Tabel Periodik Elemen-elemen Kimia

Allah berfirman di dalam al-Qur’an, ‘Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?’ (adz-Dzariyat: 20)

Betapa banyak tanda dan bukti ilmiah yang menunjukkan keberadaan Pencipta yang Maha Bijaksana, yang mengadakan langit dan bumi. Pada kesempatan ini kita akan mengupas salah satu bukti ilmiah tersebut, yaitu tabel periodik elemen-elemen kimia yang ditemukan oleh ilmuwan Rusia yang bernama Dmitri Mendeleev.


Gambar: Dmitri Mendeleev penemu tabel periodik elemen-elemen kimia di alam.

Hal pertama yang biasa dilihat seorang pelajar di laboratorium kimia adalah tabel periodik elemen. Ilmuwan Rusia membuat tabel elemen-elemen kimiawi dengan ukuran-ukuran atomnya, yang disebut tabel periodik. Pada waktu itu, tidak semua elemen telah ditemukannya dengan tabel, sehingga Mendeleev membiarkannya kosong.




Sampai akhirnya para ilmuwan sesudahnya mengisi tabel tersebut, seperti yang dibayangkan oleh ilmuwan Rusia bertahun-tahun sebelum mengungkapkannya. Tabel ini memuat seluruh elemen atom dengan angka dan unsurnya yang beragam. Angka atom maksudnya adalah angka tertentu yang terdapat pada inti atom, yaitu muatan-muatan listrik positif (proton). Bilangan inilah yang membedakan antara suatu atom unsur dengan atom unsur lain. Hidrogen yang kita anggap sebagai unsur paling sederhana itu di dalam inti atomnya ditemukan satu muatan listrik positif. Begitu juga, di dalam unsur yang disebut helium terdapat dua muatan, dan di dalam unsur lithium terdapat dua muatan. Kita tidak bisa meletakkan tabel unsur-unsur yang beragam itu kecuali dengan membangun hukum-hukum matematisnya yang menakjubkan.


Gambar: Tabel periodik yang ditemukan Mandeleev.

Para ilmuan tidak mungkin menyebut sistem yang mengagumkan pada alam ini dengan nama ‘Periodic Chance’, melainkan Periodic Law (hukum periodik). Dengan berbagai kepastian dan sistem ini, maka kita tidak bisa mengignkari keberadaan Tuhan yang menciptakan alam semesta. Karena dengan ilmu pengetahuan modern ini, mengingkari adanya Tuhan itu sama seperti mengingkari realitas!

Fisikawan Amerika, George E. Davis mengatakan, ‘Seandainya alam ini bisa menciptakan dirinya, maka itu berarti ia memiliki sifat-sifat pencipta. Dalam kondisi ini, kita terpaksa memercayai bahwa alam itu adalah tuhan. Demikiankan, kita akhirnya menerima keberadaan ‘tuhan’. Tetapi, tuhan kita ini akan tampak aneh: tuhan yang gaib sekaligus Artikelal! Saya lebih memilih untuk memercayai Tuhan yang menciptakan alam Artikel, dan ia bukan bagian dari alam ini, melainkan pengaturnya dan pengendalinya, daripada harus mengadopsi omong kosong seperti ini.’ (The Evidence of God, hlm. 71)

Allah berfirman, ‘Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa? Ataukah mereka mempunyai tangga (ke langit) untuk mendengarkan pada tangga itu (hal-hal yang gaib)? Maka hendaklah orang yang mendengarkan di antara mereka mendatangkan suatu keterangan yang nyata. Ataukah untuk Allah anak-anak perempuan dan untuk kamu anak-anak laki-laki? Ataukah kamu meminta upah kepada mereka sehingga mereka dibebani dengan utang? Apakah ada pada sisi mereka pengetahuan tentang yang gaib lalu mereka menuliskannya? Ataukah mereka hendak melakukan tipu daya? Maka orang-orang yang kafir itu merekalah yang kena tipu daya. Ataukah mereka mempunyai tuhan selain Allah. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.’ (ath-Thur: 35-43)


/@cwi

selengkapnya...

Ikhlash Dalam Berdakwah

oleh DR.Rinto Anugraha
Makna Ikhlash

Ikhlash (الإخلاص) adalah persoalan paling penting dalam amal dan ibadah seorang hamba kepada Allah SWT. Ikhlash, seperti yang dikemukakan oleh Syaikh Yusuf al-Qaradhawy hafizhahullah adalah


عمل من أعمال القلوب، بل هو في مقدمة الأعمال القلبية، لأن قبول الأعمال لا يتم إلا به


“Sebuah amal dari amal-amal hati, tetapi ikhlash merupakan amal hati yang pertama-tama, karena sesungguhnya diterimanya amal-amal itu tidak akan sempurna kecuali dengan ikhlash.”

Beliau juga menyebutkan hubungan antara ikhlash dengan tauhid, yaitu


ثمرة من ثمرات "التوحيد" الكامل لله تبارك وتعالى، الذي هو إفراد الله عز وجل بالعبادة والاستعانة


“Buah dari buah-buah tauhid yang sempurna karena Allah Tabaraka wa Ta’ala yaitu dengan menyendirikan Allah Azza wa Jalla dengan ibadah dan memohon pertolongan.”

Ikhlash juga bermakna pemurnian, yaitu membebaskan diri dari segala penyembahan kepada selain Allah, seperti harta, wanita, kedudukan. Allah SWT berfirman



قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta Alam.” (Al An’am 162)

Banyak pula definisi ikhlash yang dikemukakan para ulama, namun pada hakikatnya semuanya sama. Beberapa definisi ikhlash adalah

* menjadikan tujuan hanyalah untuk Allah tatkala beribadah
* membersihkan amalan dari komentar manusia
* kesamaan antara amalan yang nampak dengan yang ada di batin (Hudzaifah al-Mar’asyi)
* melupakan pandangan manusia dengan selalu memandang kepada Allah (Abu ‘Utsman)

Sementara itu Imam Syahid Hasan al-Banna rahimahullahu memberikan definisi tentang ikhlash yaitu

أن يقصد الأخ المسلم بقوله وعمله وجهاده كله وجه الله , وابتغاء مرضاته وحسن مثوبته من غير نظر إلى مغنم أو مظهر أو جاه أو لقب أو تقدم أو تأخر , وبذلك يكون جندي فكرة وعقيدة , لا جندي غرض و منفعة

“Yaitu setiap al-akh muslim meniatkan dengan perkataannya, perbuatannya dan jihadnya seluruhnya hanya untuk Wajah Allah, mengharap keridhaanNya dan kebaikan ganjaranNya, tanpa melihat kepada harta atau kemasyhuran atau kedudukan atau pangkat atau kemajuan atau kemunduran. Dan dengan demikian ia pejuang fikrah dan aqidah, bukan pejuang kepentingan dan kemanfaatan.”

Urgensi Ikhlash

Ada sebuah hadits shahih mutawatir masyhur yang berkaitan dengan masalah ikhlash dalam niat ini. Rasulullah SAW bersabda

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْه (متفق عليه

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khaththab radhiyallahu anhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (HR Bukhari-Muslim).

Begitu pentingnya masalah ikhlash ini, sampai-sampai Imam Nawawi rahimahullah meletakkan hadits di atas pada hadits pertama dalam kitab beliau Al-Arba’in An-Nawawiyyah dan Riyadhush Shalihin. Demikian pula Syaikh Fuad Abdul Baqi menempatkannya sebagai hadits di bagian awal dalam kitab beliau Al-Lu’lu’ wal-Marjan, yang merupakan kompilasi hadits yang disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim. Imam Asy-Syafi'i berkata, "Hadits ini adalah sepertiga ilmu".

Hadits ini berkaitan dengan sahabat Nabi SAW yang ikut berhijrah dari Makkah ke Madinah dengan niat untuk menikahi shahabiyah Ummu Qais, sehingga terkenal istilah Muhajir Ummu Qais. Dari hadits ini Rasulullah SAW menekankan akan pentingnya kemurnian niat dan keikhlasan. Lafazh innama (ﺎﳕﺇ) pada hadits di atas berfungsi untuk membatasi (hashr). Dengan kata lain, hasil dari suatu perbuatan sangat bergantung pada niat, orientasi dan tujuannya.

Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW menekankan pentingnya kelurusan niat dalam berhijrah. Dalam amal Islami, hijrah merupakan salah satu amal yang sangat besar. Dalam sejumlah ayat seperti pada Surat Al Anfal 72-75, Allah SWT menggabungkan hijrah dengan iman dan jihad. Hijrah hakikatnya merupakan upaya untuk meninggalkan segala yang dilarang Allah SWT. Hijrah merupakan peralihan perjuangan Islam di masa Rasulullah SAW dari fase bina’ul iman wal aqidah, taqwiyyah ash-shabr dan ta’sisu qa’idah Islamiyah menjadi fase iqamatu ad-daulah, jihad dan intisyaru ad-da’wah fil ardh. Namun demikian hijrah yang diniati karena motivasi duniawi seperti memperoleh harta dan wanita, tidak akan bernilai lebih dari motivasi tersebut.

Dalam hadits yang lain, Rasulullah SAW bersabda

إن الله لا يقبل من العمل إلا ما كان خالصا، وابتغى به وجهه (رواه النسائي بإسناد جيد

“Sesungguhnya Allah SWT tidak menerima suatu amal kecuali dengan ikhlash dan dengannya mengharap wajah-Nya.” (HR Nasai dengan sanad yang bagus)

Hadits di atas sekali lagi menegaskan urgensi keikhlasan dalam beramal. Huruf لا danإلا menunjukkan nafi (pengecualian) dan itsbat (pengokohan) seperti dalam kalimat tauhid الله إلا لاإله

Sebuah atsar yang masyhur dari Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullahu menegaskan akan pentingnya dua syarat diterimanya amal, yaitu ikhlash dan shawab (sesuai dengan sunnah). Beliau berkata

إن العمل إذا كان خالصا ولم يكن صوابا لم يقبل، وإذا كان صوابا ولم يكن خالصا لم يقبل، حتى يكون خالصا وصوابا، والخالص: أن يكون لله، والصواب: أن يكون على السنة

“Sesungguhnya amal itu apabila ikhlash tetapi tidak shawab maka tidak akan diterima. Dan jika shawab tetapi tidak ikhlash maka juga tidak akan diterima, hingga terdapat ikhlash dan shawab. Dan ikhlash itu adalah karena Allah dan shawab itu sesuai dengan sunnah.”

Setelah itu, Fudhail bin ‘Iyadh membaca ayat

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Maka barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Al Kahfi 110).

Riya’ dan Sum’ah

Penyimpangan amal terjadi ketika niat tidak lagi ikhlash. Keinginan untuk dilihat orang lain atau pamer amal dinamakan dengan riya’. Sedangkan rasa ingin didengar orang lain disebut sebagai sum’ah. Baik riya’ maupun sum’ah adalah dua penyakit yang sangat berbahaya. Riya’ bahkan dikatakan sebagai asy-syirk al-ashghar (syirik kecil), sebab pahala amal yang disertai riya’ akan musnah. Rasulullah SAW bersabda

إن أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر" قالوا: وما الشرك الأصغر يا رسول الله؟ قال: الرياء
(رواه أحمد بإسناد جيد، وابن أبي الدنيا)

“Sesungguhnya yang paling takutkan atas kalian adalah syirik kecil. Para sahabat bertanya, apakah syirik kecil itu wahai Rasulallah? Rasulullah menjawab: Riya’.” (Diriwatkan oleh Ahmad dengan sanad jayyid dan Ibnu Abi Dunya)

Bahkan pelaku riya’ diancam dengan azab besar di neraka. Na’udzubillahi min dzalik. Sebuah hadits shahih berikut ini sangat penting untuk menjadi renungan kita bersama.

عن أبي هريرة قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول
إن أول الناس يقضى يوم القيامة عليه: رجل استشهد، فأتى به، فعرفه نعمته فعرفها، قال: فما عملت فيها؟ قال: قاتلت فيك حتى استشهدت. قال: كذبت، ولكنك قاتلت لأن يقال: هو جرئ، فقد قيل، ثم أمر به فسحب على وجهه حتى ألقي في النار، ورجل تعلم العلم وعلمه، وقرأ القرآن، فأتى به، فعرفه نعمه فعرفها، قال: فما عملت فيها؟ قال: تعلمت العلم وعلمته، وقرأت فيك القرآن. قال: كذبت، ولكنك تعلمت ليقال: عالم، وقرأت القرآن ليقال هو قارئ، فقد قيل، ثم أمر به فسحب على وجهه حتى ألقي في النار، ورجل وسع الله عليه وأعطاه من أصناف المال، فأتى به، فعرفه نعمه فعرفها، قال: فما علمت فيها؟ قال: ما تركت من سبيل تحب أن ينفق فيها إلا أنفقت فيها لك، قال: كذبت، ولكنك فعلت ليقال: هو جواد، فقد قيل، ثم أمر به فسحب على وجهه حتى ألقي في النار
(رواه مسلم والنسائي، ورواه الترمذي وحسنه، وابن حبان في صحيحه)

Dari Abu Hurairah yang berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan kemudian ditampakkan kepadanya nikmat-nikmat yang diberikan kepadanya maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya, “Apa yang kamu lakukan dengannya?” Dia menjawab, “Aku berperang untuk-Mu sampai aku mati syahid.” Allah berfirman, “Engkau dusta, sebenarnya engkau berperang karena ingin disebut sebagai pemberani. Dan itu sudah kau dapatkan.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.

Kemudian seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya dan juga membaca Al Quran. Dia didatangkan kemudian ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sudah didapatkannya dan dia pun mengakuinya. Allah bertanya, “Apakah yang sudah kau perbuat dengannya ?” Maka dia menjawab, “Aku menuntut ilmu, mengajarkannya dan membaca Al Quran karena-Mu.” Allah berfirman, ”Engkau dusta, sebenarnya engkau menuntut ilmu supaya disebut orang alim. Engkau membaca Quran supaya disebut sebagai Qari’.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka
Kemudian ada seseorang yang telah mendapatkan anugerah kelapangan harta. Dia didatangkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang diperolehnya. Maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya, “Apakah yang sudah kamu perbuat dengannya?” Dia menjawab, “Tidaklah aku tinggalkan suatu kesempatan untuk menginfakkan harta di jalan-Mu kecuali aku telah infakkan hartaku untuk-Mu.” Allah berfirman, “Engkau dusta, sebenarnya engkau lakukan itu demi mendapatkan julukan orang yang dermawan, dan engkau sudah memperolehnya.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.”
(Diriwayatkan oleh Muslim dan Nasai, dan diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ia menghasankannya, dan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam shahihnya)

Kurang apalagi kebaikan orang yang berjihad, mempelajari dan mengajarkan ilmu, membaca Al Quran dan suka berinfaq. Namun kebaikan itu musnah di sisi Allah SWT manakala orientasi amal tersebut karena mengharap pujian manusia, bukan pujian Allah SWT.

Dengan demikian, penting sekali buat kita untuk selalu menata dan memperhatikan niat setiap melakukan amal kebajikan.

إنما يبعث الناس على نياتهم (رواه ابن ماجه بإسناد حسن

“Sesungguhnya manusia bangkit (pada hari akhir) atas niat-niat mereka (HR Ibnu Majah dengan sanad hasan)

Ikhlash dalam berdakwah

Bagi aktivis da’wah, kelurusan niat dalam berda’wah menjadi suatu kemestian. Ada kalanya seseorang berda’wah dan berjihad, tetapi dengan motivasi yang rendah seperti agar dilihat keberaniannya oleh orang lain, agar dianggap eksis serta motivasi memamerkan amal dakwah dan jihadnya. Rasulullah SAW ditanya mengenai masalah ini dan beliau menjawab.

مَنْ قاتَلَ لِتَكُون كلِمةُ اللَّهِ هِي الْعُلْيَا فهُوَ في سَبِيلِ اللَّهِ ( مُتَّفَقٌ عليه)

Hadits di atas menunjukkan definisi yang sejati tentang jihad di jalan Allah SWT, yaitu segala daya upaya untuk meninggikan kalimat Allah. Karena itu, segala aktivitas yang dilabeli jihad namun tidak memiliki orientasi murni untuk menegakkan kalimat Allah SWT, tidaklah dinamakan jihad fi sabilillah.

Bagi aktivis da’wah khususnya, ada sejumlah rambu-rambu yang selayaknya diperhatikan agar niat lurus dalam da’wahnya selalu terjaga.

Menjauhi kemasyhuran

Berbagai akhlaq salafush shalih mengajarkan bahwa mereka sangat takut dengan puji-pujian, kemasyhuran dan popularitas. Bagi mereka, cukuplah Allah SWT sebagai Dzat yang memuji. Mereka berpandangan, pujian dari manusia dapat melengahkan dan melenakan diri sehingga amal perbuatan tidak lagi ikhlash karena Allah.

Ibn Muhairiz berkata kepada orang yang meminta nasihat kepadanya, “Jika bisa, hendaklah engkau mengenal tetapi tidak dikenal, berjalanlah sendiri dan jangan mau diikuti, bertanyalah dan jangan ditanya. Lakukanlah hal ini.”

Bisyr al-Hafi berkata, “Saya tidak mengenal orang yang suka kemasyhuran melainkan agama menjadi sirna dan dia menjadi hina. Tidak akan merasakan manisnya kehidupan akhirat, orang yang suka terkenal di tengah manusia”.

Fudhail bin Iyadh berkata, ”Jika engkau sanggup untuk tidak dikenal, maka lakukanlah. Apa sukarnya engkau tidak dikenal? Apa sukarnya engkau tidak disanjung-sanjung? Tidak mengapa engkau tercela di hadapan manusia selagi engkau terpuji di sisi Allah.”

Imam Ahmad berkata: “Aku ingin tinggal di jalan-jalan di sela-sela gunung-gunung yang ada di Mekah hingga aku tidak dikenal. Aku ditimpa musibah ketenaran

Bagi aktivis da’wah, popularitas dan pujian dari manusia dapat merubah orientasi da’wah seseorang. Dari da’wah karena Allah, menjadi da’wah untuk mencari popularitas. Dari da’wah untuk mendapatkan pujian Allah, menjadi da’wah untuk mendapatkan pujian manusia.

Sebenarnya, popularitas dan kemasyhuran itu tidaklah jelek. Para Nabi, Khulafa ar-Rasyidin dan para Imam adalah orang yang dikenal manusia. Ungkapan salafush shalih tersebut bukanlah ajakan untuk ber’uzlah. Tetapi yang tercela adalah mencari kemasyhuran dan kedudukan, serta sangat bercita-cita untuk mendapatkannya.

Beramal secara diam-diam

Amal yang dilakukan diam-diam berpeluang lebih selamat dari riya’ dibandingkan dengan amal secara terbuka. Allah SWT berfirman

إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Jika kalian menampakkan sedekah kalian maka itu adalah baik sekali. Dan jika kalian menyembunyikannya dan kalian berikan kepada orang-orang fakir maka menyembunyikanya itu lebih baik bagi kalian. Dan Allah akan menghapuskan dari kalian sebagian kesalahan-kesalahan kalian, dan Allah maha mengetahui apa yang kalian kerjakan” (QS. Al-Baqoroh: 271).

Para ulama menjelaskan tentang keutamaan menyembunyikan amal kebajikan (karena hal ini lebih menjauhkan dari riya) itu hanya khusus bagi amalan-amalan mustahab bukan amalan-amalan yang wajib. Sedekah yang wajib secara terang-terangan lebih afdhol daripada secara tersembunyi. Adapun sedekah yang mustahab maka sebaliknya.” Sebagian mereka juga mengecualikan orang-orang yang merupakan teladan bagi masyarakat, maka justru lebih afdhol bagi mereka untuk beramal terang-terangan agar bisa diikuti dengan syarat mereka aman dari riya’, dan hal ini tidaklah mungkin kecuali jika iman dan keyakinan mereka yang kuat.

Secara khusus ada keuntungan bagi orang-orang yang “hidden”. Dalam hadits Mu’adz, Rasulullah SAW bersabda

إن الله يحب الأبرار الأتقياء الأخفياء، الذين إن غابوا لم يفتقدوا، وإن حضروا لم يعرفوا، قلوبهم مصابيح الهدى، يخرجون من كل غبراء مظلمة

“Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan, bertaqwa dan yang menyembunyikan amalnya. Yaitu orang-orang yang jika tidak hadir mereka tidak dicari, dan jika hadir mereka tidak dikenal. Hati mereka adalah pelita petunjuk. Mereka keluar dari setiap tempat yang gelap.”

Selalu sabar dalam berda’wah

Allah SWT memberikan ilustrasi berupa kisah Nabi Nuh AS yang begitu sabar berda’wah selama 950 tahun (Al Ankabut 14). Nabi Nuh selalu berda’wah siang dan malam tanpa kenal lelah (Nuh 5). Beliau juga menggunakan berbagai metode, baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan (Nuh 8-9). Bahkan keluarganyapun juga tidak menyambut ajaran beliau. Kesabaran beliau ditunjukkan ketika mendapatkan wahyu Allah SWT untuk membuat kapal (Al Mu’minuun 27-28) dimana orang-orang kafir mengejek Nabi Nuh dan para pengikut beliau (Hud 11).

Kesabaran dalam berda’wah berbanding lurus dengan keikhlasan
. Orang-orang yang ikhlash selalu bersabar dalam menghadapi ujian dalam da’wah. Namun, terkadang ada orang-orang yang ingin segera cepat-cepat menikmati hasil da’wahnya. Perilaku yang disebut isti’jal, dilakukan oleh orang-orang yang mengubah tujuan da’wahnya, dari da’wah murni kepada Allah SWT menjadi da’wah yang berorientasi kepada hasil. Ketika sahabat Khubaib bin al-Arat menanyakan kapan datangnya pertolongan Allah, Rasulullah SAW menjawabnya dengan ilustrasi kisah orang pada zaman terdahulu yang tetap bersabar walaupun harus menerima ujian disisir dari sisir besi. Di akhir, Rasulullah mengatakan (ولكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ) “Akan tetapi kalian tergesa-gesa.” (HR Bukhari)

Berbuat yang ikhlash dan wajar ketika memimpin

Orang yang ikhlash karena Allah akan berbuat yang wajar, baik ketika memimpin di depan sebagai qiyadah maupun ketika berada di belakang sebagai jundiyah. Tidak ada perubahan dalam orientasi amalnya maupun sikap dan perbuatannya, baik ketika dikenal orang banyak, maupun ketika tidak dikenal. Dalam hal ini, sikap Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu dapat menjadi teladan, ketika beliau tetap ikhlash berjuang meskipun diberhentikan dari panglima perang oleh khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu.

Syaikh Yusuf Qaradhawy memberikan taushiyah mengenai (الفرح بكل كفاية تبرز ) dalam hubungannya dengan persoalan jama’ah. Beliau menyatakan,qiyadah yang ikhlash akan senang jika banyak orang-orang baik yang bergabung dengan jama’ah. Dia tidak akan terganggu atau dengki atau gelisah karena kehadirannya. Bahkan qiyadah yang ikhlash melihat, jika ada orang lain yang lebih baik dari dirinya dalam hal memikul tanggung jawab, ia dengan senang hati untuk mundur dan memberikan tanggung jawab kepada orang lain.

Beliau mengkritik orang-orang yang diberikan amanah namun selalu berusaha mempertahankan jabatannya, tidak mau mundur dan suka menekan orang lain. Padahal seiring dengan perjalanan waktu, keadaan akan berubah dan orang yang kuat akan menjadi lemah. Ada ungkapan (لكل زمان رجاله) , setiap zaman ada rijalnya. Beliau mengkritik pemimpin yang yang mati-matian mempertahankan kedudukannya dengan anggapan dialah yang paling mampu mengendalikan perahunya.

Syaikh Yusuf Qaradhawy juga menyatakan, aktivis dakwah tidak boleh menutup mata dan telinga ketika mendapatkan kritik dari orang lain. Beliau bahkan memperingatkan bahaya sebuah jamaah yang disusupi dari luar, kepincangan dalam berfikir dan beramal, tidak ada inovasi dan pembaharuan, sebagai akibat kerakusan satu atau dua orang yang terlibat di dalamnya.

Menghindari ujub.

Ujub (i'jab bin nafsi) adalah penyakit membanggakan diri sendiri, dengan tidak merendahkan orang lain. Walaupun tidak merendahkan orang lain, penyakit ini cukup berbahaya, karena berpotensi menuju ghurur. Ghurur adalah penyakit membanggakan diri sendiri disertai dengan merendahkan orang lain. Karena itu ghurur dikatakan sebagai syiddatul i'jab. Di atas ghurur adalah penyakit takabbur alias sombong. Takabbur dikatakan syiddatu syiddatil i'jab. Jadi pada akhirnya, ujub berbahaya karena menuju kepada takabbur. Dr. Sayyid Muhammad Nuh dalam bukunya Aafatun ‘ala ath-thariq menjelaskan tentang bahaya penyakit ujub, ghurur dan takabbur.

Perang Hunain memberikan pelajaran besar akan bahaya penyakit ujub, ketika kaum muslimin merasa yakin akan mendapatkan kemenangan karena membanggakan jumlah yang besar. Allah SWT berfirman


لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الأرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ

“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.” (At-Taubah 25)

Lafazh (أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ) menunjukkan bahwa kaum muslimin berbangga dengan jumlah yang besar, pada akibatnya mereka bercera-berai.

Penyakit ujub juga dapat muncul ketika seseorang atau sebuah jama’ah merasa dirinya lebih baik atau lebih suci daripada orang atau jama’ah lain. Padahal Allah SWT berfirman

فَلا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

“…Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (an-Najm 32)

Selayaknya, aktivis da’wah seperti halnya orang-orang yang memakmurkan masjid adalah orang-orang yang gemar membersihkan diri (at Taubah 108). Sebab aktivis da’wah bukanlah orang yang bersih dari dosa. Taubat dan muhasabah adalah alat untuk mengevaluasi diri dan jamaah, sejauh mana kelurusan niat dan langkah dakwahnya.

Wallahu a’lam bish shawab.

/@cwi

selengkapnya...

Miyabi dan ”Kekerasan” Akhlaakul Kariimah

oleh Abdul Mutaqin
Saya ketinggalan berita perihal sosok Maria Ozawa. Ternyata, gadis Jepang yang populer dipanggil Miyabi itu adalah mantan bintang film porno. Beberapa hari terakhir, Miyabi bukan saja dikenal sebagai bintang film, tetapi seru dibicarakan, dinilai, didukung dan ditolak di Indonesia menyusul rencana kedatangannya. Tentu karena lebel ”porno”nya ia ditolak.

Siapapun bisa mengambil jalan seperti yang ditapaki Miyabi. Apalagi kabarnya, menjadi bintang film seperti yang dilakoninya cepat membuat orang jadi kaya, sekaya Miyabi yang sanggup membayar apartemen mewahnya di Tokyo seharga enam belas juta rupiah perbulan, asalkan ia tega membuang iman dan sisi kemanusiaannya yang paling dasar. Biarlah Miyabi dengan jalan hidupnya dan terserahlah siapapun memilih jalan seperti hidupnya. Tetapi bagi seorang muslim, fenomena aktivitas label filmnya itu adalah bagai sebuah ancaman kekerasan atas akhlakul kariimah.


Kekerasan tidaklah sepenuhnya menyangkut fisik yang terwakili oleh luka, darah dan kematian. Tetapi juga dapat menyentuh ranah psikis dan keyakinan. Apapun aktivitas yang dapat merusak sendi-sendi akhlak, iman, muru’ah atau kehormatan serta hilangnya budaya malu harus pula dipahami sebagai tindakan kekerasan. Sebab dampaknya tidak kalah hebat dari sekedar kekerasan secara fisik. Karenanya wajar, apabila orang-orang yang masih punya i’tikad atas keselamatan generasi rabbani menolaknya, tanpa melihat semata-mata sisi bisnis dan keuntungan materi. Sebab rusaknya moral remaja karena budaya pornografi sudah bukan sekedar asumsi, tetapi telah menjadi fakta empiris.

Namun kenyataannya, orang yang berusaha teguh atas keyakinan dan masih menyimpan banyak energi rasa malu terhadap masalah ini, sering dianggap munafik dan sok suci. Dianggap munafik karena mereka dinilai menyalahi kodrat bahwa dirinya juga diam-diam menyukai segala hal yang berbau aktivitas porno dan keindahan tubuh telanjang wanita. Hanya karena dia malu maka ia menolaknya, menjadi alasan mereka dicap munafik. Jadi mereka yang malu menonton film porno atau melihat gambar porno adalah munafik. Begitu kira-kira logika para penuduh.

Padahal siapa sebenarnya yang munafik justru adalah mereka yang setia kepada nafsu dan mengabaikan hati nurani serta rasa malunya. Orang yang setia kepada rasa malu, adalah cermin dari keimanannya. Lalu, apa logis orang yang setia kepada iman dicap sebagai munafik?

Saya pernah membaca sebuah artikel yang menggelitik, saya lupa di mana membacanya, menurut yang saya pahami menggambarkan bahwa setiap wanita pada dasarnya tetap menyimpan rasa malu sebagai kodratnya. Kalaupun suatu waktu ia bertingkah di luar kodratnya, sesungguhnya ia tengah menabrak hati nuraninya sendiri walaupun di belakang hari baru disadarinya.

Dengan bahasa saya, begini lebih kurang cerita tersebut :

Seorang lelaki duduk di ruang tunggu sebuah apotek untuk menebus obat. Beberapa saat kemudian masuk seorang wanita dengan pakaian ketat dan setengah terbuka bagian (maaf) dada dan pahanya. Si lelaki merasa risih bersebelahan duduk di ruang tunggu itu. Namun entah karena apa, laki-laki tersebut berujar:

”Mba, tarifnya berapa?”

Mendengar ucapan laki-laki tersebut, spontan wanita itu menjawab dengan nada tinggi.

”Hei, kalo ngomong yang sopan ya. Jangan asal bicara. Saya bukan pelacur. Saya wanita baik-baik!”. Nampak sekali bahwa ia tersinggung.

”Loh, yang bilang Mba pelacur siapa? Saya juga tidak menuduh Mba wanita tidak baik-baik? Saya hanya bertanya tarifnya berapa. Sebab cara berpakaian dan berdandan Mba ini seperti itu”. Laki-laki ini meladeni dengan logikanya sendiri. Orang di samping kiri kanan mulai memperhatikan mereka.

”Hei, dengar ya!”, kata wanita itu semakin tinggi. ”Tubuh, tubuh saya. Pakaian, pakaian saya. Terserah saya mau memakai pakaian yang bagaimana suka-suka saya. Mau setengah terbuka, mau ketat terserah saya. Dasar mata Anda saja yang jelalatan. Pikiran anda saja yang kotor!”. Wanita itu puas berlogika kata. Nampaknya ia merasa menang dengan argumennya. Dengan wajah ketus Ia terus menatap laki-laki di sebelah yang sudah membuatnya berang.

Rupanya lelaki yang dihadapinya itu bukanlah orang yang bermental kerupuk. Dia tetap santai meladeni mulut wanita itu.

”Mata, mata saya. Pikiran, pikiran saya. Saya bebas mau melihat apa saja. Saya juga bebas memikirkan apa saja. Anda saja yang kegeeran”. Rupanya jawaban laki-laki itu semakin membuatnya marah. Spontan dia berdiri.

”Tidak sopan!. Saya bisa menuntut Anda atas perlakuan tidak menyenangkan. Saya bisa menyeret Anda ke polisi”, katanya dengan nada tegas.

”Silahkan. Saya juga bisa menuntut dan melaporkan Anda ke polisi atas perlakuan tidak menyenangkan. Anda datang ke sini telah mengganggu ketenangan ”adik” saya. Tujuan Anda datang ke sini mau menebus obat atau membangunkan ”adik” saya?”.

Tanpa tengok kiri-kanan wanita tersebut keluar meninggalkan apotek tanpa memperdulikan resepnya. Entah apa yang ada di benaknya. Laki-laki tersebut pun bergegas setelah mendapatkan obatnya. Dan entah apa pula maksud di balik aksinya tadi.

***

Banyak pendapat dari anak bangsa ini gigih membela kebebasan berekspresi. Tapi hampir-hampir dengan logika tanpa hati nurani. Sengaja atau tidak, nilai-nilai rendah seperti pornografi dikemas dengan argumentasi seni. Manusia yang risih dengan keterbukaan aurat dianggap orang yang ”bebal” seni dan tidak paham estetika. Dituduh berotak ngeres dan tidak pernah jauh dari berfikir tentang seks. Sementara wanita-wanita berjilbab dianggap mengancam pluralitas bangsa dan Pancasila. Mereka dicurigai sebagai agen Arabisasi publik dan Talibanisme. Lucunya, diantara pengeritik itu ada yang namanya ”Muhammad” yang merupakan idiom dari bahasa Arab. Lah, piye iki? Sebaiknya sebelum ngomong ganti nama dulu, ”Memet” kek, atau ”Puji” atau apalah yang khas budaya Indonesia. Bagi seorang muslim yang taat, kata Muhammad bukan sekedar nama dan sebutan tapi juga lambang keluhuran budi pekerti dan akhlak mulia. Sampai ada seorang tokoh yang amat berang dan mengatakan :

”Tidak pantas orang itu menyandang nama ”Muhammad”.

Sebagai sebuah bangsa besar, kita tidak tengah mengalami musibah fisik tetapi juga ruhani kita porak-poranda. Bencana banjir, longsor, gempa dan kekerasan terorisme membuat lelah, mengalirkan air mata, darah dan tebusan nyawa. Namun tidak semua menjadikannya sebagai ibrah dan bahan renungan supaya kita menjadi lebih hati-hati dan santun di hadapan Tuhan. Di antara hal itu adalah sikap naif di tengah air mata duka gempa Padang. Rencana mengundang Miyabi dengan harga miliaran, adalah contoh kecil dari ketidakpekaan pihak tertentu atas duka bangsa kita. Seolah menantang keluhuran akhlakul kariimah dengan mempromosikan mantan bintang porno di tengah himpitan duka yang menjepit.

Namun sekali lagi, orang memang diberi kebebasan untuk memilih jalan sendiri. Tapi juga harus diingat, jalan yang kita pilih juga menyangkut nasib orang lain.

Kita diberi bentuk tubuh yang indah bukan untuk eksploitasi seni atau apapun namanya. Kita tidak bisa seenaknya menyatakan sebagai milik sendiri serta bebas mau diapakan terserah kita. Hanya seonggok daging hilanglah kemuliaannya tanpa hati dan akal budi. Apalagi tangan, kaki, penglihatan dan pendengaran bukan semata-mata instrumen hidup gratis yang diberikan Tuhan. Apakah kita tidak peduli dengan datangnya suatu hari di mana mulut dikunci, tangan berbicara dan kaki memberikan kesaksian? Lalu hati, penglihatan dan pendengaran dimintakan pertanggungjawabannya? Bisakah kita mengelak dari Tuhan?
Dari Abdullah bin Umar, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi sampai orang-orang bersetubuh di jalan-jalan seperti layaknya keledai.” Aku (Ibnu ‘Umar) berkata, “Apa betul ini terjadi?”. Beliau lantas menjawab, “Iya, ini sungguh akan terjadi”.

Tegaknya suatu bangsa, karena tegaknya akhlak pemudanya. Hancurnya peradaban suatu bangsa, karena rusaknya akhlak pemudanya. Allahu a’lam.

/@cwi

selengkapnya...

Hasil-hasil Pergerakan Islam

Pergerakan Islam pada awalnya telah banyak memberikan sumbangan dan pengabdian dalam ukuran waktu yang bernilai puluhan abad. Pergerakan Islam ini telah memberikan hasil positif sehingga mengubah wajah sejarah. Hasil-hasil itu antara lain adalah :

1.

Islam telah memerdekakan jiwa kemanusiaan dari penghambaan selain kepada Allah dan berhasil menumpas paganisme (pemujaan berhala), kemurtadan, kemusyrikan, kemudian mengikis habis kuman-kumannya dari seluruh jazirah Arab.
2.

Islam pertama kali berhasil mendirikan suatu kesatuan akidah dan politik dalam kehidupan bangsa Arab. Dengan demikian Islam berhasil juga menumpas pertengkaran antara kabilah dan dendam kesumat karena fanatisme kedaerahan, kepercayaan dan kesukuan.


3.

Islam pertama kali berhasil mendirikan suatu pemerintahan permusyawaratan yang syari'at perundang-undangannya berlandaskan Qur'an dan hadits. Dengan demikian penguasaan manusia atas manusia berhasil dihapus dan diproklamasikan bahwa kedaulatan itu milik Allah SWT saja.
4.

Islam berhasil membebaskan pinggiran jazirah Arab, negara-negara Syam, Irak, Mesir, Afrika Utara dari cengkeraman penjajahan Romawi dan Persia dan membebaskan dari penyelewengan kaum paganisme, Yahudi, sebagian Nasrani dan Majusi. Tembok pemisah dirubuhkan, perbatasan dibuka, keamanan dan kedamaian dilestarikan, sehingga para pelancong dan pengembara dapat berjalan kemana-mana tanpa rasa takut kecuali kepada Allah SWT.
5.

Memberikan sumbangan/warisan besar ilmu dan peradaban kepada umat manusia yang hingga kini masih dapat dinikmati dan dikembangkan. Pergerakan Islam telah memadatkan isi buku sejarah dengan orang-orang besar, mulai dari ilmuwan, sastrawan, tabib, mujahid dan syuhada.

Hari-hari berganti, kuat dan lemah menjadi takdir yang diberikan Allah kepada manusia. Proses pasang surut ini berdasar hikmah yang hanya Dia jualah yang mengetahui. Demikian juga yang terjadi dengan pergerakan Islam. Lambat-laun cahaya terang kebajikan itupun redup bersama putaran jaman. Kekuatan muslimin dari hari ke hari semakin lemah. Diawali dengan kehancuran pemerintahan Khawarizm Shah karena serangan pasukan Mongol pada abad ke-7 Hijriyah. Yang membuat kota Baghdad jatuh pertama kali ke tangan pemerintahan atau imperialisme kaum kafir.

Begitulah saat-saat lenyapnya peran kepemimpinan dunia Islam dimulai. Kaum muslimin kemudian berganti menadahkan tangannya ke timur dan ke barat, menggapai-gapai untuk mendapatkan hasil pemikiran, ajaran dan aturan-aturannya. Kaum muslimin hanyut dalam suasana taqlid, meniru dan terbawa arus peradaban barat tanpa sempat menoleh ke kiri atau ke kanan lagi. Kaum muslimin kemudian kehilangan daya kritisnya.

Meskipun dunia Islam sudah terjerumus begitu dalam, namun agama Islam tetap saja memelihara keampuhan pengaruh dan ciri-ciri khasnya. Kumandang suara kebenaran masih terus berkumandang, meski kadang lemah, kadang kuat. Keadaan seperti itu membuat kita layak meyakini sabda Rasulullah SAW bahwasanya : �Akan selalu ada sekelompok orang dari umatku yang berdiri tegak atas kebenaran, tidak merugikan orang-orang yang berselisih paham dengan mereka sampai datang ketentuan dari Allah.�


*Cendekiawan Islam. Mantan Sekretaris Jenderal Partai Jamaah Islam, Libanon.


**Sumber tulisan : Buku �Al Islam, Fikrah Wa Haraqah Wa Inqilab�



/@cwi

selengkapnya...

Nilai Kehidupan

Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.




"Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini," katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. "Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini."

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, "Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya."

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, "Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini."

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, "Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain".

Segera timbul kesadaran baru. "Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain".

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.

Teman-teman yang luar biasa,
Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.

Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.

Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara pikiran positif, sikap positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa!


/@cwi

selengkapnya...

Menghindari Sikap Cero boh

Salah satu yang jarang kita perhatikan adalah sikap ceroboh. Sering kita meremehkan hal-hal yang menjadi penyebab kecerobohan. Berapa banyak masalah yang timbul karena kecerobohan yang kita lakukan. Ketika memasak misalnya, garam kebanyakan tentu masakan akan jadi asin. Begitu juga bagi yang keliru meminum obat. Kelebihan dosis karena berpikir akan cepat sembuh. Contoh lain, tidak hati-hati menyalakan listrik, kesetrum jadinya. Atau lupa mencabut kunci motor, motor baru bisa hilang digondol maling.

Mengapa orang bisa ceroboh? Di antara penyebabnya: pertama, sifat tergesa-gesa. Karena ingin cepat selesai, cepat untung, kita kerap menjadi tergesa-gesa. Sehingga ada saja yang terlupakan. Ada yang tertipu, karena ingin untung besar. la ceroboh karena tergesa-gesa memutuskan sesuatu. Orang yang ceroboh karena tergesa-gesa bermental ingin cepat selesai.



Kedua, orang yang ceroboh karena sering grasa-grusu, tidak banyak pertimbangan. Lalu, ketiga, orang yang mau untung besar dengan cara gampang. Banyak contoh orang tertipu karena tergiur dengan iming-iming janji. Dikabari dapat undian, lalu harus mengirimkan sejumlah uang. Karena ingin untung, langsung saja diberikan. Akhirnya, ia tertipu mentah-mentah.

Begitu pun dengan orang yang kurang tawakal kepada Allah. Walaupun menurut kita bagus, belum tentu bagus menurut Allah. Jadi, dia akan bertindak menurut pendapatnya sendiri. Dan karena terlalu ingin, ceroboh saja menurutinya. Padahal Allah telah menuntun kita agar tidak terjebak pendapat sendiri. Jika menyangkut kepentingan orang banyak misalnya, ada jalan musyawarah. Sehingga keputusan yang diambil benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

Supaya tidak terjebak pada sikap ceroboh, kuncinya adalah pahami terlebih dahulu setiap masalah yang dihadapi. Jangan pernah mengambil keputusan tanpa pertimbangan. Lakukan pula chek dan rechek. Biasakan diri untuk melakukan hal tersebut. Dan terakhir, menyangkut perkara yang besar, biasakanlah shalat istikharah. Agar Allah senantiasa menolong kita dalam menjalani keputusan tersebut. Baik atau buruk akibat yang didapat. Amiin.


/@cwi

selengkapnya...

Kiat Akrab Qur'an For Beginner

1. Kemanapun sahabat pergi beraktivitas, kecuali ke tempat yang tidak diperkenankan menurut fiqh, pastikan mushaf Qur�an selalu ada diantara barang bawaan.

2. Letakkan mushaf Qur�an ditempat tersendiri, bersih dan suci saat di tempat maupun ketika bepergian. Saat bepergian simpanlah mushaf di saku atas kemeja, jaket atau ruang kecil yang khusus dan bersih didalam tas bawaan kita.

3. Bagi yang menggunakan kendaraan pribadi, bawa serta rekaman murattal. Agar disaat letih ataupun jenuh, misalnya karena terjebak kemacetan, batin tetap hidup dan diri tetap merasa tenteram, dengan memutar tilawah Qur�an.



4. Saat senggang disela-sela kegiatan atau selesai shalat lima waktu, bacalah Qur�an walaupun hanya satu ayat. Ingat, satu huruf Qur�an saja dihitung satu kebaikan.

5. Bagi sahabat yang belum mampu membaca Qur�an, segeralah berguru dan luangkan waktu meski sekali dalam seminggu. Bagi sahabat yang belum lancar membaca Qur�an, banyaklah memperbaiki bacaan melalui pengkajian tajwid dan sering mendengar rekaman murattal.

6. Bacakan Qur�an di tempat tinggal atau tempat kita beraktivitas, walau cuma sekali dalam sehari.

7. Luangkan waktu setiap malam untuk membaca tafsir Qur�an, dan meresapi makna-makna yang terkandung didalam ayat-Nya. Tanya kepada ustadz atau kawan bila ada tafsir ayat yang kurang sahabat pahami.

8. Terapkan petunjuk-petunjuk yang termaktub didalam tafsir Qur�an secara bertahap, dengan kualitas dan kuantitas amalan diusahakan tetap, tidak turun, atau terus ditingkatkan.

/@cwi

selengkapnya...

Aku Masih Sendiri

Sebagai seorang lelaki yang masih lajang dan umur sudah mendekati dua puluh lima, hasrat untuk menikah selalu ada. Namun, mental, ilmu, serta keyakinan masih belum siap. Mungkin bagi sebagian orang hal tersebut bukan alasan, artinya hanya dengan modal nekad tak banyak yang perlu di pertimbangkan, dan kenyataannya banyak yang menikah tanpa perhitungan yang matang, tak melihat ketentuan umur yang telah di tetapkan oleh Pemerintah, tak pernah memperhitungkan apa bekal yang akan di persiapkan, semua ini tergantung pada niatnya masing-masing.

Saudaraku yang baik, semua orang mengharapkan berumah tangga itu dalam keadaan tentram, sejahtera, penuh dengan ketenangan, dan diantara kiatnya adalah harus dengan ilmu. Sebagaimana Allah telah berfirman di dalam Al-Quran yaitu surat Ar-Ruum Ayat 21 yang artinya : Dan diantara tanda-tanda kekuasan-Nya, Dia menciptakan untuk kamu istri dari jenismu supaya kamu tentram bersamanya. Dan Dia menjadikan cinta dan kasih sayang di antara kamu. Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda bagi orang yang berpikir.





Sahabatku, bagi seorang yang sedang merantau atau tinggal di kota seperti saya ini, banyak sekali pertimbangannnya untuk menikah, diantaranya kualiah belum beres, tempat tinggal masih ngontrak, gaji belum setabil, tapi saat aku lihat cucian tertumpuk di kamar mandi, kamar yang berantakan, kondisi badan yang sering sakit, hasrat untuk menikah kemabli semangat. Sekarang aku mulai sadar kalau cucian sering tertumpuk, kalau kamar sering berantakan, kalau badan sering sakit, ternyata 'aku masih sendiri.'

Kalau melihat kondisiku sekarang ini, artinya gaji yang belum stabil, bahkan setiap bulan sering kehabisan anggaran sehingga makan kadang tiga kali dalam sehari bahkan terkadang dua atau satu kali dalam sehari, sepertinya ini keputusan yang tepat menurutku untuk sendiri. Bahkan sepertinya teman-teman di kantor akan merasa iri kalau aku menikah duluan, kenapa ! karena ada diantara teman-temanku yang secara umur jauh lebih lebih tua, entah kenapa teman-teman ku di kantor yang sudah pada maksimal umurnya belum juga menikah, alasannya belum siap mental, atau mungkin masih mencari yang lebih baik segalanya.

Jika ada sahabat yang kondisinya sama seperti aku sekarang, yang terbaik kiranya untuk tetap semangat, sabar, ikhtiar, dan senantiasa semangat untuk terus memperbaki diri. Kita yakin semakin terus memperbaki diri maka Allah akan memberikan yang terbaik pula. Begitu pula mengenai jodoh insya Allah, Allah akan memberikan yang terbaik, semoga Allah senantiasa membimbing kita semua dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan ujian serta cobaan. Amin...
/@cwi

selengkapnya...

Aku Masih Sendiri



Sebagai seorang lelaki yang masih lajang dan umur sudah mendekati dua puluh lima, hasrat untuk menikah selalu ada. Namun, mental, ilmu, serta keyakinan masih belum siap. Mungkin bagi sebagian orang hal tersebut bukan alasan, artinya hanya dengan modal nekad tak banyak yang perlu di pertimbangkan, dan kenyataannya banyak yang menikah tanpa perhitungan yang matang, tak melihat ketentuan umur yang telah di tetapkan oleh Pemerintah, tak pernah memperhitungkan apa bekal yang akan di persiapkan, semua ini tergantung pada niatnya masing-masing.

Saudaraku yang baik, semua orang mengharapkan berumah tangga itu dalam keadaan tentram, sejahtera, penuh dengan ketenangan, dan diantara kiatnya adalah harus dengan ilmu. Sebagaimana Allah telah berfirman di dalam Al-Quran yaitu surat Ar-Ruum Ayat 21 yang artinya : Dan diantara tanda-tanda kekuasan-Nya, Dia menciptakan untuk kamu istri dari jenismu supaya kamu tentram bersamanya. Dan Dia menjadikan cinta dan kasih sayang di antara kamu. Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda bagi orang yang berpikir.



Sahabatku, bagi seorang yang sedang merantau atau tinggal di kota seperti saya ini, banyak sekali pertimbangannnya untuk menikah, diantaranya kualiah belum beres, tempat tinggal masih ngontrak, gaji belum setabil, tapi saat aku lihat cucian tertumpuk di kamar mandi, kamar yang berantakan, kondisi badan yang sering sakit, hasrat untuk menikah kemabli semangat. Sekarang aku mulai sadar kalau cucian sering tertumpuk, kalau kamar sering berantakan, kalau badan sering sakit, ternyata 'aku masih sendiri.'

Kalau melihat kondisiku sekarang ini, artinya gaji yang belum stabil, bahkan setiap bulan sering kehabisan anggaran sehingga makan kadang tiga kali dalam sehari bahkan terkadang dua atau satu kali dalam sehari, sepertinya ini keputusan yang tepat menurutku untuk sendiri. Bahkan sepertinya teman-teman di kantor akan merasa iri kalau aku menikah duluan, kenapa ! karena ada diantara teman-temanku yang secara umur jauh lebih lebih tua, entah kenapa teman-teman ku di kantor yang sudah pada maksimal umurnya belum juga menikah, alasannya belum siap mental, atau mungkin masih mencari yang lebih baik segalanya.

Jika ada sahabat yang kondisinya sama seperti aku sekarang, yang terbaik kiranya untuk tetap semangat, sabar, ikhtiar, dan senantiasa semangat untuk terus memperbaki diri. Kita yakin semakin terus memperbaki diri maka Allah akan memberikan yang terbaik pula. Begitu pula mengenai jodoh insya Allah, Allah akan memberikan yang terbaik, semoga Allah senantiasa membimbing kita semua dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan ujian serta cobaan. Amin...

/@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |