Shalihah di Tengah Modernitas

Kamu kelihatan cantik dan seksi deh,” komentar Anto pada Nila di sebuah kafe. Dalam sekejap pipi si gadis tersipu-sipu merah. “Ah kamu bisa aja.” Denger rayuan sedemikian rupa, perempuan mana yang ga klepek-klepek hatinya. Ga kuku atuh kang. By the way, di lain tempat, seorang cowok ngeledekin dandanan ceweknya yang bakal bareng ama dia jalan-jalan. “Dandananmu kok ga matching ya? Pake make up apa tuh.” Aaagh, ibarat mau keserempet bajaj, si cewek ngerasa kudu renovasi total neh. Dari kostum, make up, sepatu, tas, pokoknya dijamin harus beda deh! Gals, komentar dua cowok di atas udah ngasih gambaran ama kita, kalo budaya barat telah berhasil nyeting image baru kecantikan dan kepribadian. Gadis modern adalah yang modis, cantik, menarik, trendy, wangi dan cerdas. Perempuan, pada pandangan pertama bakal dinilai dari penampilan fisiknya. Se-oke apapun kualitas personalnya, skill, kecerdasan, talenta, perilaku dan akhlak, tetap saja poin kecantikan lebih tinggi dari yang lain. Ya nggak??? Gals, ga bisa dipungkiri, standar cantik dan menarik udah jadi ukuran masyarakat umum, untuk nentuin nilai sesosok wanita. Seakan- akan, cantik menentukan tinggi rendahnya derajat kaum hawa. Daya tarik fisik identik ama pribadi seseorang. Ini semua udah jadi contoh, ga cuma di kalangan artis. Bahkan anak sekolah, mahasiswa, sampe buruh pabrik, hingga pembantu rumah tangga. Mereka semua ngikut standar gaya hidup yang katanya “ modern” ini (aduh, sedih rasanya). Ga peduli kaya atau miskin, suku, agama dan bahasa. Semuanya berlomba-lomba jadi ranking satu, khususon berwajah cakep dan berbodi aduhai. Bak gayung bersambut, ini semua dibarengi dengan gempuran tanpa henti, promosi berbagai kosmetik dan fashion. Bagai sayur dan garam yang klop, sekolah kepribadian-pun banyak bermunculan. Di dalamnya si cewek diajari cara memandang dan bahasa tubuh. Konon, tujuannya agar memiliki kepribadian yang unggul. Tapi sayang, faktor akhlak, nilai etika dan moral, kecerdasan otak, apalagi agama menjadi faktor kesekian. Parah tuh neng!!! Nah gals, apa memang muslimah yang berpenampilan eye catching adalah nilai plus yang hakiki di benak cewek? Beneran nih? Yuk kita teliti lagi, apa nilai lebih itu memang kudu kita cari? Ehm.., penampilan diri sebatas berpijak pada keindahan, kebersihan, keselarasan dan tentu kehalalan, ga dilarang kok dalam Islam. Suer..., ga dilarang. Allah menyukai segala sesuatu yang indah, bersih dan rapi. “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan. ” (HR. Muslim). Rasulullah juga bersabda: “ Bersihkan dengan segala apa yang kamu bisa, karena Allah telah mendirikan Islam ini diatas kebersihan, dan tak akan masuk surga melainkan orang-orang yang bersih.” Tuh kan, yang jarang mandi...ayo cepet mandi... Gals, memakai pakaian layak, bagus, bergaya dan rapi, itu semua ga dilarang. Asal sesuai aturan Islam lho. Jangan sampe deh kita sebagai muslimah jadi orang yang amit-amit joroknya. Ihh..ga keren. By the way gals, ngebahas tren barat, ga berarti semua dari barat ditolak. Agar bisa milih dan milah tren barat yang sesuai syariat Islam, kita perlu memahami beberapa hal lho gals! Attention please…, nah, kalo yang ada tuh berupa ide-ide nyleneh, semisal gay ama lesbi, HAM, kebebasan berpakaian seksi, dan bebas goyang dombret, pastinya ga boleh kita terima, apalagi kita ikuti. So, soal pakaian, sekali lagi, kudu sesuai ama aturan Islam. Yup, pastinya udah tahu jawabnya, kita kudu pake jilbab dan kerudung kan… Nah, soal kosmetik yang mayoritas bukan dari timur. Kudu kita jamin, kalo bahan dan model perawatan kulit, ga kecampur ama zat yang haram, semisal enzimnya babi, plasenta (tali pusar) hingga remukan tulangnya bayi..hiii ngeri. Jadi, ati-ati lho, klo beli kosmetik, bedak dan sejenisnya, kudu kita periksa bahan- bahannya. Ga cuma harus aman, tapi juga kudu halal. Iya kan... Nah, selain tentang dua hal di atas, kita juga harus ngerti gimana sih hukumnya benda- benda hasil kemajuan teknologi. Soal benda- benda hasil perkembangan iptek, seperti hairdryer, maskara, dll, monggo keso dipake. Ga haram kok. Asal kita makenya untuk tujuan yang bener gitu…Gampangannya, ga boleh ya hairdryer dipake nimpuk kepala temenmu. hehe. Jadi gals jelas kan, mana yang kudu kita pilih dan mana yang harus dihindari. Kita pasti bisa kok, asal kita mau untuk belajar. Belajar apa? Belajar Islam tentunya. Supaya kita ga gampang dikibuli dan punya pegangan hidup. Gals, walau sekarang budaya barat lagi merajalela, jati diri muslimah kita harus tetep dipegang teguh. Karena cuma itulah yang bisa ngebawa kita menuju jannah-Nya. Siapa sih yang ga pengen masuk surga? Allah SWT berfirman, “Hai orang- orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul ( Nabi) dan Ulul Amri diantara kami. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatum, maka kembalilah ia kepada Allah (Al Qur’an dan Rasul (sunnahnya)), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama ( bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(TQS. An Nisa : 59). Nah, moga ayat tadi bisa jadi motivasi buat kita yang selalu ingin mulia di hadapan-Nya. Taat pada aturan Allah di masa sekarang memang ga mudah. Tapi bukan berarti ga mungkin. Insya Allah, kalo kita punya tekad, kita bisa kok tetep tegar di bawah naungan Islam. Bahkan, mungkin aja kita bisa menjadikan Islam kembali bercahaya dengan syariah-Nya. Amin (Rh)

/@cwi

selengkapnya...

Perjalanan Rasulullah SAW ke Surga



Bersama Dua Tamunya Di suatu pagi hari, Rasulullah SAW bercerita kepada para sahabatnya, bahwa semalam beliau didatangi dua orang tamu. Dua tamu itu mengajak Rasulullah untuk pergi ke suatu negeri, dan Rasul menerima ajakan mereka. Akhirnya mereka pun pergi bertiga. Ketika dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang yang tengah berbaring.
Tiba-tiba di dekat kepala orang itu ada orang lain yang berdiri dengan membawa sebongkah batu besar. Orang yang membawa batu besar itu dengan serta merta melemparkan batu tadi ke atas kepala orang yang sedang berbaring, maka remuklah kepalanya dan menggelindinglah batu yang dilempar tadi. Kemudian orang yang melempar batu itu berusaha memungut kembali batu tersebut. Tapi dia tidak bisa meraihnya hingga kepala yang remuk tadi kembali utuh seperti semula. Setelah batu dapat diraihnya, orang itu kembali melemparkan batu tersebut ke orang yang sedang berbaring tadi, begitu seterusnya ia melakukan hal yang serupa seperti semula. Melihat kejadian itu, Rasulullah bertanya kepada dua orang tamu yang mengajaknya, “ Maha Suci Allah, apa ini?” “Sudahlah, lanjutkan perjalanan!” jawab keduanya. Maka mereka pun pergi melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang lagi. Orang tersebut sedang terlentang dan di sebelahnya ada orang lain yang berdiri dengan membawa gergaji dari besi. Tiba-tiba digergajinya salah satu sisi wajah orang yang sedang terlentang itu hingga mulut, tenggorokan, mata, sampai tengkuknya. Kemudian si penggergaji pindah ke sisi yang lain dan melakukan hal yang sama pada sisi muka yang pertama. Orang yang menggergaji ini tidak akan pindah ke sisi wajah lainnya hingga sisi wajah si terlentang tersebut sudah kembali seperti sediakala. Jika dia pindah ke sisi wajah lainnya, dia akan menggergaji wajah si terletang itu seperti semula. Begitu seterusnya dia melakukan hal tersebut berulang-ulang. Rasulullah pun bertanya, “Subhanallah, apa pula ini?” Kedua tamunya menjawab, “Sudah, menjauhlah! ” Maka mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Selanjutnya mereka mendatangi sesuatu seperti sebuah tungku api, atasnya sempit sedangkan bagian bawahnya besar, dan menyala-nyala api dari bawahnya. Di dalamnya penuh dengan jeritan dan suara-suara hiruk pikuk. Mereka pun melongoknya, ternyata di dalamnya terdapat para lelaki dan wanita dalam keadaan telanjang. Dan dari bawah ada luapan api yang melalap tubuh mereka. Jika api membumbung tinggi mereka pun naik ke atas, dan jika api meredup mereka kembali ke bawah. Jika api datang melalap, maka mereka pun terpanggang. Rasulullah kembali bertanya, “Siapa mereka?” Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!” Akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka mendatangi sebuah sungai, sungai yang merah bagai darah. Ternyata di dalam sungai tadi ada seseorang yang sedang berenang, sedangkan di tepi sungainya telah berdiri seseorang yang telah mengumpulkan bebatuan banyak sekali. Setiap kali orang yang berenang itu hendak berhenti dan ingin keluar dari sungai, maka orang yang ditepi sungai mendatangi orang yang berenang itu dan menjejali mulutnya sampai ia pun berenang kembali. Setiap kali si perenang kembali mau berhenti, orang yang di tepi sungai kembali menjejali mulut si perenang dengan bebatuan hingga dia kembali ke tengah sungai. Rasulullah pun bertanya, “Apa yang dilakukan orang ini?!” “Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya. Maka mereka pun melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan kali ini, mereka mendapatkan seseorang yang amat buruk penampilannya, sejelek-jeleknya orang yang pernah kita lihat penampilannya, dan di dekatnya terdapat api. Orang tersebut mengobarkan api itu dan mengelilinginya. “Apa ini?!” tanya Rasulullah “Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya. Lalu mereka melanjutkan perjalanan lagi. Dalam perjalanan mereka menemukan sebuah taman yang indah, dipenuhi dengan bunga-bunga musim semi. Di tengah taman itu ada seorang lelaki yang sangat tinggi, hingga Rasulullah hampir tidak bisa melihat kepala orang itu karena tingginya. Di sekeliling orang tinggi itu banyak sekali anak-anak yang tidak pernah Rasul lihat sebegitu banyaknya. Melihat itu, Rasulullah kembali bertanya, “Apa ini? Dan siapa mereka?” Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!” Maka mereka pun pergi berlalu. Lalu mereka menyaksikan sebuah pohon yang amat besar, yang tidak pernah Rasul lihat pohon yang lebih besar dari ini. Pohon ini juga indah. Kedua tamu Rasul berkata, “Naiklah ke pohon itu!” Lalu mereka pun memanjatnya. Rasul dituntun menaiki pohon dan dimasukkannya ke dalam sebuah rumah yang sangat indah yang tak pernah Rasul lihat seumpamanya. Di dalamnya terdapat lelaki tua dan muda. Lalu mereka sampai pada sebuah kota yang dibangun dengan batu bata dari emas dan perak. Mereka mendatangi pintu gerbang kota itu. Tiba-tiba pintu terbuka dan mereka memasukinya. Mereka disambut oleh beberapa orang, sebagian mereka adalah sebaik-baik bentuk dan rupa yang pernah kita lihat, dan sebagiannya lagi adalah orang yang seburuk- buruk rupa yang pernah kita lihat. Kedua tamu yang bersama Rasulullah berkata kepada orang-orang itu, “Pergilah, dan terjunlah ke sungai itu!” Ternyata ada sungai terbentang yang airnya sangat putih jernih. Mereka pun segera pergi dan menceburkan dirinya masing-masing ke dalam sungai itu. Kemudian mereka kembali kepada Rasululullah dan dua tamunya. Kejelekan serta keburukan rupa mereka tampak telah sirna, bahkan mereka dalam keadaan sebaik-baik rupa! Lalu kedua orang tamu Rasulullah berkata, “Ini adalah Surga ‘Adn, dan inilah tempat tinggalmu!” “Rumah pertama yang kau lihat adalah rumah orang-orang mukmin kebanyakan, adapun rumah ini adalah rumah para syuhada’, sedangkan aku adalah Jibril dan ini Mika’il. Maka angkatlah mukamu (pandanganmu).” Maka mata Rasulullah langsung menatap ke atas, ternyata sebuah istana bagai awan yang sangat putih. Kedua tamu Rasulullah berkata lagi, “Inilah tempat tinggalmu!” Rasulullah berkata kepada mereka, “Semoga Allah memberkati kalian.” Kedua tamu itu lalu hendak meninggalkan Rasulullah. Maka Rasulullah pun segera ingin masuk ke dalamnya, tetapi kedua tamu itu segera berkata, “Tidak sekarang engkau memasukinya!” [1] “Aku telah melihat banyak keajaiban sejak semalam, apakah yang kulihat itu?” tanya Rasulullah kepada mereka. Keduanya menjawab, “Kami akan memberitakan kepadamu. Adapun orang yang pertama kau datangi, yang remuk kepalanya ditimpa batu, dia itu adalah orang yang membaca Al Qur’an tetapi ia berpaling darinya, tidur di kala waktu shalat fardhu ( melalaikannya). Adapun orang yang digergaji mukanya sehingga mulut, tenggorokan, dan matanya tembus ke tengkuknya, adalah orang yang keluar dari rumahnya dan berdusta dengan sekali-kali dusta yang menyebar ke seluruh penjuru. Adapun orang laki-laki dan perempuan yang berada dalam semacam bangunan tungku, maka mereka adalah para pezina. Adapun orang yang kamu datangi sedang berenang di sungai dan dijejali batu, maka ia adalah pemakan riba. Adapun orang yang sangat buruk penampilannya dan di sampingnya ada api yang ia kobarkan dan ia mengitarinya, itu adalah malaikat penjaga neraka jahannam. Adapun orang yang tinggi sekali, yang ada di tengah-tengah taman, itu adalah Ibrahim AS. Sedangkan anak-anak di sekelilingnya adalah setiap bayi yang mati dalam keadaan fitrah.” … Lalu di sela-sela penyampaian cerita ini, para sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan anak orang- orang musyrik?” Rasulullah menjawab, “Dan anak orang-orang musyrik.” Lalu Rasulullah SAW melanjutkan ceritanya. Adapun orang-orang yang sebagian mukanya bagus, dan sebagian yang lain mukanya jelek, mereka itu adalah orang-orang yang mencampuradukan antara amalan shalih dan amalan buruk, maka Allah mengampuni kejelekan mereka. [] Maraji’: Riyadhush Shalihin _______________ Catatan kaki: [1 ] Dalam hadits riwayat Bukhari lainnya, dikisahkan bahwa kedua tamu Rasulullah itu mengatakan kepada Rasulullah SAW, “Kamu masih memiliki sisa umur yang belum kamu jalani, jika kau telah melaluinya maka kau akan masuk rumahmu.” (HR. Bukhari) (hdn/hudzaifah)

/@cwi

selengkapnya...

DUA AMANAH ALLAH ATAS RASULNYA

Dua macam Amanah Allah atas RasulNya Muhammad Salallahu ‘Alihi Wasalam dimaksud yang harus difahami, yaitu amanah berupa “sistem beribadah kepada Allah” dan “sistem hukum bagi manusia”. Adapun penjelasan tentang dua perkara ini dapat kita simak di dalam Al Quran, yaitu : 1. Amanah berupa Sistem Beribadah kepada Allah لِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا هُمْ نَاسِكُوهُ فَلا يُنَازِعُنَّكَ فِي الأمْرِ وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ إِنَّكَ لَعَلَى هُدًى مُسْتَقِيمٍ (٦٧) Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syariat) ini dan serulah (mereka) kepada Rabbmu.Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar beradapada petunjuk jalan yang lurus. (Surah Al Hajj ayat 67) Artinya ada suatu kewajiban bagi setiap manusia yang telah menyatakan dirinya sebagai muslim untuk menepati sistem peribadahan kepada Allah menurut apa yang diajarkan Muhammad Rasulullah. Sistem ibadah dimaksud disini mengarah kepada 5 kewajiban pokok (ibadah makhdo) yaitu Syahadatain, menegakkan sholat, mendatangkan zakat, shoum pada bulan ramadhan, dan berhaji bagi yang mampu. Kelima hal ini dalam bahasa Al Hadits dinyatakan sebagai “ pembinaan keislaman”. Disini dapat difahami bersama, bahwa hanya Muhammad Rasulullah sosok manusia yang mendapat izin atau kewenangan dalam menjelaskan dan mencontohkan cara beribadah kepada Allah melalui hadits-haditsnya yang shahih. Tidak ada seorang manusiapun selain beliau SAW, yang berhak mengeluarkan pendapatnya mengenai cara beribadah kepadaNya meskipun seorang imam ataupun ulama terpandang, kecuali ia mengutipnya dari Al Quran dan Al Hadits yang shahih. Alasan berikut ini semakin menguatkan kedudukan rasulullah dalam masalah ini. Yaitu lafadz (kata) perintah sholat, zakat, shoum dan berhaji di dalam Al Quran semuanya berkedudukan mujmal ( ringkas). Artinya perintah-perintah tersebut baru dapat difahami secara sempurna dan dilaksanakan secara benar setelah mempelajari keterangan dari Rasulullah Muhammad SAW. Hal ini dikarenakan Allah telah menetapkan rasulNya sebagai penjelas dan contoh praktik dalam beribadah. Oleh karena itu satu ciri dari hadits yang shahih adalah tidak pernah bertentangan dengan ayat- ayat Al Quran. وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (٣) إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى (٤) dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al- Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan ( kepadanya). (Surah An Najm ayat 3 dan 4) Jika dalam praktek beribadah ini tidak merujuk kepada petunjuk Al Quran dan Hadits shahih atau mengambil dari hadits lemah (dhoif) apalagi palsu berarti telah berbuat bid’ah. Sedangkan setiap bid’ah dalam beribadah adalah sesat dan terancam dengan neraka. 2. Amanah berupa Sistem Hukum bagi Ummat Manusia ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الأمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ (١٨) Kemudian Kami jadikan engkau ( Muhammad) berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (Ad Din itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (Surah Al Jatsiyah ayat 18) Telah pula Allah Subhanahu Ta’ala jadikan RasulullahNya Muhammad dan para muttabi’nya wajib untuk berada dalam “rel” syariatNya dalam mengatur pola interaksi kehidupan yang berlandaskan wahyu bukan nafsu dan filsafat logika manusia. Artinya, telah ada suatu “paket aturan” yang dikirimkan Allah untuk seluruh manusia melalui rasulNya yang wajib dilaksanakan. Meskipun Allah memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan untuk menjadi mukmin atau menjadi qaum yang kafir, karena Dia tidak mengambil manfaat sedikitpun dan tidak membutuhkan pertolongan dari makhluqNya, tapi dalam masalah hukum, tiap manusia wajib tunduk kepada Syariat Dinullah. Apabila diterapkan sistem hukum ilahiyah, dijaminNya akan membawa bermacam kemaslahatan dan kebahagian hidup bagi manusia itu sendiri. Sebaliknya bila diabaikan perintah ini, bahkan mengambil sistem hukum jahiliyah pasti membawa malapetaka, perpecahan, permusuhan dan kesengsaraan yang tidak mampu diatasi manusia manapun, terkecuali jika mereka kembali rujuk kepada amanah syariat ini saja. Karena secara jujur pada setiap hati nurani manusia akan mengakui bahwa diri mereka dan semua yang tampak dan tidak tampak di langit dan bumi serta diantara keduanya adalah milik Allah. Ia yang telah menciptakan semuanya, maka tentu merupakan hak bagi Allah untuk mengaturnya dan hak ini berbanding lurus sebagai kewajiban menghambakan diri bagi manusia selaku makhluqNya. Dengan menunaikan kewajiban untuk menjalankan sistem hukum dari Allah ini saja, maka akan tertunaikannya seluruh hak setiap manusia tanpa melanggar hak orang lain karena hanya di dalam Syariat Islam terdapat keadilan, kejujuran, dan keselamatan dunia-akhirat yang hakiki. Dengan keterang yang tergali pada ayat- ayat Allah di atas, maka sudah sepatutnya bagi setiap hamba Allah untuk menjadikannya bahan berfikir, perenungan dengan hati, dan untuk selanjutnya dilaksanakan dengan penuh kesungguhan, ketaatan, kesabaran dan sikap istiqomah. Petunjuk Al Quran : Sesungguhnya Allah telah menetapkan dalam Al Quran Surah An Nahl 44 sebagai berikut : بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (٤٤) “Dengan ayat-ayat (mu’jizat) dan kitab- kitab dan Kami telah turunkan kepadamu (Muhammad) Al Quran ini, supaya kamu menerangkan pada umat manusia tentang segala apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan mudah- mudahan mereka akan berfikir.” Bahasan ringkas : Ayat tersebut dengan diakhiri lafadz “la’ allahum yatafakkarun” dengan mengambil satu jurusan maknanya, yaitu “berfikir perihal amanah hukum secara benar”. Hal ini mengingat pada beberapa keterangan dari Allah dalam kitabNya antara lain : a.   Keberadaan Rasulullah adalah “ Uswah Hasanah”, suri tauladan atau contoh yang baik dalam pengamalan Al Quran, لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (٢١) Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan ( kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Surah Al Ahzab ayat 21) Kemudian Beliau SAW ditugaskan Allah untuk menyampaikan Ad Dzikr (Al Quran) kepada ummat manusia secara sempurna, وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ إِنَّكَ (dan serulah mereka kepada Rabbmu, Surah Al Maidah ayat 67). Seruan (ajakan) ini meliputi bayan fi’liyah (contoh perilaku) dan bayan qouliyah nya (penjelasan dengan kalimat), yang dengan itu dapat membangun sikap yang positif bagi para muttabi’nya sebagaimana yang dapat dilihat dalam Surah Al Fath ayat 29 : مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا ( ٢٩) Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada wajah* mereka dari bekas sujud**. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang agung. *) Wajah , pada ayat ini maksudnya lahir- bathinnya bukan wajah secara makna luqhowi yang berarti muka. ** ) Bekas Sujud maksudnya : selain pada air muka mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati mereka. Juga berarti meninggalkan karya atau ‘amal shaleh, karena dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa anggota sujud dalam shalat meliputi tujuh tulang yang menunjukkan bahwa manusia bagian dari alam. Anggota sujud yaitu hidung sampai ke dahi (pola fikir), dua telapak tangan (karya), dua lutut, dan dua ujung kaki (langkah kerja). Bekas sujud bukan berarti tanda hitam di dahi, karena rasul kita tidak memiliki tanda ini. Sedangkan Muhammad Rasulullah adalah ahli sujud, yang tampak secara lahir pada tubuhnya dari bekas sujud adalah kaki beliau yang terkadang “bengkak” akibat lama berdiri ketika melaksanakan shalat malam. Kemudian permukaan bumi ditetapkan Allah sebagai masjid (tempat bersujud), yaitu untuk menghambakan diri dan beramal shalih (berkarya unggulan). b.   Bahwa Allah menetapkan RasulNya adalah untuk dituruti dalam segala perilaku dan ketetapan hukumnya, قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُوٌ رَحِيمٌ (٣١) “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku ( Muhammad Rasulullah), niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa- dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Surah Ali Imran ayat 31). c.   Rasulullah ditetapkan Allah sebagai pembawa Amanah Syariat, ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الأمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ Kemudian Kami jadikan engkau ( Muhammad) berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (Ad Din itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (Surah Al Jatsiyah ayat 18) d.   Larangan bersikap mendua dalam menjalankan pola dan sistem Al Quran, فَلا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُمْ بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا Maka janganlah kamu mengikuti orang- orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran sebagai Jihad yang besar. (Surah Al Furqon ayat 52).   Inilah yang disebut dengan menumbuhkan ketaatan Fuad (daya kemampuan berfikir).   >Dikutip dari Pengajian Ahad pagi 28 Dzulqaidah 1430 Hijriyah


/@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |