Mengapa Hati Ini Masih Merasa Iri?

Pernah mungkin kita mendengar kisah dua orang tetangga dekat bisa saling bunuh. Penyebabnya karena yang satu buka toko dan lainnya pun ikut-ikutan. Akibat yang satu merasa tersaingi, akhirnya ada rasa iri dengan kemajuan saudaranya. Tetangga pun tidak dipandang. Awalnya rasa iri dipendam di hati. Namun karena semakin hangat dan memanas, akhirnya berujung pada pertikaian yang berakibat hilangnya nyawa. Sikap seperti ini pun mungkin pernah terjadi pada kita. Namun belum sampai parah sampai gontok-gontokan. Rasa iri tersebut muncul kadangkala karena persaingan. Sikap iri semacam ini jarang terjadi pada orang yang usahanya berbeda. Jarang tukang bakso iri pada tukang becak. Orang yang saling iri biasanya usahanya sama. Itulah yang biasa terjadi. Tukang bakso, yah iri pada tukang bakso sebelah. Si empunya toko sembako iri pada orang yang punya toko yang semisal, dan seterusnya. Perlu diketahui bahwa iri, dengki atau hasad –istilah yang hampir sama- adalah menginginkan hilangnya nikmat dari orang lain. Asal sekedar benci orang lain mendapatkan nikmat, itu sudah dinamakan hasad, itulah iri. Hasad seperti inilah yang tercela. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, ان الحسد هو البغض والكراهة لما يراه من حسن حال المحسود “Hasad adalah sekedar benci dan tidak suka terhadap kebaikan yang ada pada orang lain yang ia lihat.”[1] Adapun ingin agar semisal dengan orang lain, namun tidak menginginkan nikmat pada orang lain itu hilang, maka ini tidak mengapa. Hasad model kedua ini disebut ghibthoh. Yang tercela adalah hasad model pertama tadi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, وَلاَ تَحَاسَدُوا ، وَلاَ تَبَاغَضُوا ، وَلاَ تَدَابَرُوا ، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا “Janganlah kalian saling hasad (iri), janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling membelakangi (saling mendiamkan/ menghajr). Jadilah kalian bersaudara, wahai hamba Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim) Hasad Bisa Terjadi Pada Orang Beriman Hasad bisa saja terjadi pada orang-orang beriman. Hal ini dapat kita lihat dalam kisah Nabi Yusuf dengan suadara-saudaranya. Sampai-sampai ayah Yusuf (Ya’qub) memerintahkan pada Nabi Yusuf agar jangan menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya agar tidak membuat mereka iri. Allah Ta’ala berfirman, قَالَ يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ “Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Yusuf: 5) Lalu lihatlah bagaimana perkataan saudara-saudara Yusuf. إِذْ قَالُوا لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَى أَبِينَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ “(Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.”(QS. Yusuf: 8). Lihatlah bagaimana hasad pun bisa terjadi di antara orang beriman, bahkan di antara sesama saudara kandung. Hasad (Iri) Tidak Ada Untungnya Patut kita renungkan bersama bahwa rasa iri sebenarnya tidak pernah ada untungnya sama sekali. Yang ada hanya derita di dalam hati. Orang yang hasad pada saudaranya sama saja tidak suka pada ketentuan atau takdir Allah. Karena orang yang hasad tidak suka atas ketentuan Allah pada saudaranya. Padahal Allah yang menakdirkan saudaranya jadi kaya, saudaranya punya kedudukan, saudaranya sukses dalam bisnis, dan lainnya. Orang yang hasad sama saja menentang ketentuan ini. Allah Ta’ala berfirman, أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَةُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az Zukhruf: 32). Padahal Allah yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk hamba-Nya. Orang yang hasad sama saja dengan orang yang menzholimi saudaranya. Oleh karena itu, orang yang didengki (dihasad) akan mendapatkan manfaat dari orang yang hasad di akhirat kelak. Kebaikan orang yang hasad akan diberikan pada orang yang didengki (dihasad) dan kejelekan orang yang didengki (dihasad) akan beralih pada orang yang hasad. Bisa terjadi seperti ini karena orang yang hasad layaknya orang yang menzholimi orang lain. Sehingga penyelesaiannya dengan jalan seperti itu. Lebih-lebih lagi jika hasad tadi diteruskan dengan perkataan, perbuatan dan ghibah (menggunjing), tentu akibatnya lebih parah.[2] Itu tadi adalah akibat di akhirat. Sedangkan di dunia, orang yang hasad pun menderitakan berbagai kerugian. Jika orang yang ia hasad terus mendapatkan nikmat, hatinya akan semakin sedih dan terus seperti itu. Bulan pertama, ia hasad karena omset saudaranya meningkat 50 %, ini kesedihan pertama. Jika bulan kedua meningkat lagi, ia pun akan semakin sedih. Begitu seterusnya, orang yang hasad tidak pernah mendapatkan untung, malah kesedihan yang terpendam dalam hati yang ia peroleh waktu demi waktu. Cara Mengatasi Penyakit Hasad Agar kita tidak terjerumus dalam penyakit hati yang satu ini, maka ada beberapa kiat yang bisa kita lakukan, di antaranya: Pertama: Pertebal iman dan rasa yakin pada takdir Allah, tentu saja dengan terus menambah ilmu. Kedua: Mengingat akibat hasad yang berdampak di dunia maupun di akhirat. Ketiga: Selalu bersyukur dengan yang sedikit. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ “Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667) Keempat: Selalu memandang orang yang di bawahnya dalam masalah dunia. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِى الْمَالِ وَالْخَلْقِ ، فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ “Jika salah seorang di antara kalian melihat orang lain diberi kelebihan harta dan fisik [atau kenikmatan dunia lainnya], maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” (HR. Bukhari no. 6490 dan Muslim no. 2963) Dalam hadits lain disebutkan, انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ “Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim no. 2963) Kelima: Banyak mendoakan orang lain yang mendapatkan nikmat dalam kebaikan karena jika kita mendoakannya, kita akan dapat yang semisalnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ “Do’a seorang muslim kepada saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya adalah do’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisinya ada malaikat (yang bertugas mengaminkan do’anya kepada saudarany). Ketika dia berdo’a kebaikan kepada saudaranya, malaikat tersebut berkata : Amin, engkau akan mendapatkan yang semisal dengannya.” (HR. Muslim no. 2733) Setelah mengetahui hal ini, masihkah ada iri pada saudara kita? Semoga Allah memberi taufik untuk terhindar dari penyakit yang satu ini. Amin, Yaa Mujibas Saailin. Panggang-GK, 29 Jumadil Awwal 1431 H (13/05/2010) Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal Artikel www.muslim.or.id [1] Amrodhul Qulub wa Syifauha, Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal. 31, Dar Al Imam Ahmad, cetakan pertama, 1424 H [2] Lihat penjelasan Syaikh Musthofa Al ‘Adawi dalam kitab Fiqhul Hasad, hal. 47, Darus Sunnah, tahun 1415 H. /@cwi

selengkapnya...

Kehidupan Islam di Negeri Gajah Putih

Alhamdulillaah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala aalihi wa shohbihi ajma’in Seperti telah kita ketahui bersama, Thailand adalah negara yang sering dikenal sebaga negeri gajah putih. Negara ini juga terkenal sebagai tujuan wisata para turis dari seluruh dunia. Bidang pertanian juga merupakan salah satu andalan dari negeri ini. Hampir seluruh hasil pertanian dan perkebunan yang berasal dari Thailand merupakan produk unggulan. Secara umum, penduduk Thailand beragama Budha. Menurut sensus penduduk pada tahun 2000, mayoritas warga Negara Thailand beragama Budha (94,6%), kemudian Islam (4,6%), dan sisanya adalah Kristen dan Katolik [1]. Namun saat ini angka pemeluk agama Islam dipercaya melebihi angka 10%, atau sekitar 7,4 juta dari 67 juta jiwa penduduk Thailand [2]. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan pemeluk agama Islam di negeri ini terus meningkat. Gambaran Umum Kehidupan Islam Sebagian besar muslim di negeri ini tinggal di Thailand bagian selatan, yang banyak berada di propinsi Yala, Narattiwat, dan Pattani. Secara budaya dan penampakan fisik, mereka lebih dekat kepada masyarakat Melayu. Jika kita melihat sejarah yang telah berlalu, wilayah-wilayah tersebut tadinya bukan merupakan bagian dari Thailand. Namun sejak tahun 1808, Thailand menjajah wilayah tersebut dan menjadikannya sebagai wilayah kekuasaannya. Tentu saja banyak pertentangan yang terjadi karena Thailand merupakan negeri Budha yang menganggap raja sebagai keturunan dewa. Sehingga banyak ritual syirik yang bertentangan dengan Islam itu sendiri. Pemberontakan pun pernah terjadi, dan hingga saat ini pun masih ada pertentangan-pertentangan yang terjadi karena perbedaan prinsip tersebut [3]. Walaupun mayoritas muslim ada di bagian selatan Thailand, namun bukan berarti di bagian lain Thailand tidak ada muslim. Katakanlah Bangkok, ibukota Thailand. Di Bangkok, kita dengan mudah dapat menemui masjid. Walaupun mayoritas muslim di Bangkok adalah pendatang dari bagian selatan Thailand (secara fisik dapat dikenali dengan mudah, karena berdarah melayu), namun cukup banyak juga muslim yang berdarah Thailand asli (biasanya berkulit putih). Hal ini menunjukkan dakwah Islam berjalan dengan baik di Bangkok. Apabila kita mendatangi masjid-masjid di Thailand, kita akan menyadari bahwa banyak kemiripan kehidupan muslim di Thailand dan Indonesia. Mayoritas muslim di Thailand adalah sunni bermazhab Syafi’i. Dan secara umum, mereka mirip sekali dengan kaum Nahdliyin yang ada di negeri kita. Dengan mudah kita temui acara dzikir berjama’ah , nasyid, dan berbagai macam shalawat. Setiap masjid pun biasanya memiliki kyai yang diagungkan di situ. Namun Alhamdulillah, dari kalangan pemuda (kebanyakan mahasiswa) banyak yang rajin menuntut ilmu di manhaj salaf yang mulia ini. Mereka cukup rajin mengadakan kajian-kajian ilmiah di masjid walaupun terkadang bertentangan dengan pengurus masjid itu sendiri. Meskipun mereka berhadapan dengan terbatasnya pustaka yang dapat mereka akses (karena tidak semua bisa berbahasa Arab), namun mereka sangat bersemangat untuk menegakkan Al-Quran dan Sunnah dengan pemahaman para salafus shalih. Mereka pun menampakkan ke-Islam-an mereka dengan terang-terangan. Mereka memelihara jenggot, tidak isbal, bahkan di kampus pun kita terkadang bisa menemui saudari kita yang bercadar. Dan qadarullah, mereka pula-lah yang menjadi salah satu penyebab penulis mendapatkan hidayah untuk istiqomah di manhaj yang mulia ini. Dukungan Kerajaan Thailand terhadap Islam Meskipun Thailand merupakan negeri Budha, namun kerajaan cukup mendukung kehidupan Islam para penduduknya. Tanggungjawab urusan mengenai agama Islam di Thailand diemban oleh seorang mufti yang mendapat gelar Syaikhul Islam (Chularajmontree). Mufti ini berada di bawah kementerian dalam negeri dan juga kementerian pendidikan dan bertanggungjawab kepada raja. Mufti bertugas untuk mengatur kebijakan yang berkaitan dengan kehidupan muslim, seperti penentuan awal dan akhir bulan hijriyah.
Mufti membawahi dewan propinsial Islam yang beranggotakan 26 orang dari tiap propinsi. Dan dewan tersebut membawahi sekitar 3494 masjid yang ada di Thailand [2]. Pusat dari kegiatan tersebut berada di Bangkok, yaitu Islamic Center yang terletak di daerah Ramkhamhaeng. Selain itu, di setiap Universitas biasanya terdapat Muslim Student Club. Biasanya kelompok tersebut mendapat tempat khusus yang juga dapat digunakan untuk melaksanakan shalat. Secara umum, masyarakat Thailand juga sangat toleran terhadap muslim. Mereka cukup peduli dengan makanan yang dapat kita makan, dan mereka juga sangat mudah memberi izin untuk melakukan shalat. Namun karena Thailand merupakan Negara Budha, sehingga hari besar kaum muslimin (Idul Fitri dan Idul Adha) tidak mereka liburkan. Hal ini terkadang menjadi kendala bagi para pelajar atau pegawai yang ingin melaksanakan sholat Ied berjama’ah. Namun biasanya tiap institusi memberikan keringanan untuk “membolos” pada waktu-waktu tersebut. Makanan Banyak orang mengira bahwa mencari makanan halal di Thailand merupakan perkara sulit. Namun kenyataannya, makanan halal merupakan hal yang mudah didapatkan di mana saja. Katakanlah jika kita pergi ke kantin kampus. Biasanya di tiap kompleks kantin ada satu kios makanan halal. Jika kita pergi ke pasar, biasanya ada penjual daging halal yang disembelih secara syar’i. Jika kita ingin makan di warung halal sekalipun, kita cukup mencari masjid yang terdekat. Biasanya di dekat masjid ada perkampungan muslim dan juga penjual makanan halal. Di mall-mall sekalipun biasanya kita dapat menemukan rumah makan halal. Namun salah satu hal yang membuat muslim di Thailand merasa aman akan ketersediaan makanan halal adalah adanya badan sertifikasi halal yang sangat kuat [4]. Dengan mengakses www.halal.or.th saja kita sudah dapat menemukan list produk dan restoran halal yang ada di Thailand. Bahkan produk-produk kemasan yang ada di supermarket pun sudah banyak yang bersertifikat halal yang dikeluarkan oleh badan tersebut. Sehingga muslim di Thailand dapat dengan leluasa memilih mana yang bisa dimakan dan tidak. Salah satu orang yang berjasa di bidang sertifikasi halal ini adalah Winai Dahlan, seorang associate professor di Chulalongkorn University. Beliau merupakan cucu dari KHA Dahlan. Beliau saat ini adalah direktur dari Halal Science Center di universitas tersebut. Beliau sangat giat melakukan promosi mengenai makanan halal ke seluruh dunia. Bahkan bisa dikatakan kemajuan mengenai makanan halal di Thailand sudah selangkah lebih maju dibandingkan Indonesia karena promosi gencar yang mereka lakukan. Menjadi seorang Muslim di Thailand Paparan di atas menunjukkan berbagai macam gambaran kehidupan muslim di Thailand. Namun secara umum, hidup menjadi seorang muslim di Thailand penuh dengan perjuangan yang berat. Seperti kita ketahui bahwa Thailand merupakan negeri yang bebas. Mayoritas penduduknya menyukai kehidupan malam, pergaulan bebas, dan minum minuman keras. Selain itu dentuman musik dapat kita temui di mana saja. Para pemudi pun berpakaian sangat minim. Bagi seseorang yang sedang lemah imannya, tentu saja serbuan kemaksiatan yang ada di lingkungan merupakan tantangan yang berat. Secara kepercayaan pun, kita dapat menemui praktik syirik tersebar di mana-mana. Hampir di setiap rumah ada kuil kecil di mana mereka meletakkan sesaji. Bahkan biasanya para pedagang pun meletakkan sesaji itu di toko mereka. Pengagungan mereka pada kerajaan pun sudah melampaui batas. Raja dianggap sebagai keturunan dewa sehingga mereka menjadikannya sesembahan. Biksu pun mendapatkan perlakuan yang sangat istimewa. Mereka akan memberikan apapun jika bertemu biksu, hanya untuk mendapatkan berkat dari mereka. Tentu saja praktik syirik yang bertebaran di seluruh bumi Thailand ini terus bertentangan dengan hati kaum muslimin. Karena itu, biasanya kaum muslimin di Thailand hidup berkelompok supaya dapat saling menjaga. Di dekat masjid biasanya ada perkampungan muslim. Selain itu, ada juga beberapa daerah di Bangkok yang memiliki persentase penduduk muslim yang cukup besar. Mereka berusaha membuat lingkungan yang baik supaya dapat hidup di luar gelimang kemaksiatan tadi. Terkadang kelompok-kelompok yang hidup di beberapa daerah tersebut berkumpul karena kesamaan suku. Ada daerah di Bangkok yang bernama Kampung Jawa. Di daerah tersebut, penduduknya merupakan keturunan jawa yang sudah turun temurun tinggal di sana. Di kampung tersebut terdapat Masjid Jawa. Selain itu ada juga Masjid Indonesia. Ada cukup banyak warga keturunan yang berasal dari banyak negara dan membentuk komunitas sendiri. Hal itu tidak lain adalah upaya mereka untuk saling menjaga dari kehidupan budaya yang sangat berbeda dengan nilai Islam. Biasanya mereka sudah lupa dengan bahasa dari negeri mereka masing-masing. Seperti Winai Dahlan yang telah disebutkan sebelumnya, juga tidak bisa berbicara Bahasa Indonesia sama sekali. Alhamdulillah, demikianlah kehidupan Islam di Negeri Gajah Putih. Barangkali kita tadinya tidak menyangka bahwa kita memiliki saudara-saudara yang terus berjuang hidup sambil mempertahankan aqidahnya di negeri kafir ini. Semoga hal ini membuat kita semua untuk senantiasa bersyukur dan juga semakin bersemangat menuntut ilmu. Mereka dengan segala keterbatasan fasilitas yang ada, masih terus berusaha mencari kebenaran dalam memahami dienul Islam ini. Semoga Allah selalu menjaga saudara-saudara kita ini. Dan semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada kita semua. — Penulis: Fikri Waskito (mahasiswa Chulalongkorn University, Thailand) Artikel www.muslim.or.id — Referensi: 1. http://en.wikipedia.org/wiki/Religion_in_Thailand, diakses pada 8 April 2011 2. http://en.wikipedia.org/wiki/Islam_in_Thailand, diakses pada 8 April 2011 3. History and Politics of Muslim in Thailand, Thanet Apornsuvan, Thammasat University 4. http://www.halal.or.th/en/main/index.php, diakses pada 8 April 2011 5. http://halalscience.org/en/main2010/index.php, diakses pada 8 April 2011 /@cwi

selengkapnya...

Keyakinan Nur Muhammad, Cikal Bakal Keyakinan Wihdatul Wujud

Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam… Beliau merupakan hamba Allah sekaligus utusan-Nya. Allah telah memilihnya sebagai hamba-Nya yang paling mulia dan sebagai pengemban risalah bagi seluruh jin dan manusia. Selain itu, Allah juga telah memuliakan beliau dengan beberapa keutamaan yang tidak dimiliki oleh makhluk selainnya. Keyakinan Nur Muhammad Di antara keyakinan tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang banyak tersebar di Indonesia, khususnya bagi mereka yang biasa bergelut dengan dunia ke-sufi-an, adalah keyakinan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam di ciptakan dari cahaya Allah; dan seluruh alam semesta diciptakan dari cahayanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Benarkah pemahaman ini? Syubhat Mereka Yang menjadi dasar atas keyakinan tersebut adalah sebuah hadits yang terdapat banyak dalam kitab-kitab sufi. Hadits tersebut adalah sebagai berikut: `Abdurrazzaq meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada shahabat Jabir bin `Abdilla al-Anshariy radhiyallahu `anhu, dia mengatakan: “Saya bertanya: ‘Wahai Rasulullah, Demi bapak dan ibu saya sebagai tebusan bagimu, kabarkan kepada saya tentang makhluk yang pertama Allah ciptakan sebelum Dia menciptakan selainnya.’ Beliau menjawab: ‘Wahai Jabir, makhluk yang pertama Allah ciptakan adalah cahaya Nabimu yang Dia ciptakan dari cahaya-Nya. Kemudian Dia menjadikan cahaya tersebut berputar dengan kuat sesuai dengan kehendak-Nya. Belum ada saat itu lembaran, pena, surga, neraka, malaikat, nabi, langit, bumi, matahari, bulan, jin, dan juga manusia. Ketika Allah hendak menciptakan, Dia membagi cahaya tersebut menjadi 4 bagian. Kemudian, Allah menciptakan pena dari bagian cahaya yang pertama; lembaran dari bagian cahaya yang kedua; dan `Arsy dari bagian cahaya yang ketiga. Selanjutnya, Allah membagi bagian cahaya yang keempat menjadi 4 bagian lagi. Lalu, Allah menciptakan (malaikat) penopang `Arsy dari bagian cahaya yang pertama; Kursi dari bagian cahaya yang kedua; dan malaikat yang lainnya dari bagian cahaya yang ketiga. …[di akhir hadits beliau mengatakan] Beginilah permulaan penciptaan Nabimu, ya Jabir.” Derajat Hadits Nur Muhammad Wahai saudaraku, semoga Allah menunjuki kita ke jalan-Nya, ketahuilah bahwasanya sanad (silsilah orang-orang yang meriwayatkan hadits) merupakan bagian dari agama kita, yang dengannya Allah menjaga agama ini. `Abdullah bin Mubarak mengatakan: “Sanad merupakan bagian dari agama. Kalau tidak ada sanad, tentu orang akan seenaknya berkata (tentang agama ini).” Syaikh Dr. Shadiq Muhammad Ibrahim (salah seorang yang telah melakukan penelitian terhadap hadits ini) mengatakan: “Semua kitab-kitab sufi yang terdapat di dalamnya hadits ini, tidak ada yang menyebutkan sanad dari hadits tersebut. Mereka hanya menyebutkan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh `Aburrazzaq. Saya telah mencarihadits tersebut dalam kitab-kitab yang ditulis oleh `Abdurrazzaq dan saya tidak menemukan hadits tersebut.” `Abdullah al-Ghamariy (seorang pakar hadits) mengatakan: “Hadits tersebut merupakan hadits maudhu` (palsu). … Bersamaan dengan itu, hadits tersebut juga tidak terdapat dalam kitab Mushannaf `Abdurrazzaq, Tafsir-nya, dan tidak juga dalam Jami`-nya. … Maka shahabat Jabir bin `Abdullah radhiyallahu `anhu (perawi hadits menurut mereka) berlepas diri dari menyampaikan hadits tersebut. Demikian juga `Abdurrazzaq, dia tidak pernah menulis hadits tersebut (dalam kitabnya). Orang yang pertama menyampaikan hadits ini adalah Ibnu Arabi. Saya tidak tahu dari mana dia mendapatkannya.” Konsekuensi yang Sesat dan Menyesatkan Keyakinan sesat yang timbul sebagai konsekuensi dari hadits di atas adalah sebagai berikut: * Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam diciptakan dari cahaya Keyakinan ini tentu saja merupakan bentuk pengingkaran terhadap al-Qur`an yang dengan jelas menyatakan tentang kemanusiaan Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam. Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Katakanlah: ‘Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?” (QS. Al-Israa`: 93) Dan manusia diciptakan dari tanah, bukan dari cahaya. Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan kalian dari tanah. Kemudian tiba-tiba kalian (menjadi) manusia yang berkembang biak.” (QS. Ar-Ruum: 20) * Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam berasal dari cahaya Allah Ini merupakan perkataan tentang Allah tanpa dasar ilmu. Kita tidak bisa berbicara tentang Allah, kecuali melalui kabar dari-Nya, baik yang terdapat dalam al-Qur`an, maupun hadits yang sah dari Rasulullah shallallahu `alahi wa sallam. Allah Ta`alaberfirman yang artinya: “Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: ‘Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita mengatakannya, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), Ini adalah dusta yang besar.” (QS. An-Nuur: 16) Keyakinan Ini Tidak Lebih Baik Dari Keyakinan Nashrani Puncak dari keyakinan sesat yang timbul sebagai konsekuensi dari hadits tersebut adalah keyakinan wihdatul wujud, yaitu keyakinan bahwasanya Dzat Allah bersatu dengan semua makhluk-Nya. Mereka mengatakan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diciptakan dari cahaya Allah, kemudian dari cahayanya shallallahu `alaihi wa sallam diciptakanlah seluruh makhluk selainnya. Jadi, semua makhluk pada hakikatnya adalah berasal dari cahaya AllahTa’ala. Keyakinan ini (wihdatul wujud) sangat jelas kebatilannya. Bahkan, para ulama menyebutkan bahwa keyakinan orang Nashrani tentang tuhannya lebih baik dari keyakinan tersebut, karena Nashrani hanya mengatakan bahwa Dzat Allah menyatu dengan Isa `alaihis salam. Maha Suci Allah dari apa-apa yang mereka katakan. (lihat Muasuu`atur radd `ala shufiyyah) Vonis dari Para Ulama Ibnu `Arabi… Nama tersebut tidak asing lagi ditelinga kita. Siapakah dia? Dia merupakan salah satu tokoh sufi yang gencar dalam mempopulerkan keyakinan ini. Karena keyakinannya ini (wihdatul wujud) para ulama telah mengkafirkannya, mulai dari ulama yang sejaman dengannya, hingga ulama yang hidup saat ini. Di antara ulama-ulama besar yang mengkafirkannya adalah Ibnu Hajar al-`Atsqalany, Ibnu Katsir, Ibnu Shalah, dan al-Qasthalany, semoga Allah merahmati mereka semua. (lihat Muasuu`atur radd `ala shufiyyah) Allah di atas Seluruh Makhluk-Nya Di antara keyakinan Ahlus Sunnah adalah bahwasanya Allah berada di atas seluruh makhluk-Nya. Allah berfirman yang artinya: “Dan Dia-lah yang Mahakuasa, yang berada di atas hamba-hamba-Nya” (QS. Al-An`am: 18) Imam Syafi`i rahimahullah berdalil dalam menetapkan ketinggian Allah di atas seluruh makhluk-Nya, dengan hadits dari Mu`awiyah bin Hakam (yang diriwayatkan oleh Imam Muslim). Ketika itu dia ingin memerdekakan budak perempuannya. Maka Rasulullah menguji budak perempuan tersebut – apakah dia termasuk orang beriman atau tidak – dengan bertanya: “Di mana Allah?” Kemudian budak perempuan memberikan isyarat ke arah atas. Lalu Rasulullah bertanya lagi, “Siapa saya?” Budak tadi menjawab, “(Engkau adalah) utusan Allah.” Kemudian Beliau bersabda: “Bebaskan budak tersebut karena dia adalah orang yang beriman.” (Manhaj Imam Syafi`i fi Itsbail `Aqidah, hal. 355) Semoga Allah menunjukkan kepada kita jalannya yang lurus dan melindungi hati kita dari keyakinan-keyakinan batil tersebut. Amin. — Penulis : Abu Ka’ab Prasetyo Artikel Muslim.Or.Id /@cwi

selengkapnya...

Menengok Ambon Berdarah 1999: Umat Islam Dibantai Orang Kristen & Aparat Lokal

By: Hartono Ahmad Jaiz Pemimpin Redaksi Nahimunkar.com Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) mengirimkan utusannya, M Hafidz MSc, ke Ambon untuk mengirimkan bantuan dan meliput tragedi pembantaian Muslimin yang dilancarkan oleh orang-orang Kristen. Penyerangan dan pembantaian itu berlangsung sampai 3 bulan, sejak Januari hingga April 1999. Berikut ini kesaksian M Hafidz, Wakil Ketua Komite Penanggulangan Krisis DDII. Sejumlah gambar foto hasil rekamannya pun dimuat lengkap di buku “Ambon Bersimbah Darah” terbitan Dea Press, Jakarta, 1999. Berikut cuplikannya: Penyerangan yang dilakukan orang-orang Kristen terhadap Muslimin di Ambon khususnya, dan di Maluku pada umumnya, jelas-jelas menunjukkan tingginya kebencian mereka terhadap umat Islam. Bayangkan. Mereka sudah menyerang umat Islam di Hari Raya Idul Fitri 1419H tanggal 19 dan 20 Januari 1999M. Mereka membantai umat Islam, maka banyak jatuh korban tewas, dan banyak pula yang luka-luka. Orang-orang Kristen itu menyerang dalam keadaan mabuk habis minum-minum. Setiap kali mereka menyerang selalu dalam keadaan mabuk seperti itu. Senjata mereka adalah panah beracun, panah berapi, parang, tombak, bom molotov, senjata api, bahkan basoka RPG7, senjata Amerika atau NATO. Semuanya itu sudah dipersiapkan sejak Oktober 1998, 4 bulan sebelum mereka menyerang Muslimin. Sedang Umat Islam tidak siap apa-apa. Maka kala itu (awal-awal diserangnya itu) umat Islam banyak jatuh korban. Setelah Umat Islam diserang orang-orang Kristen, korban-korban yang luka dibawa oleh Muslimin ke rumah sakit umum di Kampung Kuda Mati, Kota Ambon. Kampung Kuda Mati itu kampung Kristen. Lalu orang-orang Kristen menyerbu masuk ke rumah sakit umum itu, memeriksa para medis RSU dengan memeriksa KTP (kartu tanda penduduk), kalau ternyata Islam maka diserang. Sedang pasien-pasien yang luka yakni korban-korban akibat serangan orang Kristen yang kemudian dikirim ke RSU ini, lalu dibunuhi oleh orang-orang Kristen yang datang dan menyerang secara membabi buta itu. Ini jelas-jelas biadab, dan perang agama. Sampai-sampai, orang-orang Kristen itu menyerbu ke kantor-kantor Pemda (Pemerintah daerah), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Pos dsb di Ambon, dengan memeriksa KTP para pegawai. Kalau ternyata pegawai itu KTPnya bertanda agama Islam maka dibunuh. Ada yang dibunuh di halaman kantor. Itu semua tidak ada lain, hanya karena mereka itu benci kepada Islam. APARAT LOKAL MEMBANTAI MUSLIMIN Kebrutalan mereka yang sudah sebegitu itu masih pula ditambahi dengan pembunuhan atau penyelenggaraan pembunuhan yang dilakukan oleh aparat keamanan yakni polisi dan tentara lokal yang beragama Kristen terhadap umat Islam. Bukti-bukti ikut sertanya aparat lokal membunuhi ummt Islam itu, pertama, di Masjid Al-Huda Kampung Rinjani Ambon, yakni peristiwa shubuh berdarah, 1 Maret 1999M. Yang ditembak mati di dalam masjid 1 orang, dan yang ditembak mati di luar masjid 2 orang, sedang yang luka tembak beberapa orang. PENEMBAKAN DARI LUAR MASJID
Jama'ah shubuh itu imamnya yang imam rawatib (rutin tiap waktu) tak hadir. Maka digantikan yang lain. Di sinilah kemudian kalau ada perbedaan keterangan, itu karena yang dimintai keterangan itu imam rawataib yang ketika itu tak hadir. Nah, yang mati karena ditembak di dalam masjid (menembaknya dari luar masjid) itu seorang makmum masbuq(ketinggalan). Yang lain sudah selesai shalat, sedang dia belum, maka meneruskan shalatnya. Dia inilah yang ditembak mati sedang shalat. Yang menembak adalah polisi dari Polda Maluku (setempat). Saya ada rekaman video orang-orang yang ditembak itu. Yang masih hidup, di antaranya yang kakinya hancur kena tembak, masih bisa ngomong(bicara), menjelaskan. Jadi jelas yang menembak itu memang aparat keamanan lokal. Bukti kedua, penembakan di Masjid Tantui Kampung Tomia di Kota Ambon. Tiga orang Muslim ditembak mati oleh polisi dan tentara lokal. Yang meninggal itu (1) Faisal Marasabessi, (2) Abu Bakar Nankatu dipukuli dan ditembak, dan (3) Baharuddin Bugis ditembak dengan senjata laras panjang ditempelkan di bawah tenggorokan lalu didor, maka pelurunya muncrat menembus ubun-ubun. Saya melihat dan memvideo (merekam dengan kamera video) korban beberapa saat setelah ditembak itu. Yang menembak itu aparat beragama Kristen dan masih tetangganya. Jadi masyarakat kenal semua: nama, pangkat, dan kesatuannya. Dan memang penembak itu orang Kristen (Protestan). Di Ambon, yang Kristen kebanyakan Protestan, sedang di Maluku Tenggara itu Katolik. CARA-CARA MENYERANG Cara-cara orang Kristen menyerang Muslimin yaitu mereka datang bergelombang, dalam keadaan mabok, matanya merah-merah karena habis minum-minuman keras. Mereka membawa panah beracun, panah berapi, parang, dan bom-bom molotov untuk membakar. Orang-orang Kristen itu sudah mempersiapkan diri untuk menyerang Muslimin. Parang (golok) yang dijadikan senjata tu sudah dipersiapkan sejak Oktober 1998. Mereka memesan ratusan parang dari Kampung Iha di Saparua. Hanya saja orang Islam tidak faham, untuk apa ratusan parang didatangkan ke Ambon oleh orang-orang Kristen itu. Ada juga yang merakit senjata. Menurut sumber dari Korem --yang tentu saja tidak bisa dise­butkan namanya-- senjata-senjata itu diantaranya didatangkan dari Belanda dibarengkan dengan pengiriman mayat. Ada pengiriman mayat dari Belanda sebanyak 6 atau 7 kali, tidak sekaligus. Peti-peti mati yang dikirim dari Belanda itu diisi pula dengan senjata RPG7 Basoka (senjata Amerika ataupun NATO). Itulah yang kemudian untuk menyerang umat Islam, di antaranya di Saparua. Tragedi berdarah itu, awal-awalnya yang banyak jadi korban adalah orang Islam, yakni penyerangan oleh orang Kristen terhadap umat Islam di Hari Raya Idul Fitri 1419H/ 19-20 Januari 1999M. Karena orang Islam tidak siap, dan tidak tahu kalau akan diser­ang. Lantas, mulai Februari 1999M aparat dikirim ke Ambon, yakni Kostrad dari Ujung Pandang. Tugasnya mengamankan. Dalam logika aparat, pihak yang menyerang --yakni orang-orang Kristen-- itu perusuh, maka diberi tembakan peringatan ke atas. Tetapi orang-orang Kristen itu tetap saja menyerang umat Islam. Kemudian ada yang ditembak. Itulah kemudian yang mereka klaim sebagai banyak korban dari pihak mereka. Tapi sebenarnya tidak banyak. Rumah-rumah orang Kristen dan gereja-gereja banyak yang utuh, karena memang orang Islam tidak membakar. Orang Islam hanya mem­pertahankan diri. Terakhir, untuk memancing umat Islam, malah mereka (orang-orang Kristen) sendiri yang membakari rumah-rumah mereka. Itu jelas-jelas diketahui oleh para saksi mata. Orang menyaksikan kejadian itu, dan memang mereka (orang Kristen) sendiri yang membakari rumah mereka yang telah dikosongkan. Licik, memang. Dari segi korban orang-orang Kristen, karena umat Islam sifatnya hanya bertahan atau mempertahankan diri, maka pihak Kristen yang mati hanyalah yang menyerang. Jadi tidaklah wanita-wanita atau anak-anak atau orang-orang tua, yang terbunuh di pihak Kristen itu. Orang Islam tidak menyerang. Sebenarnya, belum ada jumlah korban yang akurat secara pasti. Karena tidak terdata semuanya. Para korban yang Muslim kita yakini sebagai syuhada', mati syahid karena mempertahankan Islam, agama Allah. Dibunuh oleh orang-orang Kristen yang menyerang. Maka para syuhada' itu tidak dimandikan, tidak dikafani, dan tak dishalati, cukup dikubur bersama pakaiannya yang berlumuran darah, sebagai saksi di hadapan Allah SWT. Mengenai orang Muslimah hamil tua lalu dibelah perutnya oleh orang Kristen, bayinya dikeluarkan lalu dicincang-cincang, saya datang ke sana sudah berlalu, saya tidak melihatnya. Namun berita itu diketahui oleh seluruh masyarakat. Penyerangan di luar Ambon, selain di Ahuru, terakhir di Maluku Tenggara, tepatnya di Tual, di Kampung Larat, Jum'at berdarah (2 April 1999M). Dalam penyerangan brutal itu imam Masjid Larat, H Abdul Aziz Rahayantel dibunuh di dalam masjid, Jum'at itu, 3 orang Muslim dibunuh di dalam masjid. Tidak sampai seminggu, korban meninggal sudah mencapai lebih dari seratus orang. Di kampung Kei Besar yang meninggal paling banyak Muslim, sedang di Kampung Kei Kecil kebanyakan yang meninggal Katolik. Ini baru saja saya berhubungan dengan pihak sana. Orang-orang Kristen menyerang umat Islam itu tidak tentu waktunya. Kadang-kadang malam, kadang-kadang subuh, kadang siang atau sore. Seperti di Hari Raya Idul Fitri itu penyerangan terhadap umat Islam dilakukan siang hari menjelang sore, tetapi saat lain, peristiwa subuh berdarah itu waktu subuh. Sedang di Larat, penyerangan terhadap umat Islam dilakukan ba'da Jum'at, siang hari. Itulah kebencian orang Kristen terhadap umat Islam yang diwujudkan dengan penyerangan, pembunuhan, pembakaran, dan pengerusakan, yang justru didukung oleh aparat keamanan setempat. [voa-islam.com] /@cwi

selengkapnya...

Diwarnai Isak Tangis, Muslim Ambon Shalat Jum'at di Reruntuhan Masjid

AMBON (voa-islam.com) – Ratusan korban kerusuhan Ambon menggelar shalat Jum’at dalam suasana haru, sedih dan pilu. Umat Islam warga kampung Waringin Ambon melaksanakan shalat Jum’at pertama kali (16/9/2011), pasca insiden berdarah, Ahad (9/11/2011). Dalam insiden ini, ratusan rumah warga Muslim hangus luluh lantak tinggal puing-puing karena diserbu perusuh Kristen. Sejak azan bekumandang, terdengar nafas berat dan isak tangis para jamaah yang hadir di Masjid Al-Mukhlisin kampung Waringin. Duaratusan warga Kampung Waringin dan sekitarnya. Jama’ah yang terdiri dari para lansia, dewasa, remaja dan anak-anak dan beberapa orang aparat keamanan. Suasana terasa sangat mengharukan, karena ibadah di gelar di masjid yang beberapa bagiannya menjadi puing-puing dibakar perusuh Kristen. Sebagian warga meyakini ada keajaiban dan penjagaan Allah di masjid ini. Pasalnya, sejak kerusuhan pertama, meski bangunan di samping kiri, kanan, bagian depan dan belakang luluhlantak dimakan jago merah, tapi ruang utama masjid yang biasa dipakai shalat dan taklim tidak mengalami kerusakan. Dalam khotbahnya, Ustadz Tawil, tokoh Muslim Kampung Waringin, memotivasi warga agar tetap optimis, dengan menekankan pentingnya iman, takwa, tawakkal dan kesabaran. “Meski dalam kondisi yang memprihatinkan, umat Islam harus tetap memiliki keimanan dan ketakwaan sehingga bisa berbakti kepada Allah SWT dengan melaksanakan kewajiban yang diperintahkan,” paparnya. Ustadz Tawil sangat memahami kepiluan warga, karena rumahnya juga rusak parah jadi sasaran keberingasan perusuh Kristen. Mengutip Al-Qur'an surat Al-Insan ayat 1, Ustadz Tawil menekankan pentingnya tawakkal dalam menghadapi ujian hidup. “Segala sesuatu adalah milik Allah SWT dan hanya sementara berada dalam gengaman kita,” jelasnya.
Ustadz Tawil mengajak umat Islam agar menghadapi musibah insiden 9/11 dengan sikap positive thinking, dengan menyitir Al-Qur'an surat Al-Ankabut ayat 2: “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan ditinggalkan saja dianggap beriman setelah mereka mengatakan kami beriman padahal mereka belum diuji?” “Apa yang menimpa kita umat Islam ini adalah merupakan ujian keimanan, yang akan menaikkan derajat kita jika kita tetap beriman,” tandasnya. ....Apa yang menimpa umat Islam ini adalah ujian keimanan yang akan menaikkan derajat jika kita tetap beriman... Karenanya, Ustadz Tawil mengajak semua jamaah untuk tahan uji dalam menghadapi setiap cobaan ketabahan. “Kita harus meyakini bahwa apa yang menimpa kita adalah sebuah ujian yang akan diganti Allah dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih banyak jika kita bersabar,” Dalam penutup khutbahnya, Ustadz Tawil menggarisbawahi pentingnya ukhuwah Islamiyah. Ia menyerukan umat Islam agar terus memperkuat persatuan dan menghindari perpecahan. “Tidak ada kemenangan tanpa kekuatan, tidak ada kekuatan tanpa persatuan, tidak ada persatuan tanpa keutamaan, dan tidak ada keutamaan tanpa kesucian jiwa. Dan kesucian jiwa inilah yang harus umat Islam miliki,” tutupnya. [taz, UP] /@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |