Kewajiban Umat Islam Terhadap Palestina

Oleh: Mochamad Bugi

Palestina Masalah Utama Umat Islam

Tidak ada tanah yang lebih bergolak selain Palestina. Sejarah Palestina adalah sejarah panjang peperangan. Palestina adalah pusat tiga agama dan peradaban besar: Islam, Kristen, dan Yahudi. Ketiganya saling mempertahankan eksistensinya atas tanah suci di sana. Inilah tempat bertemunya bangsa-bangsa di satu titik konflik dalam kurun waktu yang sangat panjang. Tapi satu hal yang pasti, Palestina bukanlah tanah kosong tanpa bangsa (the land without nation), bukan pula milik Zionis Israel, sebuah bangsa yang tidak memiliki tanah (the nation without land).

Bagi umat Islam Palestina adalah masalah utama karena Palestina merupakan tanah waqaf umat Islam. Di sana terdapat Al-Masjid Al-Aqsha, tempat para nabi dan rasul, tempat Isra’ Rasulullah saw., dan tempat yang sangat diberkahi.



Palestina dalam Perspektif Syari’ah

Palestina yang di dalamnya terdapat Al-Quds adalah tanah waqaf umat Islam, yang telah mereka warisi sejak lebih dari 6.000 tahun. Hal ini karena Ibrahim a.s. bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula Nashrani, tetapi seorang yang hanif dan muslim; dan beliau tidak musyrik pada Allah. [Ali Imran (3): 67].

Dari ayat tersebut sangat jelas disebutkan bahwa Palestina adalah warisan ideologis, bukan warisan genetis. Masuknya Musa ke tanah Palestina bukan karena nenek moyangnya orang Palestina, melainkan perintah keimanan dari Allah swt.

Musa berkata, “Hai kaumku, masuklah ke Tanah Suci (Palestina) yang telah ditentukan bagimu (selama kamu beriman). Dan janganlah kalian lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kalian akan menjadi orang-orang yang merugi.” [Al-Maidah (5): 21].

[Al-Maidah (5): 21].

Dari sudut pandang ideologis, bangsa mana pun berhak atas pengelolaan Palestina selama memiliki akar ideologi yang sama dengan ideologi yang diimani Musa juga nenek moyangnya Ibrahim.

“Katakanlah, kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, dan anak cucunya; dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, serta apa-apa yang diberikan kepada nabi-nabi dan Tuhannya.” [Al-Baqarah (2): 136].

[Al-Baqarah (2): 136].

Karena itu, Zionis Israel Yahudi tidak memiliki hak waris atas tanah Palestina, baik dari Ibrahim, Musa, atau Ya’kub (Israel) yang merupakan nenek moyang mereka. Sebab, Palestina adalah warisan keimanan; dan Zionis Israel Yahudi saat ini berada dalam ruang keimanan yang berbeda, bahkan bertentangan dengan pendahulu mereka.

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’kub. “Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk Islam.” [Al-Baqarah (2): 132].

[Al-Baqarah (2): 132].

Bahkan, lebih tegas lagi pernyataan putusnya hubungan (bara’ah) dengan orang-orang yang tidak satu jalan keimanan dinyatakan oleh Musa ketika terjadi pembangkangan dari bangsa Israel.

“Berkata Musa, ‘Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara aku dan orang-orang yang fasik itu’.” [Al-Maidah (5): 25].

[Al-Maidah (5): 25].

Dari sudut pandang keimanan, Palestina adalah warisan Islam. Bukan warisan tiga agama dan peradaban; Islam, Kristen, serta Yahudi yang sering disebutkan mempunyai akar yang sama, yaitu agama Ibrahim. Sebab, Ibrahim hanya memiliki satu agama, agama Islam.

“Ataukah kalian, (orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’kub dan anak cucunya adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah, apakah kalian yang lebih mengetahui atau Allah?” [Al-Baqarah (2): 140].

[Al-Baqarah (2): 140].

“Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula Nashrani, tetapi seorang yang hanif dan muslim dan dia tidak musyrik pada Allah.” [Ali Imran (3): 67].

[Ali Imran (3): 67].

Palestina dalam Perspektif Sejarah

Dilihat dari sudut pandang sejarah, Zionis Israel Yahudi tidak memiliki akar sejarah sebagai penduduk asli Palestina. Kedatangan mereka ke tanah Palestina pada permulaan akhir periode sebelum lahirnya Isa bin Maryam sampai permulaan masehi bukanlah sebagai pemilik, tetapi sebagai imigran dari Mesir. Begitu juga kedatangan mereka ke tanah Palestina saat ini yang berujung pada kolonialisasi. Sebelum masuknya bangsa Israel, Palestina telah dihuni oleh bangsa Kanaan yang merupakan nenek moyang bangsa Arab Palestina saat ini. Ini disebutkan dalam Kitab Bilangan XIII ayat 17-18, “Maka Musa menyuruh mereka mengintai tanah Kanaan… dan mengamat-amati keadaaan negeri itu; apakah bangsa yang mendiaminya kuat atau lemah, apakah mereka sedikit atau banyak.”

Pernyataan serupa juga diceritakan dalam Al-Qur’an. Bahkan Al-Qur’an menyebutkan bahwa bangsa Israel itu tidak layak atas tanah Palestina karena perilaku mereka sendiri.

Musa berkata, “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan bagimu (selama kamu beriman). Dan janganlah kalian lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kalian akan menjadi orang-orang yang merugi”. Mereka berkata, “Hai Musa, sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa (bangsa kanaan). Sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar. Jika mereka keluar, pasti kami akan memasukinya.” Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut kepada Allah yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya, “Serbulah mereka melalui pintu gerbang kota ini. Maka bila kalian memasukinya, niscaya kalian akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakkal jika kalian benar-benar beriman.” Mereka berkata, “Hai Musa, sekali-kali kami tidak akan memasukinya selamanya selagi mereka ada di dalamnya. Karena itu, pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya akan duduk menanti di sini saja.” Berkata Musa, “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara aku dan orang-orang yang fasik itu.” Allah berfirman (jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun. Lalu, selama itu mereka berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu, maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang fasik itu. [Al-Maidah (5): 21-26].

[Al-Maidah (5): 21-26].

Dalam sejarah Palestina, negeri itu pernah jatuh ke tangan Bangsa Israel pada permulaan Masehi. Pertempuran mereka dengan penduduk asli Palestina tercatat dalam kitab Samuel I, bab 13 dan 14 yang mengisahkan strategi Saul dan Yonatan yang menyerbu Michmas. “…Orang Filistin berkemah di Micmash… dan di antara pelintasan bukit-bukit yang dicoba Yonatan menyeberanginya ke arah pasukan pengawal Filistin… dan kekalahan yang ditimbulkan Yonatan dan pembawa senjatanya, besarnya kira-kira dua puluh orang dalam jarak kira-kira setengah alur dari pembajakan ladang.”

Namun, pada tahun 70 M, kekuasan bangsa Israel itu runtuh seiring kematian Herodes dan masuknya kekuatan Romawi menguasai seluruh Palestina. Sejak itu bangsa Israel menjadi bangsa yang tidak memiliki tanah air dan tersebar di berbagai negara sampai mereka melakukan kolonialisasi kembali atas Palestina pada tahun 1967 M. (Richard Deason. Dinas Rahasia Israel, Jakarta, Yayasan Widya Pustaka: 1986, hal 3-4). Sementara itu, tanah Palestina menjadi tanah wakaf umat Islam pada masa pemerintahan Umar bin Khattab pada abad 7 M setelah Romawi ditaklukkan tentara Islam.

Dalam hukum internasional dinyatakan bahwa yang berdaulat atas suatu wilayah adalah mereka yang pertama kali mendiami wilayah tersebut dan menunjukkan bukti eksistensi mereka atas wilayah tersebut berupa aktivitas dan bukti-bukti fisik yang menunjukkan kedaulatan mereka atas wilayah tersebut. Karena itu, bangsa Kanaan yang merupakan nenek moyang Arab Palestina saat ini adalah pemilik sah tanah Palestina.

Keistimewaan Palestina (Al Quds) di Mata Umat Islam

Umat Islam memandang Palestina sesuai dengan pandangan ajaran Islam dan sejarahnya yang sangat panjang. Palestina adalah bumi para nabi dimana mereka mengajarkan risalah tauhid kepada umatnya. Tidak ada sejengkal tanah di Palestina, kecuali di sana ada nabi yang shalat menyembah pada Allah dan menyampaikan ajarannya kepada umat. Dari mulai Nabi Ibrahim a.s. dan keturunannya Nabi Ishak a.s., Ya’qub a.s., Yusuf a.s. dan saudara-saudaranya. Kemudian Nabi Daud a.s. dan Sulaiman a.s. Seterusnya, Nabi Musa a.s., Harun a.s., Zakariya a.s., Yahya a.s., dan Isa a.s.

Palestina –di mana masjidil Aqsha ada di sana– merupakan kiblat pertama umat Islam. Ini adalah penghormatan Islam pada Palestina yang memiliki sejarah panjang tempat para nabi dan tempat turunnya wahyu. Rasulullah saw. dan sahabatnya pernah shalat menghadap Al-Masjid Al-Aqsha selama sekitar 16 bulan. Kemudian Allah swt. mengubah kiblat umat Islam ke Masjidil Haram. Dan perubahan itu diabadikan Al-Qur’an. Perpindahan kiblat ini sendiri memiliki banyak hikmah yang banyak dirasakan umat Islam sampai sekarang.

Allah memuliakan Palestina dengan Al-Masjid Al-Aqsha. Masjid ini disamping kiblat pertama umat Islam, juga masjid kedua yang dimuliakan Allah swt. dan tanah suci ketiga setelah Makkah dan Madinah. Rasulullah saw. bersabda, “Kalian tidak boleh mempersiapkan untuk melakukan perjalanan ziarah, kecuali pada tiga masjid; Al-Masjid Al-Haram, Masjid Rasul saw. dan Al-Masjid Al-Aqsa.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Di Masjid Al-Aqsha ini pula Rasulullah saw. melakukan isra’ dan di sini beliau memimpin shalat bagi para nabi dan rasul –suatu simbol bahwa Rasulullah saw. adalah pemimpin mereka. Kemudian dari Masjid Al-Aqsha, Rasulullah saw. melanjutkan perjalanannya menuju Sidratil Muntaha untuk menerina kewajiban yang paling agung, yaitu shalat lima waktu.

Disamping tempat ini disucikan oleh Allah swt., tempat ini juga tempat yang diberkahi oleh Allah swt. Keberkahan dari nilai-nilai spiritual karena para nabi menyampaikan risalah di tempat ini, dan keberkahan materi karena kekayaan alam, kesuburan, dan letaknya yang sangat strategis serta alamnya yang indah. “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjid Al-Haram menuju Al-Masjid Al-Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya.” [Al-Israa (17): 1].

Demikianlah keistimewaan Al-Masjid Al-Aqsa, Baitul Maqdis, Al-Quds di Palestina ini. Maka sudah merupakan kewajiban seluruh umat Islam, bahkan seluruh manusia untuk menjaga dan menyelamatkannya dari berbagai macam penjajahan bangsa-bangsa yang terkutuk, utamanya bangsa Yahudi.

Kewajiban Umat Islam terhadap Palestina

1. Memahami Kondisi dan Problematika Palestina
Kewajiban pertama yang paling fundamental bagi seorang muslim adalah memahami akar masalah Palestina (Al-Quds) bahwa masalah Palestina adalah masalah umat Islam. Perebutan kekuasaan yang terjadi di tanah suci itu bukan perebutan antara dua bangsa, Arab dan Israel. Tetapi, perang agama antara Islam dan Yahudi.“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” [Al-Maidah (5): 82].Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” [Al-Maidah (5): 82].Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin berperang dengan yahudi. Maka kaum muslimin membunuh mereka sampai ada seorang yahudi bersembunyi di belakang batu-batuan dan pohon-pohonan. Dan berkatalah batu dan pohon, wahai muslim, wahai hamba Allah, ini yahudi di belakangku, kemari dan bunuhlah ia; kecuali pohon gorqhod karena ia adalah pohon yahudi.” (HR Muslim).

(HR Muslim).

Masalah Palestina bukan hanya masalah bangsa Palestina dan bangsa Arab saja. Tetapi masalah seluruh umat Islam, bahkan masalah kemanusiaan secara keseluruhan. Atas dasar pandangan akidah inilah seluruh umat Islam wajib memahami kondisi dan permasalahan Palestina.

2. Mensosialisasikan Kondisi dan Problematika Palestina kepada yang lain.
Setelah memahami permasalahan dan kondisi Palestina, maka mereka harus mensosialisasikan pemahaman ini kepada seluruh umat Islam. Masih banyak umat Islam yang belum memahami kondisi dan permasalahan Palestina. Hal ini terjadi karena banyak sebab, di antaranya faktor lemahnya keimanan dan problematika yang dihadapi oleh umat Islam itu sendiri di seluruh dunia.Oleh karena itu setiap individu yang mengaku muslim harus memahamkan pada umat Islam yang lain di seluruh dunia bahwa masalah Palestina adalah masalah utama umat, dan masa depan umat akan sangat terkait dengan perjuangannya terhadap Palestina. Bahwa di Palestina ada Al-Masjid Al-Aqsa kiblat pertama umat Islam yang sedang terancam. Bahwa Rasulullah saw. memimpin shalat berjama’ah yang diikuti oleh para nabi dan rasul pada peristiwa Isra’ yang merupakan pewarisan tanah Palestina pada umat Islam. Bahwa Umar bin Khattab r.a. menerima penyerahan kunci langsung Kota Palestina (Al-Quds).
3. Jihad dengan Harta
Kewajiban selanjutnya bagi umat Islam adalah berjihad dengan harta mereka. Umat Islam harus menyisihkan sebagian rezekinya minimal 1% untuk perjuangan Palestina. Karena jihad di Palestina sangat membutuhkan harta. Dan di sana juga banyak janda, anak yatim, anak sekolah, mahasiswa, orang yang kehilangan rumah dan pencaharian akibat konflik dan perang yang belum diketahui akhirnya. Semua itu sangat membutuhkan uluran tangan umat Islam lainnya yang mampu.
4. Jihad dengan Jiwa
Terdapat perbedaan mendasar dalam sifat perang di Palestina. Bila perang di Palestina dinyatakan sebagai perang antara dua bangsa atau dua negara, maka tidak boleh ada keterlibatan pihak lain di luar dua pihak yang bertikai tanpa ada permintaan untuk terlibat dari salah satu pihak yang berperang. Keterlibatan tanpa ada permintaan untuk terlibat berarti pelanggaran kedaulatan sebuah negara yang bertentangan dengan hukum internasional. Kenyataan yang terjadi adalah bahwa perang di Palestina adalah perang agama antara Islam dan Yahudi yang mengundang keterlibatan semua umat Islam dan kaum Yahudi di seluruh dunia, di setiap bangsa dan negara mana pun. Maka, hukum perang di Palestina adalah jihad fii sabiilillah yang diwajibkan atas setiap umat Islam di seluruh dunia sesuai dengan kondisi mereka di setiap tempat.“Diwajibkan atas kalian berperang sedangkan kalian membencinya. Barangkali kalian membenci sesuatu, tetapi itu baik bagi kalian. Dan barangkali kalian menyukai sesuatu sedangkan itu buruk bagi kalian. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian tidak ketahui.” [Al-Baqarah (2): 216][Al-Baqarah (2): 216]

“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.” [At-Taubah (9): 44]

[At-Taubah (9): 44]

Palestina adalah tanah waqaf umat Islam yang harus dipertahankan sampai kapan pun. Pembelaan kita terhadap Palestina bukan karena mereka orang-orang Arab, melainkan karena mereka adalah muslim dan karena Palestina adalah salah satu dari tiga tempat suci umat Islam yang dimuliakan Allah. Karena itu, permasalahan Palestina harus dijadikan konsentrasi utama umat Islam.

5. Doa
Dan kewajiban yang paling minimal yang harus terus dilakukan oleh setiap umat Islam adalah berdoa. Doa orang beriman kepada saudaranya tanpa sepengetahuan mereka adalah maqbul

/@cwi

selengkapnya...

Peranan Kesultanan Malaka dalam Penyebaran Islam Abad Ke-15 (Sejarah Islam Asia Tenggara)

Judul : Peranan Kesultanan Malaka dalam Penyebaran Islam Abad Ke-15
Mata Kuliah : Sejarah Islam Asia Tenggara
 Pendahuluan

Kota Malaka pada abad ke-15 adalah sebuah entrepot (1). Sebagai kota atau bandar pelabuhan, kekuatan dan ketahanannya dapat dikekalkan sebab adanya kegiatan dan usaha-usaha perdagangan secara besar-besaran sehingga apabila diambil kira Malaka sebagai penguasa kelautan melayu, kegiatan dan usaha inilah yang mendasari faktor ekonominya, faktor ini juga yang menjadikan Malaka sebagai kuasa dibagian barat laut nusantara yang cukup unggul. Malaka sebenarnya menjadi penyambung rantai lalu lintas perdagangan dilaut diantara bagian timur dengan bagian barat dunia.Malaka menjadi sebagian sistem perjalanan dan perdagangan dunia yang amat penting sepanjang abad ke-15 dan beberapa abad setelah itu. Oleh karena itu, inilah yang menyebabkan orang-orang Portugis bersungguh-sungguh mau menguasai dan menaklukan Malaka.(2)


Riwayat Kesultanan Malaka

a. Pendiri
Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara (3) (4) antara tahun 1380-1403 M. Parameswara berasal dari Sriwijaya, dan merupakan putra Raja Sam Agi. Saat itu, ia masih menganut agama Hindu. Ia melarikan diri ke Malaka karena kerajaannya di Sumatra runtuh diserang Majapahit. Pada saaat Malaka didirikan, disitu terdapat penduduk asli laut yang hidup sebagai nelayan. Mereka berjumlah lebih kurang 30 keluarga. Raja dan pengikutnya adalah rombongan pendatang yang memiliki tingkat kebudayaan yang jauh lebih tinggi. Karena itu, mereka berhasil mempengaruhi masyarakat asli. Kemudian, bersama penduduk asli tersebut, rombongan pendatang merubah Malaka menjadi sebuah kota yang ramai. Selain menjadikan kota tersebut sebagai pusat perdagangan, rombongan pendatang juga mengajak penduduk asli menanam tanaman yang belum pernah mereka kenal sebelumnya, seperti tebu, pisang, dan rempah-rempah.

Rombongan juga telah menemukan biji-biji timah didaratan. Dalam perkembangannya, kemudian terjadi hubungan perdagangan yang ramai dengan daratan Sumatra. Salah satu komoditas penting yang di impor Malaka dari Sumatra saat itu adalah beras. Malaka amat bergantung pada Sumatra dalam memenuhi kebutuhan beras ini, karena persawahan dan perdagangan tidak dapat dikembangkan di Malaka.hal ini kemungkinan disebabkan teknik bersawah yang belum mereka pahami, atau mungkin karena perhatian mereka lebih tercurah pada sektor perdagangan, dengan posisi geograpis strategis yang mereka miliki.

b. Asal Usul Nama Malaka

Berkaitan dengan asal usul nama Malaka, bisa dirunut dari kisah berikut. Menurut sejarah melayu (malay annals) yang ditulis Tun Sri Lanang pada tahun 1565, Parameswara melarikan diri ke Tumasik, karena diserang oleh Siam. Dalam pelarian tersebut, ia sampai ke Muar, tetapi ia diganggu oleh biwak yang tidak terkira banyaknya. Kemudian ia pindah keburok dan mencoba untuk bertahan disitu, tetapi gagal. Kemudian Parameswara berpindah ke Seming Ujong hingga kemudian sampai di sungai Bertam, sebuah tempat yang terletak dipesisir pantai. Orang-orang sekitar yang mendiami kawasan tersebut kemudian meminta Parameswara menjadi raja. Suatu ketika, ia pergi berburu. Tak disangka, dalam perburuan tersebut, ia melihat salah satu anjing buruannya ditendang oleh seekor pelanduk. Ia sangat terkesan dengan keberanian pelanduk tersebut. Saat itu, ia sedang berteduh dibawah pohon malaka. Maka, kawasan tersebut ia namakan Malaka.(5)

Dalam versi lain dikatakan bahwa nama Malaka dihubungkan dengan istilah Arab, malaqah (tempat pertemuan) / malakat (perhimpunan segala dagang) / malqa (tempat bertemu). (6) Sedangkan versi orang pribumi mengatakan bahwa asal usul nama Malaka adalah nama sepohon kayu Melaka ditebing muara Sungai Melaka.(7)


Perkembangan Malaka

a. Silsilah Kesultanan Malaka
Terdapat banyak versi mengenai jumlah penguasa / raja dalam Kesultanan Malaka. Raja / Sultan yang memerintah di Malaka menurut sebuah versi (8) adalah sebagai berikut :
1. Parameswara yang bergelar Muhammad Iskandar Syah (1390-1424)
2. Sri Maharaja / Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
3. Sri Parameswara Dewa Syah / Sultan Abu Syahid (1444-1446)
4. Sultan Muzaffar Syah (1446-1456)
5. Sultan Mansyur Syah (1456-1477)
6. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
7. Sultan Mahmud Syah (1488-1511)
8. Sultan Ahmad Syah (1511 – antara 1516 hingga 1528)

Adapun menurut versi lain (9) silsilah penguasa Kesultanan Malaka adalah sebagai berikut :
1. Sultan Iskandar Syah / Parameswara (1400-1424)
2. Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
3. Sultan Abu Syahid (1444-1445)
4. Sultan Muzaffar Syah (1445-1459)
5. Sultan Mansyur Syah (1459-1477)
6. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
7. Sultan Mahmud Syah (1488-1511)

b. Sistem dan Periode Pemerintahan

Masa Awal Perkembangan Malaka
Parameswara (pendiri Kesultanan Malaka) adalah keturunan Raden Wijaya, raja pertama (1293-1309) dan penggagas Kerajaan Majapahit yang menikahi Sri Gayatri Rajapatni, putri dari Sri Kertanegara raja terakhir (1268-1292) Kerajaan Singasari. Kemudian memiliki Putri Tribuana Tunggadewi, pemimpin ketiga (1326-1350) Kerajaan Majapahit. Beliau menikahi Kertawardana, kemudian memiliki Putri Iswari. Putri itu kemudian menikahi Singhawardana, dan memiliki Putri Sarawardani. Kemudian ia menikahi Ranamenggala, dan memiliki anak bernama Parameswara yang lahir tahun 1344 pada saat neneknya, Ratu Tribuana Tunggadewi memerintah Majapahit.(10)

Pada awalnya Malaka bukanlah sebuah Kerajaan beragama Islam. Hal ini berubah ketika Parameswara menikah dengan Putri Sultan Zainal Abidin dari Pasai dan masuk Islam pada tahun 1406, ia mengubah namanya menjadi Muhammad Iskandar Syah, dan menjadi Sultan Malaka. Posisi Malaka yang sangat strategis menyebabkannya cepat berkembang dan menjadi pelabuhan yang ramai.(11)

Pemerintahan Parameswara berkembang sangat pesat hingga menjadikan Malaka sebagai pelabuhan yang sangat penting di Kepulauan Melayu, pada abad ke 15 (diteruskan hingga abad ke 16). Tambahan pula Malaka merupakan tempat perdagangan rempah dengan berfungsi sebagai pintu kepada negeri-negeri rempah untuk memasarkan rempah mereka. Hal ini digambarkan ”Duarte Barbosa” yang berkata : ”Sesiapa yang menguasai Malaka, berarti dia dapat menguasai perdagangan dunia”.(12) Parameswara mangkat pada 1424 dari diwarisi oleh anaknya, Sri Maharaja yang kemudian bergelar Sultan Muhammad Syah (1424-1444).


Malaka Sebagai Pusat Penyebaran Agama Islam

Sebelum muncul dan tersebarnya Islam disemenanjung Arabia, para pedagang Arab telah lama mengadakan hubungan dagang disepanjang jalan perdagangan antara Laut Merah dengan Negeri Cina. Berkembangnya Agama Islam semakin memberikan dorongan pada perkembangan perniagaan Arab, sehingga jumlah kapal maupun kegiatan perdegangan mereka dikawasan timur semakin besar.

Pada abad VIII, para pedagang Arab sudah banyak dijumpai dipelabuhan negeri Cina. Diceritakan, pada tahun 758 M, Kanton merupakan salah satu tempat tinggal para pedagang Arab. Pada abad IX, disetiap pelabuhan yang terdapat disepanjang rute perdagangan ke Cina, hampir dapat dipastikan ditemukan sekelompok kecil pedagang Islam. Pada abad XI, mereka juga telah tinggal di Campa dan menikah dengan penduduk asli, sehingga jumlah pemeluk Islam ditempat itu semakin banyak. Namun, rupanya mereka belum aktif berasimilasi dengan kaum pribumi sehingga penyiaran agama Islam tidak mengalami kemajuan.

Sebagai salah satu bandar ramai dikawasan timur, Malaka juga ramai dikunjungi oleh para pedagang Islam. Lambat laun, agama ini mudah menyebar di Malaka. Alam perkembangannya, Raja pertama Malaka, yaitu Parameswara akhirnya masuk Islam pada tahun 1414 M. dengan masuknya Raja kedalam agama Islam, maka Islam kemudian menjadi agama resmi di kerajaan Malaka, sehingga banyak rakyatnya yang ikut masuk Islam.

Selanjutnya, Malaka menjadi pusat perkembangan agama Islam di Asia Tenggara, hingga mencapai puncak kejayaan dimasa pemerintahan Sultan Mansyur Syah (1459-1477). Kebesaran Malaka ini berjalan seiring dengan perkembangan agama Islam. Negeri-negeri yang berada dibawah taklukan Malaka banyak yang memeluk agama Islam. Untuk mempercepat proses penyebaran islam, maka dilakukan perkawinan antar keluarga.

Malaka juga banyak memiliki tentara bayaran yang berasal dari Jawa. Selama tinggal di Malaka, para tentara ini akhirnya memeluk Islam. Ketika mereka kembali ke Jawa, secara tidak langsung, mereka telah membantu proses penyebaran Islam ditanah Jawa. Dari Malaka, Islam kemudian tersebar hingga Jawa, Kalimantan Barat, Brunei, Sulu dan Mindanau (Filifina Selatan).

Sejarah melayu juga membicarakan soal kedudukan alim ulama dalam sosio masyarakat melayu Malaka. Dalam hal ini, golongan alim ulama mempunyai kedudukan tata taraf yang istimewa dalam kerajaan melayu Malaka. Perananan mereka bukanlah setakat mengislamkan pemerintah dan rakyat, tetapi juga menjaga institusi pemerintah dari sudut agama. Walaupun mereka tidak menjadi keluarga istana tetapi mereka mempunyai hubungan yang rapat dengan raja-raja Malaka.


Sistem Pemerintahan Kesultanan Malaka

a. Sistem Undang-undang Kesultanan Malaka
Sebagaimana yang telah diketahui umum, bahwa negeri-negeri Melayu sebelum masuknya pengaruh Kerajaan British, Undang-undang asas atau Undang-undang negeri ialah Undang-undang Islam dan Adat Melayu.

Apabila kita membicarakan tentang keadaan negeri-negeri Melayu sebelum dipengaruhi kerajaan British disemenanjung tanah Melayu, terlebih dahulu kita perlu melihat kezaman kerajaan melayu Malaka pada abat ke-15 dan awal abad ke-16. Malaka merupakan kerajaan melayu tua disemenanjung tanah Melayu yang pertama mempunyai undang-undang tertulis.

Melaka menjadi sebuah negeri yang kuat kerana mempunyai undang-undang yang teratur. Terdapat 2 undang-undang yang dilaksanakan di Melaka yaitu Hukum Kanun Melaka dan Undang-undang Laut Melaka.(13) Kedua-duanya diaksanakan untuk melancarkan pemerintahan dan mewujudkan keamanan. Hukum Kanun Melaka menyentuh tentang tanggungjawab pemerintah dan pembesar, larangan rakyat menggunakan bahasa dalaman serta undang-undang Islam dan hukum adat. Namun begitu, Undang-undang Laut Melaka pula menyentuh perkara yang berkaitan dengan laut seperti kedudukan pengawai atas kapal, kuasa pegawai-pegawai dan hukum pembahagian hak perniagaan. Selain itu, larangan dalam pelayaran juga dinyatakan.

Dalam konteks persejarahan Malaysia, hukum Islam sudah ada sejak zaman Malaka sudah dijadikan pandangan terhadap undang-undang negeri yang lain. Di Malaka, pengaruh Islam dalam undang-undangnya begitu kuat begitu juga dalam undang-undang laut Malaka, seorang maklim dalam sebuah kapal dianalogikan sebagai imam dan anak buah kapal diibaratkan sebagai makmum.

Undang-undang Islam dalam beberapa Pasal diawal hukum Malaka terlihat jelas, terutama yang berhubungan dengan kesalahan ”jenayah”, umpamanya membunuh orang hukum yang diberikan karena membunuh orang berbunyi : ”Pasal yang ke-5 menyatakan seseorang membunuh tanpa setahu raja-raja atau orang-orang besar. Jika membunuh orang tanpa dosa maka ia dibunuh juga pada hokum Allah, maka adil namanya”.(14)

Pada pasal-pasal yang lain undang-undang jual beli juga dibentuk berdasarkan undang-undang Islam. Pasal 30 hukum Kanun Malaka juga menentukan barang-barang yang boleh diperniagakan serta yang tidak boleh menurut undang-undang Islam seperti arak, babi, anjing dan tuak. Untuk yang berdasarkan Hukum-hukum dan aqait Islam jelas terdapat dalam pasal 25 hingga pasal 30 yang berkaitan dengan masalah lapas ijab dan kobul dalam acara nikah, saksi-saksi dalam acara nikah, hukum iddah dalam perceraian, juga pada pasal 34 tentang hukum amanah.

Perkara yang paling menarik ialah sruktur dan sebagian dari pada kandungan hukum Kanun malaka itu sendiri. Ada hukum dan undang-undang fikih Islam yang diserap dan digunakan terus dalam undang-undang negerinya, seolah-olah teks tersebut menjadi sumber rujukan, hukum-hukum Islam pula. Umpamanya tentang hukum ibadah sembahyang dituliskan pada pasal 36 ayat 2.

Begitu berkesan dan berpengaruh sekali hukum Islam terhadap hukum Kanun Malaka sehingga terdapat ekspresinya dipetik terus dari ayat al-qur’an, contohnya pada pasal 43 ayat 2 yang berbunyi : ” Bismi’l lahi al-rahman al-Rahim. Qala’ ilahu ta’ala : ati’u Allah wa ati’u ur-rasul wa uli’l amri minkum ”.(15)

Walau bagaimanapun, kedatangan Islam bukan berarti penyingkiran secara total terhadap unsur-unsur dan nilai pribumi. Malahn adat dan resam serta hukum setempat meliputi resam, norma, etika menjadi part and parcel seluruh undang-undang tadi.(16)

b. Sistem Lapisan Masyarakat
Teks Sejarah Melayu telah memaparkan gambaran tentang susunan lapisan masyarakat Malaka, yang pada umumnya dapat dikelaskan pada beberapa tingkatan. Secara kasarnya, masyarakat Malaka dapat dibagi menjadi empat golongan (17):
1. Golongan Diraja dan Kaum Kerabat
Golongan ini terdiri dari seorang raja yang dikelilingi oleh kerabat diraja, permaisuri serta putra-putri raja. Kuasa pemerintahan adalah terletak dibawah Baginda Raja.
2. Golongan Bangsawan
Golongan ini pula terdiri dari pembesar dan pegawai tadbir seperti Bendahara, Penghulu Bendahari, Perdana Menteri, Temanggung, Bentara, Syahbandar. Terdapat pula kalangan pendatang yang diserap kedalam golongan ini, seperti tuan-tuan sayyid, makhdum, maulana dan kadi.
3. Golongan Rakyat Biasa yang Merdeka
Golongan ini terdiri dari para pedagang, tukang-tukang mahir, petani dan saudagar. Terserap pula kelas nahkoda yang mempunyai kedudukan istimewa dalam masyarakat pedagang tadi.
4. Golongan Hamba
Golongan ini pula terdiri dari hamba raja, hamba berhutang dan hamba abdi. Mereka mempunyai kedudukan paling bawah dalam struktur atau lapisan masyarakat Malaka.


Masa Kejayaan Kesultanan Malaka

Kegemilangan yang dicapai Kesultanan Malaka disebabkan oleh beberapa faktor penting. Faktor awal adalah, ketika Parameswara mengambil kesempatan untuk menjalin hubungan baik dengan negara Tiongkok ketika Laksmana Yin Ching mengunjungi Malaka pada tahun 1402. Hubungan erat ini memberi banyak manfaat pada Malaka, salah satunya mereka mendapat perlindungan ketika mengelak dari serangan Siam.(18)

Pada tahun 1459, Sultan Mansur Shah (1459-1477) menaiki tahta. Disebabkan kedudukannya yang strategik, Melaka menjadi sebuah pangkalan luar yang penting bagi kapal-kapal. Bagi mengeratkan hubungan diplomatik dengan Melaka, Maharaja China telah menganugerahkan anaknya Puteri Hang Li Po dengan tujuan untuk dikahwinkan dengan Sultan Mansur Shah. Untuk menyambut Hang Li Po, Sultan Mansur Shah juga menghantar Tun Perpateh Puteh dengan segolongan pengiring ke negeri China untuk mengiringnya. Hang Li Po tiba di Melaka pada tahun 1458 bersama-sama 500 orang pengiring.(19)

a. Wilayah Kekuasaan
Dalam masa kejayaannya, Malaka mempunyai kontrol atas daerah-daerah berikut
1. Semenanjung Tanah Melayu (Patani, Ligor, Kelantan, Trengganu, dsb)
2. Daerah Kepulaun Riau
3. Pesisir Timur Sumatra Bagian Tengah
4. Brunai dan Serawak
5. Tanjung Pura (Kalimantan Barat)

Sedangkan daerah yang diperolah Dari Majapahit secara Diplomasi adalah :
1. Indaragiri
2. Palembang
3. Pulau Jemeja, Tambelan, Siantan dan Bunguran

b. Mempunyai Angkatan Tentera yang Kuat
Sebuah kerajaan perlu mempunyai angkatan tentara yang kuat untuk mempertahankan kerajaannya daripada dicerobohi oleh musuh. Malaka memiliki angkatan laut yang besar. Orang laut menjadi tenaga penting dalam angkatan laut Malaka. Selain itu, Malaka turut mempunyai pahlawan-pahlawan yang gagah perkasa, berani dan setia kepada Sultan. Antara pahlawan-pahlawan yang terkenal ialah Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu.

Sebahagian besar kelengkapan tentera Malaka terdiri dari pada kapal, bahtera, ghali, ghalias, jong dan lancara. Peralatan senjatanya pula terdiri dari pada panah, keris, lembing, meriam, lela, rentakal, istinggar dan pemuras. Kekuatan tentara Malaka terbukti semasa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah apabila Melaka dapat mematahkan serangan Siam sebanyak 2 kali tanpa bantuan China.(20)

c. Sistem Pemerintahan yang Cakap dan Jujur
Sejak awal pengasasan Malaka, telah wujud sistem pemerintahan yang tegas dan teratur. Kerajaan Malaka telah diketuai oleh seorang Sultan yang akan dibantu oleh para pembesar. Para pembesar mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing. Bendahara merupakan penolong Sultan dan penasihat Baginda. Penghulu Bendahari bertanggungjawab menjaga semua harta kerajaan. Temenggung pula ditugaskan menjaga keamanan di darat dan turut menjadi pengawal pribadi sultan. Semasa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah, Baginda telah memperkenalkan jawatan Laksamana. Tugas utama Laksamana ialah menjadi ketua angkatan laut. Selain itu, pembesar-pembesar berempat ini dibantu oleh pembesar delapan dan seterusnya.

Raja yang memerintah Kesultanan Malaka disebut sebagai sumber dan pusat kuasa secara sekuler. Dengan kedudukan raja yang istimewa dalam sistem berkerajaan, sumber kuasa yang dimiliki oleh Raja, iaitu restu dari pada daulat yang dimiliki Raja tadi, disalurkan pula bagi menggerakkan jentera serta tenaga pemerintahan.(21)

d. Hubungan dengan Jajahan Taklukan
Malaka telah menjalankan hubungan yang baik dengan jajahan taklukan yang ditaklukkannya seperti Pasai, Siak dan Kampar. Hubungan dengan Pasai wujud sejak zaman Iskandar Syah apabila beliau memeluk agama Islam dan berkahwin dengan putri Pasai. Malaka menjalankan hubungan dengan tanah jajahan taklukannya adalah karena kerajaan-kerajaan ini menyediakan barang-barang untuk diperdagangkan, antaranya ialah Pasai yang membekalkan lada hitam, beras dan emas.

Hubungan Malaka dengan Pasai pula, selain untuk kepentingan politik, adalah semata-mata untuk keperluan memperdalamkan dan bertukar-tukar pendapat tentang hukum-hukum Islam. Sultan Mansur amat mengambil berat dalam hal-hal agama, sedangkan Pasai pada masa itu merupakan pusat Agama Islam dan menjadi kerajaan Islam tertua. Sultan Mansur selalu menghantar utusan ke Pasai untuk bertanya tentang hal-hal masalah agama dan hukum Islam yang tidak dapat diselesaikan di Malaka. Misalnya, ada suatu persoalan dari Malaka yang meminta jawaban dari pada ulama Pasai. Masalahnya berbunyi : “ segala isi syurga itu kekalkah didalam syurga dan segala isi neraka kekalkah ia didalam neraka?” jawaban diberikan oleh Makhdum Muda Pasai adalah “benar” dan kebenaran itu didukung pula dengan mengajukan bukti daripada ayat-ayat Al-qur’an.

Telah ditegaskan bahwa Pasai didakwah terletak dibawah naungan Malaka. Ini dibuktikan oleh sejarah Melayu dengan pelantikan Sultan Zainal Abidin sebagai Raja Pasai, dilakukan oleh Bendahara Malaka. (tetapi, pelantikan ini tidak kekal sebab adiknya yang memberontak telah merampas semula tahta kerajaan ). (22)

e. Melaksanakan Dasar Perluasan Kuasa dan Wilayah
Melaka menjalankan hubungan persahabatan dengan kerajaan luar sejak pemerintahan Parameswara. Pemerintah Melaka berjaya meluaskan kesultanannya hingga ke beberapa buah negeri di Tanah Melayu dan Sumatera. Di antaranya termasuklah Pahang, Kedah dan Perak. Di Sumatera pula seperti Aru, Kampar, Siak, Inderagiri, Rokan dan Pasai. Penguasaan Melaka terhadap Siak membolehkan Melaka mengawal pengeluaran emas dari Siak untuk dibawa ke Melaka. Hubungan Melaka dengan Kampar terjalin selepas Kampar ditakluki oleh Melaka. Penaklukan ini membolehkan Melaka mengawal eksport lada hitam dan emas yang dihasilkan di daerah pedalaman seperti Minagkabau. Melaka turut mengukuhkan kuasa di kawasan taklukan dengan menyerahkan wilayah-wilayah taklukan di bawah pemerintahan pembesar-pembesar Melaka. Sebagai contoh, negeri Pahang dipegang oleh seorang pembesar iaitu Seri Bija Diraja. Hubungan Melaka dengan negeri-negeri taklukannya menjadikan Melaka sebuah kerajaan yang terkuat pada ketika itu.(23)

f. Politik Negara
Dalam menjalankan dan menyelenggarakan politik negara, ternyata para Sultan menganut politik hidup berdampingan secara damai (co-existenci policy) yang dijalankan secara efektif. Polik hidup berdampingan secara damai dilakukan melalui hubungan diplomatic dan ikatan perkawinan. Politik ini dilakukan untuk menjaga keamanan internal dan eksternal Malaka. Dua kerajaan besar pada waktu itu yang harus diwasadai adalah Cina dan Majapahit. Maka, malaka kemudian menjalin hubungan damai dengan kedua kerajaan besar ini. Sebagai tindak lanjut dari politik negara tersebut, Parameswara kemudian menikah dengan salah seorang putri Majapahit.

Dimasa sultan Mansur Syah, juga terjadi perkawinan antara Hang Lipo, putri raja Yung Lo dari dinasti Ming, dengan sultan Mansur Syah. Dalam prosesi perkawinan ini, sultan Mansur Syah mengirim Tun Perpateh Puteh dengan serombongan pengiring kenegeri Cina untuk menjemput dan membawa Hang Lipo ke Malaka, rombongan ini tiba ke Malaka pada tahun 1458 dengan 500 orang pengiring.

Demikianlah, malaka terus berusaha menjalankan politik damai dengan kerajaan-kerajaan besar.dalam melaksanakan politik bertetangga yang baik, peren laksamana Malaka hang tuah sangant besar. Laksamana yang berkebesaran namanya, dapat disamakan dengan Gajahmada atau Aditya Warman ini adalah tangan kanan sultan Malaka, sering dikirim keluar negeri mengemban tugas kerajaan. Ia menguasai bahasa keling, Siam dan Cina.

Semasa pemerintahan Sultan Mansur Syah, Kesultanan Malaka mencapai kemuncak kekuasaannya dan terdiri daripada Semenanjung Malaysia, Singapura, dan sebagian besar Sumatera. Pesaing utama Malaka adalah Siam di Utara dan Majapahit di selatan. Majapahit kemudian tumbang pada kurun ke 15. Siam pula telah menyerang Malaka sebanyak tiga kali tetapi kesemuanya gagal.(24)


Zaman Kejatuhan Malaka

a. Kesultanan Terakhir Malaka (Sultan Mahmud Syah)
Pada tahun 1488, Sultan Mahmud Shah mewarisi Melaka yang telah mencapai kemuncak kuasa dan merupakan pusat dagangan yang unggul di Asia Tenggara. Bendahara Tun Perak, pencipta keunggulan Melaka, telah tua. Begitu juga dengan Laksamana Hang Tuah. Pemerintahan Sultan Mahmud Shah juga mengalami rancangan jahat dan pilih kasih. Beliau bukan seorang raja yang cekap, akan tetapi beliau juga seorang mangsa keadaan. Ayahandanya (Sultan Alaudin Riayat Shah) mangkat pada usia yang masih muda. Oleh itu baginda menaiki takhta ketika masih kanak-kanak. Portugal (25) pada awal abad ke-16 sedang mengasaskan sebuah empayar luar negeri. Pada tahun 1509, Diego Lopez de Sequiera dengan 18 buah kapal dari Angkatan diRaja Portugal tiba di Melaka. Mereka merupakan orang Eropa pertama yang tiba di Asia Tenggara dan digelar "Benggali Putih" oleh orang tempatan. Oleh kerana orang-orang Portugis membuat kacau di Melaka seperti mengusik gadis-gadis dan mencuri, disamping perselisihan faham, Sultan Mahmud Shah kemudiannya mengarahkan supaya orang-orang Portugis dihalau dari Melaka. Angkatan Portugis diserang dan 20 anak kapalnya ditahan.(26)

b. Kejatuhan Kesultanan Melaka
Pada 1510, Sultan Mahmud Shah menyerahkan kuasa sementara pada putera sulungnya, Sultan Ahmad Shah. Selepas mengambil balik kuasa, baginda membunuh Tun Mutahir sekeluarga karena termakan fitnah bahwa Tun Mutahir coba membunuh Baginda.

Pada 10 Agustus 1511, sebuah armada laut Portugis yang besar dari India diketuai oleh Alfonso de Albuquerque (27)kembali ke Melaka. Albuquerque membuat beberapa permintaan membina markas Portugis di Melaka tetapi permintaannya ditolak oleh Sultan Mahmud Shah. Selepas 10 hari mengepung, pihak Portugis berjaya menawan Kota Melaka pada 24 Agustus. Sultan Mahmud Shah terpaksa melarikan diri ke Bertam, Batu Hampar, Pagoh and seterusnya ke Pahang di pantai timur di mana beliau gagal dalam percubaannya mendapat pertolongan daripada negera China.

Kemudian, Sultan Mahmud Shah berpindah ke selatan dan mengasaskan Kesultanan Johor sebagai pusat dagangan saingan kepada Melaka. Dengan ibu kotanya di pulau Bentan yang terletaknya berdekatan dengan Temasik (Singapura), beliau terus menerima ufti dan kesetiaan dari kawasan-kawasan sekeliling yang diberinya sewaktu beliau masih menjadi Sultan Melaka. Sultan Mahmud Shah menjadi ketua gabungan Melayu dan berkali-kali menyerang Melaka. Pada tahun 1525, Laksamana Hang Nadim berhasil mengepung Kota A Famosa sehingga pihak Portugis terpaksa membuat catuan makanan dari Goa.

Di Bentan, Sultan Mahmud Shah mengumpulkan semula semua askarnya dan menyerang Melaka beberapa kali dan membuat sekatan perdagangan. Portugis merana kerana banyak serangan dilakukan oleh Sultan Mahmud Shah. Beberapa percubaan untuk menewaskan askar-askar Sultan Mahmud Shah dilakukan. Akhirnya, pada tahun 1526, seangkatan kapal yang besar di bawah Pedro Mascarenhaas dihantar oleh negeri Portugal untuk memusnahkan bandar Bentan.

Pada 1526, pihak Portugis membalas dengan seangkatan kapal yang besar di bawah Pedro Mascarenhaas dan memusnahkan ibu kota Bentan. Sultan Mahmud Shah melarikannya ke Kampar, Sumatera tetapi anaknya, Tengku Alauddin Shah tinggal dan mengembangkan Johor sebagai sebuah Kesultanan yang berkuasa dan yang mencapai keunggulannya pada abad ke-18 dan ke-19. Seorang lagi anaknya Sultan Mahmud Shah, Tengku Muzaffar Shah, dijemput oleh orang-orang utara untuk menjadi sultan mereka dan beliau mengasaskan Kesultanan Perak. Sultan Mahmud Shah mangkat dua tahun kemudian di Kampar pada tahun 1526.

c. Keadaan Pasca Kejatuhan Kesultanan Malaka
Setelah Malaka jatuh ketangan Portugis, Sultan Mahmud terpaksa melarikan diri melintasi Selat Melaka ke Kampar, Sumatra di mana beliau mangkat. Baginda meninggalkan dua orang putera iaitu Tengku Muzaffar Shah dan Tengku Alauddin Riayat Shah Muzaffar Shah seterusnya menjadi Sultan Perak manakala Alauddin Riayat Shah menjadi sultan Johor yang pertama. Kesultanan Johor juga dikenali sebagai "Kesultanan Johor-Riau-Lingga".(28)


KESIMPULAN

Pendiri Kerajaan Malaka. Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-403 M. Parameswara berasal dari Sriwijaya dan merupakan putra dari raja Sam Agi, saat itu ia masih menganut agama hindu. Ia melarikan diri ke Malaka karena kerajaannya runtuh diserang Majapahit.

Malaka sebagai pusat penyebaran agama islam. Sebagai slah satu Bandar ramai dikawasan Timur. Malaka juga ramai dikunjungi oleh para pedagang islam, oleh karena itu agama islam mudah menyebar di Malaka. Malaka menjadi pusat perkembangan agama islam di asia hingga mencapai puncak kejayaan dimasa pemerintahan sultan Masyur syah. Perkembangan agama islam dinegeri-negeri yang berada dibawah taklukan Malaka banyak memeluk agama islam, untuk mempercepat proses penyebaran islam maka dilakukan perkawinan antar keluarga kerajaan.

Kejatuhan Malaka 1511. usia Malaka cukuplah pendek, hanya satu setengah abad. Malaka runtuh akaibat serangan Portugis pada tanggal 24 agustus 1511, yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque. Sejak saaat itu keluarga kerajaan menyingkir kenegeri lain, jatuhnya Malaka pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah. /@cwi

selengkapnya...

Sejarah Indonesia Dekat dengan Palestina



Oleh: Ulis Tofa, Lc
Kirim Print

Masjidil Aqsha di Kudus
dakwatuna.com - Sejarah bangsa Indonesia wabil khusus sejarah umat muslimnya sangat dekat dengan bangsa Palestina. Fakta sejarahnya ada sampai sekarang ini, adalah kota Kudus, masjid Al Aqsha, madzhab Imam Asy Syafi’i, pengakuan kemerdekaan dan penjajahan.
Apa hubungannya semua itu dengan Palestina?
Fakta pertama, Adalah Syaikh Ja’far Shadiq juru dakwah sekaligus panglima perang kerajaan Demak, sebelum akhirnya beliau hijrah ke kota Tajug, kota sebelah utara Demak. Ja’far Shodiq yang lebih terkenal dengan sebutan Sunan Kudus itu menamakan masjid yang dibangunnya pada tahun 956 H. atau 1530 M. dengan Masjidil Aqsha. Dalam prasasti pendirian masjid tertuliskan: “Telah dibangun Masjidil Aqsha fil Quds” Maksud beliau adalah penamaan ini meniru apa yang ada di Palestina, yaitu masjidil Aqsha di Kota Quds. Sehingga beliau merubah nama kota Tajung menjadi kota Kudus.
Apakah Sunan Kudus pernah mengadakan pengembaraan ilmiyah ke Timur Tengah, terutama Palestina? –ada referensi yang menulis demikian-, atau beliau hanya membaca sejarah Palestina lewat referensi buku?, keduanya ini masih menjadi penelitian penulis. Yang jelas penamaan hal di atas bukan tanpa maksud, bukan tanpa disengaja. Justeru karena pengetahuan beliau terhadap sejarah Palestina, sehingga dengan bangga beliau menjadikannya nama di negerinya.

Masjidil Aqsha dengan menaranya yang demikian tegar sampai sekarang yang berlokasi di tengah kota Kudus ini menjadi kebanggaan umat muslim, tidak hanya di Indonesia bahkan di manca negara. Menjadi tempat yang dikunjungi. Rahimahullah Syaikh Ja’far Shodiq.
Fakta kedua, adalah Imam Asy Syafi’i, salah satu imam mazhab besar yang empat, madzhabnya dijadikan sebagai acuan sebagian besar umat muslim di Indonesia. Siapa Imam Asy Syafi’i? Beliau adalah Muhmmad bin Idris Asy Syafi’i, lahir di kota Ghozzah atau Gaza, Palestina pada tahun 150 H atau 767 M. beliau masih ada nasab dengan nabi Muhamamd saw., ia termasuk dari Bani Muththalib, saudara dari Bani Hasyim, Kakek Rasulullah saw.
Fakta ketiga, Bahwa yang pertama kali menyuarakan kemerdekaan Indonesia adalah bangsa Palestina. Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina dan Mesir, seperti dikutip dari buku “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan kemerdekaan Indonesia , M. Zein Hassan Lc. Buku ini diberi kata sambutan oleh Moh. Hatta (Proklamator & Wakil Presiden pertama RI), M. Natsir (mantan Perdana Menteri
RI), Adam Malik (Menteri Luar Negeri RI ketika buku ini diterbitkan), dan Jenderal (Besar) A.H. Nasution.
M. Zein Hassan Lc. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam bukunya pada hal. 40, menjelaskan tentang peran serta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap. Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini -mufti besar Palestina- secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia:
“.., pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia . Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut- turut, kami sebar-luaskan, bahkan harian “Al-Ahram” yang terkenal telitinya juga menyiarkan.” Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia ” dan memberi dukungan penuh.”
Peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat di negeri ini.
Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI. Tersebutlah seorang Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia , Muhammad Ali Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata: “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia ..”
Setelah seruan itu, maka negara daulat yang berani mengakui kedaulatan RI pertama kali adalah Negara Mesir tahun 1949. Pengakuan resmi Mesir itu (yang disusul oleh negara-negara Timur Tengah lainnya) menjadi modal besar bagi RI untuk secara sah diakui sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Pengakuan itu membuat RI berdiri sejajar dengan Belanda (juga dengan negara-negara merdeka lainnya) dalam segala macam perundingan dan pembahasan tentang Indonesia di lembaga internasional.
Fakta keempa,t Adalah adanya kesamaan dijajah, bedanya kalau Indonesia sudah terlepas dari penjajah, sedangkan Palestina sampai sekarang ini masih dijajah Zionis Israel.
Pemerintah Indonesia menegaskan bahwa akar masalah dari bangsa Palestina adalah penjajahan Zionis Israel terhadap bumi Palestina, itulah yang diungkapkan oleh Menlu RI, Hasan Wirayuda menanggapi agresi Israel ke Palestina akhir tahun 2008 yang lalu. Sehingga Indonesia sangat peduli dengan kondisi Palestina, ini sebagai bukti pengejawantahan amanat konstitusi bangsa ini “…bahwa kemerdekaan adalah hak suatu bangsa, oleh karena itu segela bentuk penjajahan harus dihapuskan di atas muka bumi.”
Karenanya wajar jika rakyat Palestina bersama-sama pemerintahannya mengadakan perlawanan, sebagaimana bangsa ini terdahulu, rakyat dan para pejuangnya melawan penjajah, mereka bangga dengan pemimpinnya, bahkan kita pun memperingatinya setiap tahun sekali sebagai hari pahlawan.
Demikian juga rakyat Palestina, mereka bangga dan mendukung penuh gerakan perlawanan bangsanya menentang Zionis Israel.
Ini beberapa catatan fakta sejarah yang menguatkan hubungan Indonesia dan Palestina, sehingga bangsa Indonesia akan terus peduli dengan Palestina, sampai Palestina merdeka, sampai masjidil Aqsha yang sekarang masih di bawah cengkeraman Zionis Israel terbebaskan, sampai boklade atas Gaza dicabut, sampai pintu-pintu perbatasan dibuka. Sampai Palestina menjadi negara berdaulat, sejajar dengan bangsa lain. Allahu a’lam
/@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |