Dampak Buruk Akibat Uzlah : Buta Terhadap Kadar Kemampuan Pribadi

a. Buta terhadap Kadar kemampuan Pribadi Sekalipun manusia memiliki kecerdasan dan kecermalangan berpikir, namun ia tidak akan mungkin mampu menilai kemampuan dan potensi yang ada pada diri pribadinya secara rinci. Ia tetap memerlukan orang lain yang akan bertindak sebagai penolongnya. Sebagai contoh, sekalipun contoh ini tidak mutlak, seorang tidak akan mungkin dapat membuktikan terhadap apa yang ada dalam pribadinya berupa sikap ananiyah (egois), itsaar (mengutamakan orang lain), dan ta'awun (tolong-menolong), kecuali jika ia hidup dengan manusia lainnya dan bergaul bersamanya. Dengan bergaul secara nyata dengan sesamanya, maka akan terbukti apakah dirinya memiliki sifat-sifat seperti itu atau justru sebaliknya. Demikian pula kita tidak mungkin dapat melihat apakah kita telah memiliki sikap sabar dan cermat, atau justru sebaliknya, kita ternyata bersikap ceroboh dan tergesa-gesa, kecuali jika kita telah bergaul bersama manusia lainnya. Kita pun tidak mungkin pula mengetahui apakah kita telah memiliki sikap berani, atau justru sebaliknya, ternyata kita ini sebenarnya bersifat pengecut, kecuali jika kita telah hidup berbaur bersama manusia lainnya. Mungkin inilah rahasia firman-Nya yang menyebutkan, قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا ﴿١٠٣﴾ الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا ﴿١٠٤﴾ Katakanlah, "Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang sia-sia perbuatannya dalam dunia ini? Sedangkan ia menyangka bahwa mereka berbuat baik-baik". (QS. Al-Kahfi [18] : 103-104) Rasulullah SAW bersabda, "Seorang mukmin adalah cermin bagi saudara mukmin lainnya". (HR. Abu Daud) Serta ucapan Umar bin Khatthab r.a., "Tunjukkanlah kepadaku keburukan-keburukanku". (Mukhtashar minhaaj al-Qaashidiin, hal. 171) Jadi, jalan itulah yang akan membuktikan seorang mukmin terhadap kadar dan kemampuan atau kekurangan, kekuatan atau kelemahan dirinyha. Jika ia masih merasa lebih banyak kelemahan dan kekurangannhya, maka ia akan berusaha melengkapi dan memperkuat kekurangannya dan kelemahannya. 
b. Terhalang dari Pertolongan Orang lain 
Di antara manusia ada yang telah mengetahui dan menyadari akan berbagai keburukan yang terdapat dalam dirinya. Akan tetapi, seringkali dirinya itu tidak memiliki kemauan yang cukup kuat dan tekad yang kuat untuk mengatasi dan mengubahnya, sehingga ia tidak mampu memperbaiki dan meluruskan dirinya. Oleh karena itu, bagi orang yang semacam itu mutlak diperlukan seseorang yang akan bertindak sebagai penolong dalam mengatasi masalahnya. Akan tetapi, jika ia memilih bersikap 'uzlah' dan mengisolasi diri dari masyarakat, maka ia akan terhalang mendapatkan pertolongan itu. Ia akan tetap tenggelam dalam suatu kesalahan dan maksiat sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, Rasulullah shallahu alaihi wasslam bersabda, "Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya, jika ia mendapatkan aib, maka ia akan membetulkannya". (HR. Bukhari) "Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah suatu kebaikan, maka ia akan diberi seorang teman yang shalih. Jika ia lupa maka ia akan diingatkan, dan jika ingat maka akan ditolong". (HR. Ahmad) 
c. Terhambatnya Kemampuan dan Potensi Dasar dalam Jiwa 
Sebagaimana diketahui, manusia terdiri atas unsur jasad, akal, dan roh, atau terdiri atas unsur material dan spiritual. Sedangkan rohani atau spiritual tersebut dibekali dengan seperangkat gharizah (perangai) yang saling mengimbangi dan memengaruhi. Kedua perangai yang berlawanan tersebut akan berpasangan dalam jiwa manusia, seperti rasa kawatir dan berharap, cinta dan benci, kecenderungan kepada sesuatu yang nyata dan kepada suatu yang khayal, kekuatan lahir dan bathin, suka kepada suatu yang diharuskan dan cenderung kepada sesuatu yang dianjurkan, senang pda hidup sendiri dan bermasyarakat, negatif dan positif, dan lain-lain. Semuanya itu adlah gharizah-gharizah yang saling berimbang dan saliang memberi pengaruh, sebagaimana yang kita rasakan. Hidup berjamaah dan berinteraksi dengan manusia merupaka satu-satunya arena yang akan menggerakkan segenap potensi dasar dan jiwa seorang muslim. Dengan demikian, setiap perangkat gharizah dapat bekerja secara seimbang dan bersama-sama. Pada saat itulah akan terbentuk suatu kepribadian yagn seimbang dan saling menyempurnakan, tanpa ada suatu penyimpangan dan kebengkokkan, serta terlindung dari tipu daya setan yang menyesatkan. Dengan demikian pula maka ketika seorang muslim yang menjauhi jamaah dan menutup diri dari kehidupan bermasyarakat serta menjalani pola hidup 'uzlah' dan 'tafarrud', maka sudah pasti sikap tersebut akan menghambat sebagian kemampuan dan potensi gharizah-nya. Karena itu, ia akan mengalami kegelisahan dan keresahan dalam jiwa. Terlebih lagi jika ia memiliki waktu luang yang banyak, maka hal itu akan dimanfaatkan sebagai arena beraksinya setan, manusia, dan setan-jin untuk melancarkan tipu daya dan menyesatkannya. Mungkin inilah keadaan yang pernah menjadi perhatian Nabi Shallahu alaihi was sallam dalam sabdanya, "...Maka barangsiapa yang ingin merasakan kenikmatan Surga hendaklah ia melazimi (selalu menyertai) jamaah, karena sesungguhnya setan itu akan beserta dengan orang yang sendiri dan akan menjauh dari orang yang berdua..." (Hadist Shahih, lihat kitab Takhriijul-Ahadiits, ash-Shahihah, al-Albani, 1/134) 

sumber: http://eramuslim.com /

@cwi

selengkapnya...

Fenomena dan Cara Mengatasi Membanggakan Diri (I'jaab bin-nafsi)

Pertama, menganggap diri suci. Fenoma pertama dari sikap i'jaab bin-nafsi yakni jika orang selalu menganggap suci atau merasa memiliki harkat dan kedudukan yang tinggi. Orang-orang semacam itu seakan berpura-pura lupa terhadap firman Allah yang menyebutkan, " .. Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah Yang Maha Mengetahui tentang orang yang bertaqwa". (QS : an-Najm : 32) 
Kedua, sulit menerima nasihat. Fenomena kedua, jika orang sulit menerima nasihat dari orang lain atau senantiasa menghindari nasihat. Padahal, Rasulullah pernah mengatakan bahwasanya tidak ada kebaikan sedikitpun pada suatu kaum jika mereka tidak saling menasihati dan enggan menerima nasihat. 
Ketiga, senang mendengarkan cacat dan aib orang lain. Fudhail bin Iyadh rahimamullah berkata : "Sesungguhnya di antara ciri-ciri orang munafik ialah mereka senang mendengarkan aib salah seorang temannya". (Kitab al-Awaa-iq)
 Kiat dan Cara Mengatasi I'jaab Bin-Nafsi
Dengan mengetahui berbagai sebab yang mendorong sikap 'ujub tentunya kita akan lebih mudah mencari cara untuk mengatasi dan mencabut akar penyakit ini. Berikut akan saya bentangkan beberapa kiat dan caranya. 
Pertama, selalu mengingat hakikat jiwa manusia. Orang-orang yang membanggakan diri seharusnya berusaha memahami bahwa jika bukan karena uluran rahmat Allah, sesungguhnya mereka itu tidak akan pernah menjad apa-apa. Mereka seharusnya ingat bahwa dirinya diciptakan dari tanah yang diinjak-injak oleh kaki, kemudian dari air mani, yang tabu untuk dilihat. Kemudian setelah meninggal dunia mereka akan dikembalikan lagi ke tanah menjadi sosok mayat yang busuk yang akan dijauhi oleh manusia-manusia yang masih hidup. JIka mampu merenungkan kenyataan itu dengan sebaik-baiknya, insya Allah akan mampu menolak kehadiran 'ujub' dalam hati kita. 
Kedua, sesungguhnya nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah, baik terhadap manusia maupun terhadap makhluk-makhluk-Nya yang lain, sangatlah banyak.Sebagaimana firman-Nya : " .. Dan jika kalian hitung nikmat-nikmat Allah, niscaya tidak akan mampu menghitungnya .." (QS : Ibrahim :34). Dengan senantiasa merenungkan kenyataan tersebut kita akan selalu merasa lemah faqiir ((sangat membutuhkan) kemurahan Allah serta akan dapat menyucikan sekaligus membentengi rohani kita dair penyakit 'ujub ini. 
Ketiga, men-tafakur-i datangnya kematian dan perjalanan setelahnya.
Dengan senantiasa men-tafakur-i bahwasayanya setiap makhluk hidup yang ada di dunia ini mau tida mau akan menghadapi kematian sert perjalanan sesudahnya kematian tersebut, maka akan dapat mencabut akar sikap 'ujub dari dalam jiwa kita. 
Keempat, senantiasa mengingat hakikat kehidupan dunia. 
Orang yang 'ujub seharusnya menyadari bahwasanya kehidupan dunia ini diciptakan oleh Allah sebagai ladang akhirat bagi dirinya dan masa bagi dia untuk menempatinya sangatlah pendek, atau singkat saja. Sebaliknya, akhirat itu kekal, dan disanalah dia akan menetap untuk selama-lamanya. Jika terus-menerus direnungi atau di tafakur-i, kenyataan tersebut juga akan dapat menangkal kehadiran 'ujub di dalam hati kita sekaligus akan memicu semangat kita dalam melakukan pengabdian kepada-Nya. 
Kelima, mengkaji ayat-ayat Ilahi serta Sunnah Rasulullah. 
Di dalam kedua sumber ajaran Islam tersebut terkandung penjelasan, keterangan, sekaligus tuntunan yang jelas dan tuntas mengenai bagaimana seharusnya akita berperilaku, sekaligus menangkal dan mengobati aneka penyakit hati yang kerap menggerogoti rohani kita, termasukdalam hal mengobati an menangkal penyakit 'ujub ini. 
Keenam, menghadiri majelis ilmu Dengan senantiasa menghadiri majelis-majelis ilmu, khususnyayang tema-temanyabanyak membahas masalah penyakit-penyakit hati dan cara mengatasinya, akan dapat membantu kita dalam membersihkan hati dan menjaganya dari terserang penyakit 'ujub. 
Ketujuh, menjenguk mereka yang tengah menghadapi sakaratul maut serta ziaarah kubur.
 Menjenguk orng-orang yang tengah menderita sakit, terlebih yang tengah menghadapi proses sakaratul maut, kemudian menyaksikan serta men-takafur-i bagaimana mereka akhirnya dimandikan, dibungkus kafan, dan dikubur, akan memberikan terapi yang cukup ampuh terhadap prilaku 'ujub ini. Begitu pula dengan sering melakukan ziarah kubur akan menggerakkan kedalaman hati seseorang dan mendukungnya untuk tiadk berlaku 'ujub atau penyakit-penyakit rohani. 
Kedelapan, mencontoh kehidupan para ulama salaf.
 Kita harus senantiasa mencontoh kehidupan para ulama salaf, khususnya cara-cara yang mereka lakukan untuk mengatasi sikap 'ujub yang muncul pada dirinya. Dengan mengetahui contoh-contoh dari mereka akan membawa kita kepada keinginan untuk meneladani dan ber-qudwah kepadanya. Atau paling tida berpaya untuk menyerupai dan meniru mereka dalam mencabut akar penyakit kita ini, serta menutup semua celah yang dapat menerumuskan diri ke dalam sikap 'ujub. 
Kesembilan, berlatih menolaknya. 
Kita harus senantiasa berlatih menolak atau membunuh sikap perilaku 'ujub yang kerap bersemayam dalam diri kita, kemudian meletakkannya pada tempat yang benar.Misalnya, dengan memaksakan diri untuk senantiasa berusaha menolong kawan yang tengah dilanda kesusahan atau orang-orang yang tengah didera penderitaan, seperti yang banyak digambarkan dalam kehidupan para ulama salaf. Diriwayatkan bahwa saat Khalifa Umar ibn Khattab ra melakukan perjalanan ke negeri Syam, beliau harus melintasi sebuah sungai. Beliau kemudian turun dari keledainya dan melepas kedua sandalnya, lalu dipegangnya. Setelah itu beliau pun segera turun ke dalam sungai bersama keledainya. Melihat pemandangan seperti itu Abu Ubaidah berkata kepadanya, "Engkau telah berbuat sesuatu yang mengejutkan penduduk negeri ini, wahai Khalifah". Mendengar ucapan Abu Ubaidah seperti itu Khalifah Umar mengusap dadanya sambil berkata : "Kalau saja bukan engkau yang mengatakan hal itu, wahai Abu Ubaidah ..!" Beliau terdiam sejenak lalu berkata lagi, "Sungguh engkau dahulu adalah manusia yang paling tercela, kemudian memuliakanmu dengan Rasul-Nya . Jika engkau ingin mencari kemuliaan dari selain keduanya (Allah dan Rasul), maka niscaya Allah akan menghinakanmu kembali". 
Kesepuluh, senantiasa bermuhasabah, sebelum mengerjakan sesuatu. 
Dengan mendahulukan muhasabah atau melakukan introspeksi dan pertimbangan sebelum melakukan segala sesuatu, khususnya terhadap kemungkinan terjadinya 'ujub, akan dapat mengantisipasi serta meminimalkan berkembangnya penyakit ini serta akan mempermudah proses penyembuhan pernyakit rohani ini. Wallahu'alam.

sumber: http://eramuslim.com

 /@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |