Pada Malam Keberapakah Lailatul Qadar Itu?

Oleh: Badrul Tamam


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya. Mendapatkan Lailatul Qadar menjadi dambaan insan beriman, karena di dalamnya Allah turunkan rahmat dan keberkahan. Amal-amal ibadah dan shaleh yang dikerjakan di dalamnya, nilainya lebih baik daripada amal-amal tersebut dikerjakan selama seribu bulan yang tidak ada Lailatul Qadar di dalamnya. Di Lailatul Qadar tersebut, para malaikat turun ke bumi. Ada yang mengatakan mereka turun dengan membawa rahmat, keberkahan dan ketentraman bagi manusia. Ada yang berpendapat, mereka turun membawa semua urusan yang ditetapkan dan ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk masa satu tahun. Sebagaimana yang tertera dalam firman-Nya: ُﻕَﺮْﻔُﻳ ﺎَﻬﻴِﻓ َﻦﻳِﺭِﺬْﻨُﻣ ﺎَّﻨُﻛ ﺎَّﻧِﺇ ٍﺔَﻛَﺭﺎَﺒُﻣ ٍﺔَﻠْﻴَﻟ ﻲِﻓ ُﻩﺎَﻨْﻟَﺰْﻧَﺃ ﺎَّﻧِﺇ َﻦﻴِﻠِﺳْﺮُﻣ ﺎَّﻨُﻛ ﺎَّﻧِﺇ ﺎَﻧِﺪْﻨِﻋ ْﻦِﻣ ﺍًﺮْﻣَﺃ ٍﻢﻴِﻜَﺣ ٍﺮْﻣَﺃ ُّﻞُﻛ "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul." (QS. Al- Dukhan: 3-5) Pada malam itu keamaan dan keselamatan menyatu dalam diri orang-orang beriman, dan mereka mendapatkan salam terus menerus dari para Malaikat. Para ahli ibadah merasakan ketentraman hati, lapangnya dada, dan lezatnya beribadah di malam istimewa itu yang tak pernah di dapatkan pada malam- malam selainnya. Lailatul Qadar adalah malam yang terbebas dari keburukan dan kerusakan. Pada malam itu pula banyak dilaksanakan ketaatan dan perbuatan baik. Pada malam itu penuh dengan keselamatan dari adzab. Sedangkan syetan tidak bisa menggoda sebagaimana keberhasilannya pada selain malam itu, maka malam itu seluruhnya berisi keselamatan dan kesejahteraan. Firman Allah Ta'ala: ِﺮْﺠَﻔْﻟﺍ ِﻊَﻠْﻄَﻣ ﻰَّﺘَﺣ َﻲِﻫ ٌﻡﺎَﻠَﺳ "Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadar: 5) Kapankah Lailatul Qadar Itu?
Tidak diragukan lagi, Lailatul Qadar terdapat pada bulan Ramadhan, berdasarkan firman Allah Ta'ala: ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ ِﺔَﻠْﻴَﻟ ﻲِﻓ ُﻩﺎَﻨْﻟَﺰْﻧَﺃ ﺎَّﻧِﺇ "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan." (QS. Al-Qadar: 1) ِﺱﺎَّﻨﻠِﻟ ﻯًﺪُﻫ ُﻥَﺁْﺮُﻘْﻟﺍ ِﻪﻴِﻓ َﻝِﺰْﻧُﺃ ﻱِﺬَّﻟﺍ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ُﺮْﻬَﺷ ِﻥﺎَﻗْﺮُﻔْﻟﺍَﻭ ﻯَﺪُﻬْﻟﺍ َﻦِﻣ ٍﺕﺎَﻨِّﻴَﺑَﻭ "Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (QS. Al- Baqarah: 185) Al-Hafidh Ibnul Hajar rahimahullah mengatakan tentang penentuan malamnya, "Para ulama berselisih pendapat dalam menentukan Lailatul Qadar dengan perbedaan yang sangat banyak. Setelah kami himpun, ternyata pendapat mereka mencapai lebih dari empat puluh pendapat." Kemudian beliau rahimahullah satu persatu dari pendapat tersebut beserta dalil-dalilnya. (Lihat Fathul Baari: IV/309) Mayoritas ulama berpendapat, Lailatul Qadar terdapat pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan, berdasarkan hadits 'Asiyah Radhiyallahu 'Anha, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ْﻦِﻣ ِﺮِﺧﺍَﻭَﺄْﻟﺍ ِﺮْﺸَﻌْﻟﺍ ﻲِﻓ ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ َﺔَﻠْﻴَﻟ ﺍْﻭَّﺮَﺤَﺗ "Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan." (Muttafaq 'alaih) Dari sepuluh hari terakhir itu, mayoritas ulama mengerucutkan pendapatnya pada malam-malam ganjilnya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, ْﻦِﻣ ِﺮِﺧﺍَﻭَﺄْﻟﺍ ِﺮْﺸَﻌْﻟﺍ ْﻦِﻣ ِﺮْﺗِﻮْﻟﺍ ﻲِﻓ ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ َﺔَﻠْﻴَﻟ ﺍْﻭَّﺮَﺤَﺗ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ "Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir dari Ramadhan." (HR. Al-Bukhari) Demikian juga banyak dari mereka berpendapat, Lailatul Qadar jatuh pada malam ke 27 Ramadhan. Ini adalah pendapat sebagian sahabat, seperti Ubay bin Ka'ab yang beliau sampai berani memastikan dan bersumpah bahwa Lailatul Qadar ada pada malam ke 27, ia berkata: ﻲِﺘَّﻟﺍ ُﺔَﻠْﻴَّﻠﻟﺍ َﻲِﻫ ﻲِﻤْﻠِﻋ ُﺮَﺜْﻛَﺃَﻭ ﺎَﻬُﻤَﻠْﻋَﺄَﻟ ﻲِّﻧِﺇ ِﻪَّﻠﻟﺍَﻭ ﺎَﻬِﻣﺎَﻴِﻘِﺑ َﻢَّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻝﻮُﺳَﺭ ﺎَﻧَﺮَﻣَﺃ َﻦﻳِﺮْﺸِﻋَﻭ ٍﻊْﺒَﺳ ُﺔَﻠْﻴَﻟ َﻲِﻫ "Demi Allah, sunguh aku mengetahuinya dan kebanyakan pengetahuanku bahwa dia adalah malam yang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam perintahkan kami untuk bangun (shalat) padanya, yaitu malam ke 27." (HR. Muslim, no. 762) Dan dalam hadits Mu'awiyah bin Abi Sufyan, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, bersabda tentang Lailatul Qadar, َﻦﻳِﺮْﺸِﻋَﻭ ٍﻊْﺒَﺳ ُﺔَﻠْﻴَﻟ ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ ُﺔَﻠْﻴَﻟ "Lailatul Qadar adalah malam ke dua puluh tujuh." (HR. Abu Dawud) Syaikh Abu Malik Kamal dalam Shahih Fiqih Sunnah memberikan catatan terhadap pendapat-pendapat tentang Lailatul Qadar di atas, "Yang jelas, menurutku, Lailatul Qadar terdapat pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir dan berpindah-pindah di malam-malam tersebut. Ia tidak khusus hanya pada malam ke 27 saja. Adapun yang disebutkan oleh Ubay, Lailatul Qadar jatuh pada malam ke 27, ini terjadi dalam suatu tahun dan bukan berarti terjadi pada semua tahun. Buktinya, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah mendapatinya pada malam ke 21, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Abu Sa'id Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berkhutbah kepada mereka seraya mengatakan: ﺎَﻬُﺘﻴِﺴْﻧُﺃ ْﻭَﺃ ﺎَﻬُﺘﻴِﺴَﻧ ﻲِّﻧِﺇَﻭ ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ َﺔَﻠْﻴَﻟ ُﺖﻳِﺭُﺃ ﻲِّﻧِﺇ ﻲِّﻧِﺇَﻭ ٍﺮْﺗِﻭ ِّﻞُﻛ ْﻦِﻣ ِﺮِﺧﺍَﻭَﺄْﻟﺍ ِﺮْﺸَﻌْﻟﺍ ﻲِﻓ ﺎَﻫﻮُﺴِﻤَﺘْﻟﺎَﻓ ٍﻦﻴِﻃَﻭ ٍﺀﺎَﻣ ﻲِﻓ ُﺪُﺠْﺳَﺃ ﻲِّﻧَﺃ ُﺖﻳِﺭُﺃ "Sungguh aku telah diperlihatkan Lailatul Qadar, kemudian terlupakan olehku. Oleh sebab itu, carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir pada setiap malam ganjilnya. Pada saat itu aku merasa bersujud di air dan lumpur." Abu Sa'id berkata: "Hujan turun pada malam ke 21, hingga air mengalir menerpa tempat shalat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Seusai shalat aku melihat wajah beliau basah terkena lumpur. (HR. Al- Bukhari dan Muslim) Demikian kumpulan hadits yang menyinggung tentang masalah Lailatul Qadar. Wallahu A'lam." (Selesai ulasan dari Shahih Fiqih Sunnah: III/202-203) Syaikh Shafiyyurrahman Al- Mubarakfuri dalam Ithaf al-Kiram (Ta'liq atas Bulughul Maram) hal 197, mengatakan, "Pendapat yang paling rajih dan paling kuat dalilnya adalah ia berada pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir. Ia bisa berpindah- pindah, terkadang di malam ke 21, terkadang pada malam ke 23, terkadang pada malam ke 25, terkadang pada malam ke 27, dan terkadang pada malam ke 29. Adapun penetapan terhadap beberapa malam secara pasti, sebagaimana yang terdapat dalam hadits ini (hadits Mu'awiyah bin Abi Sufyan), ia di malam ke 27, dan sebagaimana dalam beberapa hadits lain, ia berada di malam 21 dan 23, maka itu pada tahun tertentu, tidak pada setiap tahun. Tetapi perkiraan orang yang meyakininya itu berlaku selamanya, maka itu pendapat mereka sesuai dengan perkiraan mereka. Dan terjadi perbedaan pendapat yang banyak dalam penetapannya." Hikmah Dirahasiakannya Lailatul Qadar Keberadaan Lailatul Qadar dirahasiakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan hikmah yang dikehendaki-Nya. Yaitu (boleh jadi) agar para hamba bersungguh-sungguh beribadah di setiap malam, dengan harapan agar mendapatkan Lailatul Qadar. Bagi siapa yang meyakini bahwa Lailatul Qadar ada pada malam tertentu, maka ia akan menghidupkan malam tersebut dengan ibadah. Dan bagi siapa yang ingin memastikan dirinya mendapatkan malam tersebut,
hendaknya ia mencurahkan semua waktunya untuk beribadah kepada-Nya
sepanjang bulan Ramadhan sebagai bentuk syukur kepada-Nya dan membenarkan janji-Nya. Insya Allah, inilah hikmah utama dirahasiakannya Lailatul Qadar. Dan inilah yang disyaratkan dalam sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, ْﺖَﻌِﻓُﺭ ﺎَﻬَّﻧِﺇَﻭ ٌﻥﺎَﻠُﻓَﻭ ٌﻥﺎَﻠُﻓ ﻰَﺣﺎَﻠَﺘَﻓ ْﻢُﻛَﺮِﺒْﺧُﺄِﻟ ُﺖْﺟَﺮَﺧ ﻲِﻓ ﺎَﻫﻮُﺴِﻤَﺘْﻟﺎَﻓ ْﻢُﻜَﻟ ﺍًﺮْﻴَﺧ َﻥﻮُﻜَﻳ ْﻥَﺃ ﻰَﺴَﻋَﻭ ِﺔَﺴِﻣﺎَﺨْﻟﺍَﻭ ِﺔَﻌِﺑﺎَّﺴﻟﺍَﻭ ِﺔَﻌِﺳﺎَّﺘﻟﺍ "Sesungguhnya aku telah keluar untuk memberitahu kepada kalian (kapan Lailatul Qadar itu). Tetapi (di tengah jalan) aku bertemu dengan fulan dan fulan yang sedang bertengkar, sehingga aku terlupa kapan malam itu. Semoga ini lebih baik bagi kalian. Oleh karena itu, carilah malam tersebut pada (malam) kesembilan, ketujuh, dan kelima (dari sepuluh hari terakhir)." (HR. al-Bukhari) Penutup Insan beriman pasti meyakini setiap kabar berita yang disampaikan Al- Qur'an dan Sunnah Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Keyakinan tersebut tidak hanya pada pembenaran, tapi ia realisasikan dalam bentuk tunduk dan taat kepada petunjuk keduanya. Begitu juga terhadap kabar berita tentang Lailatul Qadar, sebagai bentuk pembenarannya, ia bersungguh- sungguh menghidupakannya agar mendapatkan janji-janji baik di dalamnya. Lailatul Qadar merupakan anugerah dari Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Itu diberikan agar mereka bisa mengejar ketertinggalan dari pahala-pahala dan kebaikan yang luput darinya, dan juga untuk menghapus kesalahan dan dosa-dosa dalam perjalanan hidupnya. Allah sayang kepada kita, hamba-Nya yang beriman, akankah kita juga sayang kepada diri kita sendiri dengan mencari dan memanfaatkan malam yang mulia itu? Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com] /@cwi

selengkapnya...

Tanda Malam Itu Lailatul Qadar

Oleh: Badrul Tamam


Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, rabb semesta alam. Shalawat dan salam terlimpah dan tercurah kepada manusia pilihan, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Lailatul Qadar adalah malam yang agung. Malam penuh kemuliaan. Ibadah
di dalamnya lebih baik daripada ibadah selama seribu bulan. Siapa yang mendapatkan kemuliaannya sungguh ia manusia beruntung dan dirahmati. Sebaliknya, siapa yang luput dari kebaikan di dalamnya, sungguh ia termasuk manusia buntung dan merugi. Kemuliaan Lailatul Qadar yang penuh keberkahan dapat dilihat dari pilihan Allah terhadapnya untuk menurunkan kitab terbaik-Nya dan syariat agama- Nya yang paling mulia. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ ُﺔَﻠْﻴَﻟ ﺎَﻣ َﻙﺍَﺭْﺩَﺃ ﺎَﻣَﻭ ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ ِﺔَﻠْﻴَﻟ ﻲِﻓ ُﻩﺎَﻨْﻟَﺰْﻧَﺃ ﺎَّﻧِﺇ ُﺡﻭُّﺮﻟﺍَﻭ ُﺔَﻜِﺋﺎَﻠَﻤْﻟﺍ ُﻝَّﺰَﻨَﺗ ٍﺮْﻬَﺷ ِﻒْﻟَﺃ ْﻦِﻣ ٌﺮْﻴَﺧ ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ ُﺔَﻠْﻴَﻟ ِﻊَﻠْﻄَﻣ ﻰَّﺘَﺣ َﻲِﻫ ٌﻡﺎَﻠَﺳ ٍﺮْﻣَﺃ ِّﻞُﻛ ْﻦِﻣ ْﻢِﻬِّﺑَﺭ ِﻥْﺫِﺈِﺑ ﺎَﻬﻴِﻓ ِﺮْﺠَﻔْﻟﺍ "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.Pada malam itu turun malaikat- malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadar: 1-5)
Sesungguhnya Lailatul Qadar tidak seperti malam-malam selainnya. Pahala amal shalih di dalamnya sangat besar. Maka siapa yang diharamkan mendapatkan pahalanya, sungguh ia tidak mendapatkan kebaikan malam itu. Oleh karenanya, sudah sewajarnya seorang muslim menghidupkan malam tersebut dengan bersungguh-sungguh melakukan ibadah dan ketaatan kepada Allah secara maksimal. Dan menghidupkannya harus didasarkan kepada iman dan berharap pahala kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Disebutkan dalam hadits shahih: َﻡَّﺪَﻘَﺗ ﺎَﻣ ُﻪَﻟ َﺮِﻔُﻏ ﺎًﺑﺎَﺴِﺘْﺣﺍَﻭ ﺎًﻧﺎَﻤﻳِﺇ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ َﻡﺎَﻗ ْﻦَﻣ ِﻪِﺒْﻧَﺫ ْﻦِﻣ "Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa- dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim) Dalam redaksi lain, َﻡَّﺪَﻘَﺗ ﺎَﻣ ُﻪَﻟ َﺮِﻔُﻏ ﺎًﺑﺎَﺴِﺘْﺣﺍَﻭ ﺎًﻧﺎَﻤﻳِﺇ ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ َﺔَﻠْﻴَﻟ َﻡﺎَﻗ ْﻦَﻣ ِﻪِﺒْﻧَﺫ ْﻦِﻣ "Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di Lailatul Qadar imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa- dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim) Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah menjelaskan tentang waktu turunnya Lailatul Qadar tersebut. Beliau bersabda, َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ْﻦِﻣ ِﺮِﺧﺍَﻭَﺄْﻟﺍ ِﺮْﺸَﻌْﻟﺍ ﻲِﻓ ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ َﺔَﻠْﻴَﻟ ﺍْﻭَّﺮَﺤَﺗ "Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan." (Muttafaq 'alaih) Lalu beliau menjelaskan lebih rinci lagi tentang waktunya dalam sabdanya, ْﻦِﻣ ِﺮِﺧﺍَﻭَﺄْﻟﺍ ِﺮْﺸَﻌْﻟﺍ ْﻦِﻣ ِﺮْﺗِﻮْﻟﺍ ﻲِﻓ ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ َﺔَﻠْﻴَﻟ ﺍْﻭَّﺮَﺤَﺗ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ "Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir dari Ramadhan." (HR. Al-Bukhari) Yaitu malam-malam ganjil dari bulan Ramadhan secara hakiki. Yakni malam 21, 23, 25, 27, dan 29. Lalu sebagian ulama merajihkan (menguatkan), Lailatul Qadar berpiindah-pindah dari dari satu malam ke malam ganjil lainnya pada setiap tahunnya. Lailatul Qadar tidak melulu pada satu malam tertentu pada setiap tahunnya. Imam al-Nawawi rahimahullah berkata: "Ini adalah yang zahir dan terpilih karena bertentangan hadits- hadits shahih dalam masalah itu. tidak ada jalan untuk menjama' (mengompromikan) di antara dalil- dalil tersebut kecuali dengan intiqal (berpindah-pindah)-nya." Syaikh Abu Malik Kamal dalam Shahih Fiqih Sunnah memberikan catatan terhadap pendapat-pendapat tentang Lailatul Qadar di atas, "Yang jelas, menurutku, Lailatul Qadar terdapat pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir dan berpindah-pindah di malam-malam tersebut. Ia tidak khusus hanya pada malam ke 27 saja. Adapun yang disebutkan oleh Ubay, Lailatul Qadar jatuh pada malam ke 27, ini terjadi dalam suatu tahun dan bukan berarti terjadi pada semua tahun. Buktinya, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah mendapatinya pada malam ke 21, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Abu Sa'id Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berkhutbah kepada mereka seraya mengatakan: ﺎَﻬُﺘﻴِﺴْﻧُﺃ ْﻭَﺃ ﺎَﻬُﺘﻴِﺴَﻧ ﻲِّﻧِﺇَﻭ ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ َﺔَﻠْﻴَﻟ ُﺖﻳِﺭُﺃ ﻲِّﻧِﺇ ﻲِّﻧِﺇَﻭ ٍﺮْﺗِﻭ ِّﻞُﻛ ْﻦِﻣ ِﺮِﺧﺍَﻭَﺄْﻟﺍ ِﺮْﺸَﻌْﻟﺍ ﻲِﻓ ﺎَﻫﻮُﺴِﻤَﺘْﻟﺎَﻓ ٍﻦﻴِﻃَﻭ ٍﺀﺎَﻣ ﻲِﻓ ُﺪُﺠْﺳَﺃ ﻲِّﻧَﺃ ُﺖﻳِﺭُﺃ "Sungguh aku telah diperlihatkan Lailatul Qadar, kemudian terlupakan olehku. Oleh sebab itu, carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir pada setiap malam ganjilnya. Pada saat itu aku merasa bersujud di air dan lumpur." Abu Sa'id berkata: "Hujan turun pada malam ke 21, hingga air mengalir menerpa tempat shalat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Seusai shalat aku melihat wajah beliau basah terkena lumpur. (HR. Al- Bukhari dan Muslim) Demikian kumpulan hadits yang menyinggung tentang masalah Lailatul Qadar. Wallahu A'lam." (Selesai ulasan dari Shahih Fiqih Sunnah: III/202-203) Syaikh Shafiyyurrahman Al- Mubarakfuri dalam Ithaf al-Kiram (Ta'liq atas Bulughul Maram) hal 197, mengatakan, "Pendapat yang paling rajih dan paling kuat dalilnya adalah ia berada pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir. Ia bisa berpindah- pindah, terkadang di malam ke 21, terkadang pada malam ke 23, terkadang pada malam ke 25, terkadang pada malam ke 27, dan terkadang pada malam ke 29. Adapun penetapan terhadap beberapa malam secara pasti, sebagaimana yang terdapat dalam hadits ini (hadits Mu'awiyah bin Abi Sufyan), ia di malam ke 27, dan sebagaimana dalam beberapa hadits lain, ia berada di malam 21 dan 23, maka itu pada tahun tertentu, tidak pada setiap tahun. Tetapi perkiraan orang yang meyakininya itu berlaku selamanya, maka itu pendapat mereka sesuai dengan perkiraan mereka. Dan terjadi perbedaan pendapat yang banyak dalam penetapannya." Tanda-tanda Lailatul Qadar Disebutkan juga oleh Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah bahwa Lailatul Qadar memiliki beberapa tanda-tanda
yang mengiringinya dan tanda-tanda yang datang kemudian. Tanda-tanda yang megiringi Lailatul Qadar: 1. Kuatnya cahaya dan sinar pada malam itu, tanda ini ketika hadir tidak dirasakan kecuali oleh orang yang berada di daratan dan jauh dari cahaya. 2. Thama'ninah (tenang), maksudnya ketenangan hati dan lapangnya dada seorang mukmin. Dia mendapatkan ketenanangan dan ketentraman serta lega dada pada malam itu lebih banyak dari yang didapatkannya pada malam-malam selainnya. 3. Angin bertiup tenang, maksudnya tidak bertiup kencang dan gemuruh, bahkan udara pada malam itu terasa sejuk. 4. Terkadang manusia bisa bermimpi melihat Allah pada malam itu sebagaimana yang dialami sebagian sahabat radliyallah 'anhum. 5. Orang yang shalat mendapatkan kenikmatan yang lebih dalam shalatnya dibandingkan malam- malam selainnya. Tanda-tanda yang mengikutinya: Matahari akan terbit pada pagi harinya tidak membuat silau, sinarnya bersih tidak seperti hari-hari biasa. Hal itu ditunjukkan oleh hadits Ubai bin Ka'b radliyallah 'anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengabarkan kepada kami: "Matahari terbit pada hari itu tidak membuat silau." (HR. Muslim) Penutup Siapa yang merindukan Lailatul Qadar hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam sisa hari Ramadhan ini, khususnya di sepuluh hari terakhirnya. Semoga satu dari sepuluh malam terakhir yang kita hidupkan tersebut salah satunya adalah Lailatul Qadar. Sehingga kita mendapatkan pahala dan ganjaran yang besar. Selain itu, ini kesungguhan ini adalah bentuk iqtida' (mengikuti dna mencontoh) Nabi al-musthafa Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. kita juga memperbanyak doa dan pengharapan kepada-Nya untuk kebaikan diri kita, keluarga, dan kaum muslimin secara keseluruhan. Amiin! [PurWD/voa- islam.com] /@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |