Mengikuti Jejak Rasul

Sang bagaskara merangsek masuk lewat jendela kamar Fatma. Cerah. Fatma mendongak ke luar. Memandang langit dan membalas senyum sang bagaskara. “Alhamdulillah, hari yang indah!”. Kebahagiaannya bertambah tatkala melihat taman mawar di halaman samping kamarnya tengah merekah. Merah.

Tiba-tiba Fatma melihat ada titik hitam dari kejauhan. Semakin membesar dan semakin mendekat. Ternyata seekor burung. Berputar-putar di atas taman mawarnya dan akhirnya hinggap di jendela. Merpati. Ada yang tidak biasa dari seekor merpati itu. Fatma mengamatinya. Ada gelang kecil melingkar di kaki kanannya. Mata gelang itu sebuah lempeng aluminium dengan inisial : J.R.

J.R.? Fatma seakan tak percaya. Seekor merpati Delbar. Apakah ini Jose Rizal? Merpati milik Detektif M.Nur, sahabat Ikal dalam novel “Padang Bulan”? Mengapa dia sampai di sini? Tuk... tuk... tuk... J.R. mematuk sebuah gulungan yang diikat pada kaki kanannya. Fatma menangkap maksud burung cerdas itu. Fatma mengambil gulungan itu dan membukanya pelan-pelan. Penasaran.

Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jadilah seorang wanita sholihah
Dirinya dibalut rasa taqwa kepada Allah
Hatinya penuh penghayatan terhadap agama Allah
Hari-harinya haus dengan ibadah kepada Allah
Jiwanya dahaga mengharap ridho Allah
Sholatnya adalah bekal hidupnya
Tidak pernah gusar untuk berkata benar
Tidak pernah lesu untuk melawan nafsu
Jadilah seorang wanita shalihah
Tidak terpesona dengan buaian dunia
Selalu inginkan surga sebagai tempat terakhirnya
NB : Semoga berkenan. Tak ada pinta selain maaf atas kelancangan Jose Rizal mengganggu aktivitas pagi ini. Semoga dua kata maaf bisa diberikan pada kami. Satu buat saya, dan satunya lagi buat merpati tetangga saya, Jose Rizal.
Wassalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Fatma tertegun. Tak tahu siapa si pengirim. Hendak bertanya pada merpati berbadan gembul yang ternyata benar bernama Jose Rizal, pastinya tak akan ada jawaban langsung darinya. Jose hilir mudik di jendela kamarnya. Fatma paham, burung pintar ini tak akan beranjak pergi sebelum ada balasan surat darinya. Fatma pun menulis,

Wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih. Insya Allah saya maafkan. Akan tetapi, boleh saya tahu siapa Anda? Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh. Fatma

Fatma mengikat surat itu pada kaki kanan Jose Rizal. Setelah ia tahu tugasnya akan berlanjut, Jose terbang meninggi, Merpati itu melesat ke arah selatan, meninggalkan Fatma yang masih dibanjiri rasa penasaran. Sepuluh menit berlalu. Jose Rizal kembali. Saat itu Fatma tengah membaca novel terbaru karya Andrea Hirata, dwilogi “Padang Bulan”. Fatma sedikit kaget karena ada suara berisik di jendela kamarnya. Jose Rizal kembali membawa surat dari seseorang yang misterius itu.

Fatma meletakkan novel yang ia baca, Lantas ia beranjak menuju tempat Jose Rizal berdiri mematung. Fatma membelai bulu merpati Delbar itu dengan lembut. Jose tertunduk malu sambil mematuk-matuk kertas yang terikat rapi di kaki kanannya. Sepertinya ia merasa kelelahan. Fatma kembali mengambil surat itu kemudian membacanya. Mengernyit dahinya karena sang penulis misterius menyunting lirik lagunya Edcoustic, “Nantikanku di Batas Waktu”.

Di kedalaman hatiku
Tersembunyi harapan yang suci
Tak perlu engkau menyangsikan
Lewat kesalihanmu
Yang terukir menghiasi dirimu
Tak perlu dengan kata-kata..
Sungguh walau ku kelu
Tuk mengungkapkan perasaanku
Namun, penantianmu pada diriku...
Jangan salahkan!
Kalau memang kau pilihkan aku..
Tunggu sampai aku datang
Nanti kubawa kau pergi
Ke surga abadi
Kini sudah tiba saatnya
Aku membuktikan cintaku
Nantikanku di batas waktu

Wahai ukhti…
Berdirilah dalam yakin
Berteguhlah dalam hidup
Wahai ukhti hiasi diri…
Dengan dakwah tuk kejayaan Islam
Mari sama-sama berjuang
Menempuh keridhoan
Saya yakin, anti adalah potongan rusuk saya yang kini sudah saya temukan.
Sudah siapkah anti menjadi pendamping hidup saya?


Fatma kaget menerima surat itu. Aneh. Lalu ia pun membalasnya.


Komitmen kita terhadap dakwah ini terlihat dari hal-hal yang sederhana. Benar begitu, kan? Menikah di jalan dakwah menjadi salah satu bentuk komitmen kita di jalan ini. Semua inginkan keberkahan dalam menjalaninya. Oleh sebab itu, dalam menjalaninya kita harus ekstra hati-hati. Tahapan itu dimulai saat kita bertekad untuk terus ada dalam tahap-tahap meluruskan niat di setiap proses menuju sunah yang bersejarah bernama PERNIKAHAN. Karena kita telah mendeklarasikan diri menjadi da’i, tak salah kan jika orang ingin selalu membuktikan komitmen kita di setiap langkah dan sikap kita? Pernikahan adalah salah satu ujian komitmen bagi seorang da’i apakah ia mengikuti keinginan hatinya semata atau benar-benar menjadikannya sebagai sunah Rosul yang suci? Proses itu menentukan keberkahan, baik sebelum saat, dan setelah menikah. Afwan, Fatma”


Jose kembali mengirim surat balasan pada seseorang yang misterius itu.
Sejenak kemudian ia kembali. Sepertinya ia sudah agak letih mondar-mandir.

“Saya paham ukhti.. saya akan datang menemui wali anti! Saya akan membuktikan komitmen saya.”

Fatma masih penasaran dibuatnya. Siapa? Ia kembali menegakkan pena dan menuliskan deretan huruf di kertas putih yang dipegangnya.

“Hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah.”
Jose Rizal terbang. Sepuluh menit. Dua puluh menit. Satu jam... Sampai Fatma menyelesaikan dwilogi novel “Padang Bulan”-nya, Jose tidak kembali. Sudahlah...Meski masih didera kebingungan, Fatma mulai bisa menguasai dirinya dan bersikap biasa. Ia pun menyemangati dirinya. Sabarlah menanti, Pendamping hidup itu akan datang sesuai dengan iman di hati.
***

Allahu Akbar... Allahu Akbar!!! Fatma terbangun. Kaget mendengar bunyi alarm adzan dari ponselnya! Ternyata ia baru saja bermimpi bertemu Jose Rizal yang mengantar surat misterius untuknya. Ternyata hanya MIMPI!!! Ternyata semalam ia tertidur saat membaca novel “Padang Bulan”-nya Andrea Hirata. Terbata-bata ia membaca doa dan istighfar sebanyak-banyaknya! Masih pukul 03.00 dini hari. Ia beranjak mengambil wudhu lantas sholat tahajud. Ia pun khusyuk dalam doa...

Wahai Pemilik Hati ini…
Izinkan hamba menjadi sekuntum mawar
Dihias dengan kelopak akhlak mulia
Harum mewangi berhias ilmu agama
Kecantikan diri karena iman dan taqwa
Ya Rabbul Izzati
Izinkan hamba menjadi setegar mawar berduri
Tak mudah tergoda rayuan duniawi
Layakkan hamba menjadi shalihah
Permata untuk pasangan sejati

Subuh pun menjelang. Fatma segera bergegas menunaikan shalat Subuh. Setelah itu, ia membaca tilawah dan Al Ma’tsurat. Sekitar pukul 05.00, ia menyalakan notebook merahnya lalu menulis! Fajar menyingsing. Fatma masih asyik merangkai kata. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara di samping kamarnya. Brakk!!! Sebuah benda keras menabrak kaca jendelanya. Fatma melangkah ke jendela kamarnya, tak lama kemudian ia tertegun memandang seekor merpati terbaring di dekat jendela. Pingsan. Ia mengamatinya. Kaget. Ada tulisan J.R. di gelang kecil yang melingkari kaki kanannya. Jose Rizal???
***

Aisya Avicenna

Sumber inspirasi :
-Dwilogi “Padang Bulan” Andrea Hirata (Sebuah apresiasi untuk Andrea Hirata)

Keterangan:
Anti : kamu (panggilan untuk muslimah dalam bahasa Arab
Akhwat : perempuan
Ukhti : sapaan untuk muslimah
/@cwi

pengunjung membaca ini juga:



0 komentar:

Posting Komentar


Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |