Sejarah Singkat Ilmu Ushul Fiqih Ushul Fiqih

Oleh: Ahmad Sahal Hasan, Lc Di masa Rasulullah saw, umat Islam tidak memerlukan kaidah-kaidah tertentu dalam memahami hukum-hukum syar’i, semua permasalahan dapat langsung merujuk kepada Rasulullah saw lewat penjelasan beliau mengenai Al-Qur’an, atau melalui sunnah beliau saw. Para sahabat ra menyaksikan dan berinteraksi langsung dengan turunnya Al-Qur’an dan mengetahui dengan baik sunnah Rasulullah saw, di samping itu mereka adalah para ahli bahasa dan pemilik kecerdasan berpikir serta kebersihan fitrah yang luar biasa, sehingga sepeninggal Rasulullah saw mereka pun tidak memerlukan perangkat teori (kaidah) untuk dapat berijtihad, meskipun kaidah-kaidah secara tidak tertulis telah ada dalam dada-dada mereka yang dapat mereka gunakan di saat memerlukannya. Setelah meluasnya futuhat islamiyah, umat Islam Arab banyak berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain yang berbeda bahasa dan latar belakang peradabannya, hal ini menyebabkan melemahnya kemampuan berbahasa Arab di kalangan sebagian umat, terutama di Irak . Di sisi lain kebutuhan akan ijtihad begitu mendesak, karena banyaknya masalah-masalah baru yang belum pernah terjadi dan memerlukan kejelasan hukum fiqhnya. Dalam situasi ini, muncullah dua madrasah besar yang mencerminkan metode mereka dalam berijtihad: Madrasah ahlir-ra’yi di Irak dengan pusatnya di Bashrah dan Kufah. Madarasah ahlil-hadits di Hijaz dan berpusat di Mekkah dan Madinah. Perbedaan dua madrasah ini terletak pada banyaknya penggunaan hadits atau qiyas dalam berijtihad. Madrasah ahlir-ra’yi lebih banyak menggunakan qiyas (analogi) dalam berijtihad, hal ini disebabkan oleh: Sedikitnya jumlah hadits yang sampai ke ulama Irak dan ketatnya seleksi hadits yang mereka lakukan, hal ini karena banyaknya hadits-hadits palsu yang beredar di kalangan mereka sehingga mereka tidak mudah menerima riwayat seseorang kecuali melalui proses seleksi yang ketat. Di sisi lain masalah baru yang mereka hadapi dan memerlukan ijtihad begitu banyak, maka mau tidak mau mereka mengandalkan qiyas (analogi) dalam menetapkan hukum. Masalah-masalah baru ini muncul akibat peradaban dan kehidupan masyarakat Irak yang sangat kompleks. Mereka mencontoh guru mereka Abdullah bin Mas’ud ra yang banyak menggunakan qiyas dalam berijtihad menghadapi berbagai masalah. Sedangkan madrasah ahli hadits lebih berhati-hati dalam berfatwa dengan qiyas, karena situasi yang mereka hadapi berbeda, situasi itu adalah: Banyaknya hadits yang berada di tangan mereka dan sedikitnya kasus-kasus baru yang memerlukan ijtihad. Contoh yang mereka dapati dari guru mereka, seperti Abdullah bin Umar ra, dan Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, yang sangat berhati-hati menggunakan logika dalam berfatwa. Perbedaan kedua madrasah ini melahirkan perdebatan sengit, sehingga membuat para ulama merasa perlu untuk membuat kaidah-kaidah tertulis yang dibukukan sebagai undang-undang bersama dalam menyatukan dua madrasah ini. Di antara ulama yang mempunyai perhatian terhadap hal ini adalah Al-Imam Abdur Rahman bin Mahdi rahimahullah (135-198 H). Beliau meminta kepada Al Imam Asy-Syafi’i rahimahullah (150-204 H) untuk menulis sebuah buku tentang prinsip-prinsip ijtihad yang dapat digunakan sebagai pedoman. Maka lahirlah kitab Ar-Risalah karya Imam Syafi’i sebagai kitab pertama dalam ushul fiqh. Hal ini tidak berarti bahwa sebelum lahirnya kitab Ar-Risalah prinsip prinsip ushul fiqh tidak ada sama sekali, tetapi ia sudah ada sejak masa sahabat ra dan ulama-ulama sebelum Syafi’i, akan tetapi kaidah-kaidah itu belum disusun dalam sebuah buku atau disiplin ilmu tersendiri dan masih berserakan pada kitab-kitab fiqh para ‘ulama. Imam Syafi’i lah orang pertama yang menulis buku ushul fiqh, sehingga Ar Risalah menjadi rujukan bagi para ulama sesudahnya untuk mengembangkan dan menyempurnakan ilmu ini. Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i ra memang pantas untuk memperoleh kemuliaan ini, karena beliau memiliki pengetahuan tentang madrasah ahlil-hadits dan madrasah ahlir-ra’yi. Beliau lahir di Ghaza, pada usia 2 tahun bersama ibunya pergi ke Mekkah untuk belajar dan menghafal Al-Qur’an serta ilmu fiqh dari ulama Mekkah. Sejak kecil beliau sudah mendapat pendidikan bahasa dari perkampungan Huzail, salah satu kabilah yang terkenal dengan kefasihan berbahasa. Pada usia 15 tahun beliau sudah diizinkan oleh Muslim bin Khalid Az-Zanjiy – salah seorang ulama Mekkah – untuk memberi fatwa. Kemudian beliau pergi ke Madinah dan berguru kepada Imam penduduk Madinah, Imam Malik bin Anas ra (95-179 H) dalam selang waktu 9 tahun – meskipun tidak berturut-turut – beserta ulama-ulama lainnya, sehingga beliau memiliki pengetahuan yang cukup dalam ilmu hadits dan fiqh Madinah. Lalu beliau pergi ke Irak dan belajar metode fiqh Irak kepada Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani ra (wafat th 187 H), murid Imam Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit ra (80-150 H). Dari latar belakangnya, kita melihat bahwa Imam Syafi’i memiliki pengetahuan tentang kedua madrasah yang berbeda pendapat, maka beliau memang orang yang tepat untuk menjadi orang pertama yang menulis buku dalam ilmu ushul. Selain Ar-Risalah, Imam Syafi’i juga memiliki karya lain dalam ilmu ushul, seperti: kitab Jima’ul-ilmi, Ibthalul-istihsan, dan Ikhtilaful-hadits. Dapat kita simpulkan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan munculnya penulisan ilmu ushul fiqh: Adanya perdebatan sengit antara madrasah Irak dan madrasah Hijaz. Mulai melemahnya kemampuan bahasa Arab di sebagian umat Islam akibat interaksi dengan bangsa lain terutama Persia. Munculnya banyak persoalan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan memerlukan kejelasan hukum, sehingga kebutuhan akan ijtihad kian mendesak. Setelah Ar-Risalah, muncullah berbagai karya para ulama dalam ilmu ushul fiqh, di antaranya: Khabar Al-Wahid, Itsbat Al-Qiyas, dan Ijtihad Ar-Ra’y, ketiganya karya Isa bin Aban bin Shadaqah Al-Hanafi (wafat th 221 H). An-Nasikh Wal-Mansukh karya Imam Ahmad bin Hambal (164-241 H). Al-Ijma’, Ibthal At-Taqlid, Ibthal Al-Qiyas, dan buku lain karya Dawud bin Ali Az-Zhahiri (200-270 H). Al-Mu’tamad karya Abul-Husain Muhammad bin Ali Al-Bashri Al-mu’taziliy Asy-Syafi’i (wafat th 436H). Al-Burhan karya Abul Ma’ali Abdul Malik bin Abdullah Al-Juwaini/Imamul-haramain (410-478 H). Al-Mustashfa karya Imam Al-Ghazali Muhammad bin Muhammad (wafat 505 H). Al-Mahshul karya Fakhruddin Muhammad bin Umar Ar-Razy (wafat 606 H). Al-Ihkam fi Ushulil-Ahkam karya Saifuddin Ali bin Abi Ali Al-Amidi (wafat 631 H). Ushul Al-Karkhi karya Ubaidullah bin Al-Husain Al-Karkhi (wafat 340 H). Ushul Al-jashash karya Abu Bakar Al-Jashash (wafat 370 H). Ushul as-Sarakhsi karya Muhammad bin Ahmad As-Sarakhsi (wafat 490 H). Kanz Al-Wushul Ila ma’rifat Al-Ushul karya Ali bin Muhammad Al-Bazdawi (wafat 482 H). Badi’un-Nizham karya Muzhaffaruddin Ahmad bin Ali As-Sa’ati Al-hanafi (wafat 694 H). At-Tahrir karya Kamaluddin Muhammad bin Abdul Wahid yang dikenal dengan Ibnul Hammam (wafat 861 H). Jam’ul-jawami’ karya Abdul Wahab bin Ali As Subki (wafat 771 H). Al-Muwafaqat karya Abu Ishaq Ibrahim bin Musa Al-gharnathi yang dikenal dengan nama Asy-Syathibi (wafat 790 H). Irsyadul-fuhul Ila Tahqiq ‘Ilm Al-Ushul karya Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy-Syaukani (wafat 1255 H). Sumber: http://www.dakwatuna.com/2007/01/46/sejarah-singkat-ilmu-ushul-fiqh/#ixzz1hvdGhQd3 /@cwi

selengkapnya...

Katanya Allah itu Ada, Mana Buktinya? Kenapa Tidak Bisa Kita Lihat? Kisah

Oleh: Asfuri Bahri, Lc
Assalamu’alaikum William… Maaf ya tadi pembicaraan kita terpotong shalat Maghrib. Maaf juga tadi saya janji mau sampaikan jawabannya bukan melalui pesan ke inbox William tapi lewat catatan ini. Selain agar bisa dibaca oleh teman-teman lain, juga kalau ada yang kurang, ada yang menambahkan, atau kalau ada yang salah ada yang meluruskan… Saya lupa William cerita itu dari mana sumber bacaannya, kalau tidak salah dari buku aqidah. Saya juga lupa William di mana saya sampaikan cerita itu, di kelas atau di masjid. Yang jelas kamu waktu itu masih kecil, dan masih di SMP, soalnya di angkatanmu sudah tidak ada SMU-nya di Alka. Kisah ini termasuk kategori ‘Raddus-Syuhubuhat’ (jawaban atas tuduhan) tentang Islam. Musuh-musuh Islam selalu mencari-cari permasalahan dalam agama ini yang sulit dijawab oleh logika kita dan tujuannya agar kaum Muslimin ragu terhadap kebenaran agama mereka, terutama masalah aqidah. Saya juga kurang ingat betul William apakah ketiga pemuda itu beragama Kristen atau Atheis yang anti agama. Intinya ketiga orang pemuda itu ingin menguji pemahaman seorang ulama tentang Islam. Kalau ia tidak bisa menjawab ketiga pertanyaan itu, apalagi orang awam. Dan kalau tidak ada jawaban yang logis dan memuaskan, maka ada kelemahan dalam agama ini. Ketiga pemuda itu menemui sang ulama, dengan penuh yakin bahwa sang ulama tidak bisa menjawab salah satunya mulai berbicara, “Ya syeikh, katanya Allah itu ada, mana buktinya? Kenapa tidak bisa kita lihat?” “Cukup? Ya, ada pertanyaan lagi?” sambut ulama itu. “Ada syeikh, katanya Allah telah menentukan segalanya, termasuk amal perbuatan kita sudah ditentukan dan ditakdirkan. Kalau memang demikian, kenapa musti ada hisab? Dan kenapa musti ada hukuman bagi orang yang melakukan kesalahan?” pemuda kedua bertanya. “Ya bagus. Ada lagi yang ditanyakan?” tantang syeikh itu. “Ya ada lagi syeikh. Katanya syetan itu diciptakan dari api. Dan kita tahu bahwa syetan nanti akan dimasukkan ke dalam neraka. Apa ada pengaruhnya, api dibakar dengan api?” Tanya pemuda ketiga. “Cukup atau ada lagi?” “Cukup syeikh.” “Ya sebentar ya…” Sang ulama tidak menjawab melainkan mengambil beberapa genggam tanah keras lalu… Pluk… prak…duss… Dilemparkan tanah keras itu ke muka ketiga pemuda itu, dan ketiganya meringis kesakitan. Darah pun bercucuran dari wajah mereka. “Ya syeikh, kami bertanya baik-baik, kenapa Anda melempar kami?” “Itu jawabannya…” jawab ulama itu. Kedua pemuda itu pergi dan langsung membawa kasus ini ke pengadilan. Melaporkan perbuatan ulama itu agar diadili karena kezhalimannya. Pengadilan menerima aduannya dan ulama itu pun dipanggil. Saat sudah berada di atas kursi terdakwa hakim mulai memproses hukumnya dan menanyakan kepada ulama itu perihal dakwaan ketiga pemuda itu. “Ya syeikh,” kata hakim. “Benarkah Anda telah menyakiti ketiga pemuda ini? Bisa Anda jelaskan?” “Ketiga pemuda itu menanyakan tiga hal dan saya telah menjawabnya.” “Jawaban macam syeikh? Lalu kenapa mereka terluka seperti itu?” “Ya, itu jawabannya.” “Saya tidak mengerti, bisa Anda jelaskan?” “Mereka bertanya bahwa Allah itu ada, jika ada, mana buktinya? Kenapa kita tidak bisa melihatnya? Sekarang saya bertanya, bagaimana rasanya saya lempar dengan tanah keras itu? Sakit?” “Jawab wahai pemuda?” minta hakim kepada salah satunya. “Ya sakit.” “Kalau memang sakit, berarti sakit itu ada, kalau memang ada, mana buktinya? Kenapa saya tidak melihat ‘sakit’ itu?” “Ini, darah ini syeikh. Darah ini tanda bahwa sakit itu ada.” “Begitulah pak Hakim, dia tidak bisa membuktikan adanya sakit dan tidak bisa melihat sakit itu, hanya menunjukkan tandanya, darah. Bahwa sesuatu yang ada tidak mesti bisa dilihat. Tapi ada tanda-tandanya. Sakit itu ada dan tidak bisa kita lihat, hanya ada buktinya, darah. Demikian halnya dengan Pencipta kita, Allah Azza wa Jalla. Ia ada, namun keterbatasan akal kita tidak bisa menangkap keberadaan-Nya. Dan seluruh makhluk di jagad raya ini adalah bukti bahwa Allah itu ada.” “Bisa diterima,” sela hakim. “Pertanyaan yang kedua pak hakim, mereka bertanya bahwa Allah telah menentukan segalanya termasuk amal perbuatan manusia dan mentakdirkannya, jika demikian, apa gunanya hisab dan kenapa mesti ada hukuman bagi orang yang berbuat salah?” “Apa jawaban Anda syeikh?” “Sekarang saya bertanya kepada kalian. Kalau Anda berkeyakinan seperti itu, kenapa melaporkan perbuatan saya ke pengadilan? Perbuatan saya kan sudah ditentukan?” “Bisa diterima syeikh, ada lagi? “Yang ketiga bertanya, syetan adalah makhluk yang diciptakan dari api, lalu di akhirat nanti akan masuk neraka dan disiksa dengan api. Dan saya telah melempar mereka dengan tanah, kita tahu bahwa mereka, kita diciptakan dari tanah, kalau memang sama-sama dari tanah kenapa mesti meringis kesakitan?” Hakim pun menerima argumentasinya dan memutuskan bebas untuk sang ulama… Gitu dach William ceritanya. Semoga bermanfaat. Wassalam. Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/12/17826/katanya-allah-itu-ada-mana-buktinya-kenapa-tidak-bisa-kita-lihat/#ixzz1hvabpCIY /@cwi

selengkapnya...

Ahmad Dhani Dicekal Ormas Islam, Infotainment Bungkam

Cirebon (SI ONLINE) - Pasca pencekalan Ahmad Dhani Yahudi Indonesia yang selalu mempropagandakan pemujaan setan secara terselubung oleh 11 Ormas Cirebon 16 desember lalu, berkembang issu bahwa acara-acara infotainmen di televisi tidak akan menayangkan berita itu, karena dibayar oleh pihak sponsor yang berkepentingan dengan citra Ahmad Dhani. Dan memang kemudian terbukti tidak ada satupun televisi yang menayangkan berita itu hingga tanggal 21 desember 2011 ini. Ahmad Dhani semula akan tampil tanggal 16 desember lalu di Cirebon, untuk meramaikan acara HUT sebuah diskotek terkenal di Kabupaten Cirebon yang berbatasan dengan Kota Cirebon, pada malam harinya, sedangkan siang harinya direncanakan tampil di sebuah waralaba Amerika di Kota Cirebon. Hal itu menimbulkan kemarahan 11 Ormas Islam, yaitu Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Persatuan Islam (Persis), Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI), Gerakan Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat (GAPAS), Front Pembela Islam (FPI), Gerakan Muslim Cirebon (GMC), Forum Komunikasi Aktivis Masjid (FKAM), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Pagar Aqidah (Gardah), Jama’ah Anshorut Tauhid (JAT) dan Forum Silaturrahmi Kota Wali (FOS Kawal). Mereka bergerak cepat meminta aparat keamanan untuk membatalkan tampilnya Ahmad Dhani. Bukan hanya Ahmad Dhani, ormas Islam juga meminta kepada seluruh tempat hiburan untuk tidak menampilkan semua grup atau personel yang terkait dibawah naungan manajemen Ahmad Dhani, dan semua artis ikon pornografi dan porno aksi, seperti Julia Perez, Dewi Persik, Trio Macan dan lain-lain. Artis yang sudah batal tampil di Cirebon adalah Annisa Bahar. Ormas-ormas Islam menerima informasi dari sebuah sumber yang layak dipercaya, bahwa Ahmad Dhani kemudian bersedia tidak tampil di Cirebon, dengan catatan tidak boleh ada pihak infotainmen yang menayangkan berita itu. Dan untuk itu dia meminta kepada sponsor yakni sebuah perusahaan rokok untuk bertanggungjawab menanganinya. Pihak sponsor kemudian membayar pihak-pihak infotainmen supaya tidak menayangkannya. Sumber ini menyebutkan, walaupun pihak sponsor konon mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk membayar, tapi uang itu tidak ada artinya dari keuntungan yang mereka miliki. Sumber ini juga menegaskan, tidak ada sponsor yang berpihak pada kepentingan Islam dan Ummat islam. Sedangkan Ahmad Dhani merupakan ikon penting bagi kepentingan mereka. Jadi pihak sponsor pasti akan bekerja keras untuk melindunginya. Jadi jelas bagi Ummat Islam, bahwa infotainmen dan segala yang berhubungan dengannya, adalah upaya penting dari perang pemikiran dan perang informasi untuk melumpuhkan Islam. Pihak Ahmad Dhani melakukan serangan balik melalui pengacaranya Syamsul Huda, dia menuding, Ormas-Ormas Islam itu hanya mencari popularitas dengan mencekal dirinya, “Ada anggapan pada Ormas-ormas Islam itu, kalau ingin terkenal, lawan saja Ahmad Dhani” ungkap Syamsul, seperti yang ditulis sebuah harian Ibu Kota 15 Desember lalu. Tentu saja hal itu jadi bahan tertawaan Ormas-Ormas Islam. Laporan: Humas Forum Ukhuwah Islamiyah dan Ormas-Ormas Anti Yahudi Cirebon /@cwi

selengkapnya...

Di belakang Pria yang Kuat, Selalu Ada Wanita Hebat!

BETAPA hebat menjadi wanita. Lembut, penuh kasih, dilindungi, dihormati dan dihargai. Kehadirannya diperlukan oleh setiap manusia di semua peringkat usia. Sebagai anak dia menyenangkan. Sebagai saudara, dia menenteramkan. Sebagai isteri, dia menginspirasi. Sebagai ibu, dia pendidik ulung dan sebagai teman, dia dikenal sebagai penasihat yang ikhlas. Di sebalik kekurangannya dari sisi akal dan agama, dalam banyak situasi, wanitalah pemeran utama di belakang layar. Baik pendidikan yang diterimanya, baiklah pula pengaruh yang dibawanya. Boleh dikatakan, wanita adalah penentu jatuh atau tegaknya pria. Malah dalam banyak kisah dari seluruh dunia , dialah yang membangunkan pria, memberikan motivasi dan buah fikiran yang tak dapat ditepikan. Hal yang sama berlaku kepada keluarga Muslim-mukmin yang cinta li ilah li kalimatillah, jihad fi sabilillah. Dalam sebuah keluarga, posisi paling penting adalah sebagai isteri, karena dialah orang yang paling dekat dan paling mengerti suaminya. Di sinilah letaknya makna syarikatul hayah (pasangan kehidupan), yang setia menjadi sayap suami dalam keadaan suaminya hadir dan sewaktu ketiadaannya. Bersungguh-sungguh berusaha membantu secara hakiki dan maknawi dalam mencapai cita-cita hidup mulia atau mati syahid. Firman Allah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) di dalam surah At-Taubah, ayat 71; وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَـئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ “Dan orang-orang yang mukmin pria dan wanita, sebahagian daripada mereka adalah penolong bagi sebahagian yang lain, mereka menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, mereka mendirikan shalat, mengeluarkan zakat dan ta’at kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan dirahmati Allah. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Bijaksana.” Apakah syarikatul hayah (partner kehidupan?), apakah kriteria yang diperlukan? Secara ideal, seorang wanita Muslim haruslah memiliki modal: 1. Memiliki tingkat iman dan taqwa yang memadai Paling tidak, mampu membedakan mana yang haq dan mana yang batil. Cukup pula untuk dia memilih dan memilah yang halal, haram dan yang syubhat. Dengan demikian, dia menggenggam izzah-nya dengan kuat. Bila sudah berbekal dengan iman dan taqwa, dia tidak akan mudah berputus asa dan kemudian diserang kemurungan apabila ditimpa musibah. Dan dua bekal tersebut akan menjadi benteng dirinya dari terjebak ke dalam perbuatan atau kerja yang berisiko mengancam aqidah dan akhlaq. 2. Sebaiknya dia menguasai ilmu dien dan akademik Wanita yang berwawasan akan menyadari kepentingan ilmu lantaran dialah yang akan memikul tanggung-jawab sebagai guru besar kepada anak-anaknya, baik semasa keberadaan suami di rumah maupun pada saat ketidakhadiran suami. Dengan ilmu, dia mampu berperan sebagai pembantu pribadi suami dan berupaya menjadi pendidik kepada anak-anaknya. Sementara dengan kemahiran atau skil-skil tertentu, antara lain, memasak, menjahit, mengajar, memandu kenderaan dan lain-lain, dia akan memiliki inisiatif dan kreativitas dalam menjalani hidup, baik bersama suami mahupun ketika bersendirian. 3. Berkemampuan mengendali emosi Wanita Muslim yang baik, ia harus sanggup bersusah-payah dan berusaha untuk qanaah, karena suami yang cintakan Allah, agama dan jihad akan otomatis menjadikan dunia sebagai sarana menuju akhirat, bukan sebagai kesenangan dunia semata. Menurut istilah Imam Asy-Syafii rahimahullah, “Hakikat zuhud adalah tidak meletakkan dunia di hatinya.” Ini bermakna, bahwa seorang isteri harus kuat menahan hati dan emosi bila kekayaan sewaktu-waktu bila keperluan dunia makin tidak sempurna dan mulai berkurang. 4. Memiliki mental yang kuat Dalam bahasa yang lebih mudah, wanita ahrus kuat menahan perasaan. Ada banyak kondisi dan situasi yang menuntut kemampuan ini; kepergian suami dalam waktu lama, anak yang sakit di kala suami sibuk dan tak dapat mendampingi, keperluan ummat yang menyita waktu bersama suami. Atau ujian berat, ketika para wanita mendapi suami-suami mereka di penjara. Sementara keluarga yang tidak mendukung dan kondisi keuangan yang tidak stabil, adalah satu hal yang tak dapat tepiskan begitu saja. Bahkan berat pula kondisi ketika para suami berkeinginan “membantu” mengangkat derajat kaum hawa menjadi pendamping. Sungguh luar biasa semua itu, jika perasaan marah, cengeng, dan cemburunya mampu diletakkan di tempat yang betul dan baik serta wajar. 5. Mampu mengawal diri dari sifat buruk yang timbul dari situasi tertentu Sifat buruk di sini antara lain adalah; membanggakan diri sebagai isteri, dengan itu dia paling tau banyak hal. Membanggakan suami dan merendahkan orang lain bisa juga menganggap dirinya orang paling malang dan paling memerlukan perhatian banyak orang ketika sedang ditimpa musibah dan lain sebagainya. 6. Memiliki daya tahan dan kemahuan yang kuat Daya tahan seorang istri-lah yang menjadi inspirasi dan menjadi pendorong utama para suami untuk melaksanakan amal dan karir. Dia ibarat antibodi yang gigih melawan sembarang jenis bakteri, kuman dan virus yang menyerang jiwa dan semangat suami dan keluarga. Dia berkemauan kuat untuk bersama-sama suaminya menempuh ombak lautan perjuangan di dalam kapal bernama “jihad” dan rumahtangga menuju jannah Rabbnya. Dengan kemauan kuat yang kadang kelihatan seperti sebuah kedegilan, jiwa rapuh ditegakkan, semangat layu disegarkan dan air mata diusap dan diganti dengan senyuman. 7. Selalu berinisiatif untuk kelihatan menarik di mata suami Wanita Muslim harus menarik dari berbagai segi; penampilan, cara berpakaian, berfikir, bersikap, berbicara dan mengambil keputusan, dalam waktu senang maupun susah. Wanita sebeginilah yang Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) maksudkan dalam sebuah ucapannya, “Tidakkah mau aku kabarkan kepada kamu tentang sesuatu yang paling baik dari seorang wanita? Wanita sholehah adalah wanita yang bila dilihat suaminya menyenangkan, bila diperintah ia mentaatinya dan bila suaminya meninggalkannya, ia menjaga diri dan harta suaminya.” [Hadith riwayat Abu Daud dan An-Nasa’i) Berbahagialah wanita yang membahagiakan suaminya. Pria yang berjaya adalah pria yang bahagia lantaran telah memperoleh sebaik-baik perhiasan. Rasulullah dalam sebuah haditsnya mengatakan, "Ad dunya mata', wa khoiru mata'iha al mar'atus Shalihat." (dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah isteri Shalihat, HR. Muslim) Pria yang berjaya adalah pria yang jiwanya bahagia dan merdeka, adalah pria yang tidak terpenjara oleh ulah dan ragam wanita di sisinya. Untuk itu, kesempatan belajar dan hak dididik perlulah diberi kepada kaum wanita. Tak ada ruginya pria memberi kesempatan wanita belajar. “You get what you give.” Yakinlah, tangan yang menghayun buaian, akan mampu menggoncangkan dunia. Wallahu a’lamu bish-shawabi. (Hanya Allah yang Maha tahu kebenarannya) Paridah Abbas, penulis ibu rumah tangga dan seorang pengajar / hidayatullah.com
@cwi

selengkapnya...

Geeta School di Cirebon Larang Siswinya Berjilbab


CIREBON - Geeta International School yang berlokasi di Jln. Darsono, melarang siswinya mengenakan jilbab saat di sekolah. Akibat larangan itu, salah seorang orang tua siswi mengadukan hal tersebut ke DPRD Kota Cirebon, Rabu (28/12). Selain dihadiri kedua orang tua salah satu siswi kelas IV GIS, dengar pendapat juga dihadiri perwakilan yayasan dan pengelelola GIS serta perwakilan dari Forum Umat Islam (FUI). Menurut Budi Gunawan, sebagai orang tua, pihaknya tidak pernah memaksa puterinya untuk mengenakan kerudung, karena masih di Sekolah Dasar. "Justru puteri kami sendiri yang mengungkapkan keinginannya untuk mengenakan kerudung. Sebagai orang tua yang bangga anaknya menyadari sendiri akan hukum Islam, saya tentu membantunya dengan menyampaikan keinginan tersebut ke pihak sekolah," katanya saat dengar pendapat dengan komisi gabungan DPRD Kota Cirebon, kemarin. Namun saat keinginan puterinya disampaikan, pihak sekolah melarangnya, dengan alasan melanggar aturan sekolah. Pihak yayasan dan pengelola sekolah Geeta International School (GIS) saat dipanggil komisi gabungan DPRD Kota Cirebon, mengakui, pihaknya memang melarang siswinya mengenakan asesoris terkait dengan keagamaan tertentu. Menurut Kepala Sekolah GIS, Wresmi aturan sekolah, sudah disosialisasikan kepada orang tua murid sejak awal. "Aturan sekolah kami memang melarang siswa mengenakan asesoris keagamaan tertentu. Karena warna dan model baju seragam sekolah, bahkan sampai kaos kaki dan sepatu memang diatur dalam aturan sekolah," ujarnya. Anggota Komisi B, Dani Mardani meminta Dinas Pendidikan untuk tegas dalam menyikapi masalah itu. "Apalagi tadi sudah diakui pihak Geeta School kalau, sekolahnya tidak menginduk kemanapun. Artinya secara aturan sekolah lebih mudah melakukan sedikit perubahan," katanya. Anggota Komisi C, Agus Thalik menegaskan, dalam Islam, kerudung bukan merupakan asesoris, tetapi merupakan kewajiban yang mengikat kepada muslimah yang sudah akil balig. Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Anwar Sanusi menyakan, persoalan tersebut sebenarnya sedang ditangani dinas. "Namun belum ada ketemu sepakat, dewan sudah keburu memanggil," jelasnya. Sejak awal dengar pendapat Ketua Komisi C, Djoko Poerwanto sudah mewanti-wanti, kalau forum tersebut bukan pengadilan, tetapi hanya meminta penjelasan atas pengaduan itu. Gabungan komisi dewan sepakat agar pihak Geeta School mengubah aturan sekolah, agar lebih universal dan tidak melanggar hak asasi manusia (HAM). Sementara itu Kepala Sekolah Wresmi yang ditanya apakah bersedia mengubah aturan sekolah sehingga tidak melanggar HAM, menolak berkomentar. "Kami no comment dulu," katanya seusai dengar pendapat. (PR/Widad) (voa-islam.com) /@cwi

selengkapnya...

Fenomena dan Dampak Buruk Isti'jaal

Fenomena Isti'jaal. 
Ada beberapa fenomena dan dampak buruk isti'jaal, yang dapat mengakibatkan gagalnya gerakan dakwah. Kehancuran gerakan dakwah di masa kini, tak terlepas dari akibat sikap isti'jaal dari para pemimpinnya. Fenomena dan dampak buruk isti'jaal seperti : 
Pertama, merekrut orang-orang ke dalam kelompok dakwah sebelum mempertimbangkan kadar kepercayaan (tsiqoh), meneliti kemampuan, dan kesanggupannya serta kesiapannya. 
Kedua, menaikkan tingkatan/jenjang (ruthbah tandzimiyah) atau status mereka (para da'i) ke tingkat lebih tinggi tanpa terlebih dahulu mempertimbangkan kesempurnaan, kematangan, dan kelurusan kepribadiannya.
Ketiga, melaksanakan kegiatan dakwah dengan tidak terarah atau tidnak memiliki program dan sasaran yang jelas merugikan dakwah itu sendiri. 
Dampak Buruk Isti'jaal. 
Sikap dan cara-cara dakwah sebagaimana disebutkan diatas, pada akhirnya akan mengakibatkan dampak buruk, baik terhadap para aktivis maupun terhadap aktivis Islaminya. Mengakibatkan Futur. Hal ini sebagaimana telah kami jelaskan pada kendala pertama. Sabda Rasulullah shallahu alaihi wa sallam. "Dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan terus menerus sekalipun sedikit". (HR : Muttafaq alaih). Menyebabkan Pengorbanan Yang Sia-Sia. Perilaku tergesa-gesa atau melakukan sesuatu aktivitas dengan tanpa perhitungan lazimnya sangat sulit mencapai keberhasilan, faedah, atau keuntungan. Kasus berikut ini merupakan sebuah contoh konkrit sekaligus ibrah (pelajaran) bagi kita semua atas fenomena isti'jaal. Pada akhirnya tahun tiga puluhan, kehidupan hakah Islamiyah di Mesir sempat mencapai puncak masa kejayaannya. Ia telah dapat menembus ke segenap lapisan masyarakat. Ibarat sebuah kapal laut yang membelah lauatan yang tenang disertai semilir tiupan angin yang mengiringinya. Suara harakah telah menggema dan terdengar di setiap permasalahan, baik yang sifatnya nasional maupun internasional. Pada waktu itu ada seorang anggota harakah, yaitu Ahmad Rif'at, yang menolak sistem dan cara yang tengah ditempuh oleh harakah Islamiyah dan menyerukan sistem lainnya. Awalnya, keadaan itu belum sempat menjadi perhatian. Setiap anggota harakah berhak mengkritik hal-hal yang dipandang perlu, maka terjadilah diskusi beberapa kelompok harakah yang kemudian menghasilkan kesimpulan yang paling benar dan jalan yanglebih lurus. Meskipun demikian, yang patut menjadi titik perhatian kita bahwa seruan tersebut mendapat sambutan positif dari para pemuda anggaota harakah Islamiyah. Kita tidak ingin membicarakan sebab-sebab yang melahirkan keadaan tersebut. Yang penting bagi kita adalah diadakannya pertemuan khusus untuk mengetahui kendala dan tuntutan yang tengah berkembang, yang meliputi tiga hal : 
Pertama, pihak harakah Islamiyah dianggap telah "bemanis-manis" dengan pemerintah dan berjalan bersamanya, kendati jelas-jelas sistem politik yang dijalankan oleh pemerintah merupakan sistem politik "campuran" (sekuler). Kondisi itu harus diluruskan. Pihak harakah Islamiyah wajiba bersikap tegas dan kritis dalam menghadapi pemerintah secara benar sesuai dengan konteks al-Qur'an. "Dan barangsiap yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan maka mereka itulah orang-orang kafir". 
Kedua, pihak harakah Islamiyah dianggap belum mampu menindak para wanita yang melakukan tabarruj (membuka aurat). Pihak harakah hanya dapat dapat memberikan nasihat, petuah, serta himbauan-himbauan lewat kata-kata. Diusulkan agar pihak harakah bisa mengirimkan para anggotanya ke jalan-jalan Kairo dengan membawa tinta. Setiap kali mereka mendapatkan seorang wanita yang membuka auratnya di hadapannya, mereka harus melemparkan tinta itu ke baju-baju mereka. Sebagai pelajaran bagi wanita itu. Ketiga, sikap pihak harakah Islamiyah terhadap para mujahidin Palestina, dianggap hanya sebatas "pengakuan". Sikap semacam itu dipandang sebagai tindakan menyepelekan dalam mengatasi kemelut, enggan berjihad, dan menghindari dari medan perang. Seharusnya harakah Islamiyah segera meninggakan pekerjaan mereka masing-masing kemudian bergabung dengan barisan mujahidin di Palestina. Jika hal-hal itu tidak dilakukannya, maka mereka termasuk orang-orang yang membelot dari gerakan, dan tidak berguna kerterlibatan mereka dalam harakah Islamiyah. Wallahu'alam. /@cwi

selengkapnya...

Dampak Buruk Akibat Uzlah : Buta Terhadap Kadar Kemampuan Pribadi

a. Buta terhadap Kadar kemampuan Pribadi Sekalipun manusia memiliki kecerdasan dan kecermalangan berpikir, namun ia tidak akan mungkin mampu menilai kemampuan dan potensi yang ada pada diri pribadinya secara rinci. Ia tetap memerlukan orang lain yang akan bertindak sebagai penolongnya. Sebagai contoh, sekalipun contoh ini tidak mutlak, seorang tidak akan mungkin dapat membuktikan terhadap apa yang ada dalam pribadinya berupa sikap ananiyah (egois), itsaar (mengutamakan orang lain), dan ta'awun (tolong-menolong), kecuali jika ia hidup dengan manusia lainnya dan bergaul bersamanya. Dengan bergaul secara nyata dengan sesamanya, maka akan terbukti apakah dirinya memiliki sifat-sifat seperti itu atau justru sebaliknya. Demikian pula kita tidak mungkin dapat melihat apakah kita telah memiliki sikap sabar dan cermat, atau justru sebaliknya, kita ternyata bersikap ceroboh dan tergesa-gesa, kecuali jika kita telah bergaul bersama manusia lainnya. Kita pun tidak mungkin pula mengetahui apakah kita telah memiliki sikap berani, atau justru sebaliknya, ternyata kita ini sebenarnya bersifat pengecut, kecuali jika kita telah hidup berbaur bersama manusia lainnya. Mungkin inilah rahasia firman-Nya yang menyebutkan, قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا ﴿١٠٣﴾ الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا ﴿١٠٤﴾ Katakanlah, "Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang sia-sia perbuatannya dalam dunia ini? Sedangkan ia menyangka bahwa mereka berbuat baik-baik". (QS. Al-Kahfi [18] : 103-104) Rasulullah SAW bersabda, "Seorang mukmin adalah cermin bagi saudara mukmin lainnya". (HR. Abu Daud) Serta ucapan Umar bin Khatthab r.a., "Tunjukkanlah kepadaku keburukan-keburukanku". (Mukhtashar minhaaj al-Qaashidiin, hal. 171) Jadi, jalan itulah yang akan membuktikan seorang mukmin terhadap kadar dan kemampuan atau kekurangan, kekuatan atau kelemahan dirinyha. Jika ia masih merasa lebih banyak kelemahan dan kekurangannhya, maka ia akan berusaha melengkapi dan memperkuat kekurangannya dan kelemahannya. 
b. Terhalang dari Pertolongan Orang lain 
Di antara manusia ada yang telah mengetahui dan menyadari akan berbagai keburukan yang terdapat dalam dirinya. Akan tetapi, seringkali dirinya itu tidak memiliki kemauan yang cukup kuat dan tekad yang kuat untuk mengatasi dan mengubahnya, sehingga ia tidak mampu memperbaiki dan meluruskan dirinya. Oleh karena itu, bagi orang yang semacam itu mutlak diperlukan seseorang yang akan bertindak sebagai penolong dalam mengatasi masalahnya. Akan tetapi, jika ia memilih bersikap 'uzlah' dan mengisolasi diri dari masyarakat, maka ia akan terhalang mendapatkan pertolongan itu. Ia akan tetap tenggelam dalam suatu kesalahan dan maksiat sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, Rasulullah shallahu alaihi wasslam bersabda, "Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya, jika ia mendapatkan aib, maka ia akan membetulkannya". (HR. Bukhari) "Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah suatu kebaikan, maka ia akan diberi seorang teman yang shalih. Jika ia lupa maka ia akan diingatkan, dan jika ingat maka akan ditolong". (HR. Ahmad) 
c. Terhambatnya Kemampuan dan Potensi Dasar dalam Jiwa 
Sebagaimana diketahui, manusia terdiri atas unsur jasad, akal, dan roh, atau terdiri atas unsur material dan spiritual. Sedangkan rohani atau spiritual tersebut dibekali dengan seperangkat gharizah (perangai) yang saling mengimbangi dan memengaruhi. Kedua perangai yang berlawanan tersebut akan berpasangan dalam jiwa manusia, seperti rasa kawatir dan berharap, cinta dan benci, kecenderungan kepada sesuatu yang nyata dan kepada suatu yang khayal, kekuatan lahir dan bathin, suka kepada suatu yang diharuskan dan cenderung kepada sesuatu yang dianjurkan, senang pda hidup sendiri dan bermasyarakat, negatif dan positif, dan lain-lain. Semuanya itu adlah gharizah-gharizah yang saling berimbang dan saliang memberi pengaruh, sebagaimana yang kita rasakan. Hidup berjamaah dan berinteraksi dengan manusia merupaka satu-satunya arena yang akan menggerakkan segenap potensi dasar dan jiwa seorang muslim. Dengan demikian, setiap perangkat gharizah dapat bekerja secara seimbang dan bersama-sama. Pada saat itulah akan terbentuk suatu kepribadian yagn seimbang dan saling menyempurnakan, tanpa ada suatu penyimpangan dan kebengkokkan, serta terlindung dari tipu daya setan yang menyesatkan. Dengan demikian pula maka ketika seorang muslim yang menjauhi jamaah dan menutup diri dari kehidupan bermasyarakat serta menjalani pola hidup 'uzlah' dan 'tafarrud', maka sudah pasti sikap tersebut akan menghambat sebagian kemampuan dan potensi gharizah-nya. Karena itu, ia akan mengalami kegelisahan dan keresahan dalam jiwa. Terlebih lagi jika ia memiliki waktu luang yang banyak, maka hal itu akan dimanfaatkan sebagai arena beraksinya setan, manusia, dan setan-jin untuk melancarkan tipu daya dan menyesatkannya. Mungkin inilah keadaan yang pernah menjadi perhatian Nabi Shallahu alaihi was sallam dalam sabdanya, "...Maka barangsiapa yang ingin merasakan kenikmatan Surga hendaklah ia melazimi (selalu menyertai) jamaah, karena sesungguhnya setan itu akan beserta dengan orang yang sendiri dan akan menjauh dari orang yang berdua..." (Hadist Shahih, lihat kitab Takhriijul-Ahadiits, ash-Shahihah, al-Albani, 1/134) 

sumber: http://eramuslim.com /

@cwi

selengkapnya...

Fenomena dan Cara Mengatasi Membanggakan Diri (I'jaab bin-nafsi)

Pertama, menganggap diri suci. Fenoma pertama dari sikap i'jaab bin-nafsi yakni jika orang selalu menganggap suci atau merasa memiliki harkat dan kedudukan yang tinggi. Orang-orang semacam itu seakan berpura-pura lupa terhadap firman Allah yang menyebutkan, " .. Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah Yang Maha Mengetahui tentang orang yang bertaqwa". (QS : an-Najm : 32) 
Kedua, sulit menerima nasihat. Fenomena kedua, jika orang sulit menerima nasihat dari orang lain atau senantiasa menghindari nasihat. Padahal, Rasulullah pernah mengatakan bahwasanya tidak ada kebaikan sedikitpun pada suatu kaum jika mereka tidak saling menasihati dan enggan menerima nasihat. 
Ketiga, senang mendengarkan cacat dan aib orang lain. Fudhail bin Iyadh rahimamullah berkata : "Sesungguhnya di antara ciri-ciri orang munafik ialah mereka senang mendengarkan aib salah seorang temannya". (Kitab al-Awaa-iq)
 Kiat dan Cara Mengatasi I'jaab Bin-Nafsi
Dengan mengetahui berbagai sebab yang mendorong sikap 'ujub tentunya kita akan lebih mudah mencari cara untuk mengatasi dan mencabut akar penyakit ini. Berikut akan saya bentangkan beberapa kiat dan caranya. 
Pertama, selalu mengingat hakikat jiwa manusia. Orang-orang yang membanggakan diri seharusnya berusaha memahami bahwa jika bukan karena uluran rahmat Allah, sesungguhnya mereka itu tidak akan pernah menjad apa-apa. Mereka seharusnya ingat bahwa dirinya diciptakan dari tanah yang diinjak-injak oleh kaki, kemudian dari air mani, yang tabu untuk dilihat. Kemudian setelah meninggal dunia mereka akan dikembalikan lagi ke tanah menjadi sosok mayat yang busuk yang akan dijauhi oleh manusia-manusia yang masih hidup. JIka mampu merenungkan kenyataan itu dengan sebaik-baiknya, insya Allah akan mampu menolak kehadiran 'ujub' dalam hati kita. 
Kedua, sesungguhnya nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah, baik terhadap manusia maupun terhadap makhluk-makhluk-Nya yang lain, sangatlah banyak.Sebagaimana firman-Nya : " .. Dan jika kalian hitung nikmat-nikmat Allah, niscaya tidak akan mampu menghitungnya .." (QS : Ibrahim :34). Dengan senantiasa merenungkan kenyataan tersebut kita akan selalu merasa lemah faqiir ((sangat membutuhkan) kemurahan Allah serta akan dapat menyucikan sekaligus membentengi rohani kita dair penyakit 'ujub ini. 
Ketiga, men-tafakur-i datangnya kematian dan perjalanan setelahnya.
Dengan senantiasa men-tafakur-i bahwasayanya setiap makhluk hidup yang ada di dunia ini mau tida mau akan menghadapi kematian sert perjalanan sesudahnya kematian tersebut, maka akan dapat mencabut akar sikap 'ujub dari dalam jiwa kita. 
Keempat, senantiasa mengingat hakikat kehidupan dunia. 
Orang yang 'ujub seharusnya menyadari bahwasanya kehidupan dunia ini diciptakan oleh Allah sebagai ladang akhirat bagi dirinya dan masa bagi dia untuk menempatinya sangatlah pendek, atau singkat saja. Sebaliknya, akhirat itu kekal, dan disanalah dia akan menetap untuk selama-lamanya. Jika terus-menerus direnungi atau di tafakur-i, kenyataan tersebut juga akan dapat menangkal kehadiran 'ujub di dalam hati kita sekaligus akan memicu semangat kita dalam melakukan pengabdian kepada-Nya. 
Kelima, mengkaji ayat-ayat Ilahi serta Sunnah Rasulullah. 
Di dalam kedua sumber ajaran Islam tersebut terkandung penjelasan, keterangan, sekaligus tuntunan yang jelas dan tuntas mengenai bagaimana seharusnya akita berperilaku, sekaligus menangkal dan mengobati aneka penyakit hati yang kerap menggerogoti rohani kita, termasukdalam hal mengobati an menangkal penyakit 'ujub ini. 
Keenam, menghadiri majelis ilmu Dengan senantiasa menghadiri majelis-majelis ilmu, khususnyayang tema-temanyabanyak membahas masalah penyakit-penyakit hati dan cara mengatasinya, akan dapat membantu kita dalam membersihkan hati dan menjaganya dari terserang penyakit 'ujub. 
Ketujuh, menjenguk mereka yang tengah menghadapi sakaratul maut serta ziaarah kubur.
 Menjenguk orng-orang yang tengah menderita sakit, terlebih yang tengah menghadapi proses sakaratul maut, kemudian menyaksikan serta men-takafur-i bagaimana mereka akhirnya dimandikan, dibungkus kafan, dan dikubur, akan memberikan terapi yang cukup ampuh terhadap prilaku 'ujub ini. Begitu pula dengan sering melakukan ziarah kubur akan menggerakkan kedalaman hati seseorang dan mendukungnya untuk tiadk berlaku 'ujub atau penyakit-penyakit rohani. 
Kedelapan, mencontoh kehidupan para ulama salaf.
 Kita harus senantiasa mencontoh kehidupan para ulama salaf, khususnya cara-cara yang mereka lakukan untuk mengatasi sikap 'ujub yang muncul pada dirinya. Dengan mengetahui contoh-contoh dari mereka akan membawa kita kepada keinginan untuk meneladani dan ber-qudwah kepadanya. Atau paling tida berpaya untuk menyerupai dan meniru mereka dalam mencabut akar penyakit kita ini, serta menutup semua celah yang dapat menerumuskan diri ke dalam sikap 'ujub. 
Kesembilan, berlatih menolaknya. 
Kita harus senantiasa berlatih menolak atau membunuh sikap perilaku 'ujub yang kerap bersemayam dalam diri kita, kemudian meletakkannya pada tempat yang benar.Misalnya, dengan memaksakan diri untuk senantiasa berusaha menolong kawan yang tengah dilanda kesusahan atau orang-orang yang tengah didera penderitaan, seperti yang banyak digambarkan dalam kehidupan para ulama salaf. Diriwayatkan bahwa saat Khalifa Umar ibn Khattab ra melakukan perjalanan ke negeri Syam, beliau harus melintasi sebuah sungai. Beliau kemudian turun dari keledainya dan melepas kedua sandalnya, lalu dipegangnya. Setelah itu beliau pun segera turun ke dalam sungai bersama keledainya. Melihat pemandangan seperti itu Abu Ubaidah berkata kepadanya, "Engkau telah berbuat sesuatu yang mengejutkan penduduk negeri ini, wahai Khalifah". Mendengar ucapan Abu Ubaidah seperti itu Khalifah Umar mengusap dadanya sambil berkata : "Kalau saja bukan engkau yang mengatakan hal itu, wahai Abu Ubaidah ..!" Beliau terdiam sejenak lalu berkata lagi, "Sungguh engkau dahulu adalah manusia yang paling tercela, kemudian memuliakanmu dengan Rasul-Nya . Jika engkau ingin mencari kemuliaan dari selain keduanya (Allah dan Rasul), maka niscaya Allah akan menghinakanmu kembali". 
Kesepuluh, senantiasa bermuhasabah, sebelum mengerjakan sesuatu. 
Dengan mendahulukan muhasabah atau melakukan introspeksi dan pertimbangan sebelum melakukan segala sesuatu, khususnya terhadap kemungkinan terjadinya 'ujub, akan dapat mengantisipasi serta meminimalkan berkembangnya penyakit ini serta akan mempermudah proses penyembuhan pernyakit rohani ini. Wallahu'alam.

sumber: http://eramuslim.com

 /@cwi

selengkapnya...

Fenomena Riya dan Sum'ah

Agar seorang Muslim mengetahui posisinya dalam riya dan sum'ah, hendaknya dia memahami betul fenomena atau tanda-tandanya, yaitu antara lain: 1. Giat bekerja dan melipatgandakan tenaganya jika mendapat pujian atau sanjungan, dan malas atau cenderung mengurangi amal, jika mendapat celaan dan kecaman. Juga apabila sedang bersama-sama dengan orang lain cenderung mengurangi amal, ketika ia seorang diri atau jauh dari pantauan orang lain. Terhadap ciri ini, Sayyidina Ali ra pernah bertutur, "Ada beberapa tanda bagi orang yang berlaku riya, yakni malas ketika seorang diri, tetapi akan sangat rajin ketika sedang bersama orang banyak. Bertambah amalnya, jika mendapat pujian dan berkurang amalnya jika mendapat celaan". (Kitab Ihya Ulumuddin, al-Gazali, 3/298) 2. Menjauhi larangan-larangan Allah jika bersama manusia dan melanggar larangan-larangan-Nya, jika ia seorang diri dan jauh dari penglihatan manusia. Rasulullah shallahu alaihi wassalam bersabda: "Aku akan mengetahui beberapa kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan laksana pegunungan yang tinggi berkilau. Akan tetapi, Allah menjadikannya debu yang berterbangan (tidak berharga). Mereka itu adalah saudara-saudara kalian, dan berasal dari keturunan kalian. Mereka mengerjakan amalan pada waktu malam sebagaimana kalian mengerajakannya. Akan tetapi, mereka adalah kaum yang jika dalam keadaan sendiri akan melanggar larangan-larangan Allah." (HR. Ibnu Majah) Dampak Buruk Akibat Riya dan Sum'ah Riya atau sum'ah mempunyai pengaruh dan akibat yang berbahaya dan membinasakan, baik kepada para aktivis secara pribadi atau terhadap amal Islami secara umum. Terhadap Pribadi. Terhalang Dari Petunjuk (Hidayah) dan Pertolongan (Taufik) Ilahi. Hanya Allah Ta'ala semata yang berwenang memberi hidayah dan taufik kepada siapa saja yang dikehendaki, serta menghalanginya dari siapa saja yang Dia kehendaki. Tidak ada yan mampu menonlak ketentuan-Nya dan tiada seorang pun yang dapat menghalangi kebijakan-Nya. Ketetapan-Nya sudah pasti dan pelaksanaannya psati berlaku bahwa Dia tidak akan memberi petunjuk dan pertolongan kecuali kepada orang yang ikhlas dan benar-benar menghadapkan diri kepada-Nya. Firman-Nya : وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ ﴿٢٧﴾ "Dan Ia menunjuki orang-orang yang bertobat kepada-Nya." (QS. Ar-Ra'd [13] : 27) وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ ﴿١٣﴾ "Dan ia memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali kepada-Nya." (QS. As-Syuura [42] : 13) Seseorang yang berlaku riya dan sum'ah pada dasarnya telah merobek-robek ikhlas dan berpaling dari kebenaran. Maka bagtiamana mungkin orang seperti itu akan mendapat limpahan hidayah atau taufiq dari-Nya? Maha benar firman Allah Ta'ala: فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ ﴿٥﴾ "Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik." (QS. Ash-Shaf [61] : 5) Menderita Kesempitan dan Ditimpa Rasa Gelisah Orang yang riya dan sum'ah itu hanya akan melaksanakan sesuatu hal atau pekerjaan semata-mata untuk memperoleh pujian atau penghormatan dari manusia. Akan tetapi, dapat saja ketentuan dan ketetapan Allah akan menghalangi orang-orang untuk melakukan apa yang dia kehendaki itu, sebab sesungguhnya Allah Mahakuasa untuk melakukan hal semacam itu. Jika hal itu sampai terjadi maka orang yang berperilaku riya dan sum'ah itu akan segera menderita kesempitan dan kegelisahan, karena cita-citanya tidak tercapai. Sehubungan hal itu Allah Ta'ala mengingatkan: وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا "Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya penghidupan yang sempit." (QS. Thaha [20] : 124) وَمَن يُعْرِضْ عَن ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَابًا صَعَدًا ﴿١٧﴾ "Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya dalam azab yang amat berat." (QS. Jin [72] : 17) Tercabutnya Kewibawaan dari Hati Orang-orang Hanya Allah saja yang mutlak berkuasa menanamkan kewibawaan pada hati manusia yang Ia kehendaki. Sedangkan keikhlasan seseorang dalam setiap perbuatannya adalah laksana tebusan untuk mewujudkan hal itu. Seseorang yang berlaku riya atau sum'ah tidak memiliki tebusan tersebut. Karena itu, Alah mencabut kewibawaan dirinya dari h ati manusia. Sebaliknya, Allah akan menumbuhkan rasa hina manusia. Sebaliknya, Allah akan menumbuhkan rasa hina dalam pandangan mereka terhadap dirinya. Firman-Nya: وَمَن يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِن مُّكْرِمٍ "Barangsiapa yang dihinakan oleh Allah, maka niscaya tidak ada seseorangpun yang akan memuliakannya." (QS. Al-Hajj [22] : 18) Para salafush shalih benar-benar telah mengantisipasi hal ini. Mereka adalah kelompok manusia yang palihng memelihara keikhlasan amal kepada Allah. Dengan demikian, wibawa atau kedudukan mereka tetap melekat di dalam dada dan hati manusia. Banyak sekali kisah yang tercecer dari mereka tentang hal ini. Akan tetapi, cukuplah bagi kita memperhatikan wasiat yang diungkapkan oleh Umar ibnul Khattab ra kepada ABu Musa al-Asy'ari. Ia berkata antara lain: "Siapa saja yang mengikhlaskan niatnya (kepada Allah) niscaya Allah akan mencukupkan (urusan) antara dia dan manusia.". (Kitab Ihya Ulumuddin, 4/378).

 sumber; http://eramuslim.com /@cwi

selengkapnya...

Dampak Buruk Riya dan Sum'ah

Diantara untaian kisah tentang Hasan al-Bashri, yang telah menjadi sosok manusia yang sangat disegani oleh para penguasa, karena ketinggian mujahadahnya dalam melakukan shalat malam, ketika manusia sedang terlelap tidur, serta sangat berusaha untuk senantiasa menutupi amal-amalnya dari mereka. Diceritakan bahwa karena kezaliman dan kediktatoran al-Hajjaj, Hasan al-Basri memperoleh tekanan darinya. Pada suatu hari al-Hajjaj memerintahkan sebagian pasukannya untuk menangkap Hasan al-Basri menghadap al-Hajjaj. Yang menjadikan semua mata terbelalak kaget memandangnya dan hati mereka menjadi tergetar karena Hasan al Basri datang menghadap al-Hajjaj dengan keagungan seorang mukmin, ketinggian 'izzah seroang muslim, dan ketenangan seorang juru dakwah. Ketika al-Hajjaj melihat sikap Hasan al-Basri, iapun menjadi segan kepadanya, dan berkata, "Mari .. silakan mendekat, wahai Abu Said (julukan Hasan al-Basri). Mari slakan ...! Ia terus mempersilakan Hasan al-Basri dengan berkata, "Mendekatlah, wahai Abu Said". Al Hajjaj mempersilakan Hasan al-Basri untuk menempati tempat duduknya. Ketika Hasan al-Basri duduk, al-Hajjaj menoleh kepadanya, dan bertanya tentang beberapa masalah agama. Hasan al-Basri menjawabnya dengan hati yang mantap dan dengan penjelasan yang tegas serta cakrawala ilmu yang luas. Akhirnya al Hajjaj berkata, "Engkau adalah pemimpin tabi'in, wahai Abu Said". Kemudian Hasan al-Basri diizinkan pulang kerumahnya dengan penuh kemuliaan dan penghormatan. Ditolak Manusia dan Tidak Ada Pengaruh. Hati adalah tempatnya pengaru. Sebagaimana kita ketahui, masalah hati ada di tangan Allah Yang Mahamampu membolak-balikkannya sebagaimana Ia kehendaki. Manusia yang berlaku riya atau sum'ah berarti telah memutuskan hubungan antara dia dan Allah. Dengan demikian, bagaimana mungkin Allah akan menganugerahkan kepada mereka? Oleh karena itu, bila berbicara, tidak akan dipedulikan oleh orang-orang dan jika bekerja, tidak akan dapat mendorong dan menggerakkan orang lain. Percakapan berikut ini akan mengungkap hal tersebut. Diceritakan Umar bin Hubairah al-Fazari, ketika zaman pemerintahan al-Umawi (Yazid bin Abdul Malik) menjabat sebagai gubernur di "Iraaqaan(Kufah dan Bashrah).Yazid senantasiasa menyampaikan isntruksi secara rutin kepada gubernurnya itu berlawanan dengan kebenaran. Ibnu Hubairah kemudian memanggil Hasan al-Basri dan Amir bin Syarahbil - yang dijuuki asy-Sya'bi - untuk mengkonsultasikan msalahnya kepada mereka dan mengetahui bagaimana jalan keluarnya menurut agama Allah. Setelah dijelaskan asy-Sya'bi menjawab dengan jawaban yang cenderung bersikap lunak terhadap khalifah, dan memberi kemudahan kepada gubernur. Sedangkan Hasan al-Basri hanya diam, sampai dia ditanya oleh sang gubernu. "Bagaimana pendapatmu, wahai Abu Said". Hasan al-Basri menjawab, "Wahai Ibnu Hurairah, takutlah engkau kepada Allah dalam menghadai YaZid, dan jangan takut kepada Yazid dalam menghadapi Allah, Allah dapat melindungimu dari Yazid, sedangkan Yazid tidak dapat melindungimu dari Allah. Jika datang kepadamu malaikat yang kasar dan kejam serta tidak pernah membangkang kepada Allah, ia akan menyeretmu dai singgasanamu ini dan memindahkanmu dari istanamu ke kesempitan liang kubur. Saat itu engkau tidak akan mendapati Yazid, tetapi akan bertemu dengan amalmu di mana engkau telah melanggar titah Tuhannya Yazid .. Wahai Ibnu Hubairah, jika engkau berpihak dan taat kepada Allah Ta'ala maka Ia memelihara dari Yazid bin Abdul Malik, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Akan tetapi, jika engkau berpihak kepada Yazid dalam bermaksiat kepada Allah Ta'ala , maka sesungguhnya Allah akan menyerankanmu kepada Yazid. Ketahuilah wahai Ibnu Hubairah, sesungguhnya tidak ada taat kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq (Allah". Mendengar kata-kata Hasan al-Basri seperti itu, Ibnu Hubairah menangis tersedu-sedu hingga air matanya membasahi janggutnya. Kemudia ia lebih cenderung mendukung pendapat Hasan al-Basri dan lebih menghormatinya di bandingkan kepda as-Sya'bi. Ketika Hasan al-Basri dan as-Sya'bi keluar dari tempat gubernur menuju masjid, manusia berkerumun mewawancarai keduanya tentang pertemuannya dengan pemimpin 'Iraaqaan itu. Asy-Sya'bi menoleh dan berkata kepada mereka , "Hai manusia, barangsiapa diantara kalian yang mampu memengaruhi kebijaksanaan Allah kepada hamba-hamba-Nya dalam segala urusan, maka lakukanlah! Demi Zat yang jiwaku ada dibawah kuasa-Nya, aku bukannya tidak mengethui apa yang dikatakan Hasan al-Basri kepda Ibnu Hubairah, namun masalahnya aku menghendakiaku menghendaki keridhaan Ibnu Hubairah ketika berbicara, sedangkan Hasan al-Basri menghendaki keridhaan Allah dalam perkataannya. Akibatnya, Allah telah menjauhkanku dari Ibnu Hubairah dan mendekatkan Hasan al-Basri kepadanya serta menjadikan Ibnu Hubairah lebih mencintainya. sumber: http://www.eramuslim.com/ /@cwi

selengkapnya...

Antara Rasa Cinta dan Kegalauan


Sahabat semua, kali ini kita akan membicarakan tentang cinta. Jika berbicara tentang cinta, dibahas 2 hari dua malam pun tak ada habisnya, karena kedalaman cinta itu lebih dalam dari samudra yang luas dan tingginya nilai cinta lebih tinggi dari angkasa yang membumbung. Pernah saya dengar ketika sekolah dasar bahwa cinta adalah sebuah kependekan dari C (cerita) I (indah) N (namun) T (tiada) A (arti) hehe :D Nah, berbicara tentang cinta ternyata cinta itu bermacam-macam dan banyak versinya mulai dari cinta orang tua pada anaknya sampai cinta manusia dengan hewan peliharaannya, dan sekarang kita akan membahas tentang cinta kita kepada lawan jenis atau intinya saya akan membahas fenomena kebanyakan remaja sekarang yaitu PACARAN. Berbicara tentang pacaran, maka yang terbayang adalah sebuah kesenangan antara sepasang manusia yang menjalin hubungan kasih, padahal kalau di analisa secara detail ternyata pacaran justru membuat hidup kita tidak bahagia, membuat galau bahkan bisa membaut masa depan kita hancur, gak percaya?? Begini ceritanya, xixixi. Banyak remaja pacaran dengan alasan agar aktivitas belajar dan sekolah mereka jadi bersemangat. Memang benar dengan berpacaran remaja akan menjadi senang jika ke sekolah, karena ketemu dengan pacarnya. Namun ada sebuah kisah menarik yang dialami oleh abang penulis sendiri. Pada saat abang saya duduk di kelas 12 SMA, dan memiliki wajah yang ganteng itu, berpacaran dengan seorang cewek paling cantik di sekolahnya, anggota PASKIBRAKA nasional dan anak Dokter, pokoknya nyaris perfect lah. saat ketahuan oleh ibu saya pacaran, abang saya beralasan bahwa dia berpacaran biar semangat pergi ke sekolah, dan benar abang saya semangat pergi ke sekolah, tapi bukan semangat buat belajar melainkan semangat untuk berpacaran. Dan tentunya abang saya beranggapan wanita tersebut akan setia dengannya, namun yang terjadi di luar dugaan, tujuh hari sebelum Ujian akhir, abang saya diputusin oleh pacarnya yang sangat dicintainya itu, kemudian yang terjadi abang saya menjadi galaunya bukan main, karena patah hati. Dan galau karena patah hati tidak bisa sembuh seminggu atau dua minggu bahkan bisa berbulan-bulan. Dan akhirnya gara-gara galau akibat patah hati, abang saya tidak focus ujian dan akhirnya nilainya jeblok dan SNMPTN tidak lulus sehingga dapat dikatakan pada waktu itu masa depannya terancam suram. Itulah sebuah kisah tragis tentang cinta, dimana bila kita belum punya timing yang tepat dalam menjalin kasih yang terjadi ialah sebuah kegalauan yang menghancur luluh lantakkan hati, pikiran bahkan masa depan kita. Oleh karena itu maka yang masih menjalani kehidupan sebagai remaja atau profesi lainnya, sadarilah bahwa berpacaran itu banyak ruginya dan bila kamu seorang cowok, maka ketika berpacaran biasanya cowok paling dirugikan secara financial, bahkan mungkin ada cowok yang dia rela tidak memakai uang jajannya tiap hari dan menabungnya agar bisa weekend nan dengar pacarnya di akhir pekan, bahkan ketika pacarnya akan berulang tahun sang cowok rela menabung sampai terkumpul ratusan ribu rupiah untuk dibelikan kado pacarnya.
Namun sebuah ironinya ialah kenapa sang cowok tidak melakukan hal yang sama untuk ibunya, pernahkah kita menabung uang yang cukup banyak dengan niatan membahagiakan ibu kita?? Sebagian kita sering memberikan coklat kepada calon pasangan kita saat hari Valentine namun pernahkah kita dari dulu sampai sekarang saat hari ibu memberikan uang, kado atau coklat?? Padahal harusnya ibu kita lebih wajib kita bahagiakan daripada pacar kita, karena ibu kita sudah mengurusi kita dari kecil sampai sekarang dan pacar kita, baru kita kenal satu atau dua tahun ini tapi mengapa kita lebih care dan perhatian kepada pacar kita? Di manakah hati nurani para pemuda kita??? Kemudian alasan seseorang ketika memutuskan untuk berpacaran ialah karena ingin saling kenal lebih dalam sebelum menuju jenjang pernikahan, dan kalau memang alasannya untuk saling kenal mengenal kenapa ada artis sudah pacaran sembilan tahun bahkan nikahnya di tanah suci Mekah dan saat kembali ke Indonesia baru dua tahun nikah sudah bercerai, padahal sudah pacaran selama sembilan tahun, tapi kenapa usia pernikahannya hanya seumur jagung???? Dan kalau kita perhatikan, kakek, nenek atau orang tua kita dulu biasanya nikah tidak pakai pacaran tapi langsung nikah dan dijodohkan oleh orang tua mereka dan ternyata walaupun tidak didahului pernikahan hubungan mereka langgeng sampai puluhan tahun tidak ada perkara rumah tangga yang membuat mereka berpisah, namun tidak menampik sebagian kecil ada yang tidak baik. Oleh karena itu ketika berpacaran seseorang hanya saling kenal-mengenal tentang kelebihannya dirinya dan pasti akan menutupi kekurangan dirinya sehingga tabiat-tabiat jelek se orang pasangan akan terlihat saat setelah pernikahan. Pacaran pun akan berakibat ruginya si cewek, cewek yang dia rela dipacari oleh seorang lelaki maka ia maaf, tidak ada bedanya dengan mangga yang dijual di pasar, lho kok bisa? Bisa, mangga yang dijual di pasar sering dipegang-pegang sebelum dibeli, di cium berkali-kali tapi banyak yang tidak jadi membeli mangga tersebut. Sama dengan cewek yang pacaran sudah dipegang-pegang, di cium-cium tapi tidak jadi dinikahi dan berarti dia barang Second :D hehe oleh karena itu jika ingin mengenal calon pasangan kita, lihatlah sahabat terdekatnya siapa, pasti gak jauh berbeda dengan sifat orang calon pasangan kita. Dan tentunya dalam Islam tidak mengenal istilah pacaran, barang siapa dia berpacaran berarti dia melakukan sebuah perbuatan yang mendekati Zina dan itu sangat tidak diridhai Allah. Wallahualam. Oleh: Kesha Meisatu Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/12/17106/antara-rasa-cinta-dan-kegalauan/#ixzz1eRI31ezQ /@cwi

selengkapnya...

Permusuhan Yahudi Terhadap Islam Dalam Sejarah

Permusuhan Yahudi terhadap Islam sudah terkenal dan ada sejak dahulu kala. Dimulai sejak dakwah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan mungkin juga sebelumnya bahkan sebelum kelahiran beliau. Hal ini mereka lakukan karena khawatir dari pengaruh dakwah islam yang akan menghancurkan impian dan rencana mereka. Namun dewasa ini banyak usaha menciptakan opini bahwa permusuhan yahudi dan islam hanyalah sekedar perebutan tanah dan perbatasan Palestina dan wilayah sekitarnya, bukan permasalahan agama dan sejarah kelam permusuhan yang mengakar dalam diri mereka terhadap agama yang mulia ini. Padahal pertarungan kita dengan Yahudi adalah pertarungan eksistensi, bukan persengkataan perbatasan. Musuh-musuh islam dan para pengikutnya yang bodoh terus berupaya membentuk opini bahwa hakekat pertarungan dengan Yahudi adalah sebatas pertarungan memperebutkan wilayah, persoalan pengungsi dan persoalan air. Dan bahwa persengketaan ini bisa berakhir dengan (diciptakannya suasana) hidup berdampingan secara damai, saling tukar pengungsi, perbaikan tingkat hidup masing-masing, penempatan wilayah tinggal mereka secara terpisah-pisah dan mendirikan sebuah Negara sekuler kecil yang lemah dibawah tekanan ujung-ujung tombak zionisme, yang kesemua itu (justeru) menjadi pagar-pagar pengaman bagi Negara zionis. Mereka semua tidak mengerti bahwa pertarungan kita dengan Yahudi adalah pertarungan lama semenjak berdirinya Negara islam diMadinah dibawah kepemimpinan utusan Allah bagi alam semesta yaitu Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam Demikianlah permusuhan dan usaha mereka merusak Islam sejak berdirinya Negara islam bahkan sejak Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam hijrah ke Madinah sampai saat ini dan akan berlanjut terus. Walaupun tidak tertutup kemungkinan mereka punya usaha dan upaya memberantas islam sejak kelahiran beliau n . hal ini dapat dilihat dalam pernyataan pendeta Buhairoh terhadap Abu Thalib dalam perjalanan dagang bersama beliau diwaktu kecil. Allah Ta’ala telah jelas-jelas menerangkan permusuhan Yahudi dalam firmanNya: Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. (Qs. 5:82) Melihat demikian panjangnya sejarah dan banyaknya bentuk permusuhan Yahudi terhadap Islam dan Negara Islam, maka kami ringkas dalam 3 marhalah; Marhalah pertama: Upaya Yahudi dalam menghalangi dakwah Islam di masa awal perkembangan dakwah islam dan cara mereka dalam hal ini. Diantara upaya Yahudi dalam menghalangi dakwah Islam di masa-masa awal perkembangannya adalah: Pemboikotan (embargo) Ekonomi: Kaum muslimin ketika awal perkembangan islam di Madinah sangat lemah perekonomiannya. Kaum muhajirin datang ke Madinah tidak membawa harta mereka dan kaum Anshor yang menolong mereka pun bukanlah pemegang perekonomian Madinah. Oleh karena itu Yahudi menggunakan kesempatan ini untuk menjauhkan kaum muslimin dari agama mereka dan melakukan embargo ekonomi. Para pemimpin Yahudi enggan membantu perekonomian kaum muslimin dan ini terjadi ketika Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mengutus Abu Bakar menemui para pemimpin Yahudi untuk meminjam dari mereka harta yang digunakan untuk membantu urusan beliau dan berwasiat untuk tidak berkata kasar dan tidak menyakiti mereka bila mereka tidak memberinya. Ketika Abu Bakar masuk Bait Al Midras (tempat ibadah mereka) mendapati mereka sedang berkumpul dipimpin oleh Fanhaash –tokoh besar bani Qainuqa’- yang merupakan salah satu ulama besar mereka didampingi seorang pendeta yahudi bernama Asy-ya’. Setelah Abu Bakar menyampaikan apa yang dibawanya dan memberikan surat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam kepadanya. Maka ia membaca sampai habis dan berkata: Robb kalian butuh kami bantu! Tidak hanya sampai disini saja, bahkan merekapun enggan menunaikan kewajiban yang harus mereka bayar, seperti hutang, jual beli dan amanah kepada kaum muslimin. Berdalih bahwa hutang, jual beli dan amanah tersebut adanya sebelum islam dan masuknya mereka dalam islam menghapus itu semua. Oleh karena itu Allah berfirman:Di antara Ahli Kitab ada orang yang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaranmereka mengatakan:”Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. (Qs. 3:75) Membangkitkan fitnah dan kebencian: Yahudi dalam upaya menghalangi dakwah islam menggunakan upaya menciptakan fitnah dan kebencian antar sesama kaum muslimin yang pernah ada di hati penduduk Madinah dari Aus dan Khodzraj pada masa jahiliyah. Sebagian orang yang baru masuk islam menerima ajakan Yahudi, namun dapat dipadamkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam . diantaranya adalah kisah yang dibawakan Ibnu Hisyam dalam Siroh Ibnu Hisyam (2/588) ringkas kisahnya: Seorang Yahudi bernama Syaas bin Qais mengutus seorang pemuda Yahudi untuk duduk dan bermajlis bareng dengan kaum Anshor, kemudian mengingatkan mereka tentang kejadian perang Bu’ats hingga terjadi pertengkaran dan mereka keluar membawa senjata-senjata masing-masing. Lalu hal ini sampai pada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. maka beliau shallallahu ’alaihi wa sallam segera berangkat bersama para sahabat muhajirin menemui mereka dan bersabda:يَا مَعْشَر المُسْلِمِيْنَ اللهَ اللهَ أَبِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ وَ أَنَا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ بَعْدَ أَنْ هَدَاكُمُ اللهُ لِلإِسْلاَمِ وَ أَكْرَمَكُمْ بِهِ وَ قَطَعَ بِهِ أَمْرَ الْجَاهِلِيَّةِ وَاسْتَنْقَذَكُمْ بِهِ مِنَ الْكُفْرِ وَ أَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ “Wahai kaum muslimin alangkah keterlaluannya kalian, apakah (kalian mengangkat) dakwah jahiliyah padahal aku ada diantara kalian setelah Allah tunjuki kalian kepada Islam dan muliakan kalian, memutus perkara Jahiliyah dan menyelamatkan kalian dari kekufuran dengan Islam serta menyatukan hati-hati kalian.” Lalu mereka sadar ini adalah godaan syetan dan tipu daya musuh mereka, sehingga mereka mengangis dan saling rangkul antara Aus dan Khodzroj. Lalu mereka pergi bersama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dengan patuh dan taat yang penuh. Lalu Allah turunkan firmanNya: Katakanlah: ”Hai Ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan. Katakanlah:”Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan.” Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (Qs. 3:99) Menyebarkan keraguan pada diri kaum muslimin: Orang Yahudi berusaha memasukkan keraguan di hati kaum muslimin yang masih lemah imannya dengan melontarkan syubhat-syubhat yang dapat menggoyahkan kepercayaan mereka terhadap islam. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya: Segolongan (lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya): “Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mu’min) kembali (kepada kekafiran). (Qs. 3:72). Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini dengan pernyataan: Ini adalah tipu daya yang mereka inginkan untuk merancukan perkara agama islam kepada orang-orang yang lemah imannya. Mereka sepakat menampakkan keimanan di pagi hari (permulaan siang) dan sholat subuh bersama kaum muslimin. Lalu ketika diakhir siang hari (sore hari) mereka murtad dari agama Islam agar orang-orang bodoh menyatakan bahwa mereka keluat tidak lain karena adanya kekurangan dan aib dalam agama kaum muslimin. Memata-matai kaum Muslimin: Ibnu Hisyam menjelaskan adanya sejumlah orang Yahudi yang memeluk Islam untuk memata-matai kaum muslimin dan menukilkan berita Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan yang ingin beliau lakukan kepada orang Yahudi dan kaum musyrikin, diantaranya: Sa’ad bin Hanief, Zaid bin Al Lishthi, Nu’maan bin Aufa bin Amru dan Utsmaan bin Aufa serta Rafi’ bin Huraimila’. Untuk menghancurkan tipu daya ini Allah berfirman:Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaan orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata:”Kami beriman”; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka):”Marilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. (Qs. 3:118-119) Usaha memfitnah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam: Orang Yahudi tidak pernah henti berusaha memfitnah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, diantaranya adalah kisah yang disampaikan Ibnu Ishaaq bahwa beliau berkata: Ka’ab bin Asad, Ibnu Shaluba, Abdullah bin Shurie dan Syaas bin Qais saling berembuk dan menghasilkan keputusan berangkat menemui Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam untuk memfitnah agama beliau. Lalu mereka menemui Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan berkata: Wahai Muhammad engkau telah tahu kami adalah ulama dan tokoh terhormat serta pemimpin besar Yahudi, Apabila kami mengikutimu maka seluruh Yahudi akan ikut dan tidak akan menyelisihi kami. Sungguh antara kami dan sebagian kaum kami terjadi persengketaan. Apakah boleh kami berhukum kepadamu lalu engkau adili dengan memenangkan kami atas mereka? Maka Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam enggan menerimanya. Lalu turunlah firman Allah: Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kemu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati. hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (Qs. 5:49) Semua usaha mereka ini gagal total dihadapan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dan Allah membalas makar mereka ini dengan menimpakan kepada mereka kerendahan dan kehinaan. Marhalah kedua: Masa perang senjata antara Yahudi dan Muslimin di zaman Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Orang Yahudi tidak cukup hanya membuat keonaran dan fitnah kepada kaum muslimin semata bahkan merekapun menampakkan diri bergabung dengan kaum musyrikin dengan menyatakan permusuhan yang terang-terangan terhadap islam dan kaum muslimin. Namun Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam tetap menunggu sampai mereka melanggar dan membatalkan perjanjian yang pernah dibuat diMadinah. Ketika mereka melanggar perjanjian tersebut barulah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan tindakan militer untuk menghadapi mereka dan mengambil beberapa keputusan untuk memberikan pelajaran kepada mereka. Diantara keputusan penting tersebut adalah: Pengusiran Bani Qainuqa’ Pengusiran bani Al Nadhir Perang Bani Quraidzoh Penaklukan kota Khaibar Setelah terjadinya hal tersebut maka orang Yahudi terusir dari jazirah Arab. Marhalah ketiga: Tipu daya dan makar mereka terhadap islam setelah wafat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Orang Yahudi memandang tidak mungkin melawan Islam dan kaum muslimin selama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam masih hidup. Ketika Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam wafat, orang Yahudi melihat adanya kesempatan untuk membuat makar kembali terhadap Islam dan muslimin. Mereka mulai merencanakan dan menjalankan tipu daya mereka untuk memalingkan kaum muslimin dari agamanya. Namun tentunya mereka lakukan dengan lebih baik dan teliti dibanding sebelumnya. Sebagian target mereka telah terwujud dengan beberapa sebab diantaranya: Kaum muslimin kehilangan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Orang Yahudi dapat mengambil pelajaran dan pengalaman dari usaha-usaha mereka terdahulu sehingga dapat menambah hebat makar dan tipu daya mereka. Masuknya sebagian orang Yahudi ke dalam Islam dengan tujuan memata-matai kaum muslimin dan merusak mereka dari dalam tubuh kaum muslimin. Memang berbicara tentang tipu daya dan makar Yahudi kepada kaum Muslimin sejak wafat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam hingga kini membutuhkan pembahasan yang panjang sekali. Namun rasanya cukup memberikan 3 contoh kejadian besar dalam sejarah Islam untuk mengungkapkan permasalahan ini. Yaitu: Fitnah pembunuhan khalifah UtsmanIni adalah awal keberhasilan Yahudi dalam menyusup dan merusak Islam dan kaum muslimin. Tokoh yahudi yang bertanggung jawab terjadinya peristiwa ini adalah Abdullah bin Saba’ yang dikenal dengan Ibnu Sauda’. Kisahnya cukup masyhur dan ditulis dalam kitab-kitab sejarah Islam. Fitnah Maimun Al Qadaah dan perkembangan sekte Bathiniyah. Keberhasilan Abdullah bin Saba’ membuat fitnah di kalangan kaum Muslimin dan mengajarkan saba’isme membuat orang Yahudi semakin berani. Sehingga belum habis fitnah Sabaiyah mereka sudah memunculkan tipu daya baru yang dipimpin seorang Yahudi bernama Maimun bin Dieshaan Al Qadaah dengan membuat sekte Batiniyah di Kufah tahun 276 H. Imam Al Baghdadi menceritakan: Diatara orang yang membangun sekte Bathiniyah adalah Maimun bin Dieshaan yang dikenal dengan Al Qadaah seorang maula bagi Ja’far bin Muhammad Al Shodiq yang berasal dari daerah Al Ahwaaz dan Muhammad bin Al Husein yang dikenal dengan Dandaan. Mereka berkumpul bersama Maimun Al Qadah di penjara Iraaq lalu membangun sekte Bathiniyah.Tipu daya Yahudi ini terus berjalan dalam bentuk yang beraneka ragam sehingga sekte ini berkembang menjadi banyak sekali sektenya dalam kaum muslimin, sampai-sampai menghalalkan pernikahan sesama mahrom dan hilangnya kewajiban syariat pada seseorang. Penghancuran kekhilafahan Turki Utsmani ditangan gerakan Masoniyah dan akibat yang ditimbulkan berupa perpecahan kaum muslimin.Orang Yahudi mengetahui sumber kekuatan kaum muslimin adaalh bersatunya mereka dibawah satu kepemimpinan dalam naungan kekhilafahan Islamiyah. Oleh karena mereka segera berusaha keras meruntuhkan kekhilafahan yang ada sejak zaman Khulafa’ Rasyidin sampai berhasil menghapus dan meruntuhkan negara Turki Utsmaniyah. Orang Yahudi memulai konspirasinya dalam meruntuhkan Negara Turki Utsmaniyah pada masa sultan Murad kedua (tahun 834-855H) dan setelah beliau pada masa sultan Muhammad Al Faatih (tahun 855-886H) yang meningal diracun oleh Thobib beliau seorang Yahudi bernama Ya’qub Basya. Demikian juga berhasil membunuh Sultan Sulaiman Al Qanuni (tahun 926-974H) dan para cucunya yang diatur oleh seorang Yahudi bernama Nurbaanu. Konspirasi Yahudi ini terus berlangsung di masa kekhilafahan Utsmaniyah lebih dari 400 tahunan hingga runtuhnya di tangan Mushthofa Ataturk. Orang Yahudi dalam menjalankan rencana tipu daya mereka menggunakan kekuatan berikut ini: Yahudi Al Dunamah. Diantara tokohnya adalah Madhaat Basya dan Mushthofa Kamal Ataturk yang memiliki peran besar dan penting dalam penghancuran kekhilafahan Utsmaniyah. Salibis Eropa yang sangat membenci islam dan kaum muslimin dengan melakukan perjanjian kerjasama dengan beberapa Negara eropa yaitu Bulgaria, Rumania, Namsa, Prancis, Rusia, Yunani dan Italia. Organisasi bawah tanah/rahasia, khususnya Masoniyah yang terus berusaha merealisasikan tujuan dan target Zionis. Usaha-usaha Musthofa Kamal Basya Ataturk dalam menghancurkan kekhilafahan setelah berhasil menyingkirkan sultan Abdulhamid kedua adalah: Pada awal November 1922 M ia menghapus kesultanan dan membiarkan kekhilafahan Pada tanggal 18 November 1922M ia mencopot Wahieduddin Muhammad keenam dari kekhilafahan. Pada Agustus 1923 M ia mendirikan Hizb Al Sya’b Al Jumhuriah (Partai Rakyat Republik) dengan tokoh-tokoh pentingnya kebanyakan dari Yahudi Al Dunamah dan Masoniyah. Pada tanggal 20 oktober 1923 M Republik Turki diresmikan dan Al Jum’iyah Al Wathoniyah (Organisasi nasional) memilih Musthofa Kamal sebagai presiden Turki. Pada tanggal 2 Maret 1924 M Kekhilafahan dihapus total. Demikianlah sempurna sudah keinginan orang-orang Yahudi untuk menjadikan kekhilafahan sebagai Negara sekuler yang dipimpin seorang Yahudi yang berkedok muslim. Mudah-mudahan ringkas sejarah permusuhan Yahudi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi pelajaran bagi kaum muslimin. *** Penulis: Ustadz Khalid Syamhudi, Lc. Artikel UstadzKholid.com dikutip oleh www.muslim.or.id /@cwi

selengkapnya...

Putri Pendeta Menjadi Daiyah


Aku tidak mengenal sedikitpun tentang Islam, bahkan selama hampir duapuluh tahun, sampai aku kuliah di jurusan informatika Universitas Timbell Philadelphia. Pertama kali aku melirik Islam berawal ketika beberapa dosenku menyampaikan informasi tentang Islam. Mereka menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang merusak (destruktif). Hal ini menggugahku untuk lebih banyak membaca literatur tentang Islam. Setelah aku mengkajinya ternyata aku dapati semua itu hanyalah tuduhan palsu, zalim dan penuh kebencian. Akupun segera –tanpa ragu– menyatakan diri masuk Islam. Sejak itu aku ganti namaku menjadi Laila Ramzy. Aku dilahirkan di New England pada bulan Januari tahun 1959, Ayahku seorang pendeta yang mengabdi di sebuah gereja. Sudah lama aku banyak meragukan gereja, terlebih setelah Ayahku ingin agar aku menjadi misionaris. Akan tetapi Allah SWT menghendakiku sesuatu yang lebih baik dan kekal. Sementara sejak kecil aku sama sekali tidak mengenal tentang Islam. Hal ini terus berlangsung hingga usiaku 20 tahun dan mulai melanjutkan kuliah di Universitas. Di samping itu aku juga mendapat kuliah tambahan tentang strategi politik wilayah Timur Tengah, ternyata kuliah ini menjadi pintu kebaikan dan kebahagiaan untukku. Dari mata kuliah itu aku banyak mengetahui tentang negara-negara Arab-Islam. Ternyata apa yang aku dapatkan sebelumnya informasi tentang Islam sangat jauh dari kenyataan. Karena sejak 1400 tahun yang lalu Islam telah mewarnai kehidupan sosial politiknya dan telah mengukir sejarahnya dengan gilang genilang. Aku bertanya kepada diriku, “Anda lihat mengapa mereka sengaja mendelete Islam dan menjauhkan para mahasiswa dari pemahaman yang benar terhadap Islam?” Dampaknya para mahasiswa menganggap Islam sebagai agama yang berbahaya bagi struktur pemahaman dunia Barat umumnya dan bagi pemikran kaum muda Nasrani khususnya.
Meskipun ditentang oleh Ayahku, aku mulai terus membaca literatur tentang Islam. Sehingga aku dapatkan prinsip-prinsip agama yang agung ini menghunjam dalam hatiku dan mendomonasi pikiranku. Aku mulai memahami akidah Tauhid dan meyakini bahwa Isa adalah manusia biasa seperti Musa, Ibrahim, dan Muhammad. Aku juga mulai mengerti bahwa khamr, zina, dan, judi adalah sesuatu yang diharamkan. Hal ini amat kontras dengan kehidupan yang berlangsung di Eropa dan Amerika. Akupun mulai semakin banyak mempelajari ibadah dalam Islam; seperti shalat, puasa, zakat, dan haji bagi yang mampu. Aku mulai mengumumkan keislamanku. Meskipun ayahku marah dan sedih aku memutuskan untuk pergi ke Mesir agar bisa hidup di sana bersama umat Islam. Di sanalah aku mempelajari Al-Qur’an lebih dalam. Di Kairo aku juga bertemu dengan pemuda muslim yang memiliki komitmen kuat dengan agamanya, ia menawarkan dirinya untuk menikahiku, akupun menerima dan menyetujuinya, dan perkawinanku dengannya telah berlangsung dua tahun. Allah telah menganugrahkan kepadaku seorang anak yang kuberikan nama islami, Toha. Aku berdoa kepada Allah Azza wa jalla agar ia tumbuh menjadi anak yang baik, dan menjadi penyedap pandanganku dan suamiku. Laila berkeinginan untuk meneruskan studi Islamnya, menghapal Al-Qur’an dan hadits nabi agar memperoleh maslahat dari pengetahuan dan wawasannya yang sahih. Disadur dari kitab At-Taa’ibuuna ilallah, Syaikh Ibrahim bin Abdillah Al-Hazimy. 

Oleh: Tim Kajian Manhaj Tarbiyah

 Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/05/11932/putri-pendeta-menjadi-daiyah/#ixzz1eRFiHgV7 /@cwi

selengkapnya...

Emang Akhwat Bisa Jatuh Cinta?!

Wah, ngomongin tentang cinta. Akhwat?! Jatuh cinta?! Emang bisa?! Woi, woi, akhwat juga manusia, akhwat juga bisa jatuh cinta, seakhwatnya akhwat juga punya rasa cinta, benci, suka, dll. Nih, salah satu contoh percakapan dua orang akhwat: Nayla: “ras, mau nanya donk!” Laras: “nanya apa?!“ Nayla: “tapi, kamu jawab yang jujur ya!” Laras: “iya, emang apa?” Nayla: “kamu pernah jatuh cinta ga?” Laras terdiam cukup lama. Sambil berjalan di gang yang tak begitu lebar, Laras menanyakan pada dirinya sendiri: ”Pernahkah aku jatuh cinta?” Nayla yang berjalan di depan Laras memperlambat langkah agar mereka bisa berjalan sejajar dan Nayla menunggu jawaban dari Laras. Laras: “iya, pasti-lah pernah!” (bohong, jika ada yang mengatakan tidak pernah jatuh cinta, pikir Laras) Nayla: “sama ikhwan?! Baru-baru ini?! (Nayla hanya memastikan bahwa sahabatnya itu pernah jatuh cinta dengan ikhwan; akhwat jatuh cinta sama ikhwan!) Laras: “emmm, mungkin lebih tepatnya kagum! Ya, kagum! Hanya sebatas itu.” (Laras mengoreksi jawabannya. Laras pikir selama ini rasa itu hanya sebatas rasa kagum, gak lebih) Nayla: “yup! Lebih tepatnya kagum! Aku kira orang kayak kamu gak bisa jatuh cinta!” Laras: “loh, kenapa kamu mikir kayak gitu?!” Nayla: “ya, akhwat kayak kamu itu kayaknya gak mungkin punya perasaan apa-apa sama ikhwan, gak mungkin jatuh cinta. Kamu itu kalem, pendiem, berwibawa banget. Ya gak mungkin-lah.” Laras: “Tapi, nyatanya, aku bisa kagum juga kan sama ikhwan?! Itu mah fitrah kali!” Yup! Yang namanya kagum, apalagi kagum antar lawan jenis, hal itu mah wajar-wajar aja. Yang gak wajar itu, kalo rasa kagum yang ada pada diri kita malah membuat kita melakukan hal-hal yang gak sepantasnya dilakukan (apaan tuh?!), apalagi oleh ikhwan akhwat loh. Berat euy sandangan ikhwan akhwat itu. Yang ada di pikiran kebanyakan orang nih, yang namanya ikhwan akhwat itu gak nganut yang namanya pacaran. Ikhwan akhwat lebih nganut system ta’aruf sebelum nikah. Gaya pacaran ikhwan akhwat, ya setelah mereka nikah nanti. Nih, bukti kalo orang umumnya udah nganggap ikhwan akhwat gak nganut system pacaran. Di sela-sela praktikum ada sebuah kelompok yang isinya perempuan semuanya bahkan asisten laboratoriumnya (aslab) juga perempuan. Saat menunggu campuran di refluks, yang namanya perempuan kalo lagi gak ada kerjaan pasti ngobrol-ngobrol. Nah, di saat-saat menunggu itulah, terjadi sebuah obrolan di antara kelompok itu bersama aslab-nya. Dan yang diomongin sama perempuan ya gak jauh dari laki-laki. Mereka membicarakan tentang pacar mereka satu persatu. Di kelompok tersebut ada seorang akhwat. Nah, ketika semuanya telah bergiliran menceritakan tentang pacarnya, tinggal si akhwat inilah yang belum bercerita. Kemudian akhwat ini bertanya: “Kok pada gak nanyain aku sih?”, dengan gaya sok lugunya. Sang aslab-pun langsung spontan menjawab: “kalo kamu mah gak usah ditanyain, nanti juga tiba-tiba undangan nyampe di tanganku.” Ya, itulah pandangan orang pada umumnya tentang ikhwan akhwat yang gak nganut system pacaran. Lantas, bagaimana sebenarnya kondisi interaksi ikhwan akhwat itu sendiri?! Apakah seperti yang di duga kebanyakan orang pada umumnya?! Akankah interaksi yang dilihat selama ini di luaran sama seperti yang aslinya?! Banyak orang yang memperhatikan bahwa ikhwan akhwat itu sangat menjaga dalam berinteraksi. Namun terkadang, ikhwan akhwat juga bisa khilaf. Loh kok khilaf?! Maksudnya apa?! Ada hal-hal yang terkadang sulit dilakukan ikhwan akhwat untuk menjaga interaksi itu. Misalnya nih, pada saat praktikum, akan banyak kemungkinan bagi ikhwan akhwat untuk bersentuhan. Eits, bersentuhan di sini bukan karena di sengaja loh, tapi memang kondisi praktikum yang membuatnya bisa seperti itu. Interaksi seperti ini mungkin masih bisa diwajarkan jika memang tidak bisa dihindari lagi. Tapi kalo masih bisa dihindari, ya di minimalisir. Ada lagi misalnya, ketika ikhwan akhwat berkecimpung di sebuah organisasi. Entah itu organisasi seperti BEM atau Mushalla sekalipun. Adakalanya ketika berinteraksi di BEM misalnya, terkadang sulit untuk menundukkan pandangan atau tidak bercanda secara berlebihan. Hal ini mungkin masih bisa dimaklumi karena kondisinya yang cukup heterogen. Kalo kata seseorang: “ya, jangan kaku-kaku amat!” Tapi, kalo kondisinya lebih banyak orang yang paham akan batasan interaksi, apakah itu diwajarkan?! Dijawab sendiri ya sama diri masing-masing. Namun akhirnya bukan pembenaran yang muncul dengan kondisi seperti itu. Ikhwan akhwat tetap harus menjaga interaksi. Atau kalaupun akhirnya memang tidak bisa dihindari untuk ‘mencair’, ya sudah lakukanlah interaksi itu sewajarnya. Ikhwan akhwat aktivis dakwah biasanya punya system pengentalan tersendiri. Tiap orang punya cara yang berbeda untuk ‘mengentalkan’ dirinya kembali. Misalnya, Rama, seorang aktivis BEM, yang setiap melakukan ‘pencairan’ dan dia tersadar bahwa dirinya telah melakukan hal ‘pencairan’ tersebut, dia pun langsung ke sebuah ruangan, shalat dua rakaat. Temannya, Beno, yang melihat hal itu terus menerus heran. Kenapa heran?! Karena waktu itu bukan termasuk waktu Dhuha, lantas Rama itu shalat apa? Dengan rasa penasaran Beno pun bertanya kepada Rama yang baru selesai shalat. “Akhi, ini kan bukan waktu Dhuha, dan tempat ini juga bukan masjid, Antum shalat apa, dua rakaat? Dhuha bukan, tahiyatul masjid juga bukan.” “Akhi, sesungguhnya tadi kita telah melakukan ‘pencairan’, maka Ana melakukan pengentalan diri Ana dengan shalat sunnah dua rakaat. Agar diri ini tidak melakukan pembenaran atas apa yang barusan kita lakukan.” Ya, tiap orang punya mekanisme pengentalan tersendiri. Ibarat suatu fluida, jika dia berada di tempat yang sempit atau berada di suatu pipa yang diameternya kecil, maka untuk dapat melewati itu, dia perlu mengurangi kekentalannya, sehingga fluida itupun dapat mengalir dengan lancar. Namun jika memang fluida itu telah berada di pipa dengan diameter yang lebih besar, maka kekentalannya perlu dikembalikan seperti semula agar mengalirnya fluida itu tetap konstan seperti aliran sebelumnya. Bahkan, ikhwan akhwat yang berkecimpung di Mushalla pun tak terlepas dari hal ini. Kadang, walaupun interaksi di batasi dengan hijab pandangan, hijab hati belum tentu bisa di jamin. Ingat dulu yuk, firman Allah: “Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati” (QS 64:4). Ingat! Apa yang tersembunyi dalam hati kita, Allah juga akan mengetahuinya. Bisa saja kelihatan dari luar, interaksi ikhwan akhwat biasa-biasa saja, namun ternyata di balik hatinya atau di balik hijab itu ada ‘sesuatu’ yang aneh dengan interaksi itu. Ya, semoga kita bukan termasuk ke dalamnya. Kalaupun sudah terlanjur berbuat seperti itu maka marilah kita sama-sama mengazamkan dalam diri untuk menjaga interaksi itu. Ada kasus juga ikhwan yang curhat ke akhwat ataupun sebaliknya. Misalnya saling menganggap saudara sehingga dalam berinteraksi ya layaknya saudara kandung. Memang betul sih, bahwa persaudaraan yang dibangun ‘di sini’ atas dasar keimanan bukan pertalian darah. Walaupun hanya menjadikan tempat curhat dan gak lebih dari sekedar saudara, tapi sebaiknya tetap berhati-hati karena masalah hati gak ada yang tau. Tetap saja, itu bukan mahramnya kalaupun toh mau berakrab-akrab ria. Bisa aja hari ini curhat-curhatan, eh besoknya mulai timbul ‘rasa’ yang berbeda. Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati, kemudian dapat menimbulkan permainan hati yang bisa menganggu dakwah. Apalagi bila yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan dakwah. Atau bisa saja si ikhwan menganggap si akhwat sebagai saudara biasa, tapi ternyata si akhwat malah punya pandangan yang berbeda, begitupun sebaliknya. Yang lebih parah lagi nih, kalo orang-orang yang belum paham melihat hal itu, bisa-bisa mereka jadi illfeel sama ikhwan-akhwat. Atau terkadang, orang yang sudah paham pun malah menanggap hal yang nggak-nggak terjadi di antara interaksi itu, VMJ (Virus Merah Jambu), padahal mah tuh ikhwan dan tuh akhwat gak punya perasaan apa-apa, cuma sebatas saudara atau teman biasa. Mungkin ada benarnya juga kalo kita sebaiknya menjaga interaksi dengan lawan jenis, gak hanya berlaku terhadap ikhwan akhwat aja loh. Lebih baik menjaga bukan daripada terjadi fitnah?! Kalo mau curhat, ya utamakan sesama jenis dulu. Nah, ada satu cerita yang menarik di sini. Ada ikhwan, sebut saja Hendy yang curhat ke akhwat, sebut saja Mila, melalui SMS. Mereka beraktivitas dalam satu organisasi dan keduanya bisa di bilang aktivis dakwah. Hendy: “Assalamu’alaikum. Mila, Ana merasa bersalah banget neh sama masalah yang kemarin. Itu semua gara-gara Ana. Ana tuh sampe gak bisa tidur mikirin masalah itu. Bawaannya grasak-grusuk mlulu.” Mila gak langsung membalas sms itu. Dia meng-sms Leo yang memang dekat dengan Hendy. Mila: “Assalamu’alaikum. Leo, tolong hibur Hendy ya, kayaknya dia masih kepikiran sama masalah yang kemarin.” Mila meminta Leo untuk menghibur Hendy karena Mila tau bahwa Leo adalah teman dekat Hendy dan Leo tau masalah yang Hendy hadapi. Leo: “Masalah yang mana? Ana barusan mabit bareng Hendy, tapi dia ga cerita apa-apa.” Mila: “Masalah yang itu bla, bla, bla.” Mila menjelaskan masalahnya. Leo: “Ok. Nanti Ana coba ngomong ke Hendy.” Memang begitulah seharusnya ketika ada seorang ikhwan ataupun akhwat yang curhat ke lawan jenisnya, maka tempat yang di curhatin itu seharusnya mengarahkan seseorang, ke sesama jenis, yang merupakan teman dekatnya sehingga si ikhwan ataupun akhwat bisa di tangani langsung tanpa lintas gender. Hal itu lebih menjaga bukan?! Ada satu cerita lagi tentang ikhwan akhwat yang jarang sekali berinteraksi, namun ternyata keduanya sepertinya ‘klop’. Mereka menyadari hal itu. Si ikhwan punya perasaan sama akhwat, begitupun sebaliknya: masing-masing saling tahu, tanpa harus di nyatakan. Waktu terus berjalan, mereka pun saling memendam perasaan itu hingga akhir bangku perkuliahan usai. Hingga akhirnya, ada yang mengkhitbah si akhwat. Si akhwat pun meminta izin kepada si ikhwan (aneh!): betapa sakit hati si ikhwan begitu mengetahui si akhwat akan di khitbah ikhwan lain. Akhirnya, akhwat itu pun tetap melangsungkan pernikahan dan membiarkan si ikhwan dalam kesakithatiannya. Duh, miris sekali ya. Padahal perasaan yang muncul di antara ikhwan akhwat itu tanpa interaksi yang intens. Ok, yang terpenting adalah kita saling menasihati dengan cara yang terbaik. Kalau ikhwan yang melampaui batas kepada akhwat, akhwatnya harus tegas, demikian pula sebaliknya. Sesama ikhwan dan sesama akhwat juga harus ada yang saling mengingatkan dengan tegas. Ingat! tegas bukan berarti harus marah-marah karena kita tentunya tahu bahwa tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Semua manusia tak luput dari yang namanya khilaf. Jika memang mengaku bahwa kita bersaudara, maka ingatkanlah! Tegurlah! Jangan biarkan saudara kita terjerembab. Terkait dengan cinta, sekali lagi diingatkan bahwa akhwat juga bisa jatuh cinta,, ikhwan juga bisa jatuh cinta. Se-ikhwah-ikhwahnya ikhwah, mereka juga manusia yang punya rasa cinta, kagum, suka, dan benci. Cinta bukanlah tujuan Cinta adalah sarana untuk menggapai tujuan Jangan kau sibuk mencari definisi dan makna cinta Namun kau lalai terhadap Dzat yang menganugerahkan cinta Dzat yang menumbuhsuburkan rasa cinta Dzat yang memberikan kekuatan cinta Dzat yang paling layak dicintai Allah, Sang Pemilik Cinta Cinta memang tak kenal warna Cinta tak kenal baik buruk Cinta tak kenal rupa dan pertalian darah Memang begitulah adanya Karena yang mengenal baik buruk, warna dan rupa Adalah sang pelaku cinta yang menggunakan akal pikirannya Cinta bukanlah kata benda Cinta adalah kata kerja Cinta bukan sesuatu tanpa proses Cinta itu butuh proses Jangan mau kau terjatuh dalam cinta Namun, bangunlah cinta itu Bangunlah cinta dengan keimanan Maka kau akan mengorbankan apa saja Demi meraih keridhaan Sang Pemilik Cinta Bangunlah cinta dengan ketakwaan Maka kau tak kan gundah gulana Ketika kehilangan cinta duniawi Karna kau yakin Yang kau cari adalah cinta dan ridha Allah Bukan cinta yang sementara *** Semoga bermanfaat. Tulisan ini dibuat untuk mengingatkan diri sendiri yang sering lalai dalam menjaga interaksi. Entah itu di dunia nyata maupun dunia maya. Saling mengingatkan ya! *Kata ikhwan akhwat dalam tulisan ini telah mengalami penyempitan makna, lebih ke arah aktivis dakwah. Oleh: Lhinblue alfayruz Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/11/16291/emang-akhwat-bisa-jatuh-cinta/#ixzz1eRDtLlTY /@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |