Pasukan Imam Mahdi Memerangi Jazirah Arab

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim disebutkan adanya empat konfrontasi yang akan dipimpin oleh Imam Mahdi. Keempat perang tersebut akan diawali dengan pembebasan jazirah Arab dari dominasi para Mulkan Jabbriyyan (raja-raja yang memaksakan kehendak seraya mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya). Hadits tersebut sebagai berikut:

تَغْزُونَ جَزِيرَةَ الْعَرَبِ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ فَارِسَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ

ثُمَّ تَغْزُونَ الرُّومَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ تَغْزُونَ الدَّجَّالَ فَيَفْتَحُهُ اللَّهُ


“Kalian akan perangi jazirah Arab sehingga Allah menangkan kalian atasnya.
Kemudian (kalian perangi) Persia sehingga Allah menangkan kalian atasnya. Kemudian kalian perangi Ruum sehingga Allah menangkan kalian atasnya. Kemudian kalian perangi Dajjal sehingga Allah menangkan kalian atasnya.” (HR Muslim 5161)


Sebagaimana kita telah bahas sebelumnya Ummat Islam dewasa ini sedang menjalani babak keempat dari lima babak perjalanan sejarahnya di Akhir Zaman. Tiga babak sebelumnya telah dilalui: (1) Babak An-Nubuwwah (Kenabian), lalu (2) Babak Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah (Kekhalifahan yang mengikuti Sistem / Metode Kenabian), kemudian (3) Babak Mulkan ’Aadhdhon (Raja-raja yang menggigit).

تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّا فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ (أحمد)

"Kalian akan mengalami babak Kenabian selama masa yang Allah kehendaki, kemudian babak kekhalifahan mengikuti manhaj Kenabian selama masa yang Allah kehendaki, kemudian babak Raja-raja yang menggigit,selama masa yang Allah kehendaki, kemudian babak para penguasa yang memaksakan kehendak selama masa yang Allah kehendaki, kemudian kalian akan mengalami babak kekhalifahan mengikuti manhaj Kenabian, kemudian Nabi diam." (HR Ahmad)


Sesudah berlalunya babak ketiga yang ditandai dengan tigabelas abad masa kepemimpinan Kerajaan Daulat Bani Umayyah, kemudian Kerajaan Daulat Bani Abbasiyyah dan terakhir Kesultanan Utsmani Turki, maka selanjutnya ummat Islam memasuki Babak Mulkan Jabbriyyan (Penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak seraya mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya). Babak keempat diawali semenjak runtuhnya Kesultanan Utsmani Turki yang sekaligus merupakan kekhalifahan Islam terakhir pada tahun 1924. Setelah runtuhnya sistem pemerintahan Islam, maka selanjutnya ummat Islam mulai menjalani kehidupan dengan mengekor kepada pola kehidupan bermasyarakat dan bernegara ala Barat. Mulailah di berbagai negeri muslim didirikan di atasnya berbagai nation-state (negara bedasarkan kesatuan bangsa). Padahal sebelumnya semenjak Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjadi kepala negara Daulah Islamiyyah (Negara Islam) pertama di Madinah, ummat Islam hidup dalam sistem aqidah-state (negara berdasarkan kesatuan aqidah) selama ribuan tahun.

Walaupun terdapat kekurangan di sana-sini dalam penerapan ajaran Islam, namun kehadiran sistem Islam secara formal menyebabkan ummat Islam pada babak ketiga masih memiliki kejelasan identitas, ideologi dan nili-nilai Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegaranya. Adapun setelah dihapuskannya eksistensi Khilafah Islamiyyah kemudian diganti dengan pemberlakuan konsep negara kebangsaan bagi ummat Islam di babak keempat, mulailah terjadi pergeseran identitas, ideologi serta nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Mulailah ummat Islam mengkotak-kotakkan dirinya berdasarkan faham nasionalisme. Ummat Islam Mesir sendiri, ummat Islam Indonesia sendiri, ummat Islam Saudi sendiri dll.

Sejak memasuki babak keempat dunia Islam mulai mengalami peralihan kepemimpinan. Asalnya masih dipimpin oleh sesama muslim, maka Allah alihkan kepada kepemimpinan fihak Barat (baca: kaum kuffar). Sehingga terasa sekali bagaimana tidak berdayanya para pemimpin muslim di negeri mereka sendiri. Bahkan negeri muslim di mana terdapat dua kota suci utama (Mekkah dan Madinah) raja dan para pangerannya takluk kepada kemauan fihak Barat. Sehingga tidak mengherankan saat terjadinya penzaliman Yahudi Zionis Israel kepada saudara-saudara kita di Gaza-Palestina Januari kemarin, negara kerajaan Arab Saudi tidak menunjukkan keberfihakannya kepada Palestina, apalagi kepada Hamas. Malah sebaliknya mereka bersama Mesir dan Jordan bermain mata alias berkolaborasi dengan musuh ummat Islam, yaitu Israel.

Arab Saudi merupakan wilayah terbesar dari jazirah (semenanjung) Arabia. Kerajaan ini memiliki bendera yang tertera padanya kalimat Laa ilaha illAllah Muhammadur Rasulullah lengkap dengan pedangnya. Namun semua orang tahu betapa kezaliman banyak berlangsung di kerajaan tersebut. Misalnya berapa banyak TKW Indonesia yang dilaporkan mengalami penganiayaan oleh para majikan Arabnya. Kerajaan ini mensyaratkan jamaah haji seluruh dunia untuk divaksinasi Meningitis terlebih dahulu, padahal ia mengandung zat dari hewan babi yang najis. Arab Saudi membungkam para ulamanya yang menghidupkan kesadaran dan semangat berjihad fi sabilillah. Bahkan mencekal para ulamanya yang menunjukkan permusuhan kepada Amerika dan Israel. Belum lagi para raja dan pengerannya mempertontonkan hedonisme gaya hidup mewah cinta dunia yang sungguh mencerminkan ketidakpedulian dan empati terhadap sebagian besar ummat Islam di berbagai negeri lainnya yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Dalam salah satu konsultasi di situs eramuslim berjudul ”Arab dan Kiamat” dijelaskan fakta sebagai berikut:

”Kita juga harus ingat, Kerajaan Saudi Arabia itu berdiri, berontak dan lepas dari Kekhalifahan Turki Utsmaniyah, atas dukungan jaringan Zonis Internasional. Salah seorang perwira Yahudi Inggris, Letnan Terrence Edward Lawrence, disusupkan dan mengendalikan pasukan Saudi ini. Setelah menjadi kerajaan, 75.000 pasukan Saudi Arabia—Saudi Arabian National Guard (SANG)—dibentuk dan mendapat pelatihan dari Vinnel Corporation, salah satu Privat Military Agency (PMA) AS dengan nilai kontrak yang sangat besar. Tentu saja, CIA dan MOSSAD berada di belakang PMA ini.

Di Mekkah pula, para penguasa Saudi mempersilakan perusahaan-perusahaan donatur Zionis seperti Starbucks dan McD buka gerai dan banyak menarik pelanggan. Bahkan Al-Walid, salah seorang kerabat istana Saudi, menguasai banyak perusahaan yang banyak di antaranya menjadi donatur Zionis Israel. Namun ketika Muslim Gaza dibantai Israel, Saudi (dan juga Mesir) bersikap adem-ayem, bahkan merestui pembantaian ini karena mereka lebih bersahabat dengan pelayan Zionis bernama Mahmud Abbas, ketimbang dengan HAMAS.”

Pantaslah bilamana Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam memprediksi bahwa di antara langkah awal yang akan dikerjakan oleh Panglima Ummat Islam Akhir Zaman -yakni Imam Mahdi- ialah mengakhiri kesombongan para Mulkan Jabbriyyan di semenanjung Arabia. Proyek ini dalam bentuk perang terhadap semenanjung Arabia. Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Kalian akan perangi jazirah Arab sehingga Allah menangkan kalian atasnya.” (HR Muslim)

Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam pasukan Imam Mahdi yang akan memperoleh salah satu dari dua kebaikan: ’Isy Kariman (hidup mulia di bawah naungan Syariat Allah) atau mati syahid. Amin ya Rabb.


/@cwi

selengkapnya...

Keutamaan Tawakkal Kepada Allah dan Larangan Tawakkal Kepada Selain Allah

Masalah bertawakkal atau menyerahkan segenap urusan kepada Allah merupakan masalah yang berkenaan dengan keyakinan atau ’aqidah Islamiyyah. Barangsiapa yang senantiasa menyerahkan segenap urusan hidupnya hanya dan hanya kepada Allah, maka selamatlah dia. Sebab sikap demikian merupakan perintah langsung dari Allah sendiri. Dan sikap tawakkal kepada Allah merupakan indikasi iman yang sebenarnya.



وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS AlMaidah ayat 23)





Ajaran Tauhid mengarahkan seorang hamba Allah agar senantiasa menggantungkan harapannya hanya kepada Allah. Islam melarang manusia untuk menggantungkan harapan kepada selain Allah. Mengapa?
Karena selain Allah Sang Pencipta, maka semua yang ada di dunia hanyalah merupakan makhluk ciptaan Allah. Bagaimana mungkin seorang manusia yang telah mengimani bahwa Allah merupakan Pencipta segala sesuatu yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa akan berfikir untuk mengalihkan tempat bergantungnya kepada makhluk ciptaan Allah yang lemah dan juga sama-sama bergantung dan berharap kepada Allah?


Namun dalam mengarungi kehidupan fana di dunia tidak sedikit orang yang telah mengaku beriman kemudian menjadi terkecoh. Ada sebagian di antara mereka menyangka bahwa kemuliaan, kehormatan, kejayaan dan kemenangan dapat diraih melalui sikap menggantungkan harapan kepada selain Allah. Mereka kemudian menjadikan sebagian perhiasan dunia sebagai andalan utamanya. Mulailah mereka kemudian turut berlomba memperebutkan dunia sebagaimana orang-orang kafir memperebutkannya. Jika orang-orang kafir memperebutkan dunia karena berkeyakinan bahwa tanpa dunia ia tidak akan berjaya, maka ini sudah merupakan hal yang sewajarnya. Kenapa? Karena mereka memang tidak tahu apa-apa kecuali mengenai hal-hal lahiriah dari kehidupan dunia ini. Mereka samasekali tidak peduli bahkan tidak percaya adanya Allah sebagai tempat berharap yang semestinya. Mereka juga tidak meyakini adanya kehidupan lain yang lebih hakiki dan lebih pantas diperebutkan, yaitu kampung akhirat.



يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

”Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS ArRuum ayat 7)

Jika orang-orang kafir memiliki sikap tawakkal kepada selain Allah, maka hal ini dapat dimengerti. Karena demikianlah Allah gambarkan ciri-ciri mereka. Namun yang kita sulit untuk fahami ialah bilamana ada sebagian orang yang mengaku beriman namun bersikap sebagaimana orang-orang kafir tersebut. Mereka menyerahkan ketergantungan mereka kepada dunia, kepada harta, popularitas dan kekuasaan untuk meraih kejayaan dan kehormatan. Mereka mengira bahwa kemenangan dan kejayaan ummat Islam hanya akan berhasil diraih bilamana sudah memiliki resources alias sumber-daya yang banyak (tanpa peduli bagaimana cara memperolehnya). Mereka menyangka bahwa hanya dengan jalan berkuasalah ummat Islam dapat dikatakan meraih kehormatan dan kemuliaan. Logika yang mereka kembangkan persis mirip logika orang-orang kafir. Hanya bedanya semua itu mereka bungkus dengan legitimasi yang bersumber dari ayat dan hadits.



Bahkan yang lebih memprihatinkan ialah sikap orang-orang ini dalam hal memperlakukan jalan hidup atau agama Allah, Al-Islam. Mereka tidak lagi memiliki keyakinan penuh bahwa dienullah (jalan hidup Allah) merupakan solusi tunggal untuk mengatasi berbagai problem hidup. Mereka tetap mengaku Muslim, namun dalam menerima Islam mereka memandang perlu untuk memberikan ajaran atau faham tambahan sebagai ”pelengkap” jalan hidup Allah. Mereka takut dan tidak sepenuhnnya yakin bahwa Islam merupakan dien syamil (komprehensif), kamil (sempurna) dan mutakaamil (saling menyempurnakan). Sehingga kadang-kadang mereka merasa perlu untuk menyatakan bahwa Islam yang diperjuangkan sejalan dengan Nasionalisme, Demokrasi, Humanisme atau Pluralisme. Berbagai faham bikinan manusia tadi disandingkan bersama Islam yang katanya mereka perjuangkan karena mereka perlu mendapatkan pengakuan dari manusia-manusia penganut sejati faham-faham bikinan manusia tersebut. Mereka sangat khawatir mendapat tuduhan kaum fanatik, ekstrimis, fundamentalis dan anti-HAM bilamana mengatakan Islam saja ideologi perjuangannya. Seolah mereka tidak yakin bahwa agama Allah sudah cukup untuk menjadi solusi tunggal problema kehidupan. Sikap ini sangat mirip dengan gambaran Allah mengenai kaum munafiqun dan orang-orang berpenyakit di dalam hatinya.



إِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ غَرَّ هَؤُلَاءِ

دِينُهُمْ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

”(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mu'min) ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman): "Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS Al-Anfal ayat 49)



Ayat di atas turun berkenaan dengan sikap tawakkal orang-orang beriman kepada Allah Subhaanahu wa ta’aala saat akan berperang menghadapi pasukan musyrikin yang jumlahnya lebih banyak daripada orang-orang beriman. Maka dalam keadaan seperti itu kaum munafiqun dan orang-orang berpenyakit di dalam hatinya memandang orang-orang beriman sebagai menempuh jalan konyol karena tetap bersikeras hendak menghadapi kekuatan musuh yang tidak berimbang. Orang-orang beriman dianggap sebagai berlaku ”tidak realistik”. Sedemikian rupa cara pandang mereka sampai-sampai tega mengatakan: ”Mereka itu (orang-orang mu'min) ditipu oleh agamanya". Tetapi pada saat itu Allah justru berfihak kepada sikap orang-orang beriman dengan firmanNya: "Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". Allah memberikan jaminan ketenteraman batin kepada orang-orang beriman dengan menegaskan bahwa barangsiapa menggantungkan harapannya (bertawakkal) kepada Allah berarti ia telah menyerahkan dirinya kepada Yang Maha Perkasa. Adakah fihak lain yang sanggup mengalahkan Yang Maha Perkasa? Tentunya tidak ada...!!!



Di zaman modern (baca: di zaman penuh fitnah) dewasa ini tidak sedikit kita jumpai kaum muslimin yang sedemikian rupa telah terjebak ke dalam logika berfikir kaum kuffar yang Allah taqdirkan sedang mendominasi dunia pada skala global. Mereka kehilangan sikap tawakkal-nya kepada Allah sehingga keyakinan bahwa Islam merupakan solusi tunggal berbagai problema hidup telah digantikan dengan sikap tawakkal kepada faham bikinan manusia seperti Demokrasi, Nasionalisme, Humanisme dan bahkan Pluralisme. Memang sih, mereka masih tetap menyatakan bahwa Islam merupakan jalan keselamatan. Namun bersama dengan ucapan itu mereka merasa wajib untuk menyatakan bahwa berbagai faham bikinan manusia tersebut tidaklah bertentangan alias selaras dengan ajaran Allah Al-Islam.



Lalu mereka memandang aneh kelompok orang-orang beriman yang tetap bersikeras dengan sikap Islam is the only solution. Bila orang-orang beriman berjuang dan berda’wah dengan menyatakan bahwa hanya dengan kembali kepada Allah sajalah, kembali kepada Syariat Islam sajalah kita akan selamat apalagi diiringi dengan ajakan untuk meninggalkan berbagai faham bikinan manusia, maka hal ini oleh kelompok tadi akan dikatakan sebagai sikap ”tidak realistik”. Mereka akan segera berkata: ”Bagaimana mungkin kita berjuang tanpa demokrasi dan nasionalisme? Ini kan sudah menjadi pandangan umum masyarakat... Bagaimana perjuangan kita akan didukung masyarakat luas bilamana kita belum apa-apa sudah menolak faham umum yang sudah berlaku...?” Tidakkah mereka menyadari bahwa ketika pertama kali Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengajak kaum Quraisy kepada kalimat Tauhid Laa ilaha illa Allah mereka segera menunjukkan penentangan akan ajakan beliau tersebut? Sampai-sampai ada yang berkata: ”Hai Muhammad, urusan ini (kalimat Tauhid) sangat dibenci oleh para raja-raja...!”



Oleh karenanya Allah mengabadikan bagaimana para Rasul berjuang. Dalam perjuangan da’wah Islam para rasul samasekali tidak menggunakan bukti-bukti melainkan yang diridhai dan diizinkan Allah. Sedikitpun para Rasul tidak bertawakkal melainkan kepada Allah semata. Sebab mereka merasa berhutang budi kepada Allah yang telah menunjuki mereka ke jalan yang benar.





قَالَتْ لَهُمْ رُسُلُهُمْ إِنْ نَحْنُ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَمُنُّ عَلَى

مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَمَا كَانَ لَنَا أَنْ نَأْتِيَكُمْ بِسُلْطَانٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ

وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ وَمَا لَنَا أَلَّا نَتَوَكَّلَ عَلَى اللَّهِ وَقَدْ هَدَانَا سُبُلَنَا

وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَى مَا آَذَيْتُمُونَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ

”Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal. Mengapa Kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri". (QS Ibrahim ayat 11-12)



Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang hanya bertawakkal kepadaMu, orang-orang yang merasa cukup dengan Islam sebagai jalan hidup dan orang-orang yang merasa cukup menjadikan jalan perjuangan NabiMu Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam sebagai teladan utama. Amiin ya Rabb.



رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا

“Aku ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai dien dan Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam sebagai Nabi.”










/@cwi

selengkapnya...

Jalan Islam Sangat Jelas

Dalam kitab monumentalnya Fii Zhilalil Qur’an (Di Bawah Naungan Al-Qur’an) Sayyid Quthb rahimahullah memberikan sub-judul ”Jalan Islam Sangat Jelas” ketika menafsirkan surah Yusuf ayat 108. Ayat tersebut berbunyi sebagai berikut:



قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا

وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ



”Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".



Ayat ini merupakan perintah Allah kepada para du’at ila Allah (para penda’wah yang mengajak manusia ke jalan Allah). Para aktifis da’wah Islam diperintahkan Allah agar memproklamasikan bahwa jalan yang mereka tempuh merupakan jalan yang satu dan lurus, tidak bengkok sedikitpun, tidak mengandung keraguan atau syubhat apapun. Manusia yang mereka ajak kepada Allah dan jalan Allah tidak boleh dan tidak akan menjadi bingung dan kehilangan orientasi karena para penyeru tidak mengajak kecuali kepada jalan yang satu, lurus dan jelas tersebut. Jalan tersebut merupakan jalan kebenaran abadi yang telah dilalui oleh para Nabi dan Rasul utusan Allah dari masa ke masa. Dengan seruan tunggal yakni: ”Sembahlah Allah semata dan jauhilah Thaghut.”



وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ



”Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu..." (QS An-Nahl ayat 36)



Lalu para aktifis da’wah Islam disuruh pula oleh Allah untuk menegaskan bahwa ”... aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata...” Mereka tidak akan mengajak manusia menuju Allah bermodalkan sekedar asumsi-asumsi atau prasangka-prasangka yang tidak jelas. Mereka hanya akan mengajak manusia menuju Allah dengan hujjah, dalil dan petunjuk yang valid dan bisa dipertanggung-jawabkan di sisi Allah yang menjadi tujuan seruan mereka itu. Sehingga ketika mengomentari bagian ini Sayyid Quthb menggambarkan sikap para aktifis da’wah Islam sebagai berikut: ”Kami berada dalam hidayah dan cahaya Allah. Kami sangat mengenal jalan kami. Kami berjalan di atasnya dengan penuh kesadaran, pengetahuan dan pengenalan. Kami sama sekali tidak akan sesat, kemudian mencari-cari petunjuk jalan dan menerka-nerka. Jalan kami adalah jalan yang meyakinkan, terang dan bercahaya. Mahasuci Allah dari apa-apa yang tidak layak dengan keagunganNya. Kami memisahkan diri, mengasingkan diri, membedakan diri dari orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah. ”Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".



Para da’i sepatutnya menegaskan bahwa mereka tidak sama dengan orang-orang musyrik. Seruan mereka menuju kepada Allah Yang Maha Sempurna. Sedangkan seruan kaum musyrik menuju kerugian dan kebinasaan. Seruan para da’i mengantarkan masyarakat kepada ajaran Tauhid yang dibawa oleh kafilah panjang para Nabi dan Rasul utusan Allah Yang Maha Tahu lagi Maha Bijaksana. Sedangkan seruan kaum musyrik berlandaskan prasangka dan asumsi bikinan manusia yang penuh sifat zalim lagi jahil (bodoh alias tidak berpengetahuan). Seruan para da’i mengantarkan masyarakat kepada hakikat kemerdekaan dimana setiap individu hanya menghamba kepada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia. Sedangkan seruan kemusyrikan menyebabkan timbulnya penghambaan manusia terhadap sesama manusia di dalam masyarakat jahiliyyah.



Selanjutnya Sayyid Quthb menulis: ”Para da’i yang menda’wahkan jalan menuju Allah harus memiliki karakteristik ini. Mereka harus memaklumatkan bahwa mereka suatu ummat yang berbeda dengan orang-orang yang tidak meyakini aqidah mereka, dan tidak berjalan di jalur mereka, dan tidak tunduk kepada kepemimpinan mereka.”





Sesungguhnya perkara pertama dan utama yang membedakan para da’i di jalan Allah dengan kaum musyrikin ialah pada urusan aqidah serta ideologi. Sebab dari perkara inilah munculnya sistem dan peradaban yang secara diameteral berbeda dan berseberangan satu sama lain. Aqidah Tauhid menghasilkan masyarakat Islam dengan karakteristik khusus dengan kondisi masyarakat khusus serta kepemimpinan Islamiyyah yang bersumber dari aqidah istimewa tersebut. Sementara kaum musyrikin membentuk masyarakat jahiliyyah dengan karakteristik khusus serta kondisi masyarakat khusus dan kepemimpinan jahiliyyah yang bersumber dari ideologi dangkal bikinan manusia yang lemah. Pantaslah bilamana Allah menggambarkan masyarakat jahiliyyah yang mengandalkan dan menuhankan tuhan-tuhan selain Allah sebagai masyarakat yang rapuh. Sedemikian rapuh laksana rumah laba-laba.



مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ



”Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS Al-Ankabut ayat 41-43)



Para du’at di jalan Allah pada satu sisi tidak cukup hanya menda’wahkan pemeluk ideologi lain agar pindah memeluk Islam, namun pada sisi lain mereka tetap berbaur dan mencair dalam masyarakat jahiliyyah. Da’wah seperti itu tidak bermanfaat dan tidak bernilai. Mereka mestinya membedakan diri dari masyarakat jahiliyyah dan juga membedakan diri dari kepemimpinan jahiliyyah.



Sesungguhnya bercampur-baur dan mencairnya mereka dalam masyarakat jahiliyyah dan tetapnya mereka dalam naungan kepemimpinan jahiliyyah pasti menghilangkan setiap kekuasaan yang dibawa oleh aqidah Islamiyyah mereka, setiap pengaruh yang mungkin diciptakan oleh da’wah mereka dan setiap daya tarik yang dimiliki oleh da’wah mereka.



Selanjutnya Sayyid Quthb menulis: ”Hakikat ini tidak hanya cocok pada sasaran da’wah Nabi ditengah-tengah kaum musyrikin. Sesungguhnya sasarannya tertuju kepada setiap jahiliyyah yang mendominasi kehidupan manusia. Jahiliyyah abad ke duapuluh satu tidak berbeda samasekali dari jahiliyyah-jahiliyyah lainnya sepanjang sejarah, baik dalam norma-normanya yang mendasar maupun isyarat-isyarat yang dominan.”



Orang-orang yang menyangka akan berhasil memetik suatu hasil dengan cara bercampur baur dengan masyarakat jahiliyyah apalagi mencampur aqidah Tauhid dengan ideologi jahiliyyah berarti tidak menyadari tabiat jalan yang telah ditempuh oleh para Nabi dan Rasul utusan Allah. Sejak awal para Nabi dan Rasul telah menyatakan aqidah Tauhid yang sangat beda dengan kemusyrikan.



وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ

مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا مُفْتَرُونَ

”Dan kepada kaum `Aad (Kami utus) saudara mereka, Huud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah mengada-adakan saja.” (QS Huud ayat 50)


/@cwi

selengkapnya...

posisi Matahari Menurut Algoritma meeus

Untuk menentukan posisi matahari sebenarnya merupakan reduksi dari algoritma VSOP 87 yang lengkap. Dari ribuan suku koreksi dalam algoritma VSOP 87 untuk menentukan posisi matahari, maka yang diperhitungkan adalah sekitar ratusan suku-suku yang besar dan penting dalam algoritma Meeus.

Sebagai kelanjutan dari tulisan sebelumnya tentang menghitung posisi bulan berdasarkan algoritma Meeus, pada kesempatan ini penulis akan menyajikan cara menghitung posisi matahari berdasarkan algoritma Meeus. Algoritma Meeus untuk menentukan posisi matahari ini sebenarnya merupakan reduksi dari algoritma VSOP 87 yang lengkap. Dari ribuan suku koreksi dalam algoritma VSOP 87 untuk menentukan posisi matahari (bujur ekliptika, lintang ekliptika dan jarak bumi-matahari), maka yang diperhitungkan adalah sekitar ratusan suku-suku yang besar dan penting dalam algoritma Meeus ini. Adapun suku-suku lainnya yang kecil-kecil tidak ikut diperhitungkan.


Dalam tulisan sebelumnya tentang Menghitung Posisi Matahari, penulis telah menyajikan cara menghitung bujur ekliptika dan jarak bumi-matahari secara ringkas.
File MS Excel untuk menghitung posisi matahari tersebut dapat diunduh di

http://www.4shared.com/file/113515408/6d7dc68f/Posisi-Matahari.html

Untuk keperluan praktis, metode tersebut sudah cukup akurat, walaupun oleh J. Meeus dikatakan sebagai low accuracy (akurasi rendah). Dalam tulisan tersebut, untuk menghitung bujur ekliptika matahari, hanya dihitung enam buah suku koreksi bujur ekliptika matahari. Bandingkan dengan algoritma Meeus yang berisi sekitar 129 suku koreksi. Perbandingan lainnya, dalam tulisan tersebut, lintang ekliptika matahari dianggap sama dengan nol, sementara menurut algoritma Meeus, nilainya tidak selalu persis sama dengan nol. Karena lintang ekliptika matahari tidak pernah melebihi satu detik busur (0,00003 derajat) karena itu dalam tulisan tersebut diasumsikan sama dengan nol. Untuk menghitung lintang ekliptika matahari dalam algoritma Meeus, diperlukan sekitar 7 suku koreksi. Sementara itu dalam tulisan tersebut, jarak bumi-matahari dihitung dengan menggunakan sekitar 6 suku koreksi, sedangkan pada algoritma Meeus sekitar 59 suku koreksi.

File MS Excel untuk menghitung posisi matahari (sekaligus bulan) berdasarkan algoritma Meeus dapat diunduh di

http://www.4shared.com/file/132303792/742cb339/Posisi-Bulan-Matahari-Algoritma-Meeus.html

Algoritma Meeus

Untuk menentukan bujur ekliptika dan lintang ekliptika matahari yang diukur menurut titik pusat bumi (geosentrik), digunakan perhitungan tidak langsung. Untuk menentukan bujur ekliptika matahari yang diukur menurut pusat bumi, terlebih dahulu dihitung bujur ekliptika bumi yang diukur menurut pusat matahari. Posisi bumi diukur menurut matahari merupakan lawan (opposite) dari posisi matahari menurut bumi. Setelah bujur ekliptika bumi (L) diperoleh, maka bujur ekliptika matahari (Theta) = L + 180 derajat. Penambahan angka 180 derajat ini sebenarnya merupakan manifestasi dari posisi bumi menurut matahari yang menjadi lawan dari posisi matahari menurut bumi.

Selanjutnya, juga dihitung terlebih dahulu lintang ekliptika bumi menurut pusat matahari (B). Jika B telah diperoleh, maka lintang matahari menurut pusat bumi (Beta) sama dengan minus B. Hal ini dapat dengan mudah dipahami. Lintang berkaitan dengan posisi di atas atau di bawah bidang ekliptika. Jika bumi ada di atas matahari, maka tentu saja matahari ada di bawah bumi.

Terakhir, jarak matahari dari bumi tentu saja sama dengan jarak bumi dari matahari. Jadi, ketika jarak bumi dihitung menurut pusat matahari, maka hal itu sama dengan menghitung jarak matahari menurut pusat bumi.

Misalnya kita ingin menentukan posisi matahari pada tanggal dan waktu tertentu, maka caranya adalah sebagai berikut.

Tanggal dan waktu tersebut seperti biasa diubah menjadi Julian Day (JD) bersatuan UT (atau GMT). Selanjutnya Julian Day Ephemeris (JDE) bersatuan TD (Dynamical Time) diperoleh dengan cara menambahkan JD dengan Delta_T, atau JDE = JD + Delta_T. Kemudian, juga seperti biasa, dari nilai JDE ini diperoleh nilai T = (JDE - 2451545)/36525. Dari nilai T ini, maka tau = T/10. Jadi, untuk tanggal dan waktu tertentu, maka T dan tau juga tertentu.

Koreksi bujur ekliptika

Seperti telah disajikan di atas, ada sekitar 129 suku koreksi bujur ekliptika. Seluruh suku ini dibagi menjadi 6 bagian, yaitu L0 (64 suku), L1 (34 suku), L2 (20 suku), L3 (7 suku), L4 (3 suku) dan L5 (1 suku). Setiap suku memiliki bentuk

A*COS(B + C*tau).

Satuan A, B dan C adalah dalam radian (1 radian = 57,2957795 derajat). Untuk L0, suku dengan A terbesar adalah A = 175347046 dimana nilai B dan C berturut-turut adalah 0 dan 0. Jadi suku terbesar ini bentuknya adalah 175347046*COS(0 + 0*tau) = 17534706. Selanjutnya, suku dengan A terbesar kedua adalah 3341656 dimana B = 4,6692568 dan C = 6283,07585 sehingga suku ini berbentuk 3341656*COS(4,6692568 + 6283,07585*tau). Dan begitu seterusnya, hingga untuk L0, suku ke 64 berbentuk 25*COS(3,16 + 4690,48*tau). Akhirnya, 64 suku dalam L0 tersebut dijumlahkan, yang hasilnya adalah Total_L0.

Begitu pula untuk L1 yang berisi 34 suku, suku dengan A terbesar berbentuk 628331966747, berikutnya 206059*COS(2,678235 + 6283,07585*tau) dan seterusnya, hingga suku ke 34 berbentuk 6*COS(4,67 + 4690,48*tau). Akhirnya 34 suku dalam L1 dijumlahkan, hasilnya adalah Total_L1. Demikian seterusnya untuk L2, L3, L4 dan L5 yang pada akhirnya menghasilkan Total_L2, Total_L3, Total_L4 dan Total_L5.

Akhirnya koreksi bujur ekliptika L = (Total_L0 + Total_L1*tau + Total_L2*tau^2 + Total_L3*tau^3 + Total_L4*tau^4 + Total_L5*tau^5)/100000000.

Dalam rumus di atas, ada angka pembagi 100000000 (seratus juta), karena aslinya seluruh nilai A bersatuan 0,00000001 radian. Hanya saja untuk mempermudah penulisan, pertama semua nilai A dikalikan dengan 100 juta, baru terakhir dibagi dengan 100 juta. Nilai L yang masih dalam radian tersebut lalu dikonversi menjadi derajat.

Setelah diperoleh nilai L yang tidak lain adalah bujur ekliptika bumi diukur dari pusat matahari, maka bujur ekliptika matahari diukur dari pusat bumi (Theta) = L + 180 derajat. Nilai Theta ini masih harus dikoreksi oleh Delta Theta (akibat perbedaan kecil antara koordinat FK5 dan ekliptika geosentrik) yang memberikan hasil Theta terkoreksi. Theta terkoreksi ini masih harus ditambahkan dengan koreksi nutasi (osilasi sumbu rotasi bumi) dan koreksi aberasi (pergeseran kecil posisi benda langit karena faktor kecepatan cahaya). Dengan menjumlahkan Theta terkoreksi dengan dua koreksi tersebut, diperoleh bujur ekliptika nampak matahari dilihat dari pusat bumi (apparent geocentric longitude).

Koreksi Lintang ekliptika

Ada 7 buah suku koreksi lintang ekliptika, yang dikelompokkan ke dalam B0 (5 suku) dan B1 (2 suku). Setiap suku juga memiliki bentuk A*COS(B + C*tau). Satuan A, B dan C adalah radian. Untuk B0, kelima suku tersebut dijumlahkan. Secara lengkap total suku B0 ditulis sebagai berikut.

Total_B0 = 280*COS(3.199 + 84334.662*tau) + 102*COS(5.422 + 5507.553*tau) + 80*COS(3.88 + 5223.69*tau) + 44*COS(3.7 + 2352.87*tau) + 32*COS(4 + 1577.34*tau).

Untuk dua suku B1, Total_B1 = 9*COS(3.9 + 5507.55*tau) + 6*COS(1.73 + 5223.69*tau).

Akhirnya, koreksi lintang ekliptika B = (Total_B0 + Total_B1*tau)/100000000.

Dalam rumus di atas, ada angka pembagi 100000000 (seratus juta), karena aslinya seluruh nilai A bersatuan 0,00000001 radian. Hanya saja untuk mempermudah penulisan, pertama semua nilai A dikalikan dengan 100 juta, baru terakhir dibagi dengan 100 juta. Nilai B yang masih dalam radian tersebut lalu dikonversi menjadi derajat.

Dari nilai B tersebut yang merupakan lintang ekliptika bumi dilihat dari matahari, maka lintang ekliptika matahari dilihat dari pusat bumi adalah Beta = - B. Nilai Beta ini harus dikoreksi lagi dengan Delta Beta, sehingga akhirnya, Beta terkoreksi = Beta + Delta Beta.

Koreksi Jarak Bumi-Matahari

Dalam algoritma Meeus ini, ada sekitar 59 suku koreksi jarak bumi-matahari, yang dikelompokkan ke dalam R0 (40 suku), R1 (10 suku), R2 (6 suku), R3 (2 suku) dan R4 (1 suku). Seluruh suku juga berbentuk A*COS(B + C*tau). Cara perhitungan sama seperti pada koreksi bujur ekliptika.

Akhirnya, jarak pusat bumi - pusat matahari = (Total_R0 + Total_R1*tau + Total_R2*tau^2 + Total_R3*tau^3 + Total_R4*tau^4)/100000000.

Jarak bumi-matahari ini dinyatakan dalam satuan AU (astronomical unit). 1 AU = 149598000 km, yang merupakan jarak rata-rata bumi-matahari.

Koordinat Ekuator geosentrik dan horisontal

Jika bujur dan lintang ekliptika matahari sudah dihitung, maka selanjutnya right ascension dan deklinasi matahari dalam koordinat ekuator geosentrik juga dapat dihitung. Dari sini, selanjutnya dapat dihitung posisi matahari dalam koordinat horisontal, yaitu azimuth dan altitude (ketinggian dari ufuk).

Contoh soal: Tentukan posisi matahari secara geosentrik pada tanggal 17 Nopember 2009 pukul 17:49:43 WIB. Tentukan pula azimuth dan altitude matahari "geosentrik" di Jakarta (106:51 BT 6:10 LS) pada waktu tersebut.

Jawab:

* Pukul 17:49:43 WIB = pukul 10:49:43 UT.
* Julian Day (JD) untuk 17 Nopember 2009 pukul 10:49:43 UT = 2455152,951192.
* Delta_T untuk waktu tersebut dapat diperkirakan sama dengan 66,6 detik = 0,000771 hari.
* Julian Day Ephemeris (JDE) = JD + Delta_T = 2455152,951964.
* Nilai T = (JDE - 2451545)/36525 = 0,098780341233.
* Nilai tau = T/10 = 0,009878034123.
* Dari nilai tau tersebut, seluruh suku koreksi bujur, lintang dan jarak dapat dihitung sebagai berikut.
* Koreksi bujur ekliptika L = 63,795722 radian = 3655,225620 derajat = 55,225620 derajat.
* Theta = 180 derajat + L = 235,225620 derajat.
* Dengan memperhitungkan faktor Delta Theta = -0,000025 derajat, maka Theta terkoreksi = 235,225595 derajat.
* Selanjutnya, dengan memperhitungkan koreksi nutasi (delta Psi) sebesar 0,003910 derajat dan koreksi aberasi sebesar -0,005757 derajat, akhirnya diperoleh bujur ekliptika nampak matahari (Lambda) = 235,223748 derajat = 235:13:25 derajat (235 derajat 13 menit busur 25 detik busur).
* Koreksi lintang ekliptika (B) dapat dihitung sebesar = 0,376 detik busur.
* Karena itu Beta = - B = - 0,376 detik busur.
* Dengan memperhitungkan delta Beta sebesar 0,003 detik busur, maka lintang ekliptika matahari sama dengan -0,373 detik busur.
* Untuk jarak bumi-matahari, koreksi seluruh sukunya memberikan hasil 0,9887043544 AU = 147908194 km.
* Selanjutnya, nilai kemiringan sumbu rotasi bumi terhadap sumbu bidang ekliptika dapat dihitung = 23,438986 derajat.
* Dengan menggunakan transformasi koordinat dari ekliptika geosentrik ke ekuator geosentrik, diperoleh right ascension (Alpha) = 232,879490 derajat = pukul 15:31:31, serta deklinasi matahari = -19,070184 = minus 19:04:13 derajat.
* Singkatnya, dari Alpha dan LST (Local Sidereal Time) dapat dihitung hour angle (HA) sebesar 93,031476 derajat.
* Akhirnya, dengan menggunakan transformasi koordinat dari ekuator geosentrik ke horisontal "geosentrik", diperoleh azimuth matahari menurut pengamat di jakarta sebesar 250,716665 derajat = 250:43:00 derajat, dan altitude (ketinggian) matahari dari ufuk sebesar -0,836305 derajat = minus 0:50:11 derajat.
* Sebagai tambahan, dapat dihitung pula sudut jari-jari matahari sebesar 0,269609 derajat = 0:16:11 derajat, serta sudut paralaks matahari sebesar 0,002471 derajat = 0:00:09 detik busur.

Berikut ini ringkasan hasil perhitungan di atas dengan menggunakan algoritma Meeus:

* Bujur ekliptika nampak matahari (Lambda) = 235:13:25 derajat.
* Lintang ekliptika matahari (Beta) = -0,37 detik busur.
* Jarak bumi-matahari = 147908194 km.
* Right Ascension matahari (Alpha) = pukul 15:31:31.
* Deklinasi matahari (Delta) = minus 19:04:13 derajat.
* Azimuth "geosentrik" matahari di jakarta = 250:43:00 derajat.
* Ketinggian sejati (True Altitude) "geosentrik" di jakarta = minus 0:50:11 derajat.

Posisi matahari di atas dapat diperoleh dengan cara mengisi angka-angka berikut pada file MS Excel (Posisi-Bulan-Matahari-Algoritma-Meeus.xls): Lintang lokasi S 6:10:0, Bujur lokasi E 106:51:0, Zona waktu lokal 7 jam, Tanggal 17 Bulan 11 Tahun 2009 Jam 17 Menit 49 Detik 43.

Beberapa Catatan

Pertama, hasil perhitungan di atas menggunakan algoritma Meeus yang sesungguhnya merupakan reduksi dari algoritma VSOP87 yang lengkap. Perhitungan menurut algoritma VSOP 87 itu sendiri untuk contoh soal di atas memberikan hasil yang sama dengan di atas, kecuali pada jarak bumi-matahari sebesar 147908036 km. Berarti untuk kasus ini, selisih jarak bumi-matahari menurut Meeus dengan VSOP87 adalah sekitar 158 km. Perbedaan ini hanya sekitar seper satu juta AU, serta jauh lebih kecil daripada diameter bumi itu sendiri (sekitar 12742 km). Kendati bidang ekliptika didefinisikan sebagai bidang orbit bumi mengitari matahari, tetapi lintang ekliptika matahari tidaklah tepat sama dengan nol. Hasil di atas adalah -0,37 detik busur atau sekitar 0,0001 derajat sehingga sering dianggap sama dengan nol. Lintang ekliptika matahari yang tidak selalu sama dengan nol ini disebabkan oleh interaksi matahari dengan planet-planet lain di dalam sistem tata surya.

Kedua, hasil perhitungan posisi matahari dengan "low accuracy" memberikan hasil sebagai berikut

* Bujur ekliptika nampak matahari (Lambda) = 235:13:31 derajat.
* Lintang ekliptika matahari (Beta) selalu dianggap = 0 derajat.
* Jarak bumi-matahari = 147899437 km.
* Right Ascension matahari (Alpha) = pukul 15:31:31.
* Deklinasi matahari (Delta) = minus 19:04:14 derajat.
* Azimuth "geosentrik" matahari di jakarta = 250:43:01 derajat.
* Ketinggian sejati (True Altitude) "geosentrik" di jakarta = minus 0:49:53 derajat.

Jika hasil "low accuracy" dibandingkan dengan algoritma Meeus, maka untuk bujur ekliptika berbeda sekitar 6 detik, Alpha tepat sama, serta deklinasi hanya berbeda 1 detik busur. Azimuth hanya berbeda 1 detik busur, sedangkan altitude berbeda sampai sebesar 18 detik busur. Adapun jarak bumi-matahari berbeda sekitar 8700 km (0,00006 AU), yang masih lebih kecil daripada diameter bumi.

Ketiga, Hasil perhitungan menggunakan algoritma Meeus di atas adalah berdasarkan koordinat geosentrik, artinya dilihat dari pusat bumi. Karena itu jika digunakan koordinat toposentrik (dilihat dari permukaan bumi), maka akan terdapat perbedaan kecil dibandingkan dengan hasil di atas. Perbedaan kecil ini disebabkan oleh faktor paralaks benda langit (pergeseran posisi benda langit karena perbedaan tempat pengamatan di bumi). Untuk matahari, telah dihitung di atas, bahwa sudut paralaks matahari adalah 00:00:09 derajat atau 9 detik busur. Angka ini relatif cukup kecil. Menurut pengamat di Jakarta, ketinggian matahari "geosentrik" menggunakan algoritma Meeus di atas adalah minus -00:50:11 derajat. Jika digunakan toposentrik yang memperhitungkan faktor paralaks, ketinggian matahari di Jakarta menjadi minus -00:50:20 derajat, atau 9 detik busur lebih dalam dibandingkan dengan menurut "geosentrik". Insya Allah pada kesempatan lain, penulis akan membahas posisi benda langit menurut koordinat toposentrik.

Keempat, pada hasil perhitungan Meeus di atas, ternyata berlaku hubungan: ketinggian matahari (minus 00:50:11) = - 00:34:00 - sudut jari-jari matahari (00:16:11 derajat). Hubungan ini berlaku saat matahari terbit atau terbenam. Untuk kasus ini, yang terjadi adalah matahari terbenam. Ini berarti, pada tanggal 17 Nopember 2009 di Jakarta, matahari terbenam pada pukul 17:49:43 WIB.

Semoga bermanfaat.

DR. Rinto Anugraha (Email: rinto74@yahoo.com)


/@cwi

selengkapnya...

Akankah PBB Memihak Palestina?

Majelis Umum PBB telah memberikan keputusan: suara mendukung resolusi yang menyerukan penyelidikan Israel terhadap Palestina ke dalam klaim kejahatan perang.

Setelah dua hari perdebatan mengenai laporan yang dilakukan oleh mantan jaksa penuntut kejahatan perang Richard Goldstone, ada 114 suara mendukung, 18 menentang dan 44 abstain. Laporan ini mengutuk perilaku Israel setelah melancarkan serangan di Gaza.


Palestina mendukung laporan ini, namun Israel segera menyanggah dengan mengatakan bahwa laporan Goldstone tidak mempromosikan perdamaian.

Laporan Goldstone menyimpulkan bahwa Israel telah "melakukan sejumlah tindakan kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan" dengan menggunakan kekuatan yang tidak proporsional, sengaja menargetkan warga sipil, dengan menggunakan rakyat Palestina sebagai perisai manusia dan menghancurkan infrastruktur sipil di Gaza selama penyerangan.


Palestina dan kelompok hak asasi mengatakan lebih dari 1.400 warga Gaza tewas dalam serangan 22hari itu, tetapi Israel menyangkal hanya 1.166 saja. Dan menurut mereka, hanya tiga belas orang Israel, termasuk tiga warga sipil, yang tewas.

Realisasi keadilan

Rancangan solusi Majelis Umum ini dibawa oleh negara-negara Arab dan Gerakan Non-Blok, yang mewakili 118 bangsa. Resolusi juga meminta Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk melaporkan kepada Majelis Umum dalam waktu tiga bulan pelaksanaannya "dengan maksud untuk mempertimbangkan tindakan lebih lanjut, jika perlu, oleh organ-organ dan banan-badan PBB yang relevan dan badan-badan." Setelah itu mengirim laporan kepada Dewan Keamanan.

Namun tidak seperti Dewan Keamanan, Resolusi Majelis Umum tidak mengikat secara hukum. Para wartawan internasional mengatakan Dewan Keamanan tidak mungkin mengambil tindakan apapun walaupun kasus ini diajukan kepada mereka.

Riyad Mansour, pengamat Palestina di PBB, mendukung resolusi ini, tetapi juga menekankan bahwa "agresi dan kejahatan" Israel tidak dapat disamakan "dengan tindakan yang dilakukan sebagai jawaban oleh pihak Palestina".

"Kami bertekad untuk menindaklanjuti laporan ini dan merekomendasikannya dalam semua forum internasional yang relevan, termasuk Dewan Keamanan dan Mahkamah Pidana Internasional, sampai adanya realisasi keadilan," katanya.

Gabriela Shalev, Perwakilan Israel,memperingatkan bahwa laporan dan perdebatan itu "tidak mempromosikan perdamaian – laporan ini hanya merusak setiap usaha untuk menghidupkan kembali perundingan di wilayah kita".

AS, sebagai sekutu utama Israel, adalah salah satu dari sejumlah negara-negara yang diharapkan untuk memberikan suara terhadap resolusi. Untuk Uni Eropa, utusan Swedia PBB mendesak Israel dan Palestina untuk segera memulai menuntaskan laporan ini.

Israel Mengkritik

Perdebatan PBB ini dikritik oleh militer Israel. B'tselem mengatakan 13 dari 23 penyelidikan polisi militer berlangsung didasarkan pada informasi itu. B'tselem mengatakan penyelidikan Goldstone tidak cukup karena mereka "hanya berhubungan dengan insiden di mana ada kecurigaan bahwa tentara melanggar perintah militer."

"Sampai saat ini, tak satu penyelidikan mengenai kebijakan Israel selama operasi dibuka: seperti mengenai hal-hal target, serangan terbuka yang diberikan kepada prajurit, legalitas dari senjata yang digunakan, keseimbangan antara cedera warga sipil dan militer, dan sebagainya," katanya. Hah, dengan kondisi Israel sebagai penjajah, dan Gaza yang remuk, apakah itu perlu, B’tselem? (sa/bbc)

/@cwi

selengkapnya...

Keluarga Ahli Ma'rifat

Terdapat dua peran yang saling mengisi dan melengkapi dalam dinamika sebuah keluarga. Kedua peran itu terbagi dalam karakter orangtua dan karakter seorang anak. Interaksi antara dua karakter pembangun sebuah keluarga itulah yang saling mengimbuhi dalam rangka mewujudkan kesakinahan serta kerahmatan dalam institusi keluarga. Syarat utama untuk dapat menggagas dan menciptakan iklim keluarga sakinah adalah jika para karakter yang berperan dalam dinamika keluarga berupaya keras mencapai derajat ahli ma`rifat.

Konsep Ma�rifat Dalam Keluarga

Sebagai pembina dalam keluarga, orangtua adalah pelopor sekaligus konseptor dalam kegiatan pemahaman ilmu ma'rifatullah, ma'rifatun nabi, dan ma'rifatuddin pada lingkup rumah tangga. Objektifitas dari pemahaman terhadap trilogi ilmu ma�rifat ini adalah agar seluruh anggota keluarga dapat menginsyafi tujuan mulia yang terkandung
dalam ketiga cabang kema'rifatan tersebut, sehingga seluruh anggota keluarga mampu membumikan konsep tersebut dalam aktivitasnya sehari-hari.

Secara praktikal dan kontekstual, ilmu ma`rifatullah wajib dipelajari dalam rangka menanamkan pemahaman terhadap anggota keluarga, berkenaan dengan konsep tauhid yang memuat jawaban pertanyaan tentang siapa Tuhan dan melalui medium apa seorang manusia bisa mengenali Tuhannya.



Selain itu, melalui ilmu ma`rifatuddin seluruh anggota keluarga diharapkan mengetahui dengan cara apa mereka dapat berserah diri kepada Allah SWT dan mengukur kedekatan pribadinya dengan sang Khaliq. Selanjutnya, seluruh anggota keluarga dianjurkan pula untuk dapat mengambil keteladanan dari pribadi Rasulullah SAW, utusan Allah SWT, seorang manusia yang paling sempurna dalam pengamalan konsep ketauhidan dan praktek ibadah melalui pembelajaran ilmu ma`rifatun nabi.

Sifat Ahli Ma�rifat
Menurut Junaid al-Baghdadi, ahli ma`rifat memiliki sifat-sifat seperti: (1) mengenal Allah SWT seakan-akan ia dapat berhubungan langsung dengannya; (2) Beramal sesuai petunjuk dari Rasulullah SAW; (3) Berserah diri kepada Allah SWT dalam mengendalikan hawa nafsunya; (4) Merasa bahwa dirinya adalah milik Allah SWT dan suatu saat akan kembali padanya.

Dari sifat-sifat yang dikemukakan tersebut, anggota keluarga yang dapat mencapai derajat ahli ma`rifat setidaknya diharapkan selalu mempunyai solusi dan cara-cara yang tepat dalam menyikapi masalah yang sering timbul dalam keluarga. Kita ambil contoh seorang ayah, yang didapuk sebagai pemimpin institusi keluarga. Jikalau sang Ayah mengenal ilmu ma�rifat maka ia tak akan berlaku sewenang-wenang kepada istri dan anak-anaknya, karena ia telah mengenal Allah Azza Wa Jalla dalam definisi : seakan-akan selalu berhubungan langsung dengan-Nya. Iapun akan memilih segala tindakan maupun ucapan dengan seselektif mungkin, mengingat bahwa Allah SWT senantiasa menyaksikan apa yang ia perbuat.

Contoh berikutnya kita ambil dari fenomena dilematis yang sering melanda kaum Ibu. Seorang Istri atau Ibu rumah tangga atas pengaruh sifat dasarnya sebagai perempuan, seringkali tertarik dengan perhiasan indah dengan harga yang sangat mahal. Jika ia tidak pernah mengkaji dan mendapatkan keteladanan dalam hal kema`rifatan dari suami, maka bisa saja nalurinya akan terus menuntut dipuaskan kebutuhannya akan barang serba mewah tersebut. Padahal terkadang ia dan suami belum tentu memiliki cukup uang untuk membeli benda yang diinginkan. Seandainya sang Istri tergolong ahli ma`rifat, maka ia tidak akan menuntut banyak kepada suami. Istri dengan sifat bagai ahli ma`rifat, dapat mengekang keinginannya yang berasal dari hawa nafsu tersebut. Itu bisa terwujud karena ia telah terbiasa berserah diri kepada Allah dalam mengendalikan hawa nafsunya.

Sebuah keluarga yang para anggotanya tergolong ke dalam derajat ahli ma`rifat, maka keluarga itu akan terjauhkan dari perasaan suka cita yang berlebihan dan perasaan duka yang tak berkesudahan. Jika seorang ayah dan suami misalnya diamanahi pangkat dan jabatan, maka istri dan anak-anaknya akan mengingatkan kepala keluarga tersebut untuk selalu berpedoman pada petunjuk Allah SWT dalam setiap langkah menyangkut pelaksanaan amanat jabatannya tersebut. Mereka sekeluarga tidak akan berfoya-foya merayakan sebuah seremonial pengangkatan seperti yang lazimnya dilakukan ketika ada promosi jabatan, karena mereka menganggap bahwa jabatan hanyalah sesuatu yang bersifat sementara.

Contoh terakhir mengenai pembumian konsep keluarga ma�rifat adalah ketika sebuah keluarga ditinggalkan wafat oleh salah satu anggotanya. Keluarga yang beranggotakan para ahli ma�rifat tidak akan membiarkan diri mereka terus-menerus dirundung kedukaan. Mereka tak akan meratap atau menolak keputusan yang sudah digariskan oleh Allah Azza Wa Jalla itu. Karena merasa bahwa segala sesuatu adalah milik Allah Ta`ala serta akan kembali pula kepada-Nya tak terkecuali dirinya, maka keluarga ahli ma�rifat akan lebih cepat pulih dari suasana duka cita yang mendalam.

Kema�rifatan Sebagai Solusi
Untuk mencapai maqam keluarga sakinah, terdapat berbagai problema yang senantiasa merintangi terwujudnya iklim atau kondisi ideal tersebut. Agar problem tersebut tidak menjadi pelik atau menjadi hambatan besar, maka mau tak mau pribadi para anggota keluarga harus dididik menjadi ahli ma`rifat.

Proses belajar, pengamalan praktikal, dakwah lisan/ bil lisan dan kesabaran dalam mencapai derajat kema'rifatan akan melahirkan pribadi-pribadi dengan sifat-sifat terpuji. Seandainya berkumpul sifat-sifat terpuji dalam diri kita dan seluruh anggota keluarga, Insya Allah, keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah akan terwujud dalam perikehidupan keluarga kita. Wallahu a`lam bish shawab.

/@cwi

selengkapnya...

Jauhi Kekerasan Dalam Rumah Tangga!

Penyebab kekerasan dalam rumah tangga, yaitu sikap nusyuz suami atau istri. Kemudian dikemukakan pula dua upaya pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, yaitu agar suami sebagai qawwam mampu melihat sisi baik pasangan, menasihati dan memperingatkan nusyuz istri dengan penuh kasih sayang. Upaya pencegahan kekerasan dalam rumah tangga lainnya adalah sebagai berikut.

Beri Kewajiban Nafkah Terbaik
Tak jarang kekerasan menjelma dalam bentuk tekanan secara ekonomi, maksudnya istri sulit memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga karena jumlah penghasilan suami (tetap atau tidak tetap) tidak pernah utuh sampai di tangan keluarga.
Suami sama sekali tidak pernah mengajak istri memanage keuangan, banyak pengeluaran di belakang istri, kikir kepada istri, boros di luar sepengetahuan istri, atau berfoya-foya di luar istri.



Harus diakui bahwa kewajiban nafkah memang berasal dari suami, ?Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri) karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dan hartanya. (Q.S. An-Nisa 2: 34), namun ini harus dicatat bahwa suami tidak serta-merta dapat semena-mena menjatah istri.

Seyogianya, suami yang bertakwa justu selalu berusaha mencukupi sekuat tenaga ekonomi keluarga, meliputi istri dan anak. Berusaha mencukupi pemberian sandang, pangan, dan papan yang terbaik yang dia mampu usahakan. Jangan sampai tega menyalurkan dana tanpa ada musyawarah, suka-suka sendiri mengatur keuangan, dengan maksud kikir, hitungan pada istri sendiri.

Ada contoh istri kesulitan untuk membiayai rumah tangganya disebabkan suami tidak transparan alias kikir pada keluarga yang menjadi tanggungannya. Aisyah berkata bahwa Hindun bintu Utbah pernah bertanya, ?Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan adalah orang kikir, ia tidak mau memberi nafkah kepadaku dan anakku sehingga aku mengambil dari hartanya tanpa sepengetahuannya.? Rasulullah bersabda, ?Ambillah apa yang mencukupi bagimu dan anakmu dengan cara yang baik.? (H.R. Bukhari dan Muslim). Digambarkan bahwa istri sampai terpaksa mengambil sendiri tanpa sepengetahuan suami, masih dapat dibolehkan Rasulullah saw., untuk mengatasi sekadar yang diperlukan.

Keterangan dalam dua hadis lain menegaskan bahwa istri merupakan amanat di hadapan Allah swt., amanat memberi makan dan pakaian yang terbaik. Dari Umar bin al-Ahwash al- Jasyimi r.a., sesungguhnya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda, ?Bertakwalah kalian kepada Allah tentang istri karena kalian mengambil mereka dengan amanat Allah dan kalian halal bergaul dengan mereka dengan kalimat Allah dan kewajiban kalian kepada mereka adalah memberi makan dan pakaian dengan cara yang baik.? (H.R. Ibnu Majah)

Selanjutnya, dari Hakim bin Mu?awiyah dari bapaknya r.a. berkata kepada Rasulullah saw., ?Apakah kewajiban suami kepada istrinya?? Ia menjawab, ?Memberinya makan jika engkau makan, memberinya pakaian jika engkau berpakaian, dan janganlah memukul wajah, jangan menjelek-jelekkannya dan janganlah meninggalkannya (di waktu marah) kecuali masih dalam rumah.? (H.R. Ahmad)

Berkomunikasi
Setelah menikah, kecenderungan berkomunikasi straight to the point (langsung) tak jarang yang berbentuk kalimat perintah, berita, atau sekadar basa basi. Ini merupakan atmosfer tidak sehat yang mengarah pada kekerasan verbal dan nonverbal. Kekerasan verbal misal mengumbar kata cerai, memaki pasangan, mengeluarkan kata-kata yang menyakiti pasangan, atau kata-kata ancaman. Kekerasan nonverbal misalnya bahasa tubuh menjauh, memusuhi pasangan, dingin tidak melayani pasangan (kekerasan seksual), ringan tangan, jarang pulang, acuh, cuek, dan diam seribu bahasa. Seiring hati dan pikiran tidak tertuju pada pasangan, tidak diisi dengan rasa kangen, tidak cemburu (dayuts), masa bodoh, seperlunya, dan akhirnya nafsi-nafsi (masing-masing) seperti dua orang asing yang saling menjaga area agar tidak diintervensi. Padahal, seharusnya istri dan suami ibarat ladang yang saling menutupi kelebihan dan kekurangan masing-masing. (lihat Q.S. Al Baqarah 2: 223).

Wujud komunikasi yang terbaik secara nonverbal misalnya ungkapan belaian cinta-kasih sayang, penuh perhatian, sikap lembut, yang dibumbui dengan kata-kata verbal langsung penuh keikhlasan, berupa panggilan mesra, tatapan penuh gelora yang menembus dada, dan kata-kata rayuan sanjungan pada pasangan yang bisa membuat hati melayang,
sebagai pupuk rasa mawaddah (cinta pasca nikah) dan rahmah (kasih sayang).

Jangan heran jika banyak rumah tangga yang terasa hambar karena jarang, irit, dan pelit mengungakapkan rasa suka dan duka, ketakutan, harapan, dan cita-cita. Padahal, pasangan adalah orang yang semestinya paling awal menetahui msalah yang dihadapi pasangannya, bukan orang lain. Walaupun begitu, sikap overprotektif dan introvert tidak akan membawa manfaat dalam rumah tangga karena ada sisi ketidakpercayaaan pada pasangan atau masih ada dusta dan sisi gelap yang tidak ingin diketahui pasangan.

Komunikasi yang sehat dibangun berlandaskan kejujuran: tak ada dusta, tak ada pengkhianatan, mengingatkan sebatas amar ma?ruf nahyi mungkar. Selebihnya, tawakal dan menyerahkan semua pada Allah swt. sebagai penggenggam hati makhluk-Nya.
Dari Aisyah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, ?Yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada istrinya, dan aku orang yang paling baik kepada istri-istriku.? (H.R. Ibnu Majah). Terbukti, Rasulullah saw. amat hafal bahasa tubuh pasangannya, memanjakan dengan pangilan mesra, membantu pekerjaan pasangan, transparan dengan siapa beliau berkawan, selalu ingin didampingi istri, mengajak serta mengayuh biduk rumah tangga, ibadah, dan dakwah.

Akhirnya marilah kita renungkan keterangan Rasulullah saw. yang mengingatkan pada pria (suami) bahwa wanita (istri) diperlakukan dengan lembut, ? Berwasiatlah kepada wanita dengan baik karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atasnya. Jika engkau paksa meluruskannya pasti engkau akan mematahkannya, tapi jika engkau membiarkannya tentu akan tetap bengkok, berwasiatlah kepada wanita dengan baik.? (H.R. Bukhari) Wallahu a?lam

/@cwi

selengkapnya...

Di mana Tembok Zulkarnain?

Wahai Zulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj merusak di bumi. Maka tolong engkau buatkan tembok pembatas antara kami dan mereka


Mereka berkata, ‘Wahai Zulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj merusak di bumi. Maka tolong engkau buatkan tembok pembatas antara kami dan mereka.’” (Q.S. Al Kahfi 18: 94)

Sekitar 50 km di utara Beijing, ada sebuah desa di kaki bukit bernama Badaling. Dari sinilah para turis memasuki pintu gerbang menuju Tembok Besar Cina (The Great Wall). Pemandangan dari atas tembok sangat indah. Tembok sepanjang 6000 km itu konon bisa terlihat dari bulan. Banyak orang menyangka itulah tembok yang dibuat oleh Zulkarnain dalam surat Al Kahfi.
Dan yang disebut Ya’juj dan Ma’juj adalah bangsa Mongol dari Utara yang merusak dan menghancurkan negeri-negeri yang mereka taklukkan. Mari kita cermati kelanjutan surat Al Kahfi ayat 95-98 tentang itu.



Zulkarnain memenuhi permintaan penduduk setempat untuk membuatkan tembok pembatas. Dia meminta bijih besi dicurahkan ke lembah antara dua bukit. Lalu minta api dinyalakan sampai besi mencair. Maka jadilah tembok logam yang licin tidak bisa dipanjat.

Ada tiga hal yang berbeda antara Tembok Cina dan Tembok Zulkarnain. Pertama, tembok Cina terbuat dari batu-batu besar yang disusun, bukan dari besi. Kedua, tembok itu dibangun bertahap selama ratusan tahun oleh raja-raja Dinasti Han, Ming, dst. Sambung-menyambung. Ketiga, dalam Al Kahfi ayat 86, ketika bertemu dengan suatu kaum di Barat, Allah berfirman, “Wahai Zulkarnain, terserah padamu apakah akan engkau siksa kaum itu atau engkau berikan kebaikan pada mereka.” Artinya, Zulkarnain mendapat wahyu langsung dari Tuhan, sedangkan raja-raja Cina itu tidak. Maka jelaslah bahwa tembok Cina bukan yang dimaksud dalam surat Al Kahfi. Jadi di manakan tembok Zulkarnain?

Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menulis bahwa di distrik Hissar, Uzbekistan, 240 km di sebelah tenggara Bukhara, ada celah sempit di antara gunung-gunung batu. Letaknya di jalur utama antara Turkestan ke India dengan ordinat 38oN dan 67oE. Tempat itu kini bernama buzghol-khana dalam bahasa Turki, tetapi dulu nama Arabnya adalah bab al hadid. Orang Persia menyebutnya dar-i-ahani. Orang Cina menamakannya tie-men-kuan. Semuanya bermakna pintu gerbang besi.

Sekarang sudah tidak ada dinding besi di sana, tetapi Hiouen Tsiang, seorang pengembara Cina pernah melewati pintu berlapis besi itu dalam perjalanannya ke India di abad ke-7. Tidak jauh dari sana ada danau yang dinamakan Iskandar Kul. Di tahun 842 Khalifah Bani Abbasiyah, al-Watsiq, mengutus sebuah tim ekspedisi ke gerbang besi tadi. Mereka masih mendapati gerbang di antara gunung selebar 137 m dengan kolom besar di kiri kanan terbuat dari balok-balok besi yang dicor dengan cairan tembaga, tempat bergantung daun pintu raksasa. Persis seperti bunyi surat Al Kahfi. Pada Perang Dunia II, konon Winston Churchill, pemimpin Inggris, mengenali gerbang besi itu. Subhanallah.

Bagaimanapun ini masih berupa spekulasi yang perlu diteliti lebih mendalam. Para arkeolog muslim harus terus mencari lagi tembok itu di berbagai tempat lain berdasarkan artefak-artefak dan dongeng rakyat di pelosok dunia yang mirip-mirip uraian Allah dalam surat Al Kahfi tadi. Jangan cepat-cepat berkata bahwa Kisah Zulkarnain di surat Al Kahfi hanyalah tamsil ibarat yang tidak perlu ada kenyataannya. Bahwa ayat Al Quran cukup untuk dibaca dan diimani saja. Wah, bukankah pendapat semacam ini sangat gegabah, menganggap Allah hanya mendongeng? Astaghfirullah. Kita harus yakin bahwa setiap kisah dalam Al Quran adalah benar. Dan kita ditantang untuk membuktikannya dalam rangka memuliakan agama Allah. Wallahu a’lam.


/@cwi

selengkapnya...

Keutamaan - Keutamaan Shalat

Ucapan yang tidak selaras dengan apa yang terkandung di dalam sanubari ibarat igauan


Salat adalah sendi agama dan pangkal ketaatan. Di antara adabnya adalah khusu. Telah diriwayatkan dari Utsman bin Affan r.a., dari Nabi saw., beliau bersabda, "Tidaklah tiba waktu salat fardu kepada seseorang, lalu dia membaguskan wudunya, khusunya, dan rukuknya, melainkan salat itu menjadi penebus dosa-dosanya yang telah lampau, selagi dia tidak mengerjakan dosa besar, dan yang demikian itu berlaku seterusnya." "Barang siapa salat dua rakaat dan dia tidak berhadas selama mengerjakannya, maka dosanya yang telah lampau diampuni ." (HR Bukhari dan Muslim).

Ketika Abdullah bin az-Zubair sudah mendirikan salat seakan-akan seperti batang pohon karena kekhusuannya. Saat dia sujud tidak terusik meskipun ada beberapa ekor burung yang hinggap di punggungnya. Yang bisa mgnusiknya ialah jika dia ditimpa runtuhan dinding. Suatu hari dia salat di dekat Al-Hijir. Tidak lama kemudian Qudzaifah datang ke tempat itu dan mengambil sebagian kainnya. Tetapi, sepertinya Abdullah bin Zubair tidak mengetahuinya. Maimun bin Mahran berkata, "Sekali pun aku belum pernah meihat Muslim bin Yasar menoleh saat mendirikan salat. Suatu kali sebagian bangunan masjid ada yang roboh, sehingga orang-orang yang berada di pasar menjadi kaget karenanya.

Sementara, saat itu pula Muslim bin Yasar berada di dalam masjid mendirikan salat. Tetapi, dia sama sekali tidak menoleh. Tetapi, jika dia hendak mendirikan salat, mereka berbicara dan tertawa." Jika sedang wudu, rupa Ali bin al-Hasan berubah menjadi kekuning-kuningan. Ketika ada yang bertanya, "Mengapa hal ini menjadi kebiasaan yang terjadi pada dirimu saat engkau wudu?" Dia menjawab, "Tahukah kalian, di hadapan siapakah aku hendak mendirikan salat?" Ketahuilah bahwa salat itu mempunyai rukun yang wajib dan yang sunah. Sedangkan rohnya adalah niat, ikhlas, khusu, dan keterlibatan hati.

Salat itu meliputi zikir, munajat, dan perbuatan. Tanpa melibatkan hati, tidak ada yang bisa dicapai dari zikir danmunajat. Sebab, ucapan yang tidak selaras dengan apa yang terkandung di dalam sanubari kedudukannya sama dengan igauan. Perbuatan pun tidak menghasilkan apa-apa. Sebab, jika tujuan dari berdiri adalah pengabdian, tujuan dari rukuk dan sujud adalah ketundukan dan pengagungan, sementara perbuatan ini sama sekali tidak diiringi dengan kehadiran hati, maka tujuan itu pun tidak tercapai.

Sebab, jika perbuatankeluar dari maksudnya, ia tinggal gambar yang tidak ada maknanya. Allah SWT berfirman, "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapai-Nya." (Al-Hajj: 37). Maksudnya, yang sampai kepada Allah adalah sifat yang menguasai hati, yang mendorong untuk mengikuti perintah yang diwajibkan. Jadi, harus ada keterlibatan hati dalam salat sekalipun Allah memberi kelonggaran saat tiba-tiba lalai. Sebab, kehadiran hati pada saat permulaannya akan merembet ke saat-saat lain sesudahnya.

Makna-makna yang bisa mendukung kehidupan salat banyak macamnya. Di antaranya sebagai berikut.

Pertama, kehadiran hati seperti yang disebutkan di atas.
Maknanya, mengosongkan hati dari hal-hal yang bisa mengusiknya. Pendukungnya adalah hasrat. Jika muncul hasrat yang hendak mengusik hatimu, tidak ada jalan lain kecuali mengembalikan hasrat ini kepada salat. Pengalihan hasrat seperti ini bisa menguat dan bisa melemah, bergantung pada kekuatan iman terhadap akhirat danpelecehan terhadap dunia. Jika engkau merasa bahwa hatimu tidak hadir dalam salat, ketahuilah bahwa sebabnya adalah iman yang lemah. Karena itu, berusahalah untuk menguatkan iman itu.

Kedua, memahami makna-makna ucapan.
Ini termasuk pendukung di belakang kehadiran hati. Bisa saja hati benar-benar hadir mengiringi setiap ucapan tetapi tanpa makna.maka, pikiran harus dokonsentrasikan untuk memahami maknanya dengan menyingkirkan lintasan-lintasan pikiran dan memotong objeknya. Sebab, jika objeknya tidak segera dipotong,lintasan pikiran pun tidak akan pergi. Objek di sini bisa dahir bisa batin. Yang dahir adalah yang bisa mengganggu pendengaran danpenglihatan. Adapun yang batin lebih berat, seperti orang yang disibukkan oleh berbagai macam hasrat dan yang pikirannya mengelana ke seluruh penjuru dunia. Sebab, pikirannya tidak terbatas pada satu masalah saja dan tidak bisa dienyahkan dengan menundukkan pandangan mata.

Apa pun yang melintas di dalam hati sudah cukup untuk menyibukkannya. Jalan keluarnya, jika objek itu berupa objek yang dahir, potonglah apa pun yang bisa mengganggu penglihatan dan pendengaran, yaitu mantap menghadap ke arah kilat,memandang kearah tempat sujud, jangan memilih tempat salat yang di situ ada gambar-gambarnya, tidak membiarkan apa yang bisa mengganggu pancainderanya ada didekatnya. Tatkala Nabi saw. salat di suatu tempat yang ada bendera, beliau mencabutnya sambil bersabda, "Itulah yang tadi membuatku lalai dalam salat." (HR Bukhari dan Muslim).

Jika objeknya termasuk objek yang batin, jalan keluarnya ialah denganmemaksa hati dan jiwa untuk menyimak apa yang sedang dibaca dalam salat dan mengenyahkan hal-hal selainnya. Cara ini bisa dipersiapkan sejak sebelum memulai salat dengan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya,berusaha mengosongkan hati,memperbarui jiwa untuk mengingat akhirat dan urgensi berdiri di hadapan Allah. Jika pikiran masih belum bisa tenang juga, hendaklah dia menyadari bahwa pikirannya memang masih dikuasai hal-hal yang menarik minatnya dan keinginannya.

Karena itu, hendaklah dia seger memotong semua keinginan dan bisikan nafsunya itu. Ketahuilah bahwa bila suatu penyakit sudah akut, tidak ada yang bisa menyembuhkannya, kecuali obat dengan dosis tinggi. Jika penyakit gangguan salat semakin kuat, ia akanmenarik orang yang sedang salat, dan orang yang salat menariknya, hingga salat itu berakhir dalam dalam medan yang tarik-menarik. Perumpamaan dirinya seperti seseorang yang pergi ke tempat terpencil lalu berteduh di bawah sebuah pohon, karena dia hendak menenangkan pikirannya di sana. Suara kicau burung yang bertengger di ataspohon itu tentu saja mengganggu ketenangannya. Sepotong dahan dia lemparkan ke arah burung itu agar terbang. Burung-burung itu pun terbang menyingkir. Tetapi, selagi pikirannya belum kembali tenang, burung-burung itu kembali lagi bertengger di atas pohon dan ramai berkicau. Begitu seterusnya yang dia lakukan dengan burung-burung itu. Lalu, ada seseorang yang memberi tahu dia, "Ini adalah sesuatu yang tidak ada habis-habisnya. Jika engkau ingin cara yang tuntas, tebanglah pohon itu!" Begitu pula pohon-pohon hawa nafsu. Selagi pohon ini tumbuh menjadi tinggi dan bercabang-cabang dahannya, ia akan menarik pikiran, seperti burung yang tertarik untuk hinggap di pohon danlalat yang tertarik untuk hinggap di kotoran.

Maka, umur pun habis untuk mengusir sesuatu yang tidakakan bisa diusir. Sebab, tumbuhnya hawa nafsu dan syahwat ini, yang kemudian enguasai pikiran, adalah cinta kepad dunia. Amir bin Abdi Qais pernah ditanya,"Pernahkah engkau membisiki hatimu dengan sesuatu dari urusandunia selagi di dalam salat?" Dia menjawab, "Lebih baik engkau meninggalkan mata tombak di punggungku daripada aku berbuat seperti itu."

Memang memutus kecintan kepada dunia dari hati bukan perkara yang gampang, danmengenyahkannya sama sekali adalah perbuatan yang sangat berat lagi sulit. Tetapi, sebisa mungkin hal ini harus diusahakan. Sesungguhnya Allah Maha Pemberi taufik dan Maha Penolong.

Ketiga, mengagungkan Allah dan takut kepada-Nya.
Hal ini bisa menghasilkan dua hal: pertama, mengetahui keagungan Allah dan kebesaran-Nya. Kedua, mengetahui kehinaan dirinya dan kedudukannya sebagai hamba. Hal ini akan menghasilkan dua makrifat: ketenangan dan khusu. Yang juga bisa menambah rasa takut ialah berharap. Berapa banyak orang yang mengagung-agungkan seorang raja, yang amat takut terhadap murkanya, sebagaimana dia sangat mengharapkan kebaikan hatinya.

Jadi, orang yang mendirikan salat harus mengharapkan pahala dari Allah, sebagaimana dia takut azab-Nya jika dia meremehkan salatnya. Orang yang hendak mendirikan salat harus menghadirkan hatinya dalam segala sesuatu yang berkait dengan salatnya. Saat mendengar azan hendaklah dia menggambarkan bhwitu adalah seruan datangnya kiamat, lalu dia buru-buru memenuhi seruan itu. Hendaklah dia memperhatikan apa yang dia penuhi dari seruan itu dan dengan badan yang bagaimana dia hendak datang. Jika dia menutup auratnya, hendaklah dia tahu bahwa sebenarnya dengan tindakannya itu dia hendak menutupi aib badannya dari pandangan orang lain.

Maka, hendaklah dia mengingat aib baatinnya dankeburukan-keburukan yang dia sembunyikan, yang tidak diketahui kecuali Allah semata. Padahal, tidak ada sesuatu yang tersembunyi dari penglihatan-Nya. Hal ini harus membuatnya merasa menyesal, malu, dan takut. Jika dia sudah menghadap kiblat berarti telah mengalihkan wjahnya dari berbagai arah ke satu arah, yaitu baitullah.

Jika dia mengarahkan hatinya kepada Allah, hal itu jauh lebih layak baginya. Sebagaimana wajahnya yang tidak bisa dikatakan mengarah ke baitulah, kecuali dengan meninggalkaan arah-arah yang lain, maka hatinya pun tidak bisa dikatakan mengarah kepada Allah, kecuali dengan meninggalkan hal-hal selain Allah. Jika engkau sudah bertakbir, janganlah hatimu mendustakan lidahmu. Sebab, jika ternyata di dalam hatimu masih ada sesuatu yang lebi besar dari Allah, berarti engkau telah berbuat dusta.

Maka, waspadalah jika sekiranya hawa nafsumu lebih besar dalam pandanganmu, dengan bukti engkau lebih mementingkannya daripada taat kepada Allah. Jika engkau sedang taawud, ketahuilah bahwa taawud adalah kembali kepada Allah. Jika engkau tidak kembali dengan hatimu, ucapanmu berarti hanya sekadar main-main. Pahamilah makna yang engkau baca.

Kami telah meriwayatkan dari Zararah bin Abu Aufa r.a. bahwa dia pernah membaca dalam salatnya,"Apabila ditiup sangkakala," maka seketika itu dia jatuh dalam keadaan meninggal duia. Rasakanlah tawadu saat engkau rukuk, rasakanlah kehinaan saat engkau sujud, karena engkau meletakkan jiwa pada tempatnya dan mengembalikan cabang ke pokoknya, dengan cara bersujud ke tanah, yang darinya engkau diciptakan. Dengan cara ini engkau bisa memahami makna zikir dengan sepenuh perasaan.

Ketahuilah bahwa mendirikan salat dengan memenuhi syarat-syarat batiniah seperti ini bisa membersihkan hati dari noda-noda karat dan mendatangkan cahaya di dalamnya, hingga dengan cara ini keagungan yang disembah bisa tampak dan rahasia-rahasianya bisa dilihat, yang mungkin tidak bisa dinalar, kecuali oleh orang-orang yang berilmu.

Sumber :
Mukhtashar Minhaajil Qaashidiin, Al-Imam asy-Syekh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisy


/@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |