Basis theologi dialog antar-agama (jilid.2)

Kalimat sawa' itu sendiri sebagaimana dijelaskan QS. 3: 64 adalah pengakuan akan kemaha tunggalan Allah SWT yg tidak ada sekutu baginya. Maka Alquran mengingatkan pelanggaran ahli kitab mengenai hal tersebut dalam beberapa ayat, diantaranya:

"Wahai ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan thp Allah kecuali yg benar. Sesungguhnya Al-Masih, Isa putra Maryim itu, adalah utusan Allah dan (yg diciptakan dengan) kalimat-Nya yg disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dg tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rosul-rosul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Tuhan Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak. Segala yg dilangit dan dibumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi pemelihara." (QS. 4: 171)





dan dalam surat Al-Maidah dinyatakan dg tegas bahwa semua itu adalah bentuk kekufuran (pembangkangan) kepada Allah SWT. (QS.5: 72-75).

Kalimat sawa' lainnya, sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat sesudahnya, adalah keimanan kepada setiap rosul dan kitab yg dikirimkan Allah SWT, termasuk diantaranya keimanan kepada Muhammad SAW.



Dari itu jelaslah bahwa sikap Alquran dakam hal konsep formal theologis tegas, tanpa kompromi. Tetap menjelaskan secara 'qath'i mana yg benar dan mana yg salah. Untuk kemudian didialogkan dg Ahli Kitab, tentunya dg cara yg 'hiya ahsan; paling baik. Jadi, walau prinsip toleran dibangun oleh Islam dalam interaksi umat antar agama, tetap saja konsep pormal teologinya tidak diubah menjadi pluralis. Semua pihak, khususnya Ahli Kitab, dipersilahkan mengambil sikap sesuai dg kehendaknya sendiri. Karena yg benar telah jelas, dan yg salahpun telah jelas. Dan kedua-duanyapun telah dijelaskan Allah dg sejelas-jelasnya:

"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yg benar daripada jalan yg sesat. Karena itu barang siapa yg ingkar kepada 'Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia berpegang teguh kepada bahul tali yg amat kuat yg tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS.2: 256)

Konsepsi Iman dan Amal Shalih
Dengan kerangka seperti itu; menerima toleransi dan menolak pluralisme, maka konsepsi iman kepada Allah dan hari Akhir, beserta amal shalihnya sebagaimana ditegaskan QS.2: 62 dan 5:69, tidak perlu lg dipertentangan dg ayat-ayat diatas. Jgn lagi berasumsi bahwa Islam, Yahudi dan Kristen sama-sama akan masuk surga asalkan cukup beriman kepada Allah, hari akhir, dan beramal Shalih saja. Karena pertanyaannya: "Apakah umat yg menyekutukan Allah dan menolak kenabiannya Muhammad SAW juga kitab Alquran, bisa dikategorikan beriman kepada Allah dan beramal shalih?" jawabannya tentu tidak. Karena jika benar beriman kepada Allah, pasti semua titahnya akan dipenuhi, termasuk beriman kepada nabi Muhammad SAW dan Alquran. Karena juga jika benar beramal shalih, pasti mereka akan mengamalkan apa yg telah dititah Allah, termasuk mentaati Nabi Muhammad SAW dan Alquran.

At-thabari dalam hal ini menjelaskan:
Adapun iman Yahudi, Nasrani dan Shabi'in yg dimaksud adalah membenarkan Muhammad SAW dan apa yg dibawanya. Maka, siapa saja diantara mereka yg beriman kepada Muhammad, pada apa yg dibawanya, dan hari akhir, ia juga beramal shalih, seraya tidak mengubah ajarannya sampai ia meninggal, maka ia akan mendapatkan pahala amalannya disisi Rabbnya sebagaimana dijelaskan oleh-Nya.

Sementara Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini (QS.2: 62) diturunkan berkaitan dg pujian Salman Al-Farisi thp orang Nasrani yg suka Shalat, Shaum, dan beriman kepada kenabian Muhammad SAW, laku dinyatakan oleh Nabi SAW: "Mereka penghuni neraka." Waktu itu Rosulullah menjelaskan bahwa keimanan Yahudi kepada Nabi Musa dan Taurat diterima sepanjang nabi Isa belum hadir. Tapi ketika Nabi Isa sudah hadir maka haruslah mengikuti ajaran Nabi Isa. Jika tidak, kana halikan (ia binasa), demikian di tegaskan Rosulullah SAW. Hal yg sama juga berlaku bagi orang Nasrani selama Nabi Muhammad belum datang. Tapi ketika Nabi SAW sudah datang, dan ia tidak mengikuti ajarannya, maka kana halikan. Penafsiran serupa jg dinyatakan oleh al-Alusi dalam kitab tarfsirnya "Ruh al-Ma'ani".

Adapun al-Maraghi, berkaitan dg QS.2: 62 tersebut menjelaskan:
Sesungguhnya orang mukmin, apabila ia tetap pada dalam keimanannya dan tidak menggantinya, demikian juga orang Yahudi, Nashrani, dan Shabi'i, apabila mereka beriman kepada Muhammad SAW, apa yg dibawanya (Alquran), dan hari Akhir, juga mengamalkan kesalihan, tidak mengubahnya sampai mereka meninggal dalam keadaan seperti itu, maka bagi mereka pahala amal mereka ada di sisi Tuhan mereka, tidak akan ada takut atas mereka, dan tidak akan pula mereka ditimpa kesedihan.

Dan Syeikh Muhammad Rasyid Ridla menafsirkan QS Al-Maidah: 69 sebagai berikut:
Letak korelasi ayat ini dg ayat sebelum dan sesudahnya adalah penjelasan bahwa Ahli Kitab tidak menegakan Agama Allah, tidak pula menegakan apa yg telah dibebankan Allah kepada mereka, baik yg persialnya atau yg pokoknya. Mereka tidak menjaga nash-nash kitab secara keseluruhan, berani meninggalkannya secara sembunyi-sembunyi, mereka tidak beriman kepad Allah dan hari akhir dalam bentuk keimanan seperti para pendahulu mereka yg shalih, dan tidak beramal shalih seperti para pendahulu mereka itu./next

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |