasyidin hingga periode para Khalifah dari Dinasti 'Utsmaniyyah.

Kaum muslimin mengetahui bahwa khalifah pertama dalam sejarah Islam adalah Abu Bakar ra, akan tetapi mayoritas kaum muslimin saat ini, tidak mengetaui bahwa Sultan 'Abdul Majid II adalah khalifah terakhir yang dimiliki oleh umat Islam, pada masa lenyapnya Daulah Khilafah Islamiyyah akibat ulah Musthafa Kamal yang menghancurkan sistem kilafah dan meruntuhnya Dinasti 'Utsmaniyyah. Fenomena initerjadi pada tanggal 27 Rajab 1342 H.

Dalam sejarah kaum muslimin hingga hari ini, pemerintah Islam di bawah institusi Khilafah Islamiah pernah dipimpin oleh 104 khalifah. Mereka (para khalifah) terdiri dari 5 orang khalifah dari khulafaur raasyidin, 14 khalifah dari dinasti Umayyah, 18 khalifah dari dinasti 'Abbasiyyah, diikuti dari Bani Buwaih 8 orang khalifah, dan dari Bani Saljuk 11 orang khalifah. Dari sini pusat pemerintahan dipindahkan ke kairo, yang dilanjutkan oleh 18 orang khalifah. Setelah itu khalifah berpindah kepada Bani 'Utsman. Dari Bani ini terdapat 30 orang khalifah. Umat masih mengetahui nama-nama para khulafaur rasyidin dibandingkan dengan yang lain. Walaupun mereka juga tidak lupa dengan Khalifah 'Umar bin 'Abd al-'Aziz, Harun al-rasyid, Sultan 'Abdul Majid, serta khalifah-khalifah yang masyur dikenal dalam sejarah.

Adapun nama-nama para khalifah pada masa khulafaur Rasyidin sebagai berikut:

1.Abu Bakar ash-Shiddiq ra (tahun 11-13 H/632-634 M)
2.'Umar bin khaththab ra (tahun 13-23 H/634-644 M)
3.'Utsman bin 'Affan ra (tahun 23-35 H/644-656 M)
4.Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H/656-661 M)
5.Al-Hasan bin Ali ra (tahun 40 H/661 M)


Setelah mereka, khalifah berpindah ke tangan Bani Umayyah yang berlangsung lebih dari 89 tahun. Khalifah pertama adalah Mu'awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Masa kekuasaan mereka sebagai berikut:

1.Mu'awiyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H/661-680 M)
2.Yazid bin Mu'awiyah (tahun 61-64 H/680-683 M)
3.Mu'awiyah bin Yazid (tahun 64-68 H/683-684 M)
4.Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H/684-685 M)
5.'Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-68 H/685-705 M)
6.Walid bin 'Abdul Malik (tahun 86-97 H/705-715 M)
7.Sulaiman bin 'Abdul Malik (tahun 97-99 H/715-717 M)
8.'Umar bin 'Abdul 'Aziz (tahun 99-102 H/717-720 M)
9.Yazid bin 'Abdul Malik (tahun 102-106 H/720-724 M)
10.Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H/724-743 M)
11.Walid bin Yazid (tahun 126 H/744 M)
12.Yazid bin Walid (tahun 127 H/744 M)
13.Ibrahim bin Walid (tahun 127 H/744 M)
14.Marwan bin Muhammad (tahun 127-133 H/744-750 M)


Setelah mereka, khalifah berpindah ke tangan Bani Umayyah yang berlangsung lebih dari 89 tahun. Khalifah pertama adalah Mu'awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Masa kekuasaan mereka sebagai berikut:

I. Dari Bani 'Abbas 1.Abul 'Abbas al-Safaah (tahun 133-137 H/750-754 M)
2.Abu Ja'far al-Mansyur (tahun 137-159 H/754-775 M)
3.Al-Mahdi (tahun 159-169 H/775-785 M)
4.Al-Hadi (tahun 169-170 H/785-786 M)
5.Harun al-Rasyid (tahun 170-194 H/786-809 M)
6.Al-Amiin (tahun 194-198 H/809-813 M)
7.Al-Ma'mun (tahun 198-217 H/813-833 M)
8.Al-Mu'tashim Billah (tahun 218-228 H/833-842 M)
9.Al-Watsiq Billah (tahun 228-232 H/842-847 M)
10.Al-Mutawakil 'Ala al-Allah (tahun 232-247 H/847-861 M)
11.Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H/861-862 M)
12.Al-Musta'in Billah (tahun 248-252 H/862-866 M)
13.Al-Mu'taz Billah (tahun 252-256 H/866-869 M)
14.Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H/869-870 M)
15.Al-Mu'tamad 'Ala al-Allah (tahun 257-279 H/870-892 M)
16.Al-Mu'tadla Billah (tahun 279-290 H/892-902 M)
17.Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H/902-908 M)
18.Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H/908-932 M)

II. Dari Bani Buwaih 19.Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H/932-934 M)
20.Al-Radli Billah (tahun 323-329 H/934-940 M)
21.Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H/940-944 M)
22.Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H/944-946 M)
23.Al-Muthi' Lillah (tahun 335-364 H/946-974 M)
24.Al-Thai'i Lillah (tahun 364-381 H/974-991 M)
25.Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H/991-1031 M)
26.Al-Qa'im Bi Amrillah (tahun 423-468 H/1031-1075 M)

III. dari Bani Saljuk

27. Al Mu'tadi Biamrillah (tahun 468-487 H/1075-1094 M)
28. Al Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H/1094-1118 M)
29. Al Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H/1118-1135 M)
30. Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H/1135-1136 M)
31. Al Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H/1136-1160)
32. Al Mustanjid Billah (tahun 555-566 H/1160-1170 M)
33. Al Mustadhi'u Biamrillah (tahun 566-576 H/1170-1180 M)
34. An Naashir Liddiinillah (tahun 576-622 H/1180-1225 M)
35. Adh Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H/1225-1226 M)
36. al Mustanshir Billah (tahun 623-640 H/1226-1242 M)
37. Al Mu'tashim Billah ( tahun 640-656 H/1242-1258 M)


Setelah itu kaum muslimin hidup selama 3,5 tahun tanpa seorang khalifah pun. Ini terjadi karena serangan orang-orang Tartar ke negeri-negeri Islam dan pusat kekhalifahan di Baghdad. Namun demikian, kaum muslimin di Mesir, pada masa dinasti Mamaluk tidak tinggal diam, dan berusaha mengembalikan kembali kekhilafahan. kemudian mereka membai'at Al Muntashir dari Bani Abbas. Ia adalah putra Khalifah al-Abbas al-Dhahir Biamrillah dan saudara laki-laki khalifah Al Mustanshir Billah, paman dari khalifah Al Mu'tashim Billah. Pusat pemerintahan dipindahkan lagi ke Mesir. Khalifah yang diangkat dari mereka ada 18 orang yaitu :

1. Al Mustanshir billah II (taun 660-661 H/1261-1262 M)
2. Al Haakim Biamrillah I ( tahun 661-701 H/1262-1302 M)
3. Al Mustakfi Billah I (tahun 701-732 H/1302-1334 M)
4. Al Watsiq Billah I (tahun 732-742 H/1334-1354 M)
5. Al Haakim Biamrillah II (tahun 742-753 H/1343-1354 M)
6. al Mu'tadlid Billah I (tahun 753-763 H/1354-1364 M)
7. Al Mutawakkil 'Alallah I (tahun 763-785 H/1363-1386 M)
8. Al Watsir Billah II (tahun 785-788 H/1386-1389 M)
9. Al Mu'tashim (tahun 788-791 H/1389-1392 M)
10. Al Mutawakkil 'Alallah II (tahun 791-808 H/1392-14-9 M)
11. Al Musta'in Billah (tahun 808-815 H/ 1409-1426 M)
12. Al Mu'tadlid Billah II (tahun 815-845 H/1416-1446 M)
13. Al Mustakfi Billah II (tahun 845-854 H/1446-1455 M)
14. Al Qa'im Biamrillah (tahun 754-859 H/1455-1460 M)
15. Al Mustanjid Billah (tahun 859-884 H/1460-1485 M)
16. Al Mutawakkil 'Alallah (tahun 884-893 H/1485-1494 M)
17. al Mutamasik Billah (tahun 893-914 H/1494-1515 M)
18. Al Mutawakkil 'Alallah OV (tahun 914-918 H/1515-1517 M)


Ketika daulah Islamiyah Bani Saljuk berakhir di anatolia, Kemudian muncul kekuasaan yang berasal dari Bani Utsman dengan pemimpinnya "Utsman bin Arthagherl sebagai khalifah pertama Bani Utsman, dan berakhir pada masa khalifah Bayazid II (918 H/1500 M) yang diganti oleh putranya Sultan Salim I. Kemuadian khalifah dinasti Abbasiyyah, yakni Al Mutawakkil "alallah diganti oleh Sultan Salim. Ia berhasil menyelamatkan kunci-kunci al-Haramain al-Syarifah. Dari dinasti Utsmaniyah ini telah berkuasa sebanyah 30 orang khalifah, yang berlangsung mulai dari abad keenam belas Masehi. nama-nama mereka adalah sebagai berikut:

1. Salim I (tahun 918-926 H/1517-1520 M)
2. Sulaiman al-Qanuni (tahun 916-974 H/1520-1566 M)
3. salim II (tahun 974-982 H/1566-1574 M)
4. Murad III (tahun 982-1003 H/1574-1595 M)
5. Muhammad III (tahun 1003-1012 H/1595-1603 M)
6. Ahmad I (tahun 1012-1026 H/1603-1617 M)
7. Musthafa I (tahun 1026-1027 H/1617-1618 M)
8. 'Utsman II (tahun 1027-1031 H/1618-1622 M)
9. Musthafa I (tahun 1031-1032 H/1622-1623 M)
10. Murad IV (tahun 1032-1049 H/1623-1640 M)
11. Ibrahim I (tahun 1049-1058 H/1640-1648 M)
12. Mohammad IV (1058-1099 H/1648-1687 M)
13. Sulaiman II (tahun 1099-1102 H/1687-1691M)
14. Ahmad II (tahun 1102-1106 H/1691-1695 M)
15. Musthafa II (tahun 1106-1115 H/1695-1703 M)
16. Ahmad II (tahun 1115-1143 H/1703-1730 M)
17. Mahmud I (tahun 1143-1168/1730-1754 M)
18. "Utsman IlI (tahun 1168-1171 H/1754-1757 M)
19. Musthafa II (tahun 1171-1187H/1757-1774 M)
20. 'Abdul Hamid (tahun 1187-1203 H/1774-1789 M)
21. Salim III (tahun 1203-1222 H/1789-1807 M)
22. Musthafa IV (tahun 1222-1223 H/1807-1808 M)
23. Mahmud II (tahun 1223-1255 H/1808-1839 M)
24. 'Abdul Majid I (tahun 1255-1277 H/1839-1861 M)
25. "Abdul 'Aziz I (tahun 1277-1293 H/1861-1876 M)
26. Murad V (tahun 1293-1293 H/1876-1876 M)
27. 'Abdul Hamid II (tahun 1293-1328 H/1876-1909 M)
28. Muhammad Risyad V (tahun 1328-1339 H/1909-1918 M)
29. Muhammad Wahiddin II (tahun 1338-1340 H/1918-1922 M)
30. 'Abdul Majid II (tahun 1340-1342 H/1922-1924 M)


Sekali lagi terjadi dalam sejarah kaum muslimin, hilangnya kekhalifahan. Sayangnya, kaum muslimin saat ini tidak terpengaruh, bahkan tidak peduli dengan runtuhnya kekhilafahan. Padahal menjaga kekhilafahan tergolong kewajiban yang sangat penting. Dengan lenyapnya institusi kekhilafahan, mengakibatkan goncangnya dunia Islam, dan memicu instabilitas di seluruh negeri Islam. Namun sangat disayangkan, tidak ada (pengaruh) apapun dalam diri umat, kecuali sebagian kecil saja.

Jika kaum muslimin pada saat terjadinya serangan pasukan Tartar ke negeri mereka, mereka sempat hidup selama 3,5 tahun tanpa ada khalifah, maka umat Islam saat ini, telah hidup selama lebih dari 75 tahun tanpa keberadaan seorang khalifah. Seandainya negara-negara Barat tidak menjajah dunia Islam, dan seandainya tidak ada penguasa-penguasa muslim bayaran, seandainya tidak ada pengaruh tsaqofah, peradaban, dan berbagai persepsi kehidupan yang dipaksakan oleh Barat terhadap kaum muslimin, sungguh kembalinya kekhilafahan itu akan jauh lebih mudah. Akan tetapi kehendak Allah berlaku bagi ciptaanNya dan menetapkan umat ini hidup pada masa yang cukup lama.

Umat Islam saat ini hendaknya mulai rindu dengan kehidupan mulia di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Dan Insya Allah Daulah Khilafah itu akan berdiri. Sebagaimana sabda Rasulullah "...kemudian akan tegak Khilafah Rasyidah yang sesuai dengan manhaj Nabi". Kami dalam hal ini tidak hanya yakin bahwa kekhilafahan akan tegak, lebih dari itu, kota Roma (sebagai pusat agama Nashrani) dapat ditaklukkan oleh kaum muslimin setelah dikalahkannya Konstantinopel yang sekarang menjadi Istambul. Begitu pula daratan Eropa, Amerika, dan Rusia akan dikalahkan. Kemudian Daulah Khilafah Islamiyah akan menguasai seluruh dunia setelah berdirinya pusat Daulah Khilafah. Sungguh hal ini dapat terwujud dengan Izin Allah. Kita akan menyaksikannya dalam waktu yang sangat dekat

sumber:islamuda.com/@cwi

selengkapnya...

CHARLES DARWIN (1809-1882)


Indotoplist.com : Lahirnya bersamaan benar dengan Abraham Lincoln, 12 Februari 1809 di Shrewsbury, Inggris. Charles Darwin penemu teori evolusi organik dalam arti seleksi alamiah ini pada umur enam belas tahun masuk Universitas Edinburg belajar kedokteran, tetapi baik kedokteran maupun anatomi dianggapnya ilmu yang bikin jemu. Tak lama kemudian dia pindah ke Cambridge belajar unsur administrasi perkantoran. Walau begitu, berburu dan naik kuda di Cambridge jauh lebih digemarinya ketimbang belajar ilmu itu. Dan walaupun begitu, dia toh masih bisa memikat perhatian salah satu mahagurunya yang mendorongnya supaya ikut dalam pelayaran penyelidikan di atas kapal H.M.S. Beagle sebagai seorang naturalis. Mula-mula ayahnya keberatan dengan penunjukan ini. Pikirnya, perjalanan macam itu hanyalah dalih saja buat Darwin yang enggan dengan pekerjaan serius. Untungnya, belakangan sang ayah bisa dibujuk dan merestui perjalanan itu yang akhirnya ternyata merupakan perjalanan yang paling berharga dalam sejarah ilmu pengetahuan Eropa.
17. CHARLES DARWIN (1809-1882)
Darwin mulai berangkat berlayar di atas kapal Beagle tahun 1831. Waktu itu umurnya baru dua puluh dua tahun. Dalam masa pelayaran lima tahun, kapal Beagle mengarungi dunia, menyelusuri pantai Amerika Selatan dalam kecepatan yang mengasyikkan, menyelidiki kepulauan Galapagos yang sunyi terpencil, mengambah pulau-pulau di Pacifik, di Samudera Indonesia dan di selatan Samudera Atlantik. Dalam perkelanaan itu, Darwin menyaksikan banyak keajaiban-keajaiban alam, mengunjungi suku-suku primitif, menemukan jumlah besar fosil-fosil, meneliti pelbagai macam tetumbuhan dan jenis binatang. Lebih jauh dari itu, dia membuat banyak catatan tentang apa saja yang lewat di depan matanya. Catatan-catatan ini merupakan bahan dasar bagi hampir seluruh karyanya di kemudian hari. Dari catatan-catatan inilah berasal ide-ide pokoknya, dan kejadian-kejadian serta pengalamannya jadi penunjang teori-teorinya.

Darwin kembali ke negerinya tahun 1836 dan dua puluh tahun sesudah itu dia menerbitkan sebarisan buku-buku yang mengangkatnya menjadi seorang biolog kenamaan di Inggris. Terhitung sejak tahun 1837 Darwin yakin betul bahwa binatang dan tetumbuhan tidaklah bersifat tetap, tetapi mengalami perubahan dalam perjalanan sejarah geologi. Pada saat itu dia belum sadar apa yang menjadi sebab-musabab terjadinya evolusi itu. Di tahun 1838 dia baca esai "Tentang prinsip-prinsip kependudukan" Thomas Malthus. Buku Malthus ini menyuguhkannya fakta-fakta yang mendorongnya lebih yakin adanya seleksi alamiah lewat kompetisi untuk mempertahankan kehidupan. Bahkan sesudah Darwin berhasil merumuskan prinsip-prinsip seleksi alamiahnya, dia tidak tergesa-gesa mencetak dan menerbitkannya. Dia sadar, teorinya akan mengundang tantangan-tantangan. Karena itu, dia memerlukan waktu lama dengan hati-hati menyusun bukti-bukti dan memasang kuda-kuda untuk mempertahankan hipotesanya jika ada serangan.

Garis besar teorinya ditulisnya tahun 1842 dan pada tahun 1844 dia mulai menyusun bukunya yang panjang lebar. Di bulan Juni 1858, tatkala Darwin masih sedang menambah-nambah dan menyempurnakan buku karya besarnya, dia menerima naskah dari Alfred Russel Wallace (seorang naturalis Inggris yang waktu itu berada di Timur) menggariskan teorinya sendiri tentang evolusi. Dalam tiap masalah dasar, teori Wallace bersamaan dengan teori Darwin! Wallace menyusun teorinya secara betul-betul berdiri di atas pikirannya sendiri dan mengirim naskah tulisannya kepada Darwin untuk minta pendapat dan komentar dari ilmuwan kenamaan itu sebelum masuk percetakan. Situasinya menjadi tidak enak karena mudah berkembang jadi pertarungan yang tidak dikehendaki untuk perebutan prioritas. Jalan keluarnya, baik naskah Wallace maupun garis-garis besar teori Darwin secara berbarengan dibahas oleh sebuah badan ilmiah pada bulan berikutnya.

Cukup mencengangkan, pengedepanan masalah ini tidak begitu diacuhkan orang. Buku Darwin The Origin of Species terbit pada tahun berikutnya, menimbulkan kegemparan. Memang kenyataannya mungkin tak pernah ada diterbitkan buku ilmu pengetahuan yang begitu tersebar luas dan begitu jadi bahan perbincangan yang begitu hangat, baik di lingkungan para ilmuwan maupun awam seperti terjadi pada buku On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or The Preservation of Favoured Races in the Strugle for Life. Saling adu argumen tetap seru di tahun 1871 tatkala Darwin menerbitkan The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex. Buku ini, mengedepankan gagasan bahwa manusia berasal dari makhluk sejenis monyet, makin menambah serunya perdebatan pendapat.

Darwin sendiri tidak ambil bagian dalam perdebatan di muka publik mengenai teori yang dilontarkannya. Bisa jadi lantaran kesehatan karena sehabis perkelanaannya yang begitu parrjang dengan kapal Beagle (besar kemungkinan akibat demam, akibat penyakit Chaga gigitan serangga di Amerika Latin). Dan bisa jadi karena dia merasa cukup punya pendukung gigih semacam Thomas H. Huxley seorang jago debat dan pembela teori Darwin, sebagian terbesar ilmuwan menyetujui dasar-dasar kebenaran teori Darwin tatkala yang bersangkutan niati tahun 1882.

Sebenarnya --jika mau bicara tulen atau tidak tulen-- bukanlah Darwin penemu pertama teori evolusi makhluk. Beberapa orang telah menyuarakannya sebelum dia, termasuk naturalis Perancis Jean Lamarek dan kakek Darwin sendiri, Erasmus Darwin.

Tetapi, hipotesa mereka tidak pernah diterima oleh dunia ilmu pengetahuan karena tak mampu memberi keyakinan bagaimana dan dengan cara apa evolusi terjadi. Sumbangan Darwin terbesar adalah kesanggupannya bukan saja menyuguhkan mekanisme dari seleksi alamiah yang mengakibatkan terjadinya evolusi alamiah, tetapi dia juga sanggup menyuguhkan banyak bukti-bukti untuk menunjang hipotesanya.

Layak dicatat, teori Darwin dirumuskan tanpa sandaran teori genetik apa pun atau bahkan dia tak tahu-menahu mengenai pengetahuan itu. Di masa Darwin, tak seorang pun faham ihwal khusus bagaimana suatu generasi berikutnya. Meskipun Gregor Mendel sedang merampungkan hukum-hukum keturunan pada tahun-tahun berbarengan dengan saat Darwin menulis dan menerbitkan bukunya yang membikin sejarah, hasil karya Mendel yang menunjang teori Darwin begitu sempurnanya, Mendel nyaris sepenuhnya tak diacuhkan orang sampai tahun 1900, saat teori Darwin sudah begitu mapan dan mantap. Jadi, pengertian modern kita perihal evolusi --yang merupakan gabungan antara ilmu genetik keturunan dengan hukum seleksi alamiah-- lebih lengkap ketimbang teori yang disodorkan Darwin.

Pengaruh Darwin terhadap pemikiran manusia dalam sekah. Dalam kaitan dengan ilmu pengetahuan murni, tentu saja, dia sudah melakukan tindak revolusioner semua aspek bidang biologi. Seleksi alamiah betul-betul punya prinsip yang teramat luas serta mendasar, dan pelbagai percobaan sudah dilakukan penerapannya di pelbagai bidang-seperti antropologi, sosiologi, ilmu politik dan ekonomi.

Bahkan barangkali pengaruh Darwin lebih penting terhadap pemikiran agama ketimbang terhadap segi ilmu pengetahuan atau sosiologi. Pada masa Darwin dan bertahun-tahun sesudahnya, banyak penganut setia Nasrani percaya bahwa menerima teori Darwin berarti menurunkan derajat kepercayaan terhadap agama. Kekhawatiran mereka ini barangkali ada dasarnya biarpun jelas banyak sebab faktor lain yang jadi lantaran lunturnya kepercayaan beragama. (Darwin sendiri menjadi seorang sekuler).

Bahkan atas dasar sekuler, teori Darwin mengakibatkan perubahan besar pada cara manusia dalam hal mereka memikirkan ihwal dunia mereka (bangsa manusia itu tampaknya) secara keseluruhan tidak lagi menduduki posisi sentral dalam skema alamiah alam makhluk sebagaimana tadinya mereka akukan. Kini kita harus memandang diri kita sebagai salah satu bagian saja dari sekian banyak makhluk dan kita mengakui adanya kemungkinan bahwa sekali tempo akan tergeser. Akibat dari hasil penyelidikan Darwin, pandangan Heraclitus yang berkata, "Tak ada yang permanen kecuali perubahan" menjadi diterima secara lebih luas. Sukses teori evolusi sebagai penjelasan umum mengenai asal-usul manusia telah lebih mengokohkan kepercayaan terhadap kemampuan ilmu pengetahuan menjawab segala pertanyaan dunia fisik (walaupun tidak semua persoalan manusia dan kemanusiaan). Istilah Darwin, "Yang kuat mengalahkan yang lemah" dan "Pergulatan untuk hidup" telah masuk menjadi bagian kamus kita.

Memang teori Darwin akan terjelaskan juga walau misalnya Darwin tak pernah hidup di dunia. Apalagi diukur dari apa yang sudah dihasilkan Wallace, hal ini amat mengandung kebenaran, lebih dari ihwal siapa pun yang tertera di dalam daftar buku ini. Namun, adalah tulisan-tulisan Darwin yang telah merevolusionerkan biologi dan antropolgi dan dialah yang telah mengubah pandangan kita tentang kedudukan manusia di dunia.

Web:
http://media.isnet.org/iptek/100/index.html

Referensi:
Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah
Michael H. Hart, 1978
Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982
PT. Dunia Pustaka Jaya
Jln. Kramat II, No. 31A
Jakarta Pusat

Sumber : media.isnet.org /@cwi

selengkapnya...

Waktumu adalah Umurmu!

E-mail Print PDF
Tanda orang yang merugi adalah banyak berkumpul namun tidak untuk menambah ilmu. Banyak berbasa-basi, bercanda, dan banyak bicara 
Dari Ibnu 'Abbas ra, Rasulullah bersabda:
وَالْفَرَاغُالصِّحَّةُ:النَّاسِ مِنَ كَثِيْرٌ فِيْهِمَا مَغْبُوْنٌ نِعْمَتَانِ
“Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalamnya, nikmat sehat dan waktu luang.” (Riwayat Bukhori). (HR. Bukhori no.6412, At-Tirmidzi no.2304, Ibnu Majah no.4170, Ahmad no. I/258-344), Ad-Darimi no.II/297, Al-Hakim no.IV/306)

Waktu adalah ukuran zaman. Hari-hari yang kita lewati adalah umur kita. Apabila ia berlalu, maka hilanglah bagian dari hidup kita. Waktu adalah karunia terbesar dan paling berharga bagi manusia. Waktu menjadi rahasia berbagai prestasi cemerlang bagi seseorang ketika mampu menatanya dengan seksama.
Mumpung seseorang masih punya kesempatan waktu muda, maka seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Masa muda sebagai waktu emas, saat masih memiliki kekuatan semangat, pikiran masih jernih, kesibukan masih sedikit, dan tekat yang kuat. Sebaliknya pada usia tua, jasad semakin lemah, beban semakin berat, penyakit sering mampir, dan kekuatan pun kian berkurang.
Semua bentuk tindakan, kesungguhan, kekuatan, kemuliaan, kenikmatan, dan pencapaian tujuan adalah sesuatu yang hanya bisa dilakukan ketika badan sehat dan adanya waktu luang. Kewajiban yang seharusnya kita tunaikan teramat banyak, sementara waktu terluang sangat terbatas. Dengan waktu pula, betapa banyak lahan yang bisa diolah, berapa banyak perusahaan yang bisa didirikan, berapa ribu orang yang bisa dibantu dan yayasan yang bisa dikembangkan. Namun betapa banyak pula yang sudah puas dengan sedikit kualitas, sudah bangga dengan amal yang belum ada apa-apanya.
Tidaklah Allah bersumpah dalam al-Quran dengan meggunakan kata waktu, wal-‘ashri, wad-dhuha, wal-laili, bis-syafaqi, wal-fajri, dan sebagainya, kecuali semuanya mengisyaratkan tentang betapa pentingnya waktu. Dimaksudkan agar manusia disiplin penuh perhatian terhadap masa hidupnya. 
Waktu yang Allah berikan kepada kita lebih berharga daripada emas karena ia adalah kehidupan itu sendiri. Seorang Muslim tidak pantas menyia-nyiakan waktu luangnya untuk hanya bercanda, bergurau, main-main, dan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. Karena ia tidak akan pernah mampu mengganti waktunya yang telah berlalu. Siapa yang mengabaikan waktunya, maka semakin besarlah kerugiannya, sebagaimana kerugian orang sakit, dia merasa rugi kehilangan kesehatan dan kekuatannya.
Seorang Muslim yang pada dirinya terkumpul dua nikmat ini, yakni kesehatan badan dan waktu luang, maka hendaknya menunaikan hak keduanya untuk melakukan ketaatan dan meraih kedekatan kepada-Nya. Tapi jika menyia-nyiakannya maka sebenarnya ia adalah manusia yang tertipu. Sebab, kesehatan akan digantikan dengan sakit dan waktu luang akan digantikan dengan kesibukan. Sebagaimana seorang pedagang yang memiliki modal, yaitu kesehatan dan waktu luang, maka ia tidak boleh menyia-nyiakan modalnya yang ada padanya selain ketaatan kepada Allah.


Seseorang yang memiliki badan yang sehat tanpa menggunakannya untuk tindakan yang berguna dan tidak pula berbuat untuk akhiratnya adalah orang yang merugi. Dalam kenyataan memang kebanyakan manusia tidak menggunakan kesehatan dan waktu luang. Mereka malah membuang usia dan mempermainkan umur. Kadang-kadang manusia juga tidak memiliki waktu luang. Waktunya habis hanya untuk mencari makan dan kebutuhan periuk nasi. Sebaliknya terkadang memiliki waktu luang namun badannya sakit, jiwanya juga sakit, malas, loyo, tidak bergairah yang pada akhirnya berujung pada kebangkrutan.
Seorang Muslim hendaknya memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Ia tidak boleh menunda-nunda kesempatan melakukan amal kebaikan.
Diriwayatkan bahwa Ibnu ‘Umar pernah berkata; "Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu hingga pagi hari. Dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah menunggu hingga sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu. Dan pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu." (HR. Al-Bukhariy no.6416)
Ibnu Qoyyim berkata: ”Ada 4 hal yang dapat merusak hati, yaitu berlebihan dalam berbicara, berlebihan makan, berlebihan tidur, dan berlebihan dalam bergaul.” (Al-fawaid hal 262).
Beliau juga berkata: ”Pintu taufiq tertutup bagi seseorang karena melakukan 6 perkara, yaitu (1) meninggalkan syukur kepada Allah dengan menggunakan karunia bukan pada jalan-Nya, (2) gemar terhadap ilmu namun tidak mau mengamalkannya, (3) men
/@cw

selengkapnya...

Tujuh Kiat Tinggalkan Maksiat



E-mail Print PDF
Bahkan di saat istirahat dan di tempat yang kita anggap aman dari gangguan mata, masih saja ada kesempatan bermaksiat


“Tiada hari tanpa maksiat”, kata ini mungkin lebih tepat untuk suasana hidup di zaman ini. Di kantor, di kampus, di jalan, bahkan di rumah sendiri, fasilitas maksiat tersedia.

Di kantor, godaan maksiat ada di mana-mana. Teman, orang luar, bahkan diri sendiri. Jika tidak karena iman, bukan mustahil akan mudah bermaksiat di hadapan Allah baik dengan terang-terangan atau tersembunyi. Kesempatan terbuka luas. Jadi kasis kita bisa memanipulasi uang, jadi pemasaran kita bisa memanipulasi dan korupsi waktu.  

Televisi kita 24 jam menyediakan tontonan penuh fitnah dan umbar aurat. Bahkan di saat istirahat dan di tempat yang kita anggap aman dari gangguan mata, masih saja ada kesempatan bermaksiat.

Memang, meninggalkan maksiat adalah pekerjaan yang tidak ringan. Ia lebih berat daripada mengerjakan taat (menjalankan yang diperintah oleh Allah dan Rasul-Nya), karena mengerjakan taat disukai oleh setiap orang, tetapi meninggalkan syahwat (maksiat) hanya dapat dilaksanakan oleh para siddiqin (orang-orang yang benar, orang-orang yang terbimbing hatinya).

Terkait dengan hal tersebut Rasulullah Sallallahu aalaihi wa sallam. bersabda: "Orang yang berhijrah dengan sebenarnya ialah orang yang berhijrah dari kejahatan. Dan mujahid yang sebenarnya ialah orang yang memerangi hawa nafsunya."

Apabila seseorang menjalankan sesuatu tindak maksiat, maka sebenarnya ia melakukan maksiat itu dengan menggunakan anggota badannya. Orang yang seperti ini sejatinya telah menyalahgunakan nikmat anggota tubuh  yang telah dianugerahkan Allah pada dirinya. Dalam bahasa lain dapat dikatakan, ia telah berkhianat atas amanah yang telah diberikan kepadanya.

Setiap kita berkuasa penuh atas anggota tubuh kita, pikiran dan jiwa kita. Akan tetapi, terkadang, kita begitu susah menggendalikan apa yang menjadi ‘milik kita’ itu. Tangan, mata, kaki dan anggota tubuh yang lain, kerap bergerak diluar kendali diri, yang tak jarang bertentangan dengan idealisme atau nilai-nilai keyakinan  yang kita anut dan kita yakini. Padahal, rekuk relung kalbu  kita bersaksi bahwa semua anggota tubuh itu, kelak  akan menjadi saksi atas segala perbuatan kita di Padang Mahsyar.

Firman Allah SWT : "Pada hari ini (Kiamat) Kami tutup mulut-mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksian lah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka lakukan (di dunia dahulu)." (Yassin:  65).

Bagaimana agar kita selamat dari maksiat?

Di bawah ini beberapa ikhtiar, yang bila dijalankan secara sungguh-sungguh, insya Allah membawa faedah.

1. Menjaga Mata

Peliharalah mata dari menyaksikan pemandangan yang diharamkan oleh Allah SWT seperti  melihat perempuan yang bukan mahram. Hindari, atau minimal kurangi-- untuk pelan-pelan tinggalkan sejauh-jauhnya--  melihat gambar-gambar yang dapat membangkitkan hawa nafsu. Termasuk menjaga mata, janganlah memandang orang lain dengan pandangan yang rendah(sebelah mata/menghina) dan melihat keaiban orang lain.

2. Menjaga Telinga

Menjaga telinga dari mendengar perkataan yang tidak berguna seperti: ungkapan-ungkapan mesum/kotor/jahat. Poin kesatu dan kedua ini menjadi tidak mudah di saat di mana gosip telah menjadi komuditas ekonomi. Gosip telah menjadi kejahatan berjamaah yang dianggap hal yang lumrah dilakukan, dan wajib ditonton dan disimak. Kehadirannya disokong dana yang tidak sedikit, dimanajeri, ada penulis skenarionya, ada kepala produksinya, ada reporternya dan seterusnya.

Rasulullah S.A.W. bersabda : "Sesungguhnya orang yang mendengar (seseorang yang mengumpat orang lain) adalah bersekutu (di dalam dosa)dengan orang yang berkata itu. Dan dia juga dikira salah seorang daripada dua orang yang mengumpat."

Oleh karenanya, menjaga mata-telinga adalah pekerjaan yang memerlukan energi dan kesungguhan yang kuat dan gigih.

3.Menjaga Lidah

Lidah adalah anggota tubuh tanpa tulang yang kerap mengantarkan pada perkara-perkara besar. Kehancuran rumah tangga, pertengkaran sahabat karib, hingga peperangan antar negara, dapat dipicu dari sepotong daging kecil di celah mulut kita ini.

Rasulullah Saw. bersabda : “Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya.” (Riwayat Athabrani dan Al Baihaqi)

Jagalah lidah dari perkara-perkara seperti berbohong, ingkar janji, mengumpat, bertengkar / berdebat / membantah perkataan orang lain, memuji diri sendiri, melaknat(mncela) makhluk Allah, mendoakan celaka bagi orang lain dan bergurau( yang mengandung memperolok atau mengejek) orang lain.

4. Menjaga Perut

Yang hendaknya selalu di ingat:  perut kita bukan tong sampah! Input yang masuk ke dalam perut akan berpengaruh langsung/tidak langsung terhadap tingkah laku/sikap/tindakan kita. Karenanya, peliharalah perut dari makanan yang haram atau yang syubahat. Sekalipun halal, hindari memakannya secara berlebihan. Sebab hal itu akan menumpulkan pikiran dan hati nurani. Obesitas (kelebihan berat badan) adalah penyakit modern sebagai akibat lain dari tidak terkontrolnya urusan perut. 

5. Menjaga Kemaluan

Kendalikan sekuat daya dorongan melakukan apa-apa yang diharam kan oleh Allah SWT. Firman Allah-Nya:"Dan mereka yang selalu menjaga kemaluan mereka, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau apa-apa yang mereka miliki (daripada hamba jariah) maka mereka tidak tercela." (Al Mukminun:  5-6)

6.Menjaga Dua Tangan

Kendalikan kedua tangan dari melukai seseorang (kecuali dengan cara hak seperti berperang, atau melakukan balasan yang setimpal). Katakan “stop”, pada tangan, ketika akan bertindak sesuatu yang diharamkan, atau menyakiti makhluk Allah, atau menulis sesuatu yang diharamkan atau menyakiti perasaan orang lain.

7.Menjaga Dua Kaki

Memelihara kedua kaki dari berjalan ke tempat yang diharamkan atau berjalan menuju kelompok orang atau penguasa yang zalim tanpa ada alasan darurat karena sikap dan tindakan itu dianggap menghormati  kezaliman mereka, sedangkan Allah menyuruh kita berpaling dari orang yang zalim.

Firman Allah SWT. : "Dan jangan kamu cenderung hati kepada orang yang zalim, nanti kamu akan disentuh oleh api neraka." (Hud: 113)

Pintu-pintu bagi masuknya maksiat terbuka lebar pada ketujuh anggota tubuh di atas. Pun kunci-kuncinya ada dalam genggaman tangan kita untuk membendungnya. Jadi, semua kembali kepada manusianya. Tentu hamba Allah yang cerdik, adalah mereka yang  mempergunakan amanah tubuh untuk senantiasa berjalan di atas rel keridhaan-Nya.

Akhirul kalam, ada sebuah hadits Nabi mengatakan, “Barangsiapa meninggalkan maksiat terhadap Allah karena takut kepada Allah, maka ia akan mendapatkan keridhaan-Nya.” (Riwayat Abu Ya’li). Nah, bagaimana dengan kita?  [Ali Athwa/hidayatullah.com]
  /@cw

selengkapnya...

Antara Syiah, Barat dan Jihad Global: Dilema Masa Depan Arab


Tensi pergolakan makin panas di Timur Tengah, meski sebagian lain sudah berada pada fase pasca krisis tinggal menata hari depan. Tapi sejumlah berita yang berkembang di Timur Tengah akhir-akhir ini menegaskan bahwa Timur Tengah sedang memasuki era baru yang menjadi ajang perebutan tiga komponen kekuatan penting dunia.

Tiga kekuatan itu bukan semata mewakili kekuatan militer, tapi juga kekuatan ideologi dan massa. Masing-masing Syiah, Al-Qaeda dan Barat (yang di dalamnya termasuk Israel dan kroni-kroni penguasa yang belum tumbang). Ketiganya merupakan kekuatan yang paling potensial untuk mengendalikan Timur Tengah pasca krisis kelak. Oleh karenanya, menarik untuk menganalisa akan seperti apa Timur Tengah 10 atau 20 tahun kemudian.

Kita asumsikan pekerjaan menumbangkan rejim-rejim Arab akan selesai sebagian besarnya pada akhir 2011, atau maksimal tahun 2012. Apa yang akan terjadi sesudah itu?

Barat dan Israel

Barat dan Israel selalu dalam posisi mendukung siapapun rejim yang berkuasa di Timur Tengah sepanjang dua syarat terpenuhi; tidak mendukung terorisme dan kooperatif dalam menjual minyak kepada Barat. Mereka sejatinya tak meributkan soal sikap represif para rejim kepada rakyatnya. Kalaupun menyuarakan kecaman, tak lebih pemanis bibir sebagai basa-basi politik tingkat tinggi.

Barat sudah lama tahu sikap otoriter Husni Mubarak, Qadafi dan tiran lain kepad rakyatnya, tapi selama ini diam saja tak melakukan tindakan yang berarti. Barat pernah bermusuhan dengan rejim Muamar Qadafi semata karena ia memerintahkan pengeboman pesawat milik Barat di Lockerbie. Sama sekali tak ada hubungannya dengan kebrutalan rejimnya kepada rakyat.


Setelah Qadafi 'minta maaf' kepada Barat, Barat bisa berangkulan dengan Qadafi, seolah tak ada masalah sebelumnya. Wajar, karena Qadafi kooperatif dalam menjual sumber daya alamnya, dan lebih penting, sangat anti Al-Qaeda dan terorisme (baca: jihad).

Tapi ketika Qadafi mulai ditinggalkan rakyatnya dan tersudut, Barat tak segan mencampakkannya. Pola ini menjadi standar sikap Barat terhadap rejim manapun di Timur Tengah, bahkan dunia.

Intinya, Barat melihat potensi Timur Tengah dan Afrika Utara hanya dalam dua pertimbangan strategis; sejauh mana sumber daya alamnya bisa dimanfaatkan, dan sejauh mana jarak para penguasa dari gerakan terorisme, sebagai upaya melindungi Israel. Masalahnya, Barat yang dipimpin Amerika sedang dirundung masalah bertubi-tubi. Krisis ekonomi yang makin akut, dan kemerosotan moral tentaranya di semua front pertempuran (untuk tidak mengatakan kekalahan) membuat mereka memilih hati-hati dalam menyikapinya.

Artinya, pergolakan Timur Tengah ini sudah agak terlambat bagi Amerika dan Barat secara umum, karena mereka terlanjur terperosok di kubangan Afghanistan dan Iraq yang membuat mereka tak lagi bisa lincah bergerak. Dahulu ketika Amerika masih kuat, pergolakan semacam ini akan menjadi peluang emas, karena tak ada saingan. Tapi kini, pesaingnya sudah banyak.

Namun ini sama sekali tidak berarti Barat sudah lumpuh. Mereka masih kuat dan berbahaya, tapi tidak lagi menjadi pemain tunggal dalam memanfaatkan momentum pergolakan semacam ini, apalagi di kawasan sepenting Timur Tengah yang merupakan panggung utama pergolakan dunia.

Syiah, Ancaman Paling Nyata

Saat Husni Mubarak berkuasa, di balik kebengisannya kepada rakyat, ada manfaat geopolitik yang tak disadari, yakni kebenciannya kepada Iran. Sejak Iran sukses menumbangkan tiran Reza Pahlevi tahun 1979, dan haluan negara berobah menjadi Syiah tulen, Mesir tak pernah mengijinkan kapal Iran melintas di terusan Suez. Tapi setelah Mesir menumbangkan Husni Mubarak, untuk pertama kali terusan Suez dilintasi kapal perang Iran (http://www.eramuslim.com/berita/dunia/setelah-tak-ada-mubarak-akhirnya-kapal-iran-melintas-suez.htm)

Pergolakan di Bahrain juga meresahkan, di mana para demonstrannya adalah Syiah melawan rejim penguasa yang Sunni. Arab Saudi dalam posisi delematis, jika membiarkan rejim Bahrain ditumbangkan oleh demonstran Syiah, maknanya rejim Sunni yang notabene sahabat Saudi akan hilang. Jelas Saudi dalam bahaya, karena ancaman Syiah makin mendekat ke garis perbatasannya. Meski akan mengundang pandangan miring dari dunia internasional, Arab Saudi merasa perlu mengirimkan bala tentara secara langsung ke Bahrain, sebagai upaya membendung gerak maju Syiah. (http://www.eramuslim.com/berita/dunia/mengapa-saudi-melakukan-intervensi-ke-bahrain.htm) dan ( http://www.voa-islam.com/news/islamic-world/2011/03/15/13760/aksi-protes-makin-mengkhawatirkan-bahrain-datangkan-pasukan-asing/ )

Tak jauh beda Oman, Kuwait dan Yaman, yang semuanya menyimpan potensi penganut Syiah yang cukup besar. Jika pergolakan rakyat ini bisa dimainkan dengan baik oleh Iran, bukan mustahil Arab Saudi makin terdesak oleh gerak maju pengaruh Iran yang Syiah di kawasan. Sebelum pecah pergolakan saja, pemberontak Houtsi di Yaman sudah sangat merepotkan Saudi.

Belum lagi ditambah pergolakan dalam negeri Saudi, yang juga disulut oleh penganut Syiah yang asli berkewarga-negaraan Saudi. Mereka terkonsentrasi di kota-kota bagian timur Saudi, seperti Hufuf, Qatif dan Awamiya. Rejim Saudi yang berpaham Sunni sedang diguncang gerakan rakyat yang ditunggangi Syiah (http://hizbut-tahrir.or.id/2011/03/14/rakyat-saudi-tuntut-perubahan-%E2%80%9C20-maret%E2%80%9D-demo-besar/ ).

Perkembangan ini jika terus bergulir makin membesar, membuat Timur Tengah dalam ancaman bahaya yang nyata dari Syiah dan Iran. Memang, sejarah akan selalu berputar pada poros yang sama. Jika zaman dahulu terjadi persaingan laten antara bangsa Arab dengan bangsa Persia, kini sejarah itu berulang. Kini Arab diwakili Saudi dan Persia diwakili Iran. Dan Iran sejak dahulu selalu menjadi biang masalah, karena ditaqdirkan menjadi tanah yang subur untuk berkembangnya berbagai penyimpangan dan kedengkian. Tak heran dalam sejarah Persia, mereka yang paling sering berkawan dan saling tolong-menolong dengan bangsa Yahudi.

Iran saat ini sedang dalam masa keemasan dengan Syiahnya. Sejak berhenti berperang melawan Iraq tahun 80-an, praktis konsentrasinya hanya menyebarkan pengaruh melalui ajaran Syiah ke seluruh kawasan bahkan dunia. Bahkan Indonesia dijadikan obyek garapan serius. Tak kurang dari 300 siswa Indonesia tiap tahun digembleng dengan ajaran Syiah di Qum Iran dan kota lainnya untuk menjadi kader pejuang Syiah di bumi Indonesia. Mereka dikenal licik, karena tidak membawa Nabi baru, tapi hanya menggugat Sahabat Nabi. Namun inti dari ajarannya adalah menanamkan kebencian membara kepada Ahlus Sunnah wal Jamaah yang mayoritas di negeri ini.

Boleh dibilang, Iran lebih berpeluang memanfaatkan pergolakan Timur Tengah dibanding Barat, karena sejumlah faktor:

Iran negara kaya dengan uang minyak yang melimpah, hanya kalah dari Saudi.
Iran tak terlibat dalam peperangan dengan bangsa manapun, sehingga dana mereka utuh.
Iran punya kaki tangan di semua negara Timur Tengah dengan ajaran Syiahnya. Mereka bisa dimanfaatkan untuk membelokkan agenda reformasi, atau minimal mengurangi resistensi masyarakat Sunni terhadap ajaran Syiah.
Iran sangat dekat dengan tempat-tempat pergolakan di Timur Tengah, dan memiliki postur yang relatif sama, juga bisa berbahasa Arab. Mudah bagi mereka menyusup, apalagi ditunjang dengan aqidah Taqiyah, yang membolehkan berpura-pura Sunni untuk menggunting dalam lipatan.
Iran juga mandiri secara teknologi, yang bisa menjadi alternatif jika masyarakat Timur Tengah menolak Barat. Militernya juga kuat, bahkan mungkin terkuat di kawasan.
Iran juga konsisten bersandiwara dengan menampakkan permusuhan kepada Amerika dan Israel, yang membuat rakyat Timur Tengah sulit untuk mengabaikan Iran, misalnya dalam kasus pembelaan terhadap gaza.
Iran juga tak dipusingkan dengan Al-Qaeda, berbeda dengan Saudi atau Barat. Wajar, sebab Al-Qaeda hanya bisa beroperasi jika ada basis Sunni-nya, sementara Iran sedikit sekali penganut Sunninya. Artinya, kekuatan ekonomi dan militer Iran dalam keadaan stabil, tak ada gangguan lain yang berarti.

Dengan semua pertimbangan tersebut, maka dapat disimpulkan Iran dengan Syiahnya akan makin mengepakkan sayap ke sejumlah kawasan di Timur Tengah dan Afrika Utara untuk menancapkan hegemoninya. Era pergolakan dan buahnya kemudian berupa keterbukaan bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh Iran, saat negara Sunni lain di kawasan sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.

Misalnya Mesir, saat para aktifis Ikhwan sibuk bertarung melawan kaum sekuler dalam menentukan warna negaranya, Syiah dengan leluasa berdakwah di tengah masyarakat. Tak ada lagi undang-undang atau kekuasaan yang bisa melarangnya, karena eranya sudah terbuka. Dalam 10 atau 20 tahun ke depan, Iran tinggal menuai hasilnya. Demikian pula di negara-negara lain.

Iran vs Al-Qaeda dan Jihadis Global

Rangkaian ujian yang Allah berikan kepada umat Islam untuk menaikkan derajatnya ternyata datang bergiliran dengan sangat cepat. Ketika Al-Qaeda dan aktifis jihad global sedang diuji ketahanannya melawan super power dunia - Amerika - di beberapa tempat sekaligus, Syiah dengan dukungan Iran sudah siap menggeliat. Syiah dan Iran sudah siap menunggu untuk menjadi musuh berikutnya, pasca tumbangnya Amerika dan koalisi. Sekitar 10 atau 20 tahun ke depan, Iran dengan Syiahnya akan jauh lebih kuat dari sekarang. Kakinya berpijak di sejumlah kawasan dengan lebih kuat, wal 'iyadzu billah.

Umat Islam yang dipimpin Al-Qaeda, Taliban dan aktifis jihad global sedang "dilatih" oleh Allah untuk mempraktekkan ibadah jihad fi sabilillah, dengan cara diberi lawan tanding yang top power. Hal ini disebabkan pelaksanaan ibadah jihad berbeda dengan ibadah lain seperti shalat dan zakat. Jihad harus ada masuh untuk bisa dilaksanakan, sementara shalat cukup dengan menghadap kiblat dan menggelar sajadah.

Entah kepada, titik awal perkembangan jihad dan dan geliat Syiah ternyata bersamaan. Pada tahun 1979, para mullah Syiah berhasil memberangus rejim Reza Pahlevi dan mendirikan negara Syiah yang berdaulat. Pada tahun yang sama, Uni Sovyet menyerbu Afghanistan, yang mulai dilawan oleh mujahidin dengan modal awal tak lebih dari 6 pucuk senapan. Pada tahun 1991, alhamdulillah, Uni Sovyet bisa dikalahkan dengan ijin Allah, bahkan imperium itu pecah berkeping-keping, tinggal tersisa Rusia. Seolah kita diberi kesempatan adu cepat berlari dengan titik start yang sama; tahun 1979.

Setelah 30 tahun kemudian, Iran menjadi kekuatan yang diperhitungkan. Ia punya pengaruh luas di dunia Islam. Iraq sudah berada dalam kontrol Iran setelah ditinggal Amerika, meski tidak penuh. Jika Bahrain berhasil, akan bertambah lagi negara Syiah. Dan banyak lagi.

Sebaliknya, setelah 30 tahun pula, jihad global berhasil menancapkan pengaruh kuat di Afghanistan, sebagian Pakistan, Iraq (meski sebagian), Somalia, Chechnya, Kashmir, dan beberapa wilayah pergolakan bersenjata lain. Cepat atau lambat, pertarungan besar antara mujahidin global melawan Iran akan pecah. Sebab, pasca Amerika melemah, Timur Tengah harus dibersihkan dari Iran.

Perkembangan Iran sebetulnya bisa menjadi inspirasi bagi penguasa Saudi dan rejim lain. Ketika mereka khawatir oleh gerak maju Syiah, mitra terbaik untuk membendungnya adalah Al-Qaeda dan aktifis jihad global. Tapi sayang, rejim Saudi tak bisa lepas dari Amerika. Kelak mereka akan menyesal, karena mengambil mitra yang salah.

Intinya, sebetulnya Timur Tengah menghajatkan Al-Qaeda dan aktifis jihad global, tapi kadung gengsi karena merasa izzah itu masih di tangan Amerika. Padahal izzah sejatinya ada pada Allah dan Rasul-Nya dengan ibadah bernama jihad fi sabilillah. Mencari izzah kepada Amerika hanya akan mendapat kehinaan.

Peluang Jihad Global di Timur Tengah dan Afrika Utara

Gerakan jihad global dihadapkan pada peluang yang sulit. Libya sebetulnya sangat potensial untuk diisi dengan gerakan jihad fi sabilillah, tapi banyak aktifis jihad yang masih terkonsentrasi di Afghan, Somalia, Pakistan, Iraq, Cechnya dan lain-lain.

Oleh karenanya, yang bisa dilakukan minimal menyeru rakyat yang bergolak untuk membawa misi jihad fi sabilillah. Libya coraknya berbeda dengan Mesir. Mesir bergaya protes sipil murni, sementara Libya bercorak perlawanan bersenjata.

Itulah sebabnya, Barat sangat khawatir jika situasi dan kondisi ini dimanfaatkan Al-Qaeda untuk menyemai bibit perlawanan. Barat merasa perlu memastikan Libya tidak berubah menjadi medan jihad baru.

Rakyat Libya, sebaliknya, juga dalam dilema. Mereka dalam pilihan sulit. Jika meminta bantuan Barat untuk menumbangkan Qadafi, ini akan berbuntut hegemoni Barat terhadap Libya kelak. Tapi jika tidak minta bantuan, terbukti pasukan loyalis Qadafi masih kuat, dengan senjata yang lebih canggih.

Sementara jika menggandeng Al-Qaeda, akan diberangus Barat, dan Qadafi akan mendapat simpati dunia. Qadafi bisa dengan mudah memainkan kartu ini bahkan untuk mencari dukungan rakyat yang anti jihad. Di sisi lain, saat rakyat (umat islam) Libya melakukan perlawanan bersenjata kepada rejim Qadafi, mereka membutuhkan spirit yang bisa menggerakkan umat Islam. Dan tak ada spirit keberanian dan perlawanan kecuali jihad fi sabilillah, yang menjadi ciri khas Al-Qaeda. Apalagi Libya punya tokoh mujahid legendaris, Umar Mukhtar, maka sejatinya peluang jihadis global masih terbuka lebar.

Akankah Libya menjadi medan jihad baru? Wallahu a'lam!

Sumber: elhakimi /@cwi

selengkapnya...

Mengenal Imam Muslim

Kita semua tentu mengetahui bahwa sumber hukum utama dalam Islam adalah Al Qur’an dan hadits Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam. Tentang Al Qur’an, tentu tidak perlu diragukan lagi kebenaran dan keontetikannya. Namun berkaitan dengan hadits Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam, banyak sekali upaya dari musuh-musuh Islam serta orang-orang munafik yang ingin merancukan ajaran Islam dengan membuat hadits palsu, yaitu hadits yang diklaim sebagai ucapan Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam padahal sebenarnya bukan. Seperti Abdul Karim bin Abi Auja’, ia mengaku perbuatannya sebelum ia dihukum mati dengan berkata: “Demi Allah, aku telah memalsukan hadits sebanyak 4000 hadits. Saya halalkan yang haram dan saya haramkan yang halal”. Namun alhamdulillah, Allah Ta’ala menjaga kemurnian agama-Nya dengan memunculkan para ulama pakar hadits yang berupaya memisahkan hadits shahih dengan hadits lemah dan palsu. Dan upaya ini bukanlah pekerjaan yang mudah dan selesai dalam sekejap. Bahkan memerlukan penelitian yang panjang, ketelitian yang tajam, kecerdasan akal yang tinggi, hafalan yang kokoh, serta pemahaman yang mantap terhadap Al Qur’an dan hadits. Maka seorang muslim yang memahami hal ini sepatutnya ia menghargai dan bahkan kagum atas jasa para pakar hadits umat Islam yang telah memberikan kontribusi besar bagi agama ini.

Dan diantara para ulama pakar hadits yang telah diakui kemampuannya dan sangat besar jasanya, ada satu nama yang sudah cukup dikenal oleh kita semua yaitu Imam Muslim dengan kitab haditsnya yang terkenal yaitu Kitab Shahih Muslim. Kitab Shahih Muslim dikatakan oleh Imam An Nawawi sebagai salah satu kitab yang paling shahih -setelah Al Qur’an- yang pernah ada. Sampai-sampai ketika seseorang menuliskan hadits yang ada di kitab tersebut, atau dengan tanda pada akhir hadits berupa perkataan: “Hadits riwayat Muslim”, orang yang membaca merasa tidak perlu mengecek kembali atau meragukan keshahihan hadits tersebut. Subhanallah. Oleh karena itu, patutlah kita sebagai seorang muslim untuk mengenal lebih dalam sosok mulia di balik kitab tersebut, yaitu Imam Muslim, semoga Allah merahmati beliau.

Nasab dan Kelahiran Imam Muslim

Nama lengkap beliau adalah Abul Hasan Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Warad bin Kausyaz Al Qusyairi An Naisaburi. Al Qusyairi di sini merupakan nisbah terhadap nasab (silsilah keturunan) dan An Naisaburi merupakan nisbah terhadap tempat kelahiran beliau, yaitu kota Naisabur, bagian dari Persia yang sekarang manjadi bagian dari negara Rusia. Tentang Al Qusyairi, seorang pakar sejarah, ‘Izzuddin Ibnu Atsir, dalam kitab Al Lubab Fi Tahzibil Ansab (37/3) berkata: “Al Qusyairi adalah nisbah terhadap keturunan Qusyair bin Ka’ab bin Rabi’ah bin ‘Amir bin Sha’sha’ah, yang merupakan sebuah kabilah besar. Banyak para ulama yang menisbahkan diri padanya”.

Para ahli sejarah Islam berbeda pendapat mengenai waktu lahir dan wafat Imam Muslim. Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Taqribut Tahdzib (529), Ibnu Katsir dalam Al Bidayah Wan Nihayah (35-34/11), Al Khazraji dalam Khulashoh Tahdzibul Kamal mengatakan bahwa Imam Muslim dilahirkan pada tahun 204 H dan wafat pada tahun 261 H. Namun pendapat yang paling kuat adalah bahwa beliau dilahirkan pada tahun 206 H dan wafat pada tahun 261 H di Naisabur, sehingga usia beliau pada saat wafat adalah 55 tahun. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Abu Abdillah Al Hakim An Naisaburi dalam kitab Ulama Al Amshar, juga disetujui An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim (123/1).

Perjalanan Imam Muslim Dalam Belajar Hadits

Imam Muslim tumbuh sebagai remaja yang giat belajar agama. Bahkan saat usianya masih sangat muda beliau sudah menekuni ilmu hadits. Dalam kitab Siyar ‘Alamin Nubala (558/12), pakar hadits dan sejarah, Adz Dzahabi, menuturkan bahwa Imam Muslim mulai belajar hadits sejak tahun 218 H. Berarti usia beliau ketika itu adalah 12 tahun. Beliau melanglang buana ke beberapa Negara dalam rangka menuntut ilmu hadits dari mulai Irak, kemudian ke Hijaz, Syam, Mesir dan negara lainnya. Dalam Tahdzibut Tahdzib diceritakan bahwa Imam Muslim paling banyak mendapatkan ilmu tentang hadits dari 10 orang guru yaitu:

Abu Bakar bin Abi Syaibah, beliau belajar 1540 hadits.
Abu Khaitsamah Zuhair bin Harab, beliau belajar 1281 hadits.
Muhammad Ibnul Mutsanna yang dijuluki Az Zaman, beliau belajar 772 hadits.
Qutaibah bin Sa’id, beliau belajar 668 hadits.
Muhammad bin Abdillah bin Numair, beliau belajar 573 hadits.
Abu Kuraib Muhammad Ibnul ‘Ila, beliau belajar 556 hadits.
Muhammad bin Basyar Al Muqallab yang dijuluki Bundaar, beliau belajar 460 hadits.
Muhammad bin Raafi’ An Naisaburi, beliau belajar 362 hadits.
Muhammad bin Hatim Al Muqallab yang dijuluki As Samin, beliau belajar 300 hadits.
‘Ali bin Hajar As Sa’di, beliau belajar 188 hadits.
Sembilan dari sepuluh nama guru Imam Muslim tersebut, juga merupakan guru Imam Al Bukhari dalam mengambil hadits, karena Muhammad bin Hatim tidak termasuk. Perlu diketahui, Imam Muslim pun sempat berguru ilmu hadits kepada Imam Al Bukhari. Ibnu Shalah dalam kitab Ulumul Hadits berkata: “Imam Muslim memang belajar pada Imam Bukhari dan banyak mendapatkan faedah ilmu darinya. Namun banyak guru dari Imam Muslim yang juga merupakan guru dari Imam Bukhari”. Hal inilah yang menjadi salah satu sebab Imam Muslim tidak meriwayatkan hadits dari Imam Al Bukhari.

Ada Apa Antara Al Bukhari dan Muslim?

Imam Al Bukhari adalah salah satu guru dari Imam Muslim yang paling menonjol. Dari beliau, Imam Muslim mendapatkan banyak pengetahuan tentang ilmu hadits serta metodologi dalam memeriksa keshahihan hadits. Al Hafidz Abu Bakar Al Khatib Al Baghdadi dalam kitabnya Tarikh Al Baghdadi sampai menceritakan: “Muslim telah mengikuti jejak Al Bukhari, mengembangkan ilmunya dan mengikuti metodologinya. Ketika Al Bukhari datang ke Naisabur di masa akhir hidupnya. Imam Muslim belajar dengan intens kepadanya dan selalu membersamainya”. Hubungan beliau berdua pun dijelaskan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar dalam Syarah Nukhbatul Fikr, beliau berkata: “Para ulama bersepakat bahwa Al Bukhari lebih utama dari Muslim, dan Al Bukhari lebih dikenal kemampuannya dalam pembelaan hadits. Karena Muslim adalah murid dan hasil didikan Al Bukhari. Muslim banyak mengambil ilmu dari Al Bukhari dan mengikuti jejaknya, sampai-sampai Ad Daruquthni berkata: ‘Seandainya tidak ada Al Bukhari, niscaya tidak ada Muslim’ ”.

Lalu apa yang menyebabkan Imam Muslim tidak meriwayatkan hadits dari Imam Bukhari? Sehingga dalam Shahih Muslim tidak ada hadits yang sanadnya dimulai dengan “ ‘An Al Bukhari…(Diriwayatkan dari Al Bukhari)”. Dijawab oleh Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahullah, beliau menuturkan: “Walau Imam Muslim merupakan murid dari Imam Al Bukhari dan Imam Muslim mendapatkan banyak ilmu dari beliau, Imam Muslim tidak meriwayatkan satu pun hadits dari Imam Al Bukhari. Wallahu Ta’ala A’lam, ini dikarenakan oleh dua hal:

Imam Muslim menginginkan uluwul isnad (sanad yang tinggi derajatnya). Imam Muslim memiliki banyak guru yang sama dengan guru Imam Al Bukhari. Jika Imam Muslim meriwayatkan dari Al Bukhari, maka sanad akan bertambah panjang karena bertambah satu orang rawi yaitu (Al Bukhari). Imam Muslim menginginkan uluwul isnad dan sanad yang dekat jalurnya dengan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sehingga beliau meriwayatkan langsung dari guru-gurunya yang juga menjadi guru Imam Al Bukhari
Imam Muslim merasa prihatin dengan sebagian ulama yang mencampur-adukkan hadits-hadits lemah dengan hadits-hadits shahih tanpa membedakannya. Maka beliau pun mengerahkan daya upaya untuk memisahkan hadits shahih dengan yang lain, sebagaimana beliau utarakan di Muqaddimah Shahih Muslim. Jika demikian, maka sebagian hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhari telah dianggap cukup dan tidak perlu diulang lagi. Karena Al Bukhari juga sangat perhatian dalam mengumpulkan hadits-hadits shahih dengan ketelitian yang tajam dan pengecekan yang berulang-ulang”
Murid-Murid Imam Muslim

Banyak ulama besar yang merupakan murid dari Imam Muslim dalam ilmu hadits, sebagaimana di ceritakan dalam Tahdzibut Tahdzib. Diantaranya adalah Abu Hatim Ar Razi, Abul Fadhl Ahmad bin Salamah, Ibrahim bin Abi Thalib, Abu ‘Amr Al Khoffaf, Husain bin Muhammad Al Qabani, Abu ‘Amr Ahmad Ibnul Mubarak Al Mustamli, Al Hafidz Shalih bin Muhammad, ‘Ali bin Hasan Al Hilali, Muhammad bin Abdil Wahhab Al Faraa’, Ali Ibnul Husain Ibnul Junaid, Ibnu Khuzaimah, dll.

Selain itu, sebagian ulama memasukkan Abu ‘Isa Muhammad At Tirmidzi dalam jajaran murid Imam Muslim, karena terdapat sebuah hadits dalam Sunan At Tirmidzi:

حدثنا مسلم بن حجاج حدثنا يحي بن يحي حدثنا أبو معاوية عن محمد بن عمرو عن أبي سلمة عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:” أحصوا هلال شعبان لرمضان”

Muslim bin Hajjaj menuturkan kepada kami: Yahya bin Yahya menuturkan kepada kami: Abu Mu’awiyah menuturkan kepada kami: Dari Muhammad bin ‘Amr: Dari Abu Salamah: Dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Untuk menentukan datangnya Ramadhan, hitunglah hilal bulan Sya’ban”.

Dalam hadits tersebut nampak bahwa At Tirmidzi meriwayatkan dari Imam Muslim. Terdapat penjelasan Al Iraqi dalam Tuhfatul Ahwadzi Bi Syarhi Jami’ At Tirmidzi: “At Tirmidzi tidak pernah meriwayatkan hadits dari Muslim kecuali hadits ini. Karena mereka berdua memiliki guru-guru yang sama sebagian besarnya”.

Karya Tulis Imam Muslim

Imam An Nawawi menceritakan dalam Tahdzibul Asma Wal Lughat bahwa Imam Muslim memiliki banyak karya tulis, diantaranya:

Kitab Shahih Muslim (sudah dicetak)
Kitab Al Musnad Al Kabir ‘Ala Asma Ar Rijal
Kitab Jami’ Al Kabir ‘Ala Al Abwab
4. Kitab Al ‘Ilal
Kitab Auhamul Muhadditsin
Kitab At Tamyiz (sudah dicetak)
Kitab Man Laisa Lahu Illa Rawin Wahidin
Kitab Thabaqat At Tabi’in (sudah dicetak)
Kitab Al Muhadramain
Kemudian Adz Dzahabi pun menambahkan dalam Tahdzibut Tahdzib bahwa Imam Muslim juga memiliki karya tulis lain yaitu:

Kitab Al Asma Wal Kuna (sudah dicetak)
Kitab Al Afrad
Kitab Al Aqran
Kitab Sualaat Ahmad bin Hambal
Kitab Hadits ‘Amr bin Syu’aib
Kitab Al Intifa’ bi Uhubis Siba’
Kitab Masyaikh Malik
Kitab Masyaikh Ats Tsauri
Kitab Masyaikh Syu’bah
Kitab Aulad Ash Shahabah
Kitab Afrad Asy Syamiyyin
Mata Pencaharian Imam Muslim

Imam Muslim termasuk diantara para ulama yang menghidupi diri dengan berdagang. Beliau adalah seorang pedagang pakaian yang sukses. Meski demikian, beliau tetap dikenal sebagai sosok yang dermawan. Beliau juga memiliki sawah-sawah di daerah Ustu yang menjadi sumber penghasilan keduanya. Tentang mata pencaharian beliau diceritakan oleh Al Hakim dalam Siyar ‘Alamin Nubala (570/12): “Tempat Imam Muslim berdagang adalah Khan Mahmasy. Dan mata pencahariannya beliau di dapat dari usahanya di Ustu[1]”. Dalam Tahdzibut Tahdzib hal ini pula diceritakan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Farra: “Muslim Ibnul Hajjaj adalah salah satu ulama besar…. Dan ia adalah seorang pedagang pakaian”. Dalam kitab Al ‘Ubar fi Khabar min Ghabar (29/2) terdapat penjelasan: “Imam Muslim adalah seorang pedagang. Dan ia terkenal sebagai dermawan di Naisabur. Ia memiliki banyak budak dan harta”.

Karakter Fisik Imam Muslim

Terdapat beberapa riwayat yang menceritakan karakter fisik Imam Muslim. Dalam Siyar ‘Alamin Nubala (566/12) terdapat riwayat dari Abu Abdirrahman As Salami, ia berkata: “Aku melihat seorang syaikh yang tampan wajahnya. Ia memakai rida[2] yang bagus. Ia memakai imamah[3] yang dijulurkan di kedua pundaknya. Lalu ada orang yang mengatakan: ‘Ini Muslim’ ”. Juga diceritakan dari Siyar ‘Alamin Nubala (570/12), bahwa Al Hakim mendengar ayahnya berkata: “Aku pernah melihat Muslim Ibnul Hajjaj sedang bercakap-cakap di Khan Mahmasy. Ia memiliki perawakan yang sempurna dan kepalanya putih. Janggutnya memanjang ke bawah di sisi imamah-nya yang terjulur di kedua pundaknya”.

Aqidah Imam Muslim

Imam Muslim adalah ulama besar yang memiliki aqidah ahlussunnah, sebagaimana aqidah generasi salafus shalih. Dengan kata lain Imam Muslim adalah seorang salafy. Aqidah beliau ini nampak pada beberapa hal:

Perkataan Imam Muslim di muqaddimah Shahih Muslim (6/1) : “Ketahuilah wahai pembaca, semoga Allah memberi anda taufik, wajib bagi setiap orang untuk membedakan hadits shahih dengan hadits yang lemah. Juga wajib mengetahui tingkat kejujuran rawi, yang sebagian mereka diragukan kredibilitasnya. Tidak boleh mengambil riwayat kecuali dari orang yang diketahui bagus kredibilitasnya dan hafalannya. Serta patut untuk berhati-hati dari orang-orang yang buruk kredibilitasnya, yang berasal dari tokoh kesesatan dan ahli bid’ah”. Diceritakan pula di dalam Syiar ‘Alamin Nubala (568/12) bahwa Al Makki berkata: “Aku bertanya kepada Muslim tentang Ali bin Ju’d. Muslim berkata: ‘Ia tsiqah, namun ia berpemahaman Jahmiyyah’”. Hal ini menunjukkan Imam Muslim sangat membenci paham sesat dan bid’ah semisal paham Jahmiyyah, serta tidak mengambil riwayat dari tokoh-tokohnya. Dan demikianlah aqidah ahlussunnah.
Imam Muslim memulai kitab Shahih Muslim dengan Bab Iman, dan dalam bab tersebut beliau memasukkan hadits-hadits yang menetapkan aqidah Ahlussunnah dalam banyak permasalahan, seperti hadits-hadits yang membantah Qadariyyah, Murji’ah, Khawarij, Jahmiyyah, dan semacam mereka, beliau juga ber-hujjah dengan hadits ahad, terdapat juga bab khusus yang berisi hadits-hadits tentang takdir.
Judul-judul bab pada Shahih Muslim seluruhnya sejalan dengan manhaj Ahlussunnah dan merupakan bencana bagi ahlul bid’ah.
Abu Utsman Ash Shabuni dalam kitabnya, I’tiqad Ahlissunnah Wa Ash-habil Hadits halaman 121 – 123, yaitu diakhir-akhir kitabnya, beliau menyebutkan nama-nama imam Ahlussunnah Wal Jama’ah dan beliau menyebutkan di antaranya Imam Muslim Ibnul Hajjaj.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitab Dar’u Ta’arudh il ‘Aql Wan Naql (36/7) berkata: “Para tokoh filsafat dan ahli bid’ah, pengetahuan mereka tentang hadits Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam serta atsar para sahabat dan tabi’in sangatlah sedikit. Sebab jika memang diantara mereka ada orang yang memahami sunah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam serta atsar para sahabat dan tabi’in serta tidak berprasangka baik pada hal-hal yang menentang sunah, tentulah ia tidak akan bergabung bersama mereka, seperti sikap yang ditempuh para ahlul hadits. Lebih lagi jika ia mengetahui rusaknya pemahaman filsafat dan bid’ah tersebut, sebagaimana para imam Ahlussunnah mengetahuinya. Dan biasanya kerusakan pemahaman mereka tersebut tidak diketahui selain oleh para imam sunah seperti Malik (kemudian disebutkan nama-nama beberapa imam)… dan juga Muslim Ibnul Hajjaj An Naisaburi, dan para imam yang lainnya, tidak ada yang dapat menghitung jumlahnya kecuali Allah, merekalah pewaris para nabi dan penerus tugas Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam”
Adz Dzahabi dalam kitab Al ‘Uluw (1184/2) menyebutkan: “Diantara deretan ulama yang berkeyakinan tidak bolehnya menta’wilkan sifat-sifat Allah dan mereka beriman dengan sifat Al ‘Uluw di masa itu adalah (disebutkan nama-nama beberapa ulama)… dan juga Al Imam Al Hujjah Muslim Ibnul Hajjaj Al Qusyairi yang menulis kitab Shahih Muslim.”
Al ‘Allamah Muhammad As Safarini dalam kitab Lawami’ul Anwaril Bahiyyah Wa Sawati’ul Asrar Al Atsariyyah (22/1) ketika menyebutkan nama-nama para ulama ahlussunnah ia menyebutkan: “…Muslim, Abu Dawud, ….”. Kemudian beliau berkata: “dan yang lainnya, mereka semua memiliki aqidah yang sama yaitu aqidah salafiyyah atsariyyah”.
Dalam Majmu’ Fatawa (39/20) diceritakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ditanya seseorang: “Apakah Al Bukhari, Muslim, … (disebutkan beberapa nama ulama) termasuk ulama mujtahidin yang tidak taklid ataukah mereka termasuk orang-orang yang taklid pada imam tertentu? Apakah diantara mereka ada yang menisbatkan diri kepada mazhab Hanafi?”. Syaikhul Islam menjawab panjang lebar, dan pada akhir jawabannya beliau berkata: “Mereka semua adalah para pengagung sunnah dan pengagung hadits”.
Lebih menegaskan beberapa bukti diatas, bahwa Imam Muslim adalah hasil didikan dari para ulama Ahlussunnah seperti Imam Ahmad, Ishaq bin Rahawaih, Imam Al Bukhari, Abu Zur’ah, dan yang lainnya. Dan telah diketahui bagaimana peran mereka dalam memperjuangkan sunah, dan sikap keras mereka terhadap ahli bid’ah, sampai-sampai ahli bi’dah tidak mendapat tempat di majelis-majelis mereka.
Mazhab Fiqih Imam Muslim

Jika kita memperhatikan nama-nama kitab yang ditulis oleh Imam Muslim, hampir semuanya membahas seputar ilmu hadits dan cabang-cabangnya. Hal ini juga ditemukan pada kebanyakan ulama ahli hadits yang lain di zaman tersebut. Akibatnya, kita tidak dapat mengetahui dengan jelas mazhab fiqih mana yang mereka adopsi. Padahal kita semua tahu bahwa Imam Muslim dan para ulama hadits di zamannya juga sekaligus merupakan ulama besar dalam bidang fiqih, sebagaimana Al Bukhari dan Imam Ahmad. Dan jika kita memperhatikan kitab Shahih Muslim, bagaimana metode Imam Muslim membela hadits, bagaimana penyusunan urutan pembahasan yang beliau buat, memberikan isyarat bahwa beliau pun seorang ahli fiqih yang memahami perselisihan fiqih diantara para ulama. Oleh karena itulah Al Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab At Taqrib (529) mengatakan: “Muslim bin Hajjaj adalah ahli fiqih”.

Namun ada beberapa pendapat tentang mazhab fiqih Imam Muslim. Di antaranya sebagaimana diutarakan Haji Khalifah dalam kitab Kasyfuz Zhunun (555/1) ketika menyebut nama Imam Muslim: “Muslim Ibnul Hajjah Al Qusyairi An Naisaburi Asy Syafi’i”. Shiddiq Hasan Khan juga mengamini hal tersebut dalam kitabnya Al Hithah (198). Namun pendapat ini perlu diteliti ulang. Karena terdapat beberapa indikasi yang dijadikan dasar oleh sebagian ulama untuk mengatakan bahwa Imam Muslim bermazhab Hambali. Diantara, indikasi tersebut misalnya Imam Muslim memiliki kitab yang berjudul Sualaat Ahmad bin Hambal. Selain itu Imam Muslim pun berguru pada Imam Ahmad dan mengambil hadits darinya. Diceritakan dalam Thabaqat Al Hanabilah (413/2) bahwa Imam Muslim juga memuji Imam Ahmad dengan mengatakan: “Imam Ahmad adalah salah satu ulama Huffadzul Atsar (punggawa ilmu hadits)”. Namun semua bukti ini juga tidak menunjukkan dengan pasti bahwa beliau berpegang pada mahzab Hambali.

Pendapat yang benar adalah bahwa Imam Muslim berpegang pada mahzab Ahlul Hadits dan tidak taklid pada salah satu imam mazhab. Sebagaimana diterangkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di Majmu’ Fatawa (39/20): “Adapun Al Bukhari dan Abu Dawud, mereka berdua adalah imam mujtahid dalam fiqih. Sedangkan Muslim, At Tirmidzi, An Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Abu Ya’la, Al Bazzar dan yang semisal mereka, semuanya berpegang pada mahzab Ahlul Hadits dan tidak taklid terhadap salah satu imam mahzab. Mereka juga tidak termasuk imam mujtahid dalam fiqih secara mutlak. Namun terkadang dalam fiqih mereka memiliki kecenderungan untuk mengambil pendapat ulama Ahlul Hadits seperti Asy Syafi’i, Ahmad, Ishaq, Abu ‘Ubaid, dan yang semisal mereka”

Pujian Para Ulama

Kedudukan Imam Muslim diantara pada ulama Islam tergambar dari banyaknya pujian yang dilontarkan kepada beliau. Pujian datang dari guru-gurunya, orang-orang terdekatnya, murid-muridnya juga para ulama yang hidup sesudahnya. Dalam Tarikh Dimasyqi (89/58), diceritakan bahwa Muhammad bin Basyar, salah satu guru Imam Muslim, berkata: “Ada empat orang yang hafalan hadits-nya paling hebat di dunia ini: Abu Zur’ah dari Ray, Muslim Ibnul Hajjaj dari Naisabur, Abdullah bin Abdirrahman Ad Darimi dari Samarkand, dan Muhammad bin Ismail dari Bukhara”.

Ahmad bin Salamah dalam Tarikh Baghdad (102-103/13) berkata: “Aku melihat Abu Zur’ah dan Abu Hatim Ar Razi mengutamakan pendapat Muslim dalam mengenali keshahihan hadits dibanding para masyaikh lain di masa mereka hidup”.

Diceritakan dalam Tarikh Dimasyqi (89/58), Ishaq bin Mansur Al Kausaz berkata kepada Imam Muslim: “Kami tidak akan kehilangan kebaikan selama Allah masih menghidupkan engkau di kalangan muslimin”.

Dalam Tadzkiratul Huffadz, Adz Dzahabi juga memuji Imam Muslim dengan sebutan: “Muslim Ibnul Hajjaj Al Imam Al Hafidz Hujjatul Islam”.

Imam An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim berkata: “Para ulama sepakat tentang keagungan Imam Muslim, keimamannya, peran besarnya dalam ilmu hadits, kepandaiannya dalam menyusun kitab ini, keutamaannya dan kekuatan hujjah-nya”.

Wafatnya Imam Muslim

Diceritakan oleh Ibnu Shalah dalam kitab Shiyanatu Muslim (1216) bahwa wafatnya Imam Muslim disebabkan hal yang tidak biasa, yaitu dikarenakan kelelahan pikiran dalam menelaah ilmu. Kemudian disebutkan kisah wafatnya dari riwayat Ahmad bin Salamah: “Abul Husain Muslim ketika itu mengadakan majelis untuk mengulang hafalan hadits. Lalu disebutkan kepadanya sebuah hadits yang ia tidak ketahui. Maka beliau pun pergi menuju rumahnya dan langsung menyalakan lampu. Beliau berkata pada orang yang berada di dalam rumah: ‘Sungguh, jangan biarkan orang masuk ke rumah ini’. Kemudian ada yang berkata kepadanya: ‘Maukah engkau kami hadiahkan sekeranjang kurma?’. Beliau menjawab: ‘(Ya) Berikan kurma-kurma itu kepadaku’. Kurma pun diberikan. Saat itu ia sedang mencari sebuah hadits. Beliau pun mengambil kurma satu persatu lalu mengunyahnya. Pagi pun datang dan kurma telah habis, dan beliau menemukan hadits yang dicari”. Al Hakim mengatakan bahwa terdapat tambahan tsiqah pada riwayat ini yaitu: “Sejak itu Imam Muslim sakit kemudian wafat”. Riwayat ini terdapat pada kitab Tarikh Baghdadi (103/13), Tarikh Dimasyqi (94/58), dan Tahdzibul Kamal (506/27). Beliau wafat pada waktu di hari Ahad, dan dimakamkan pada hari Senin, 5 Rajab 261 H.

Semoga Allah senantiasa merahmati beliau. Namanya begitu harum mewangi hingga hari ini, sungguh ini merupakan buah dari perjuangan berat nan mulia. Semoga Allah menerima amal beliau yang mulia dan membalasnya dengan yang lebih baik di hari dimana tidak ada pertolongan kecuali pertolongan Allah.

Kita memohon kepada Allah agar ditengah-tengah kaum muslimin dimunculkan orang semisal beliau, yang memiliki perhatian besar dan semangat tinggi untuk menjaga agama Allah dan menyebarkannya di tengah kaum muslimin. Mudah-mudahan Allah mengumpulkan kita bersama beliau di Jannah-Nya kelak.

[Disarikan dari kitab At Ta’rif Bil Imam Muslim Wa Kitabihi Ash Shahih karya Syaikh Abdurrahman bin Shalih As Sudais, dan artikel dari Majalah Universitas Islam Madinah yang berjudul Al Imam Muslim Wa Shahihuhu, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abbad, dengan beberapa tambahan]

Penulis: Yulian Purnama

Artikel www.muslim.or.id

[1] Ustu adalah nama tempat di pinggiran Naisabur (Lihat Mu’jamul Buldan, 175/1)
[2] Rida adalah kain selendang yang lebar, yang dipakai untuk menutupi bagian atas tubuh.

[3] Kain yang biasa dipakai laki-laki untuk menutupi kepala, semacam sorban /@cwi
sumber; muslim.or.id

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |