Pembantaian Etnis Bosnia Oleh Etnis Serbia; Polemik Antara Pembantaian Etnis dan Pembantaian Agama


BAB I
PENDAHULUAN

Masalah politik yang paling menonjol di kawasan Eropa pasca perang dingin ditandai dengan runtuhnya kekuasaan komunis, di negara-negara Eropa Timur dan Balkan. Golongan pembaru di negara – negara tersebut menghendaki sistem Demokrasi – Liberal, sedangkan rejim yang berkuasa ingin tetap mempertahankan pemerintahan konservatif Sosialis – Komunis.
Masalah politik yang sampai sekarang masih menjadi bahan pemikiran dan perlu dicari penyelesaiannya melalui forum bilateral maupu internasional salah satunya adalah masalah pecahnya Republik Federasi Yugoslavia menjadi beberapa negara yang merdeka seperti Slovenia, Macedonia, Kroasia, dan Bosnia Herzegovina.
Kemerdekaan Bosnia Herzegovina yang diproklamirkan berdasarkan hasil pemungutan suara pada tanggal 15 Oktober 1991 ditolak keras oleh etnis Serbia yang mendominasi negara Federal Yugoslavia. Etnis Serbia menolak kemerdekaan ini dengan melakukan kekerasan militer, melakukan perang secara besar-besaran bahkan melakukan pembantaian besar-besaeran terhadap etnis Bosnia yang mayoritas penduduknya adalah warga muslim. Ibukota Bosnia, Sarajevo dibombardir habis-habisan, gerilyawan Bosnia ditangkap dan disiksa di kamp-kamp konsentrasi. Puluhan ribu wanita muda dan gadis kecil Bosnia diperkosa.
Tujuan utama etnis Serbia menurut apa yang dilansir oleh pers dunia adalah : pemusnahan etnis Bosnia atau lebih tepatnya lagi pemusnahan kaum muslimin karena mayoritas penduduk Bosnia adalah warga muslim. Bosnia yang mayoritas penduduknya merupakan warga muslim bermaksud memproklamasikan kemerdekaan negaranya menjadi sebuah negara Islam. Dengan demikian, maka Bosnia menjadi satu-satunya negara Islam yang ada di benua Eropa dan hal itu sangat membahayakan bagi negara-negara Eropa yang masih memendam dendam lama terhadap Islam akibat kekalahan mereka dalam perang salib.
Perselisihan Bosnia dan Serbia ini lebih rumit dibandingkan dengan perselisihan yang lainnya. Perselisihan ini selain diakibatkan oleh factor politik, factor agama lebih memegang peranan penting. Serbia dan negara-negara Barat tidak menghendaki berdirinya Bosnia sebagai negara Islam yang berdiri sendiri di kawasan Balkan. Ketidaksukaan PBB dan negara barat atas berdirinya Bosnia sebagai negara Islam tampak pada kurang bersemangatnya mereka dalam menyelesaikan perang yang mengakibatkan konflik Serbia dan Bosnia semakin berlarut-larut tanpa ada kejelasan kapan konflik itu akan berakhir.
Pembantaian yang dilakukan oleh etnis Serbia terhadap etnis Bosnia yang mayoritas penduduknya adalah warga muslim sangat tidak berperikemanusiaan. Hal ini jelas telah melanggar Undang – undang hak asasi manusia yang selalu saja digembar-gemborkan oleh pihak Barat. Dan ternyata, pihak Barat malah tidak terlalu bersemangat menyelesaikan konflik kemanusiaan ini.
Tujuan dibuatnya tulisan ini adalah untuk menunjukkan bahwa pembantaian etnis secara besar-besaran ini telah menimbulkan dampak kemanusiaan yang sangat menyedihkan. Kejahatan kemanusiaan ini memang bukan hanya terjadi di Bosnia tetapi juga terjadi di jerman di mana etnis Yahudi dibantai secara besar-besaran oleh Nazi di bawah pimpinan Hitler yang sangat diktator dan kejam pasca Perang Dunia II. Masalah utamanya adalah perbedaan ras / etnis. Hal ini berhubungan dengan dianutnya paham Rasisme oleh negara-negara Eropa yang telah menyebar di eropa pada saat itu. Kebencian Nazi terhadap keturunan Yahudi dianggap sebagai penyebab kekalahan Jerman pada Perang Dunia I, dan sementara ekonomi Jerman mengalami kesulitan, para keturunan Yahudi tetap sukses memegang peranan ekonomi yang besar di jerman. Namun alasan ini patut ditanyakan kembali jika melihat kenyataan bahwa bukan hanya 6 juta orang Yahudi yang mati di tangan Nazi, melainkan juga 5 juta etnik non Aria lainnya seperti Gipsi, kaum Homoseksual, keturunan Asia lainnya.
Sementara pemebersihan etnis Bosnia adalah benar-benar murni bukan hanya pembantaian ras tetapi juga pembantaian agama tertentu. Hal ini dapat dilihat pada alasan dari dilakukannya pembantaian ras tersebut karena Serbia dan pihak lain yang mendukungnya tidak setuju didirikannya negara Islam di Balkan. Penjelasan selanjutnya akan dijelaskan dalam bab pembahasan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keadaan Umum Bosnia Herzegovina
Negara pacahan Yugoslavia ini terletak di Barat Daya Eropa. Luas negaranya 51.233 km2. Jumlah penduduk Bosnia berdasarkan data stastistik tahun 1419 H / 1998 M sebanyak 3.800.00 jiwa dengan presentase kaum muslimin sebesar 50 %, Nasrani 40 %, dan lainnya 10 %. Penduduk negeri ini terdiri dari kaum muslimin, Serbia dan Kroasia. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Serbo – Kroasia ( bahasa resmi ), Slow, dan Serbia. Hasil pertanian yang paling banyak dihasilkan adalah jagung, gandum, dan jawaaut. Mata uang yang digunakan adalah mata uang dinar.
Bosnia Herzegovina dibagi menjadi Federasi Bosnia dan Herzegovina dan Republika Srpska. Distrik Brčko bukan bagian kedua entitas politik ini, tetapi diperintah secara supranatural dan dijaga olehe tentara internasional. Federasi Bosnia dan Herzegovina dibagi menjadi 10 kanton:
1. Una-Sana
2. Posavina
3. Tuzla
4. Zenica-Doboj
5. Podrinje Bosnia
6. Bosnia Tengah
7. Herzegovina-Neretva
8. Herzegovina Barat
9. Sarajevo
10. Bosnia Barat
2.2 Sejarah Bosnia Herzegovina
Bosnia Herzegovina merupakan sebuah wilayah perbatasan antara Kebudayaan Barat dan Timur. Pada Abad Pertengahan, wilayah tersebut menjadi ajang pertikaian dan perebutan pengaruh antara Romawi Barat yang Katolik dan Romawi Timur yang Ortodoks. Di tengah-tengah pergulatan tersebut, ikut pula sebuah kelompok bidat Kristen yang disebut Bogomil. Sekte ini terutama beranggotakan masyarakat kelas atas Bosnia.
Kekuatan ketiga yang berpengaruh dalam sejarah negeri itu muncul pada akhir abad ke-13, ketika wilayah tersebut ditaklukkan oleh Turki Usmani yang beragama Islam. Dalam perkembangannya, kaum Muslim Bosnia mendapatkan status sama dengan orang Turki asli. Mereka menjadi tangan kanan orang Turki untuk memerintah penduduk Bosnia yang tetap memeluk agama leluhurnya. Oleh karena itu mereka menjadi pembela fanatik Kesultan Usmani untuk menjaga hak-hak istimewa mereka. Oleh karena itu, setiap pemberontakan Kristen ditindas dengan keras oleh mereka. Akibatnya, mereka dibenci oleh penduduk lainnya sebagai “pengkhianat”.
Masuknya pemikiran nasionalisme membawa perubahan besar dan tajam di Bosnia. Apabila sebelumnya secara umum penduduk wilayah itu disebut orang Bosnia dan hanya dibedakan menurut agamanya, kini mereka mengidentifikasikan diri dengan tetangganya. Orang Bosnia yang menganut Kristen Ortodoks mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Serbia sementara penganut Katolik menjadi orang Kroasia. Kaum Muslim sendiri memilih dipanggil sebagai orang Turki–sebutan yang menguatkan cap kepada mereka sebagai “pengkhianat” yang menjual diri pada penjajah Turki.
Ketika Turki melemah, negara-negara jajahannya di Balkan memerdekakan diri. Salah satu di antaranya adalah Serbia. Negara yang baru merdeka ini berusaha menggabungkan Bosnia namun ambisinya digagalkan oleh kekaisaran Austria - Hongaria, yang mencaplok wilayah tersebut pada tahun 1908. Hal tersebut kemudian mendorong kaum nasionalis Serbia membunuh putera mahkota kekaisaran tersebut di Sarajevo pada tahun 1914, yang kemudian menyebabkan pecahnya Perang Dunia I.
Setelah Perang Dunia I usai, Bosnia-Herzegovina, bersama-sama dengan Kroasia, Slovenia, dan Vojvodina, diserahkan oleh Austria kepada Kerajaan Serbia-Montenegro. Dari penggabungan ini muncullah Kerajaan Yugoslavia (Slavia Selatan). Akan tetapi perpecahan segera melanda negeri itu akibat pertentangan dua etnis utamanya. Orang Serbia berusaha membangun negara kesatuan sementara orang Kroasia menginginkan federasi yang longgar. Kaum Muslim Bosnia terjebak dalam pertikaian tersebut karena kedua pihak memperebutkan wilayah tersebut. Beberapa kaum Muslim mendukung klaim Serbia dan menyebut dirinya sebagai Muslim Serbia. Namun lebih banyak lagi yang pro Kroasia dan menyebut dirinya sebagai orang Muslim Kroasia. Pertentangan tersebut kemudian meledak menjadi kekerasan setelah Jerman Nazi menguasai Yugoslavia tahun 1941.
Setelah meraih kekuasaan atas Yugoslavia, Tito berusaha membangun kembali persaudaran negeri itu di bawah bendera komunisme. Dalam upayanya untuk mengatasi perselisihan antar kelompok etnis dan agama, dia membentuk negeri itu menurut sistem federal yang ditarik berdasarkan etnisitas. Bosnia, yang karena memiliki penduduk yang plural, merupakan ujian berat bagi Tito. Orang Serbia menuntut penggabungan wilayah tersebut karena penduduk Serbia yang hampir mencapai setengah dari total penduduk di sana pada masa itu. Akan tetapi Tito menolaknya. Dia tidak ingin membuat Serbia menjadi kuat seperti sebelumnya. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk memecah belah orang Serbia. Wilayah Serbia diperkecil dengan membentuk dua republik federal (yaitu Montenegro dan Makedonia) serta dua propinsi otonom (Vojvodina dan Kosovo). Tito, sebagai seorang Kroasia-Bosnia, memutuskan bahwa wilayah Bosnia-Herzegovina harus menjadi sebuah republik federal. Dengan demikian, orang Serbia dapat diimbangi oleh gabungan Muslim-Kroasia di wilayah tersebut. Selain itu, Tito memutuskan bahwa kaum Muslim Bosnia diperbolehkan menyebut dirinya sebagai orang Muslimani (Muslim) sehingga tidak perlu menyebut dirinya sebagai orang Muslim Serbia atau Muslim Kroasia.
Dalam menghadapi ketidakpuasan atas keputusan tersebut, rezim Tito memakai tangan besi untuk menghadapinya. Cara tersebut memang efektif tapi hanya untuk sementara waktu. Ketika Tito meninggal, pertikaian antar etnik dan agama kembali meletus di Yugoslavia, yang kemudian meruntuhkan negara tersebut.
Pada tahun 791 H / 1389 M, orang – orang Utsmaniyah yang dipimpin oleh Sultan Murad bin Orkhan berhasil meraih kemenangan yang meremukkan tentara Serbia dalam perang Kosovo, dan menjadikan Bosnia sebagai bagian dari wilayah Utsmaniyah ( Turki ) dari tahun 868 H / 1463 M. Sejak saat itulah Islam mulai menyebar dan mendarah daging di sana. Orang – orang Utsmaniyah telah menderita kerugian cukup lama karena kekayaan lokal negeri ini disubsidi oleh orang – orang Eropa.
Pada tahun 1295 H / 1878 M Austria berhasil menguasai dua wilayah, yaitu Bosnia dan Herzegovina yang telah direbutnya dari tangan pemerintahan Utsmaniyah. Maka, pada tahun 1326 H / 1908 M kekaisaran Austria mengumumkan penggabungan Bosnia dan Herzegovina ke dalam wilayahnya. Kaum muslimin bangkit menentang keputusan ini dengan segala kekuatan, tetapi usaha mereka berakhir dengan sia – sia. Percikan awal yang menyebabkan terjadinya Perang Dunia I bermula dari Sarajevo ( ibukota Bosnia ) sebagai pengaruh atas pembunuhan putra mahkota Austria, Frans Ferdinand dan istrinya di tangan seorang pemuda bernama Princip yang mengaku sebagai pemuda anggota gerakan Serbia raya. Peperangan ini telah membawa kehancuran kekaisaran Austria / Hungaria. Maka, Hungaria memisahkan diri dan mendirikan kerajaan Yugoslavia ( dengan menjadikan Bosnia dan Herzegovina sebagai bagian dari wilayahnya ) pada tahun 1336 H / 1918 M.
Pada masa antara dua Perang Dunia ini, Bosnia berada di bawah naungan kekuasaan Yugoslavia ( Serbia – Kroasia – Slovenia ). Pada tahun 1391 H / 1971 M negara Federasi Yugoslavia mengizinkan kaum muslimin di Bosnia untuk membentuk daerah otonomi yang tergabung ke dalam federasi ini ( pada masa presiden Bros Tito )
2.3 Kemerdekaan Bosnia dan Timbulnya Perang Saudara
Terjadinya perubahan politik globalisasi membawa pangaruh di negara Federasi Yugoslavia. Perang saudara di Yugoslavia diawali dengan merdekanya Kroasia dan Slovenia pada tanggal 25 Juni 1991. Mereka memisahkan diri dari negara Federasi Yugoslavia. Hal ini membuat Serbia marah karena rencananya mendirikan negara Serbia Raya akan gagal apabila negara – negara bagian Yugoslavia satu per satu memisahkan diri. Serbia tidak tinggal diam. Serbia melakukan penyerangan ke Slovenia dan Kroasia untuk mencaplok kembali wilayah yang sudah meredeka itu menjadi wilayah kekuasaan etnis Serbia.
Kemudian, lewat kehancuran Komunis pada tahun 1411 H / 1990 M, parlemen Bosnia dan Herzegovina malakukan pemungutan suara pada tanggal 15 Oktober 1991 untuk mengusahakan pelepasan wilayah in dari Yugoslavia, dan hasilnya rakyat Bosnia dan Herzegovina yang mayoritasnya Islam sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Bosnia mengumumkan kemerdekaannya di bawah kepemimpinan Ali Izzet Begovic yang memenangkan pemilihan presiden pada tahun yang sama.
PBB dan negara – negara besar lalu merestuinya, juga lebih dari 120 negara lainnya. Ketika Federasi Yugoslavia itu hancur, tinggallah di Bosnia 60.000 tentara Serbia yang dengan persenjataan dan perbekalan lengkap yang memungkinkan orang – orang Serbia yang minoritas menindas kaum muslimin yang ada di Bosnia.
2.4 Tragedi Kemanusiaan Bosnia Herzegovina
Sejak kemerdekaannya, Bosnia Herzegovina baru merasakan kedukaan yang mendalam akibat konflik berdarah yang disebabkan oleh permusuhan monster Serbia. Metode penghapusan ras agama ini dilakukan terhadap kaum muslimin sebagai upaya penghilangan eksistensi Islam, dengan dukungan tersembunyi negara – negara Barat, Rusia, dan seluruh negara – negara Salib ( Nasrani ) untuk mencegah hadirnya negara Islam di Eropa.
Serbia membombardir ibukota Bosnia, Sarajevo dan kota lainnya dibombardir habis – habisan, gerilyawan Bosnia ditangkap dan disiksa dalam kamp – kamp konsentrasi dan puluhan ribu wanita muda dan gadis kecil Bosnia diperkosa. Data menyebutkan bahwa korban kaum muslimin sepanjang perang ini ( 1411 – 1416 H ) mencapai 200.000 orang yang terbunuh dan 50.000 orang wanita muslimin menjadi korban perkosaan ( jumlah ini terbanyak jika dibandingkan dengan korban etnis Bosnia dari agama lain ). Dunia pada saat itu dipenuhi oleh korban penyembelihan dan kuburan massal yang menakutkan yang ditimpakan Serbia kepada kaum muslimin. Sampai pada awal 1993, perang dan kemelut Serbia versus Bosnia masih belum reda sungguhpun pasukan penjaga perdamaian PBB yang terdiri atas : tentara Amerika Serikat, Inggris, Perancis telah melakukan operasi pemeliharaan perdamaian. Presiden Serbia Dragan Cavic mengakui telah membantai sekitar 8000 muslimin Srebrenica pada bulan Juli 1995. Meski kasus ini adalah kejahatan, rakyat Serbia memujinya sebagai pahlawan.
Pembantaian ribuan kaum muslimin di Srebrenica pada Juli 1995 itu diakui oleh Dragan Cavic melalui saluran televisi Serbia-Bosnia: “Saya harus mengatakan bahwa pada 10-19 Juli 1995 di Srebrenica terjadi tragedi yang menjadi lembaran hitam dalam sejarah bangsa Serbia,” katanya. Secara singkat, dia juga memberikan kata penyesalan dan menyampaikan permintaan maaf. Sekitar 8.000 muslim Bosnia, yang sebagian besar adalah pria dan anak laki-laki, dibantai dalam aksi yang paling biadab dalam sejarah Eropa. Pembantaian berlangsung saat pasukan Serbia menyerang wilayah aman dalam perlindungan PBB, yakni Srebrenica. Pasukan Belanda yang berjaga di sana tidak mampu berbuat apa pun. Pengakuan Cavic itu mengutip beberapa bagian laporan penahanan dan hukuman mati terhadap ribuan muslim. Dalang pembantaian itu Radovan Karadzic, yang saat itu menjabat pemimpin perang Bosnia Serbia, dan Jenderal Ratko Mladic.
Kisah pembantaian ini bermula ketika para pelarian kaum muslim mengalami tipu muslihat pasukan Kristen Bosnia. Kaum muslim, ketika itu berbondong-bondong datang dari Srebrenica, wilayah sipil yang aman sebagaimana telah diumumkan PBB, setelah jatuh kepada Serbia Bosnia pada 11 Juli 1995. Awalnya, pasukan perdamaian PBB asal Belanda dan NATO yang diluncurkan oleh Dewan Keamanan PBB telah berjanji untuk mengamankan Srebenica. Namun sayang, bendera NATO yang dipakai pasukan itu hanya akal-akalan untuk mengibuli kaum muslim. Akibatnya bisa diduga, sekitar lima belas ribu laki-laki yang kebanyakan tidak bersenjata menjadisasaran pasukan musuh. Sepanjang perjalanan, ratusan orang dibunuh dalam oleh pasukan Serbia. Pembantaian Srebrenica merupakan pembantaian yang terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II yang. Meski kasus ini merupakan kasus pelanggaran berat kejahatan perang internasional, toh ironisnya, banyak orang Serbia menganggap kedua pembantai sebagai pahlawan
Puluhan mayat yang ditemukan dalam usaha pencarian 700 mayat umat Islam yang hilang atas kekejaman Serbia dan dipercayai ditanam hidup-hidup ditemukan di daerah Srebrenica, Bosnia. Beberapa kuburan yang digunakan untuk menggali tulang-tulang dari sebuah kubur seluas gelanggang tenis, dipercayai terdiri dari lebih 7000 mayat lelaki dan anak-anak yang disembelih tentera Serbia di Srebrenica delapan tahun lalu, yaitu kejadian pembunuhan massal terburuk dalam sejarah sejak Perang Dunia Kedua.
“Kami percaya kuburan ini mengandung lebih dari beberapa ratus mayat korban pembunuhan massal di Srebrenica pada 1995 dan orang Zvornik yang terbunuh pada permulaan perang di Bosnia,” kata Murat Hurtic, anggota Warga Bosnia yang hilang. “Ini mungkin kuburan pembunuhan massal yang terbesar di Bosnia,” katanya.” Koran Independent melaporkan, kuburan tersebut dijumpai di Crni Vrh, berdekatan dengan kota Zvornik di utara Srebrenica, dan diyakini turut menempatkan mayat yang dipindahkan darikawasan perkuburan dekat Srebrenica. Kaum Serbia Bosnia menanam semua korban warga Islam yang dibunuh guna menyembunyikan bukti pembunuhan massal dari pengadilan perang internasional PBB di The Hague, yang sedang menjalankan dakwaan atas mereka yang dituduh melakukan pelanggaran ketika perang Balkan 1990. Menurut beberapa pakar, pekerjaan menggali kubur tersebut mungkin akan memakan waktu hingga dua bulan untuk mengenali pasti korban dengan analisis DNA. Pada Juli 1995, Srebrenica, yang dilindungi oleh pasukan pengaman Belanda yang hanya memiliki senjata biasa, dibunuh oleh tentera Serbia Bosnia yang mengasingkan wanita Islam dari kaum lelaki dan anak-anak. Ribuan dari pada mereka kemudian dibunuh. Kuburan massal tersebut ditemui di kawasan pergunungan berdekatan wilayah perbatasan Serbia.
2.5 Upaya Perdamaian
Meskipun pihak Barat dan PBB tidak terlalu antusias menyelesaikan masalah konflik Bosnia, PBB tetap melakukan upaya-upaya menuju perdamaian antara Serbia dan Bosnia. Upaya menyelesaikan konflik dilakukan oleh beberapa organisasi dan negara di dunia di antaranya :
1. PBB menghimbau Serbia untuk menarik pasukannya dari Bosnia. Pengiriman utusan PBB untuk mencari jalan pemecahan guna mengakhiri perang.
2. NATO mengirimkan pasukannya dan memaksa Serbia meninggalkan Bosnia. Serangan NATO mengakibatkan Serbia mau mengadakan peundingan di Beograd di bawah pengawasan PBB.
3. Indonesia sesuai dengan politik luar negeri yang ingin menciptakan perdamaian dunia dengan mengirimkan pasukan Garuda 14, beranggotakan 25 perwira untuk mendamaikan dan memberikan bantuan makanan dan obat-obatan.
4. Perundingan di Dayton 1 November 1995. Perundingan di bawah pengawasan Amerika dan NATO antara Bosnia, Kroasia, dan Serbia.
Perjanjian Dayton adalah nama untuk perjanjian untuk menghentikan perang Yugoslavia yang sudah berlangsung selama tiga tahun terakhir, terutamanya untuk masa depan Bosnia-Herzegovina. Perjanjian ini disetujui di Pangkalan Udara Wright-Patterson di Dayton, Ohio.
Pertemuan tersebut berlangsung sejak 1 November hingga 2 November 1995. Peserta utamanya adalah presiden Serbia, Slobodan Milošević, presiden Kroasia, Franjo Tuđman, presiden Bosnia, Alija Izetbegović, kepala negosiator Amerika, Richard Holbrooke dan Jenderal Wesley Clark.Persetujuannya ditanda tangani di Paris, Perancis pada 14 Desember. Pembagian politik Bosnia-Herzegovina saat ini dan struktur pemerintahannya merupakan hasil persetujuan dari Perjanjian Dayton.
Hasil perundingan Dayton berisi antara lain sebagai berikut :
1. Bosnia Herzegovina tetap sebagai tunggal secara internasional
2. Ibukota Sarajevo tetap bersatu di bawah federasi muslim Bosnia
3. Penjahat perang seperti yang telah ditetapkan mahkamah internasional tidak boleh memegang jabatan.
4. Pengungsi berhak kembali ke tempatnya
5. Pelaksanaan pemilu menunggu perjanjian Paris
Point perjanjian keempat berhubungan dengan tuduhan bangsa Barat terhadap pasukan Serbia yang telah melakukan tindakan pemusnahan etnis ( genocide ) atau pembersihan etnis ( ethnic cleansing ), terutama etnis Kroasia, etnis Bosnia Herzegovina, dan etnis Albania di Kosovo. Tindakan tersebut dikategorikan sebagai kejahatan perang. Oleh sebab itu, beberapa petinggi militer Yugoslavia harus menghadapi peradilan kejahatan perang di mahkamah internasional bagi bekas Yugoslavia ( International Criminal Tribunal for Former Yugoslavia – ICFY ). Akibat dari perundingan Dayton yang lainnya adalah negara Bosnia Herzegovina terbagi menjadi 2 yaitu Serbia ( 49 % ) dan federasi muslim Kroasia ( 51 % ).

BAB III
KESIMPULAN
Konflik kemanusiaan yang terjadi di Bosnia ini bukan hanya memberikan dampak buruk bagi keadaan sosial kemasyarakatan di negara tersebut. Tetapi juga memberikan dampak psikis yang sangat mempengaruhi psikologi individu masyarakatnya. Saat itu dapat ditemukan pembantaian di mana-mana. Anak-anak kecil harus menyaksikan orang tuanya dibantai didepan matanya. Perlakuan etnis Serbia yang tidak berperikemanusiaan ini menjadikan mereka sebagai penjahat perang.
Konflik ini bukan hanya dimotivasi oleh sistem pembersihan etnis ( ethnic cleansing ). Dapat kita teliti bersama, seperti yang dijelaskan pada bab pembahasan bahwa ada motif lain di balik semua tragedi berdarah ini. Berdasarkan bukti-bukti yang ada, seperti ditemukannya kuburan massal bahkan pengakuan langsung dari Presiden Serbia yang memerintah pada saat itu, motif dari tragedi berdarah ini adalah pembantaian umat muslim.
Akan sangat janggal apabila motif pembantaian ini murni pembantaian etnis karena sebagian besar korbannya adalah warga yang beragama muslim terutama anak-anak dan wanita. Ini berkaitan dengan eksistensi Islam di Eropa yang sangat pesat pada zaman kekhalifahan. Negara-negara Eropa yang mayoritas penduduknya menganut adama Kristen tidak menginginkan adanya suatu negara Islam yang berdaulat di Eropa. Pada zaman kekhalifahan Ottoman, Turki menguasai Eropa banyak warga nonMuslim yang dinomorduakan. Dengan sebab inilah warga Serbia dan negara Eropa lainnya tidak menginginkan lagi berdirinya negara muslim Bosnia di eropa yang akan menggeser eksistensi umat Kristen sebagai warga mayoritas di Eropa.

DAFTAR PUSTAKA
Al Usairy, Ahmad. 2003. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta : Akbar, Media Eka Sarana.
Bill, Yenne dan Eddy Sutrisno. 2002. Buku Pintar 100 Peristiwa yang Membangun Sejarah Dunia. Jakarta : Taramedia dan Restu Agung.
Gayo, Iwan. 1996. Buku Pintar Seri Senior. Jakarta : Upaya Warga Negara.
Thamiend, Nico R. 2003. Tata Negara untuk Kelas 3 SMU. Jakarta : Yudistira
Tim Penyusun. 2003. LKS Sejarah Kelas 3 SMU. Surakarta : Tekad Mandiri
Tim Penyusun. 2003. Tata Negara untuk Kelas 3 SMU Tengah Tahun Kedua. Solo : Cempaka Putih.
www. Google. com / tragedi Bosnia / page 1.
id. wikipedia. org / wiki / Bosnia Herzegovina
www. hidayatullah. com
http : article.gmane.org, gmane.org.regional.ind. mahawarman 1158. Artikel kiriman Rizal Ahmad. www. google.co. id page 3
/@cwi

selengkapnya...

Mitos dari Fundamentalisme Islam di Bosnia


Beberapa ahli teroris berpendapat bahwa ada ancaman Islam meningkat di Bosnia dan bahwa itu adalah fundamentalisme Islam yang menyebabkan perang di Bosnia. Apakah ada kebenaran pernyataan tersebut atau mereka hanya mitos diciptakan oleh nasionalis Serbia dan revisionis meninggalkan tertentu di Barat?

Noel Malcolm, pemerintah terutama tentang sejarah Bosnia dan Herzegovina, telah menulis buku berjudul Sejarah Singkat Bosnia. Dalam pendapat penulis ini, buku Noel Malcolm menawarkan tanpa ragu salah satu account yang seimbang dan komprehensif sebagian besar sejarah daerah ini. Sangat didokumentasikan dengan baik dan cemerlang diteliti, Bosnia sejarah Pendek menjelaskan akar penyebab perang di Bosnia dan mudah menghalau beberapa mitos yang berlaku tentang kebencian etnis kuno di Bosnia sering diajukan oleh banyak komentator Barat. Malcolm menunjukkan dalam bukunya bahwa Muslim Bosnia merupakan salah satu komunitas Islam yang paling sekuler di dunia. pendapat ini didukung oleh fakta bahwa ada sekitar 30% perkawinan campuran di Bosnia sebelum perang dimulai pada tahun 1992. Menurut Malcolm, agama selalu memiliki peran lebih penting bagi kaum Muslim Bosnia dan dianggap oleh mayoritas Muslim Bosnia masalah pribadi. Seperti Malcolm cerdik mengamati: "bagi Muslim pedesaan dan sebagian besar yang perkotaan, menjadi seorang Muslim dikurangi menjadi satu set tradisi budaya: muslim nama, sunat, baklava, dan perayaan Ramadhan Bajram ..." (hal 222) . Tanpa ragu-ragu, Malcolm sangat menolak gagasan bahwa ada ancaman Islam di Bosnia: "berbicara tentang ancaman fundamentalis di Bosnia adalah dalam hal apapun terutama tidak pantas, karena umat Islam Bosnia yang sekarang diantara populasi muslim yang paling sekuler di dunia" (p.221). Meskipun demikian, banyak ahli Barat sering menolak untuk membuat perbedaan antara Muslim Bosnia dan Muslim di dunia Arab (tidak ada yang salah dengan yang terakhir, penulis saat ini hanya berusaha untuk menunjukkan perbedaan nyata antara kedua) , seolah-olah semua Muslim yang homogen. Pemeriksaan lebih dekat menunjukkan bahwa Muslim Bosnia memiliki banyak kesamaan dengan Muslim Arab: mereka tidak berbicara bahasa yang sama, mereka tidak memiliki sejarah yang sama, tradisi dan adat istiadat.
Guru Besar Agama di Haverford College, Michael Sells, berpendapat bahwa persepsi ini sederhana dan sempit Islam yang diblokir intervensi militer di Bosnia:

"penolakan pemerintah Eropa untuk membela baik Bosnia terhadap genosida atau mengizinkan mereka untuk memperoleh senjata untuk membela diri telah sebagian didasarkan pada stereotip tentang Islam "(hal. 122). Menguraikan, Mr Menjual berpendapat bahwa: "pusat dengan stereotipe orientalis adalah kebingungan dalam presentasi Islam antara ketaatan agama dan militansi agama. Sementara beberapa berpendapat bahwa sayap militan Tentara Republik Irlandia mewakili semua umat Katolik yang taat, asosiasi Muslim taat dengan militansi agama tersebar luas "(p.122-123). Jadi keengganan, menulis Menjual, untuk membantu Muslim Bosnia hanya lebih meningkatkan kesenjangan antara Kristen dan dunia Muslim (hal. 124). Sementara Muslim di Srebrenica sedang brutal dibantai oleh pasukan Serbia Bosnia Barat tidak melakukan apa pun untuk mencegah atau untuk menghentikan pembantaian mengerikan di mana 8.000 pria Muslim tewas. Sebagai Zeyno Baran, Direktur Program Keamanan Internasional di Pusat Nixon, benar menunjukkan: "perang di Bosnia, khususnya embargo senjata yang dikenakan pada penduduk Muslim sementara Serbia membantai mereka, menjadi titik balik utama bagi Muslim global kesadaran. Bahkan Muslim sekuler, non-politik marah tentang apa yang mereka anggap sebagai ketidakpedulian Barat terhadap pembunuhan massa-mereka seagama "(The Baltimore Sun, Jul 25, 2005). Juga fakta bahwa dua individu yang paling bertanggung jawab atas pembantaian di Srebrenica Radovan Karadzic dan Ratko Mladic yang masih buron serius merongrong dan mengancam hubungan antara Kristen dan dunia Muslim. Banyak Muslim mungkin bertanya pada diri sendiri pertanyaan yang tak terelakkan: adalah Barat benar-benar menempatkan upaya jujur ke apprehending dan membawa ke pengadilan Karadzic dan Mladic? Ini adalah pertanyaan sah patut dipertimbangkan cukup.
Sekarang, sambil menjaga pikiran ini, mempertimbangkan sebuah buku berjudul Al-Qaida Jihad di Eropa: Jaringan Afghanistan-Bosnia oleh Evan F. Kohlmann. Dalam buku ini, Mr Kohlmann menunjukkan bahwa Muslim Bosnia yang berkolaborasi dengan Muslim Afganistan dalam usaha bersama untuk melepaskan teror belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh dunia Kristen. Untuk mendukung tesisnya, Kohlmann tepat menunjukkan bahwa jumlah signifikan Mujahidins tiba di Bosnia pada tahun 1992 untuk membantu Muslim Bosnia. Apa Mr Kohlmann Namun tidak disebutkan adalah bahwa Muslim Bosnia adalah buruk bersenjata bila dibandingkan dengan agresor Serbia sangat kuat. Serbia Bosnia bersenjata lengkap; mereka memiliki persenjataan canggih (tank, pesawat jet militer dll) dan juga mereka menerima dukungan diplomatik dan militer penuh dari Serbia tetangga. Belum lagi kenyataan banyak unit paramiliter Serbia (Vojislav Seselj's Chetniks, Mirko Jović's White Eagles dan pasukan Arkan's) juga terlibat dalam pembersihan etnis Muslim Bosnia. Menurut Mr Menjual: "keuntungan tentara Serbia di senjata berat selama Bosnia diperkirakan di mana saja 20-1 untuk 100-1" (p.116-117). Noel Malcolm menulis bahwa: "walaupun PBB sendiri diakui Bosnia dan mengakui itu sebagai anggota-negara yang berbeda dan terpisah dari Yugoslavia pada tanggal 22 Mei 1992, itu terus menerapkan embargo seolah-olah tidak ada yang berubah. Tentu saja terus menerapkannya ke Serbia juga, tetapi Serbia diadakan sebagian besar tumpukan mantan tentara federal, dan memiliki industri persenjataan besar sendiri "(p.243).
Dalam bukunya, Mr Kohlmann juga gagal lagi fakta bahwa relawan Yunani dan Rusia yang datang ke Bosnia untuk membantu agresor Serbia-Bosnia sudah bersenjata lengkap. Mr Menjual menegaskan bahwa fakta ini hanya memperoleh sedikit perhatian di media Barat. Saya setuju dengan Mr Menjual bahwa tidak ada keraguan bahwa fundamentalisme Islam sering membuat berita utama di media sementara fundamentalisme Kristen jarang jika pernah menerima pertanggungan sama sekali. Selama perang di Bosnia, Ortodoks imam berkali-kali mendorong pembersihan etnis Muslim Bosnia. Menurut Menjual: "dalam sebuah biara Ortodoks dekat Sarajevo, seorang pendeta Serbia memberkati pengikut panglima perang Vojislav Seselj etno-fasis, setelah nama-nama kota yang terkait dengan kekejaman terburuk terhadap Muslim dibacakan dalam kemenangan" (p 80) . Menguraikan, Menjual lebih lanjut menulis: "masjid Trebinje's 500 tahun dan bangunan Turki-gaya elegan dan yang dibakar penduduk Muslim tewas dan dikeluarkan segera setelah perayaan hari raya St Sava, pendiri Gereja Serbia. Mirko Jović, pemimpin regu teror Eagles Putih, menyerukan "Kristen, Ortodoks Serbia tanpa muslim dan tidak kafir" (p.80). Menjual juga menganalisis literatur Serbia menunjukkan pandangan yang stereotip dan prasangka dari Bosnia Muslim, pandangan yang tentu saja tidak memiliki dasar fakta. Misalnya, buku-buku oleh penulis yang sangat populer Serbia Vuk Draskovic dan Petar Petrovic Njegos banyak mengandung unsur propaganda anti-Islam kejam. Bahkan Serbia psikiater telah membuat beberapa pernyataan aneh dan absurd tentang Muslim. Jovan Raskovic, seorang psikiater terkenal Serbia, sampai pada kesimpulan bahwa umat Islam memiliki fiksasi "erotis dubur" dan bahwa mereka yang materialistis dan serakah. Raskovic kesimpulan tentang Kroasia sama-sama membingungkan dan masuk akal, dalam pendapat Raskovic's, Kroasia takut segalanya. Mengenai Serbia, Raskovic dipuji mereka untuk keberanian mereka karena hanya orang-orang Serbia secara efektif telah ditangani dengan kompleks Oedipus. Ini tetap menjadi misteri bagaimana orang seperti s Raskovic bisa dianggap seorang psikiater yang serius dan dihormati. Jika orang-orang Serbia percaya ini omong kosong belaka dan ternyata banyak melakukannya, maka tidak sulit untuk melacak asal Islamofobia yang masih sangat banyak hadir di masyarakat Serbia. Pada kenyataannya, ini adalah bagaimana Anda membenarkan genosida: Anda mulai menyebarkan kebohongan setan dan salah informasi tentang musuh Anda kotor. Kemudian Anda menyewa "ahli" untuk membuktikan ini disebut "kebenaran". Apa orang yang lebih baik untuk memverifikasi ini "kebenaran" dari psikiater dihormati?
Untuk memahami akar penyebab perang di Bosnia sangat penting untuk melihat ke dalam ini propaganda anti-Islam yang sangat canggih dan rumit. Tidak ada keraguan bahwa propaganda ini telah memainkan peran penting jika tidak kritis dalam memungkinkan dan membenarkan genosida Muslim Bosnia. Dalam Cinta Mu Tetangga, Peter Maass menjelaskan bagaimana berbahaya propagandis Serbia melakukan apa saja untuk menggambarkan Muslim Bosnia sebagai fundamentalis Islam yang tujuannya selalu menjadi pembentukan negara Islam di Bosnia. Berikut adalah apa Maass menulis tentang satu film propaganda Serbia: "jika ada Academy Award untuk yang paling kejam, Goriest Film Propaganda, maka Serbia akan menang, tangan ke bawah" (p.88).

Beberapa pengamat Barat telah menegaskan bahwa perang di Bosnia adalah hasil dari etnis kuno berusaha dan ketidakmampuan Muslim dan Kristen hidup berdampingan secara damai. Tentu saja, penjelasan ini adalah keliru mencolok dari fakta-fakta, sebagai buku Noel Malcolm telah begitu jelas ditunjukkan. Para ahli Barat yang sama entah bagaimana selalu cenderung mengabaikan pentingnya perjanjian rahasia antara Milosevic dan Tudjman untuk membagi Bosnia antara mereka. Tak perlu dikatakan, untuk mewujudkan tujuan ini mereka harus baik mengusir atau memusnahkan penduduk Muslim Bosnia. Sebagai Chuck Sudetic menunjukkan dalam bukunya Darah dan pembalasan: "perang di Bosnia harus disajikan sebagai perang saudara, perang etnis, perang agama, gempa terbaru di sepanjang garis patahan yang tidak stabil budaya, sebuah perjuangan umur berusia antara Kristen dan Islam, apa tapi apa itu: merebut tanah yang dikelola dari Beograd dengan bantuan dari Zagreb "(p.128). Itulah apa itu.
/@cwi

selengkapnya...

Tragedi kemanusiaan Bosnia

Latar belakang


Peristiwa di Srebrenica menandai klimaks dari perang di Bosnia-Herzegovina, yang medan tempur yang paling kejam dan genosida dalam konflik Balkan. Konflik di Bosnia-Herzegovina mulai tahun 1992 dan menampilkan kekejaman genosida dan gendercidal largescale dari yang pertama. Ini ditangani dengan studi kasus Bosnia terpisah. Salah satu pembantaian terbesar bagian awal perang berlangsung di gimnasium di desa Bratunac pada April 1992, ketika diperkirakan 350 pria Muslim Bosnia disiksa sampai mati dan dibantai oleh paramiliter Serbia dan polisi khusus. Bratunac terletak tepat di luar Srebrenica, dan sekali lagi akan berfungsi sebagai tanah membunuh ketika kota itu jatuh ke tangan pasukan Serbia Bosnia pada bulan Juli 1995.

headline Srebrenica (Foto, 9k) Meskipun Serbia menyita Bratunac, mereka tidak dapat mengambil Srebrenica itu sendiri. Kota ini dipertahankan oleh Naser Oric, seorang tokoh Rambo-seperti yang pasukannya (dan terkait regu torbari sipil, atau orang tas "") yang dijatuhkan sejumlah kekejaman yang lebih kecil di desa-desa Serbia di sekitar kantong Srebrenica. Akhirnya, pada bulan April 1993, pasukan Serbia ditutup pada akhir untuk menghancurkan kota dan pasukan Oric's. Jenderal Serbia Ratko Mladic jelas-jelas bahwa dia memegang dendam khusus terhadap kaum laki-laki dari Srebrenica, bersenjata atau tidak bersenjata. Dalam adegan-adegan yang mencekam perhatian dunia, ratusan perempuan dan anak-anak diungsikan dari Srebrenica sebelum mengencangkan tali Serbia dan mematikan semua aliran pengungsi. Nasib kota mendorong masyarakat internasional untuk menyatakan Srebrenica salah satu dari lima "wilayah yang aman" di Bosnia (yang lain Zepa, Gorazde, Tuzla, Sarajevo, dan Bihac di Bosnia barat laut). Arti istilah area ambigu "aman" tidak pernah didefinisikan dengan baik, dan kekuatan yang memadai tidak pernah berkomitmen untuk memastikan keselamatan penduduk Bosnia. Seperti kejadian di Srebrenica dua tahun kemudian begitu muram menunjukkan, "kondisi wilayah yang aman adalah di antara tempat-tempat yang paling sangat tidak aman di dunia" (Silber dan Little, Kematian Yugoslavia, hal 274.)



Srebrenica headlines.In Juni 1995, pasukan Serbia Bosnia, mendorong resolusi ke anomali "etnis" dari daerah kantong Muslim, ditutup jerat mereka di sekitar Srebrenica dan "daerah lain aman." Di Srebrenica, kepanikan massa memegang penduduk sipil. Perempuan dan anak-anak berkumpul di dasar Potocari PBB, bersama dengan sekitar 1.700 orang, sementara sebagian besar usia "-pertempuran" laki-laki - kebanyakan bersenjata non-kombatan - turun ke bukit dalam sebuah upaya putus asa untuk melarikan diri ke Muslim-diadakan wilayah ke barat. Pada Potocari, pasukan Belanda tanpa perlawanan Serbia memungkinkan akses ke kamp dan pengungsi yang mereka pegang. Kemudian, pada hari berikutnya - Juli 11 - 1700 beberapa orang, tidak proporsional orang tua dan lemah, dipisahkan dari perempuan dan anak-anak. Para penjaga perdamaian "berdiri inci dari tentara Serbia yang memisahkan laki-laki Muslim, satu per satu, dari keluarga mereka" (Sudetic, Darah dan Pembalasan, hal 306). Pada perintah Serbia, Belanda menyusun registri dari 242 orang Bosnia yang tersisa di kamp itu, sekali lagi sebagian besar lanjut usia dan lemah. Lalu mereka menyerahkan orang ke Serbia. Tak satu pun dari 242 orang diketahui telah selamat. Anak-anak dan perempuan bused, dengan pengecualian terisolasi, untuk keselamatan di Tuzla. Pria, hampir tanpa kecuali, telah dibawa pergi ke kematian mereka. (Catatan: Sumber-sumber lain menyebutkan 239 sebagai jumlah orang yang namanya tercantum pada daftar; untuk account dari total 242 bagaimana akhirnya tiba di, lihat surat dari Hasan Nuhanovic diposting ke situs web Perempuan Srebrenica. Surat tersebut juga memberikan harrowingly rinci rekening pemisahan laki-laki dan anak laki-laki dari sisa penduduk di markas PBB, dan keterlibatan Belanda terang-terangan dalam proses Berkat Kate Myers untuk membawa sumber ini untuk perhatian kita..)

Banyak dari orang-orang itu tewas dalam gimnasium sekolah di Bratunac yang sudah menjabat sebagai situs gendercidal pembantaian dalam perang Bosnia. Banyak ratusan lebih dibantai di sebuah lapangan sepakbola dekat Nova Kasaba, tanah membunuh terburuk pembantaian lima hari. Human Rights Watch mencatat kesaksian seorang saksi mata pembantaian di Nova gendercidal Kasaba. Serbia, katanya,

Muslim yang memilih mereka baik tahu tentang atau tahu, menginterogasi mereka dan membuat mereka menggali lubang. ... Pada hari pertama kami, Cetniks [Serbia] menewaskan sekitar 500 orang [orang]. Mereka hanya akan garis mereka dan menembak mereka ke dalam lubang. Yang kurang lebih seratus orang yang mereka diinterogasi dan yang telah menggali kuburan massa kemudian harus mengisi mereka masuk Pada akhir hari, mereka diperintahkan untuk menggali lubang untuk diri mereka sendiri dan berbaris di depannya. ... T [] hei ditembak ke dalam kuburan massal. ... Di waktu fajar, ... [Sebuah buldoser] tiba dan menggali lubang ..., dan dikubur sekitar 400 orang hidup. Orang-orang itu dikelilingi oleh Cetniks: siapa pun yang mencoba melarikan diri ditembak "(Dikutip dalam Markus Danner.," The Killing Fields Bosnia ", New York Review of Books, 24 September 1998.)

Sejumlah besar orang yang telah berusaha melarikan diri melalui bukit-bukit untuk Tuzla adalah dikutuk juga. Komandan Serbia Bosnia, Jenderal Radivoj Krstic, dalam transmisi radio dicegat oleh penyadap Barat, mengatakan kepada pasukannya: "Anda harus membunuh semua orang Kita tidak butuh orang hidup.." (Mark Danner, "Bosnia: The Great Pengkhianatan", New York Review of Books, 26 Maret 1998.) Serbia pasukan mengambil kesenangan khusus dalam mengisolasi pohon di mana orang-orang itu berusaha bersembunyi, dan riddling mereka dengan pecahan peluru dari senjata anti-pesawat.

Peta perjalanan pembantaian Srebrenica.

Terjebak di perbukitan dibom Serbia, tidur dan haus-gila, pria menyerah pada halusinasi, paranoia, dan putus asa. "The jiwa laki-laki pecah. Muslim mengira Muslim lainnya untuk penyusup Mereka melemparkan granat tangan dan. Menembak otomatis mereka satu sama lain. ... Pria menembak dirinya berharap Serbia akan menunjukkan belas kasihan terluka" (Sudetic, Darah dan Pembalasan, p 301).. Banyak bunuh diri. Ribuan akhirnya menyerah kepada pasukan Serbia di sepanjang "Cincin Besi," yang memikat mereka dengan melihat kendaraan PBB ditangkap dan janji-janji dari bagian yang aman. Semua yang tertangkap dibawa ke ladang di dekatnya dan gudang, dieksekusi, dan dimakamkan di kuburan massal.

Meringkas bencana pada tahun 1997, David Rohde - yang sebagai wartawan dengan Christian Science Monitor memenangkan Hadiah Pulitzer untuk mengungkap kuburan massal pertama di Srebrenica - menawarkan kritik pedas dari selang moral pada bagian area "aman itu" wali dugaan: "Masyarakat internasional sebagian dilucuti ribuan orang, mereka berjanji mereka akan dijaga dan kemudian dikirim ke musuh bebuyutan mereka. Srebrenica bukanlah sekadar kasus oleh masyarakat internasional berdiri sebagai kekejaman yang jauh itu dilakukan. The tindakan masyarakat internasional didorong, dibantu, dan berani para algojo. ... Kejatuhan Srebrenica tidak perlu terjadi Ada tidak perlu untuk ribuan tengkorak yang akan berserakan di Bosnia timur.. Tidak perlu untuk ribuan Muslim anak-anak akan dibangkitkan pada cerita-cerita nenek moyang mereka, kakek, paman dan saudara-saudara dibantai oleh Serbia. " (Rohde, Endgame, hal 351,. 353.)

Berapa banyak yang mati?

Palang Merah daftar 7.079 meninggal dan hilang di Srebrenica. perkiraan lain berkisar setinggi 8.000 atau 10.000. David Rohde mencatat bahwa pembantaian itu "menyumbang persentase yang menakjubkan dari jumlah yang hilang" dari konflik Balkan brutal secara keseluruhan. "Dari 18.406 Muslim, Serbia dan Kroasia dilaporkan masih hilang ... pada Januari 1997, 7.079 orang [] orang-orang yang menghilang setelah jatuhnya Srebrenica. Dengan kata lain, sekitar 38 persen dari perang yang hilang dari Srebrenica." Menurut standar apa pun, itu adalah salah satu tindakan terburuk dan paling terkonsentrasi gendercide di era pasca Perang Dunia II - dan pembantaian terburuk apapun di Eropa selama lima puluh tahun.

Siapa yang bertanggung jawab?

Chuck Sudetic menulis tentang pembantaian Srebrenica bahwa "orang-orang yang melakukan eksekusi dilaporkan di bawah perintah yang diturunkan oleh Jenderal [Ratko] Mladic dan Radislav Krstic, seorang kolonel di tentara Bosnia yang dipromosikan untuk umum dan bernama panglima tentara Drina korps oleh Mladic dalam beberapa hari pembunuhan. Di antara unit yang mengambil bagian dalam pembunuhan adalah Komando Kesepuluh skuad, yang jawab langsung ke kantor pusat Mladic's ... Pria dari Srebrenica, Bratunac, Kravica, milii, Visegrád, Bajina Basta, Loznica, Zvornik, dan kota-kota lain juga berpartisipasi. " (Sudetic, Darah dan Pembalasan, hlm 317-18..)

Ratko Mladic dan Radovan Karadzic.In 1996, Pengadilan Kriminal Internasional dan Krstic Mladic didakwa atas kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan di Srebrenica. Bergabung dengan mereka pada daftar penjahat perang didakwa-adalah Radovan Karadzic, pemimpin "gadungan" Republika Srpska atau wilayah yang dikuasai Serbia di Bosnia. Karadzic sangat erat terlibat dalam perencanaan Endgame "" dalam perang Bosnia, yang Srebrenica adalah untuk melayani sebagai bermata. Pada bulan Juli 1999, Majelis menemukan bahwa para pembunuh massal telah beroperasi di bawah "rantai komando militer langsung" dari Beograd dan Presiden Serbia, Slobodan Milosevic. Untuk pertama kalinya, Majelis perang Bosnia didefinisikan sebagai "sebuah konflik internasional," mengakui kemerdekaan Bosnia baik dan agresi Serbia. Sampai sekarang, Namun, Milosevic tetap unindicted untuk kekejaman dia diarahkan di Bosnia.

PBB harus bahu bagian besar tanggung jawab karena membiarkan pembantaian itu berlangsung di bawah hidung pasukannya. Pada bulan November 1999, PBB mengeluarkan laporan yang sangat kritis pada diri sendiri kinerja, yang menyatakan bahwa "Melalui kesalahan, salah pikiran dan ketidakmampuan untuk mengenali ruang lingkup kejahatan yang kita hadapi, kita gagal untuk melakukan bagian kita untuk menyelamatkan bangsa dari Srebrenica dari Serbia kampanye pembunuhan massal. " (Lihat Crossette Barbara, "PBB Rincian Kegagalannya untuk Stop Pembantaian Bosnia '95", The New York Times, 16 November 1999.)

Dan kesalahan pasti meluas ke negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa - mungkin khususnya kepada anggota yang paling kuat, Amerika Serikat. Sebagai majalah Economist mencatat,

The [versi menerima peristiwa] ... adalah bahwa Bill Clinton dan Al Gore berjanji untuk "bom Serbia" dan mengakhiri perang ketika mereka terkejut mengetahui bahwa ribuan Muslim telah dibantai di Srebrenica. Tapi, pembaca tidak bisa membantu meminta, berita ini pembantaian yang akan datang - yang terburuk di Eropa sejak tahun 1945 - benar-benar tidak tersedia untuk dua tokoh Amerika yang paling kuat terlebih dahulu?

Pada tahap awal perang Bosnia, ketika Muslim benteng seperti Gorazde atau Bihac sudah di ambang jatuh, Amerika telah bekerja (tanpa janji pasukan darat) untuk menggalang sekutu-sekutunya - bersikeras bahwa pertempuran-rencana disusun, dan ancaman pengeboman dikeluarkan, sehingga memperingatkan dari Serbia. Namun pada hari-hari terakhir dan jam dari uang muka pada Srebrenica, yang intelijen Amerika bisa memantau secara ketat, Washington jatuh anehnya diam. Srebrenica jatuh sebagaimana mestinya, dengan konsekuensi yang tak terkatakan dalam istilah manusia, tetapi tidak nyaman diplomatis.

Mungkin ini konspirasi untuk menganggap bahwa reaksi lambat Amerika untuk Srebrenica tercermin perhitungan bukan kelalaian. Tapi pertanyaan kebutuhan meminta ... (Out "Di dalam," The Economist, 8 September, 2001).

setelah itu

Perempuan dari Srebrenica. investigasi ekstensif forensik dari situs pembantaian Srebrenica sejauh ini telah muncul sekitar 3.000 mayat. Hanya beberapa telah berhasil diidentifikasi. Mereka yang diadakan pada peringatan gabungan dan kamar mayat di Tuzla (lihat foto di bagian atas halaman ini). Para tim forensik yang bekerja di Srebrenica dan situs Vukovar berkumpul pengalaman penting dalam penggalian kuburan mereka, dan mampu menggunakan ketrampilan mereka baru dalam gendercide Kosovo empat tahun kemudian. (Lihat Stover dan Peress, The Graves: Srebrenica dan Vukovar.)

Memori Srebrenica orang itu tetap hidup oleh kaum wanita mereka. Mereka menyerbu kantor Palang Merah di Tuzla pada awal 1996 untuk memprotes penyelidikan terhenti ke nasib orang hilang mereka, dan melakukannya lagi pada ulang tahun keempat dari pembantaian pada tahun 1999. Terorganisir sebagai "Perempuan Srebrenica," mereka telah baru-baru ini meluncurkan situs mereka sendiri (www.srebrenica.org). Daftar kelompok menuntut primer berbunyi sebagai berikut:

* Fakta penuh Srebrenica harus diungkapkan dan dipublikasikan.
* Semua kuburan harus digali dan mayat diidentifikasi tanpa penundaan.
* Setiap korban Srebrenica ditahan di Republika [Srpska Bosnia wilayah Serbia] atau Republik Federal Yugoslavia harus segera dilepaskan.
* Orang-orang dari Srebrenica harus diaktifkan untuk kembali ke rumah mereka.
* Harus ada penyelidikan internasional penuh & terbuka ke dalam kegagalan PBB untuk melindungi Area Aman Srebrenica.
* Semua didakwa dan diduga penjahat perang, termasuk Radovan Karadzic, Ratko Mladic dan Slobodan Milosevic, dan semua orang terlibat dengan genosida, harus ditangkap dan dibawa ke pengadilan.


quote1.jpgIn Spring 2000, Jenderal Radislav Krstic, "Bosnia Serbia peringkat tertinggi komandan sebelum pengadilan Kejahatan Perang PBB di Den Haag," berdiri sidang untuk kekejaman genosida di Srebrenica. (Lihat "penjaga Memberitahukan dari Serbia Pembantaian", The Sydney Morning Herald, 8 April, 2000) Pada bulan Agustus 2001., Krstic dinyatakan bersalah dan dihukum 46 tahun penjara.

Pada bulan Maret 2003, 600 korban pertama diidentifikasi pembantaian Srebrenica itu kembali ke kota dan dikuburkan dalam sebuah upacara yang kuat /@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |