Oleh : Riska Casassi
“Kakaaakkk ….” teriak Dita mengagetkanku yang sedari tadi sedang melamun di kamar.

“Dita, masuk kamar nggak ngucapin salam malah ngagetin kakak.”

“Yee lagian siapa suruh ngelamun,” jawabnya dengan cengengesan. “Kak, tadi aku pulangnya diboncengin Faris lho,” ujarnya bersemangat.

“Sudah berapa kali kakak bilang sih, Dit? Jangan pacaran!”

Ah, Dita. Dia adikku satu-satunya. Dan aku pun kakak satu-satunya bagi dia. Kita bisa jadi sahabat, sekaligus lawan berdebat. Dia yang baru berusia tujuh belas tahun, empat tahun lebih muda dariku, memang lagi masa-masanya terkena virus merah jambu.

“Tapi Dita pacaran nggak ngapa-ngapain kok, Kak Syifa,” jawabnya mengelak.

“Kok tadi boncengan segala? Lagipula, kakak sudah pernah ngasih tahu kan. Zina itu bermacam-macam. Laa taqrobuzzina. Jangan dekati Zina, Dit.”

“Iya Dita tahu, Kak.” Wajah yang tadinya ceria kini merengut. Dia sebenarnya anak yang penurut, tapi masih labil juga. Hmm, abegeh.

“Putusin, Dita!”

“Kak? Tapi Faris sholeh kok.”

“Kalau dia sholeh, nggak mungkin mau pacaran. Ada-ada saja kamu ini.” Rasanya geregetan juga, tapi aku harus sabar. Dita masih membutuhkan bimbingan. Takkan kubiarkan dia terus-terusan dalam pergaulan dengan lawan jenis yang bukan mahram itu. 


 “Eumm, oh iya, Kak. Faris itu rajin puasa sunnah lho.”

“Bukannya salah satu fungsi puasa itu untuk menahan hawa nafsu? Kenapa dia masih pacaran?” Aku yang sedari tadi duduk di depan meja belajar, kini berpindah di ranjang. Mendekati Dita yang masih mengenakan seragamnya. Lalu mencoba berbicara lagi dengannya, duduk berhadap-hadapan. “Apa lagi yang kamu banggakan dari dia, Dit?”

“Dia rajin sholat dan ngaji, Kak. Kayaknya dia calon imam yang cocok untuk Dita. Kita pacarannya islami kok.”

“Hahaha ….”

“Kok Kak Syifa malah ketawa sih?”

“Hehe lucu aja. Gini, Dit. Shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar. Bukan malah mendekati perbuatan yang dilarang Allah. Kalau dia rajin ngaji, tanyakan sudah sampaikah pada ayat yang melarang untuk mendekati zina?” Aku menjelaskan sambil menatap wajahnya, sementara ia hanya menunduk. “Dit, nggak ada yang namanya pacaran islami, pacaran syar’i, sebelum akad nikah.”

“Ta-pi …, Kak,” ucapnya terbata-bata.

Aku segera merangkulnya, “Putusin, ya. Kalian masih SMA, masih banyak cita-cita yang belum tercapai. Lebih baik fokus dulu sama pendidikan. Sambil memperbaiki diri. Kalaupun jodoh, pasti akan dipertemukan kembali. Kalaupun tidak, nanti akan dipertemukan dengan yang lebih baik lagi.” Kudengar ia terisak, “Cukuplah Allah menjadi satu-satunya kekasih, Dit.”

Kulepaskan rangkulannya, lalu menghapus air mata yang telah membasahi wajah Dita.
“Makasih ya, Kak. Sudah jadi kakak yang baik buat Dita.”

“Maaf ya, Dit, kalau kakak banyak aturan. Tapi itu aturan dari Allah langsung kok, bukan dari kakak. Kak Syifa hanya menyampaikan. Karena Kak Syifa sayang Dita karena Allah.”

“Dita juga sayaaang Kak Syifa karena Allah,” lalu dipeluknya lagi tubuhku.
Tak terasa hari sudah sore. Adzan Ashar pun sudah berkumandang.

“Sudah ah, sana kamu mandi terus sholat ashar. Bau tau, wekk,” ucapku sambil meledek. Lalu dia cengengesan dan langsung lari ke kamarnya untuk siap-siap sholat ashar. Aku pun segera merapikan kamar, dan berangkat ke musholla.




. /@cwi

selengkapnya...

Pengkhianat Peradaban

Hari itu, hari Jum’at. Seharusnya menjadi hari yang baik bagi muslimin. Tepatnya tanggal 7 Shafar 656 H. Kota Baghdad, pusat peradaban dunia terbesar masa itu. Ibukota Khilafah Abbasiyyah yang telah 5 abad memakmurkan bumi ini dengan peradaban dan ilmu. Hari Jum’at itu justru puncak kehancuran wilayah khilafah dan akhir dari keseluruhan kebesaran. Untuk selamanya. Hulaghu Khan pemimpin pasukan Mongolia hari itu datang masuk ke dalam istana Khilafah terakhir Abbasiyyah, Musta’shim billah. Dia datang beserta istrinya dan para pengawalnya. Seluruh elemen kekhilafahan telah lumpuh. Khalifah sudah menyerah. Hulaghu meminta Musta’shim menunjukkan semua simpanan kekayaan di istananya. Dengan sangat hina, Musta’shim menunjukkan semua kekayaannya dalam istana. Kemudian Hulaghu membagikan perhiasan dan kekayaan itu kepada istrinya dan para pengawal dekatnya. Sudah satu minggu, Kota Baghdad dihancurkan dari berbagai sudutnya. Musibah kemanusiaan yang tidak mengenal satu kecap pun kata kasihan. Begitulah kekejaman pasukan Mongolia. Tembok kota dihancurkan. Setiap yang datang dibunuh. 
Setiap yang menyerah pun dibunuh. Pembunuhan besar-besar itu disaksikan oleh Sungai Dijlah. 3 hari Sungai Dijlah berwarna merah darah. Juga jalanan Kota Baghdad. Banjir darah. Anak-anak dan wanita memohon belas kasihan di bawah kuda-kuda pasukan Mongolia untuk dimaafkan dan agar tidak dibunuh, dengan al-Qur’an di tangan-tangan mereka.
 Tetapi kuda-kuda Mongol menginjak-injak semuanya. Diinjak-injak tanpa secuil pun rasa kasihan. Sebelum akhirnya pedang-pedang pun, mereka ayunkan kepada setiap anak dan wanita. Mereka yang sakit terbaring di rumah sakit tidak luput merasakan kekejaman yang belum pernah disaksikan oleh kekejaman bangsa manapun. Tidak ada satupun yang selamat. Semuanya harus mengakhiri ajalnya di ujung pedang Mongolia. 

Satu minggu itu, setidaknya 400.000 nyawa melayang. Termasuk khalifah Musta’shim dan seluruh anak serta kerabatnya. Bukan hanya pembantaian muslimin. Peradaban yang dibangun berabad-abad, ilmu yang menerangi dunia juga ikut dihancurkan. Lagi-lagi Sungai Dijlah menjadi saksi bisu. Pasukan Mongolia menyeberang sungai Dijlah dengan menggunakan tumpukan buku. Kuda-kuda Mongol menginjak-injak buku-buku ilmu. Masjid-masjid diruntuhkan. 

Rendah sekali syahwat Mongolia, yaitu mengambili pernik-pernik masjid yang terbuat dari emas di kubah-kubahnya. Istana-istana juga dihancurkan untuk dirampas semua kekayaan berupa harta benda dan perhiasan. Kota dibakar. Gedung, masjid, perpustakaan, istana, rumah sakit. Kehancuran total. Hulaghu Khan akhirnya menghentikan pembunuhan. Penghentian itu dikarenakan bau anyir darah dan bekas puing-puing penghancuran dan pembakaran menyebabkan polusi dan penyebaran wabah penyakit. Hulaghu mengkhawatirkan kesehatan pasukannya, sehingga dia memerintahkan penguburan mayat manusia dan binatang. Dan Baghdad pun hancur lebur. Pusat kebesaran Islam itu. Ibukota Khilafah Abbasiyyah itu. Khilafah Abbasiyyah diakhiri dengan cara yang sangat mengiris-iris hati. Baghdad dihabisi dengan cara yang sangat mudah. Kebesaran itu runtuh dengan begitu sederhana. Tidak ada kota sebegitu mudah diruntuhkan, semudah Baghdad. 

 La haula wa quwwata illa billah… Innalillah wa inna ilahi raji’un… 


 Seharusnya Baghad tidak runtuh. Semestinya Khilafah Abbasiyyah tidak hilang. Kalau tidak muncul pengkhianat besar di tubuh kekhilafahan. Kalau saja tidak ada pengkhianat umat. Muayyaduddin Ibnul ‘Alqami. Nama pengkhianat yang hingga akhir zaman akan selalu disebut dalam sejarah Islam sebagai pengkhianat peradaban, pengkhianat umat. Ibnul ‘Alqami bukan sembarang orang. Dia adalah perdana menteri di kekhilafahan Abbasiyyah. Sebelum pengkhianatan Ibnul ‘Alqami, sesungguhnya para amir wilayah sekitar Baghdad telah lebih dahulu menjadi pengkhianat umat. Mereka bersatu dan bersedia bahkan ada yang berangkat sendiri untuk membantu pasukan Mongolia menghancurkan muslimin sendiri. Tetapi puncak semua pengkhianatan itu adalah tokoh terdekat dengan pusat. Di Kota Baghdad yang dikenal kuat. Ibnul ‘Alqami diam-diam membangun hubungan haram dengan Hulaghu. Pengkhianat umat itu menjual Baghdad dengan tukaran di antaranya adalah jabatan jika Hulaghu berhasil menguasai Baghdad. Rencana demi rencana jahat dilakukannya. Sementara khalifah asyik menikmati goyangan artis dan berpesta pora. Begitulah. Dan sejarah pun mengulang dirinya. Andalus mempunyai kisah yang mirip.
 Karena memang sejarah selalu sama di zaman manapun. Kota terakhir yang masih kuat berdiri saat seluruh kota-kota wilayah Andalus telah menyerah di tangan negara-negara Kristen adalah Granada. Kota itu masih sangat kuat bertahan, gagah dan terus membangun. Tetapi akhirnya Granada pun menyerah. Khilafah Islamiyyah di Eropa selatan tutup hingga hari ini (semoga Allah memberi kita kesempatan untuk melihat kembalinya Eropa ke tangan muslimin – amin). Dan sejarah terulang lagi. Granada runtuh karena pengkhianat peradaban ada dalam tubuh muslimin. Mereka bukan sembarang orang. Mereka adalah pemimpin muslimin, tetapi merangkap pengkhianat umat. Tiga nama yang diabadikan sejarah hingga hari akhir nanti sebagai pengkhianat umat. Catatan itu tidak akan pernah bisa dihapus. 

Dua orang menteri: Yusuf bin Kamasyah dan Abul Qasim al-Malih, serta satu tokoh agama: al-Baqini. Umat dijual. Negeri muslim digadaikan. Diserahkan kepada negara Kristen. Ditukar dengan sampah dunia. Raja Fernando 3 dan Ratu Isabella memasang salib besar dari perak di pasang di atas Istana al-Hamra’ dan diumumkan bahwa hari itu adalah akhir dari kekuasaan muslim di Andalus. 
 Tahun 1499 M, masjid-masjid resmi ditutup. Sesungguhnya ini bukan akhir dari perjalanan muslimin di Andalus. Perjuangan sekelompok mujahidin muslimin terus digelorakan, mencoba mengambil alih Granada. Perjuangan itu ada pasang surutnya. Perjuangan itu bukan tidak ada hasilnya. 

Beberapa wilayah di sekitar Andalus sempat berhasil dikuasai muslimin. Ibnu Abbu adalah pemimpin terakhir kelompok mujahidin yang terus dikejar-kejar oleh pasukan Kristen. Tetapi mereka tidak pernah berhasil menyentuh Ibnu Abbu. Lagi, sejarah terulang. Pengkhianat internal penyebabnya. Ibnu Abbu syahid bukan di tangan pasukan Kristen. Tetapi dibunuh oleh seorang muslim yang bernama Syurais, yang anak dan istrinya ditawan oleh pasukan Kristen. Syurais dijanjikan bahwa anak istrinya akan dibebaskan jika ia berhasil membunuh Ibnu Abbu. Dan pengkhianat itupun melakukannya. Ibnu Abbu telah syahid. Dan akhirnya semuanya terhenti. Semua perjuangan muslimin berakhir.Muslimin harus mati atau menjadi budak.


Akhir seluruh perjalanan muslimin di Andalus. Maha benar Allah dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap Khawwan lagi Kafur.” (Qs. Al-Hajj: 38)
 Khawwan adalah pengkhianat besar. Kafur adalah orang dengan kekafiran besar atau pengingkar nikmat. Setidaknya ada 2 pelajaran besar dari ayat agung tersebut: 

1. Hanya Allah yang menjaga jamaah orang-orang beriman. Bukti penjagaan Allah, dengan tidak menyelinapnya khawwan dan kafur. Jika telah hadir dua kelompok tersebut, berarti jamaah mukminin tersebut sudah ditinggal Allah. Sekaligus bukti bahwa Allah sudah tidak ridha, sehingga tidak lagi ada penjagaan-Nya.

 2. Khawwan lebih dahulu disebut sebelum kafur. Dan selalu begitu. Para pengkhianat selalu menjadi mukaddimah untuk kehancuran jamaah orang-orang beriman yang berakhir di tangan orang-orang kafir. Ibnul ‘Alqami, Yusuf bin Kamasyah, Abul Qasim al-Malih, al-Baqini, Syurais. Nama-nama para pengkhianat peradaban. Nama-nama yang berbeda akan terus bermunculan sepanjang zaman. Hingga hari ini. Di tubuh muslimin. Para tokohnya… Sebagai pengkhianat peradaban! Sebagai pengkhianat umat!

 فاعتبروا يا أولى الأبصار

 /@cwi

selengkapnya...

Petualangan Spiritual part.1


Hati ini terus bergemuruh mencari kedamaian dan kenyamanan. kemanapun kaki ini melangkah, dimanapun tubuh ini menetap dan raga ini melayang, pencarianku belum juga bisa aku temukan. kegelisahan mencari arti sebuah kenyamanan ternyata tidaklah segampang yang aku pikirkan. terlebih ketika hati mulai di penuhi syak wwasangka dan prasangka, makin sempitlah dan makin jauh lah ku dari yang aku cari selama ini. kedamaian hati dan ketentraman jiwa. kreasi dan inspirasi yang senantiasa mudah diraih menjadi sesuatu yang muskhil. 

pencarianku tak pernah henti meski aku sendiri tak menyadari apa yang sesungguhnya terjadi atas diriku. Bagaimana tidak, aku sendiri msh belum menemukan perform terbaikku. masih banyak ganjalan-ganjalan tiap aku memutuskan dan melakukan sesuatu. dengan kata lain, aku kurang menikmati setiap jalan kehidupan ku saat ini.

 Banyaknya intrik dan musibah seharusnya makin memperkaya pengalaman dan bisa membentuk karakter mental yg tangguh, tapi kenyataannya malah makin membuat ku terpuruk, pesimistis dan kurang mensyukuri apa yg sudah aku raih.rasa minder makin membungkus jiwa. hati yang kian kotor di penuhi prasangka serta ketakutan yang berlebih-lebihan. kekhawatiran yang tidak beralasan sering timbul dalam benak pikiran kian memperparah pembentukan karakter jiwa pecundang.

 Minim kreasi serta malas melakukan sesuatu, kurangnya bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, lebih dekat dan betah berlama-lama menempelkan punggung di atas dipan. panjang angan-angan, banyak perencanaan tanpa tindakan menyebabkan banyaknya agenda yang menumpuk dalam otak hingga memory pun menjadi hank, tanpa memberi ruang untuk melakukan tindakan yang persuatif dan relefan dengan keadaan. akhirnya yang ada runtuhlah mental sebelum bertarung, keok memeh di pacok, tepar. bersambung... /@cwi

selengkapnya...

Khutbah Idul Fitri 1436 H: Efek dan Keutamaan Taqwa Bagi Diri, Keluarga, dan Kehidupan Bangsa




الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونتوب إليه ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهدي الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له. أشهد أن لا اله الا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى اله وأصحابه أجمعين. أما بعد فيا عباد الله أوصيكم ونفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون. 

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah!

 Gema takbir dan tahmid terus bersahutan sejak malam hingga pagi ini sebagai pekik kemenangan dan ekspresi kesyukuran orang-orang beriman di atas medan perjuangan bernama Ramadhan. Kemenangan melawan hawa nafsu yang cenderung melahirkan laku buruk manusia, seperti amarah, dendam, bakhil, tamak, iri dan dengki. Rasa syukur pula nampak menghiasi hari kemenangan ini atas nikmat yang besar yakni pakaian taqwa yang menjadi hadiah terbaik di bulan Ramadhan. Keimanan kita kini telah menemukan ketaqwaannya melalui jalan-jalan terjal dan berliku selama Ramadhan dan hanya mereka yang bersabarlah yang dapat mencapai kemenangan gemilang. Olehnya itu merekalah yang layak bergembira di hari agung ini. Sungguh kerugian yang teramat besarlah bagi mereka yang gagal menapak jalan kemenangan di bulan suci yang telah meninggalkan kita dan belum tentu akan menemui kita kembali. Bagaimana tidak dikatakan rugi, karena kegagalan itu berarti kegagalan meraih maghfirah, kegagalan meraih pahala yang besar, kegagalan meraih jannah-Nya, kegagalan memperoleh fitrah, kegagalan meraih kemuliaan seribu bulan, kegagalan meraih rahmat-Nya dan kegagalan meraih pakaian taqwa. Kesempatan itu kini telah pergi dan boleh jadi usia hayat kita justru berakhir di tahun ini, wallahu a’lam bisshawab. Namun, jangan patah arang, sehari saja usia kita tersisa segeralah mendekat kepada Allah sedekat-dekatnya dengan penyesalan yang sungguh-sungguh niscaya kita akan menemukan Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Bila usia kita panjang maka persiapkanlah iman kita sejak dini hingga ketika Ramadhan itu kembali maka kegagalan hari ini akan menjadi pelajaran penting untuk meraih sukses di Ramadhan yang akan datang.

 الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد

Kepada mereka yang tengah merayakan kemenangan di hari Idul Fitri ini, selamat atas kemenangan yang telah diraih dan karena kemenangan ini pula layaklah kiranya menerima ucapan atau ungkapan doa ‘minal ‘aa-idiin wal faa-izin’ (semoga kita termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang). Sebulan penuh kita telah di-tarbiyah oleh Allah melalui Ramadhan. Dengan puasa kita telah memenangkan banyak hal di medan perjuangan ini. Bahkan di sepuluh hari terakhir kita semakin tenggelam dalam dzikir dan perenungan sebagai bentuk usaha keras taqarrub ilallah untuk meraih kemuliaan Lailatul qadar sekaligus sebagai peristirahatan jiwa dan pikiran kita dari kepenatan urusan dunia dan segala beban-bebannya. Kemenangan telah diraih dan panji taqwa telah berkibar dengan gagah di hati-hati orang-orang yang beriman. 

Jamaah ‘Id Rahimakumullah! 

Ketaqwaan adalah status kemuliaan seorang hamba di sisi Allah SWT. Ini adalah gelar dunia dan langit yang tak mampu ditandingi oleh seribu gelar dunia sekalipun. Taqwa adalah aset peradaban umat manusia yang paling haqiqi. Peradaban yang memiliki nilai tinggi tidak hanya mengandalkan simbol-simbol kemajuan fisik belaka, seperti gedung-gedung tinggi, jalan-jalan yang lebar, dan rumah-rumah super mewah. Lebih dari itu peradaban identik dengan nilai-nilai haqiqi yang membawa pada keteraturan, kedamaian dan kesejahteraan. Itulah sesungguhnya alamat adanya keberkahan dalam kehidupan. Hilangnya taqwa akan menyebabkan hilangnya keberkahan. Bila keberkahan telah diangkat dari kehidupan seseorang atau suatu negeri maka masalah-masalah yang menyempitkan akan datang silih berganti.

 Simaklah firman Allah SWT berikut ini:

 وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ 

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS. Al A’raf: 96)

 الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد 

Taqwa menjadi modal penting dalam menampilkan jati diri seorang hamba di hadapan Sang Khaliq bahkan menjadi perkara yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dalam menciptakan sebuah masyarakat madani dalam satu negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, negeri yang aman, damai dalam limpahan berkah Allah SWT. 
 Janganlah menilai kemuliaan seseorang hanya dari merek pakaiannya atau jumlah harta yang ia miliki dan jangan pernah mengukur kemajuan sebuah bangsa atau masyarakat hanya dari gedung-gedung pencakar langitnya, tetapi lihatlah dari ciri-ciri ketaqwaannya. Pandanglah cara mereka memperoleh rezeki, interaksi sosialnya, ghirah keagamaannya, kehidupan politiknya, hingga tentu saja adalah tentang ibadahnya. Aspek-aspek kehidupan itu akan menunjukkan karakter seseorang atau suatu bangsa di sebuah negeri. Jika karakternya buruk maka itulah alamat kerusakan, namun jika karakternya baik maka demikian itulah pribadi yang mulia yang kelak akan membentuk peradaban masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemuliaan. 

Allah SWT berfirman: 

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

 “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian.” (QS. Al-Hujurat: 13) 

Jamaah ‘Id Rahimakumullah! 

Apa sajakah efek dan keutamaan taqwa dalam diri pribadi, keluarga dan kehidupan bangsa? Mari kita simak uraian berikut ini: 

Pertama, Efek dan Keutamaan Taqwa dalam Kepribadian Seorang Muslim. 

Taqwa adalah pakaian terbaik bagi diri kita. Kadang kita sedih ketika baju kesayangan kita ternyata rusak oleh mesin cuci. Jika yang rusak itu adalah pakaian biasa mungkin tak ada kekesalan. Persoalannya pakaian tersebut adalah yang terbaik dan termahal. Itulah hakikat pakaian, setiap kita memiliki satu yang terbaik dan termahal di antara sekian yang ada. Demikian juga sepatutnya seorang mukmin ketika kehilangan pakaian terbaiknya. Allah menyediakan satu pakaian terbaik untuk mereka, yaitu taqwa.

 … وَلِبَاسُ ٱلتَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ … “…

dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.” (QS. al-A’raf: 26) 

Bila kita sanggup jatuh bangun mengumpulkan harta untuk membeli pakaian bagus dan perhiasan mahal dan bersedih karena kehilangannya, maka kitapun harus jauh lebih kuat untuk jatuh bangun demi meraih dan kemudian menjaga pakaian terbaik dari Allah. Sebaliknya, kemalangan terburuk adalah karena hilangnya pakaian itu dari diri kita. Ramadhan telah menuntun kita untuk meraihnya dan Istiqamah adalah sikap terbaik untuk merawatnya agar tetap bersih.

 Ketaqwaan akan melahirkan sifat-sifat terbaik dalam diri seseorang. Tidak hanya dalam perkara hablum minallah, tetapi juga hablum minannas. Ibadah-ibadah mahdhah kita seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan dzikrullah tak akan memiliki nilai bila kita buruk dalam menata hubungan dengan alam sekitar, seperti manusia, lingkungan dan makhluk hidup lainnya. Orang-orang yang bertaqwa adalah agen-agen rahmatan lil’alamin yang selalu membawa kebaikan dan kedamaian. Mereka bagaikan pohon yang buahnya lebat. Tidak pernah berhenti memberikan manfaat bagi siapapun selama mereka hidup. Bahkan terhadap yang berbuat jahat kepada mereka sekalipun, selalu ada kata maaf. Pohon yang dilempari batu selalu menjatuhkan buahnya kepada yang melemparinya. Begitulah filosofi yang selalu melekat pada diri orang-orang yang bertaqwa hingga Allah banyak memberikan pujian kepada mereka. 

Ibnu Abbas berkata: ” Sesungguhnya amal kebaikan itu akan memancarkan cahaya di dalam hati, membersitkan sinar pada wajah, kekuatan pada tubuh, kelimpahan pada rezeki dan menumbuhkan rasa cinta di hati manusia kepadanya. Sesungguhnya amal kejahatan itu akan menggelapkan hati, menyuramkan wajah, melemahkan badan, mengurangi rezeki dan menimbulkan rasa benci di hati manusia kepadanya.” 

الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد 

Bukan karena jabatan kita menjadi mulia. Bukan juga karena ilmu kita menjadi mulia. Bukan juga karena harta, kecantikan, dan gelar. Semua itu hanyalah citra yang melekat pada diri yang sungguh amat merepotkan pemiliknya. Jabatan akan membuat pemiliknya cenderung merasa selalu kuat dan berada di atas. Ilmu akan membuat pemiliknya bersikap harus selalu benar alias tidak boleh salah. Harta akan membuat pemiliknya menjadi takut kehilangan dan merasa cukup hingga merasa tidak membutuhkan orang lain, justru orang lainlah yang membutuhkan dia. Kecantikan akan membuat pemiliknya sibuk dengan peralatan kecantikan dan segala tetek bengeknya dan dekat dengan fitnah atau musibah. 

Gelar akan membuat pemiliknya selalu merasa bangga diri dan merasa paling hebat di bidangnya, itulah yang disebut ujub. Citra-citra yang membebani diri itu juga akan menciptakan banyak penipu di hadapan pemiliknya. Kita baru akan menyadarinya saat semua citra-citra itu hilang dari kehidupan kita. Itulah kehormatan semu yang juga hanya akan memperoleh penghormatan semu. Inilah dunia kamuflase. Ramadhan telah menyematkan ketaqwaan kepada yang telah meraihnya. Ketaqwaan itulah yang mengantarkan pemiliknya pada kemuliaan sejati tanpa embel-embel pujian dan penghormatan semu. 

Jamaah ‘Id Rahimakumullah!

 Kedua, Efek dan Keutamaan Taqwa dalam Kehidupan Keluarga 

Tidak elok kiranya bila dalam sebuah keluarga terdapat dua kutub pihak yang bertolak belakang khususnya dalam perkara aqidah dan amal shalih. Katakanlah seorang bapak yang rajin beribadah tetapi tidak peduli dengan anaknya yang menjadi anggota geng kelompok kejahatan atau barangkali seorang istri yang rajin ke majelis ta’lim sementara suaminya justru menjadi germo di tempat hiburan malam. Meski terdengar seolah begitu naïf, tetapi dinamika keluarga yang kontras dalam sikap dan perbuatan masing-masing ternyata adalah perkara lazim dan ada di sekitar kita bahkan boleh jadi juga menimpa keluarga kita. Di zaman para nabipun betapa tidak sedikit pula anggota keluarga para nabi yang menolak dakwah mereka bahkan menentangnya. Seperti nabi Nuh dan anaknya Kan’an yang durhaka, juga nabi Ibrahim dengan ayahnya Azar yang justru menjadi pemahat berhala bagi kaumnya. Tidak enak pula rasanya membayangkan kehidupan di surga namun terbayang wajah-wajah anggota keluarga yang menderita karena terpanggang di dalam api neraka. Sungguh keadaan yang mengusik ketenangan jiwa bila orang-orang yang kita cintai di dunia tidak terjangkau hidayah Allah. 

Keadaan seperti ini tentu sangat dipahami oleh Allah sehingga wajar bila kita diingatkan dalam firman-Nya:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

 “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6) 

“Setiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, Kami tambah lagi nyalanya bagi mereka.” (Al-Isra’: 97) 

“Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka terus merasakan azab.” (An-Nisa’: 56).

 Begitulah dahsyatnya api neraka yang tentu sangat jauh berbeda dengan api di dunia. Sungguh malang bila kulit kita, atau istri kita, atau anak-anak kita dijilat oleh api yang teramat panas itu. Na’uudzu billahi min dzaalik! Taqwa selayaknya melahirkan kepedulian dan kasih sayang bagi orang-orang terdekat dalam keluarga kita. Nama dan wajah mereka tak luput untuk selalu terukir dalam untaian doa-doa harian kita. Setiap anggota keluarga juga saling mendukung dalam perkara kebaikan dan taqwa dan saling mengingatkan tatkala dalam kealpaan. Komitmen keluarga yang kokoh dalam pijakan taqwa harus mengantarkan setiap anggota keluarga pada sebuah visi keluarga untuk terus bersama hingga di dalam surga. Semoga hal ini dapat kita wujudkan di tengah-tengah keluarga kita, amin yaa Rabbal ‘alamin. 

الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد 

Ketiga, Efek dan Keutamaan Taqwa dalam Kehidupan Bangsa dan Negara

 Negeri-negeri yang makmur dalam naungan Islam bukanlah cerita dongeng dalam buku-buku sejarah. Negeri itu benar-benar pernah ada dalam peradaban manusia. Sebut saja masa pemerintahan Rasulullah dan para khulafaurrasyidin di Madinah, masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz pada periode dinasti bani umayyah yang mencapai kemakmuran hanya dalam kurun waktu 2 tahun 5 bulan 5 hari hingga diceritakan pada saat itu uang-uang zakat tertumpuk menggunung karena tak ada lagi penerimanya. Kemudian juga, masa pemerintahan Khalifah Harun al-Rasyid pada periode dinasti bani Abbasiyyah. Pada masanyalah umat Islam pertama kali mengalami puncak keemasannya di segala sektor kehidupan mulai dari ilmu pengetahuan hingga ekonomi mengalami kemajuan yang cukup pesat. Tak ketinggalan, masa pemerintahan khalifah Sulaiman al-Qanuni pada periode dinasti bani Utsmaniyyah, para ahli sejarah sepakat bahwa zaman Khalifah Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M) merupakan zaman kejayaan dan kebesaran yang pada masanya telah jauh meninggalkan negara-negara Eropa di bidang militer, sains dan politik. Inilah era yang disebut sebagai the golden age of Islam atau masa keemasan Islam sekaligus sebagai puncak peradaban dunia di abad pertengahan masehi. 

الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد 

Jamaah Idul Fitri rahimakumullah!

 Peradaban Islam yang telah membawa kemakmuran itu benar-benar pernah ada, namun kondisinya kini telah jauh berbeda. Jika di masa lalu negeri-negeri Islam diliputi keberkahan, maka kini negeri-negeri itu hanya ada tumpukan masalah mulai dari konflik politik, bencana sosial dan ekonomi, penetrasi budaya, hingga krisis akhlak. Hal ini tergambar dari sikap para pemimpin-pemimpin Islam dan juga kalangan muslim yang tidak memahami Islam sebagai agama yang membawa misi peradaban rahmatan lil ‘alamin. Simak saja berbagai sikap dan argumen dari berbagai kalangan yang sempat menghiasi isu-isu wacana ke-Islam-an di negeri ini. Mulai dari poligami yang dihujat di sana-sini karena dianggap menindas hak-hak perempuan, sementara perzinaan, kumpul kebo, dan prostitusi dianggap lumrah karena suka sama suka dan tidak ada yang tersakiti. Sebagai dampak isu terorisme yang digembar-gemborkan oleh mereka yang memusuhi Islam, kini jilbab besar, jenggotan, orang yang rajin ke mesjid dikesankan sebagai kelompok yang lebih seram dan harus dicurigai daripada yang tatoan, mabuk-mabukan dan judi. Yang rutin ke majelis ta’lim dituduh fanatik, sementara yang setiap akhir pekan ke bioskop dianggap gaul. Yang hafalan Qurannya banyak dituduh militan sebagai cikal bakal teroris, sementara yang banyak hafal lagu-lagu cinta dianggap hebat dan berbakat. Yang berpakaian menutup aurat dianggap sok alim, sementara yang telanjang justru dianggap tren dan modis. Yang bicaranya selalu tentang Islam dituduh sok kyai, sementara yang setiap hari rajin gosip dan ghibah dianggap up to date alias tidak ketinggalan info. Media-media Islam yang memberitakan pejuang-pejuang Islam di timur tengah dituduh berbahaya dan harus diblokir, sementara media-media yang menyuguhkan pornografi dianggap kebebasan berekspresi dan dibiarkan menjamur. Umat Islam mengadakan tabligh akbar dan takbiran keliling untuk syiar Islam dengan tertib dilarang, alasannya bikin macet dan mengganggu pengguna jalan lain. Sementara pesta rakyat tahun baru yang isinya konser dugem dan hasilnya kondom bekas dan sampah berserakan justru dibiayai dari uang rakyat, alasannya hanya setahun sekali diadakan untuk hiburan rakyat. Sungguh menyesakkan dada, mengapa harus umat Islam terus yang dijadikan sasaran, sebegitu bencikah mereka terhadap agama ini? Mari kita membuka mata kita, bukanlah keberkahan yang kita peroleh, yang ada hanya musibah. Bukan juga jalan keluar yang kita dapatkan, yang ada hanya tumpukan masalah. Bencana ekonomi dengan anjloknya rupiah; bencana moral berupa merebaknya korupsi, narkoba, dan pergaulan bebas; bencana hukum berupa hilangnya wibawa hukum negeri ini dan para penegaknya, bencana sosial dengan tingginya angka kemiskinan serta bencana alam tahunan cukuplah kiranya membuat kita sadar bahwa negeri ini sedang ditegur! Mumpung belum diazab dengan petaka yang membinasakan mari memperbaiki diri dan menata negeri dengan keimanan dan ketaqwaan kita.

 الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد 

Jamaah ‘Id Rahimakumullah! 

Di sinilah efek ketaqwaan kita harus diwujudkan dalam semangat bersama untuk membangun negeri yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur. Negeri yang ingin mendapat curahan berkah dari langit dan dari bumi hanya mempersyaratkan satu hal yaitu keimanan dan ketaqwaan para penduduknya terutama para pemimpinnya. Bila sebuah kekuasaan dapat dimanfaatkan untuk menegakkan nilai-nilai kebaikan tentu dapat membawa dampak kemaslahatan bagi segenap umat. Namun bila sebaliknya maka kerusakanlah yang akan terjadi. 

Allah menjanjikan rezeki, keberkahan dan jalan keluar dari setiap masalah bagi orang-orang yang bertaqwa:

 وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

 “Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (Q.S. At-Thalaq: ayat 2 dan 3) 

Orang-orang bertaqwa adalah para pejuang yang telah ditempa dengan kesabaran selama Ramadhan. Jumlah para pemenang itu barangkali hanya segelintir saja, tetapi hal ini tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak memperjuangkan kebenaran. Di dalam Al-Quran Allah menyebut hal-hal yang tidak disukai-Nya sebanyak 23 kali. Ini lebih banyak dari penyebutan hal-hal yang disukainya yaitu sebanyak 15 kali. Ada bahasa kode di dalamnya dan ini telah menjadi sunnatullah, bahwa bumi akan selalu didominasi oleh kezhaliman dan hal-hal yang melampaui batas. Kemenangan dan kekalahan selalu dipergilirkan antara yang haq dan yang bathil. Namun bagaimanapun al-haq tidak boleh tunduk kepada al-bathil. Meski jumlah kelompok kebaikan itu sedikit, Allah selalu menjamin kemenangan mereka dengan satu prasyarat yaitu: Sabar. 

كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللهِ وَاللهُ مَعَ الصَّابِرِينَ

 “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Baqarah: 249). 

Iman tak akan menemukan jalan taqwanya tanpa melalui kesabaran. Ramadhan menjadi kelas khusus bagi orang-orang beriman untuk memantapkan kesabaran mereka dan sesungguhnya merekalah yang diharapkan dapat memenangkan al-haq di negeri ini meski kekuatan kelompok bathil jauh lebih banyak. Semoga suatu saat kelak kita dapat menjelang datangnya generasi yang tercerahkan di negeri ini dan dapat membawa nasib negeri ini menjadi lebih baik. 

Jamaah ‘Id Rahimakumullah! 

Marilah kita berdoa semoga Allah SWT senantiasa meliputi kehidupan kita dengan keberkahan dan melindungi kita dari segala musibah yang membinasakan. 

Yaa Allah, terima kasih atas segala hikmah yang Kau ilhamkan kepada kami hingga di hari Idul Fitri ini, 

Terima kasih atas segala ilmu yang Kau pahamkan kepada kami, 

Terima kasih atas segala rezeki yang Kau lapangkan untuk kami hingga aku dapat berbagi dengan yang lain, 

Terima kasih atas iman dan kesabaran yang telah Kau hunjamkan di dada kami, terima kasih yaa Allah…

Tuntunlah kami untuk meniti jalan syukur kami pada-Mu.

Limpahkan kebaikan dalam segala urusan kami, curahkan rahmat-Mu dalam urusan akhirat kami,

dan lindungilah kami dan keluarga kami beserta orang-orang yang kami cintai karena-Mu dari malapetaka yang membinasakan.

Liputi kehidupan kami dengan keberkahan di tahun ini hingga Ramadhan kembali menjalang jika Engkau menghendaki kami bertemu kembali dengannya.

Liputi kami dengan keridhaan-Mu bila kelak kami tak bertemu kembali dengan Ramadhan-Mu. Walhamdulillahi rabbil ‘alamin.
 /@putra_f4jar



Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/07/13/71674/khutbah-idul-fitri-1436-h-efek-dan-keutamaan-taqwa-bagi-diri-keluarga-dan-kehidupan-bangsa/#ixzz3fs9YUUWS Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

selengkapnya...

Kesultanan Ottoman, Kekhalifahan dari Bangsa Turki berabad-abad



Kesultanan Utsmaniyah (1299–1923), atau dikenal juga dengan sebutan Kekaisaran Turki Ottoman atau Osmanlı İmparatorluğu adalah negara multi-etnis dan multi-religius. Negara ini diteruskan oleh Republik Turki yang diproklamirkan pada 29 Oktober 1923. Negara ini didirikan oleh Bani Utsman, yang selama lebih dari enam abad kekuasaannya (1299 – 1923) dipimpin oleh 36 orang sultan, sebelum akhirnya runtuh dan terpecah menjadi beberapa negara kecil. Kesultanan ini menjadi pusat interaksi antar Barat dan Timur selama enam abad. 
Pada puncak kekuasaannya, Kesultanan Utsmaniyah terbagi menjadi 29 propinsi. Dengan Konstantinopel (sekarang Istambul) sebagai ibukotanya, kesultanan ini dianggap sebagai penerus dari kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti Kekaisaran Romawi dan Bizantium. Pada abad ke-16 dan ke-17, Kesultanan Usmaniyah menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan angkatan lautnya yang kuat. Kekuatan Kesultanan Usmaniyah terkikis secara perlahan-lahan pada abad ke-19, sampai akhirnya benar-benar runtuh pada abad 20. Setelah Perang Dunia I berakhir, pemerintahan Utsmaniyah yang menerima kekalahan dalam perang tersebut, mengalami kemunduran di bidang ekonomi. 

Luas wilayah yang pernah dikuasai Kekaisaran Utsmaniyah/Ottoman Luas wilayah yang pernah dikuasai Kekaisaran Utsmaniyah/Ottoman 

 Secara umum pembagian timeline kekaisaran Utsmani dibagi menjadi beberapa masa atau periode yakni:  Era kebangkitan, Era perkembangan (perluasan), dan Era menjelang keruntuhan.

Era Kebangkitan (1299-1453)

       Pada pertengahan abad ke-13, Kekaisaran Bizantium yang melemah telah kehilangan beberapa kekuasaanya oleh beberapa kabilah. Salah satu kabilah ini berada daerah di Eskişehir, bagian barat Anatolia, yang dipimpin oleh Osman I, anak dari Ertuğrul, yang kemudian mendirikan Kesultanan Utsmaniyah. Menurut cerita tradisi, ketika Ertuğrul bermigrasi ke Asia Minor beserta dengan empat ratus pasukan kuda, beliau berpartisipasi dalam perang antara dua kubu pihak (Kekaisaran Romawi dan Kesultanan Seljuk). Ertuğrul bersekutu dengan pihak Kesultanan Seljuk yang kalah pada saat itu dan kemudian membalikkan keadaaan memenangkan perang. Atas jasa beliau, Sultan Seljuk menghadiahi sebuah wilayah di Eskişehir. Sepeninggal Ertuğrul pada tahun 1281, Osman I menjadi pemimpin dan tahun 1299 mendirikan Kesultanan Utsmaniyah. Osman I kemudian memperluas wilayahnya sampai ke batas wilayah Kekaisaran Bizantium. Ia memindahkan ibukota kesultanan ke Bursa, dan memberikan pengaruh yang kuat terhadap perkembangan awal politik kesultanan tersebut. 


lukisan tentang sultan Osman I yang bergelar Ghazi atau kesatria
Diberi nama dengan nama panggilan “kara” (Bahasa Turki untuk hitam) atas keberaniannya, Osman I disukai sebagai pemimpin yang kuat dan dinamik bahkan lama setelah beliau meninggal dunia, sebagai buktinya terdapat istilah di Bahasa Turki “Semoga dia sebaik Osman”. Reputasi beliau menjadi lebih harum juga disebabkan oleh adanya cerita lama dari abad pertengahan Turki yang dikenal dengan nama Mimpi Osman, sebuah mitos yang mana Osman diinspirasikan untuk menaklukkan berbagai wilayah yang menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah. Pada periode ini terlihat terbentuknya pemerintahan formal Utsmaniyah, yang bentuk institusi tersebut tidak berubah selama empat abad. Pemerintahan Utsmaniyah mengembangkan suatu sistem yang dikenal dengan nama Millet (berasal dari Bahasa Arab millah ملة), yang mana kelompok agama dan suku minoritas dapat mengurus masalah mereka sendiri tanpa intervensi dan kontrol yang banyak dari pemerintah pusat. Setelah Osman I meninggal, kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah kemudian merambah sampai ke bagian Timur Mediterania dan Balkan. Setelah kekalahan di Pertempuran Plocnik, kemenangan kesultanan Utsmaniyah di Perang Kosovo secara efektif mengakhiri kekuasaan Kerajaan Serbia di wilayah tersebut dan memberikan jalan bagi Kesultanan Utsmaniyah menyebarkan kekuasaannya ke Eropa. Kesultanan ini kemudian mengontrol hampir seluruh wilayah kekuasaan Bizantium terdahulu. Wilayah Kekaisaran Bizantium di Yunani luput dari kekuasaan kesultanan berkat serangan Timur Lenk ke Anatolia tahun 1402, menjadikan Sultan Bayezid I sebagai tahanan.
sultan Bayazid I yang diberikan gelar Yildirim atau petir karena taktik militernya yang menyerang seketika dari barat ke timur dan kembali menyerang arah barat lagi dengan cepat seperti petir
 

Gambar
Timur lenk, seorang raja dari kerajaan timurid yang kejam. Sering dipanggil Timur si pincang karena kakinya yang terluka setelah perang. Salah satu kekejamannya adalah menyusun piramid dari tumpukan kepala korban prajurit dan sipil dalam peperangannya
Gambar
sultan bayazid dalam tahanan timurlenk. SultanBayazid akhirnya bunuh diri karena frustasi dan meninggalkan kekaisaran Ottoman dalam perang sipil antara pangeran pangeran Ottoman yang saling berebut kekuasaan.


  Sepeninggal Timur Lenk, Mehmed II melakukan perombakan struktur kesultanan dan militer, dan menunjukkan keberhasilannya dengan menaklukkan Kota Konstantinopel pada tanggal 29 Mei 1453 pada usia 21 tahun. Kota tersebut menjadi ibukota baru Kesultanan Utsmaniyah. Sebelum Mehmed II terbunuh, pasukan Utsmaniyah berhasil menaklukkan Korsika, Sardinia, dan Sisilia. Namun sepeninggalnya, rencana untuk menaklukkan Italia dibatalkan. Mehmed II menaklukkan kota Konstantinopel yang menjadi ibukota baru kesultanan tahun 1453   




Gambar
Sultan Mehmed II yang diberi julukan Al Fatih (penakluk) karena keberhasilannya menaklukkan konstantinopel seperti yang pernah dikabarkan Nabi Muhammad bahwa kota konstantinopel akan jatuh kepada kekuasaan pasukan muslim dimana pemimpinnya adalah sebaik-baiknya pemimpin dan pasukannya adalah sebaik-baiknya pasukan.

Gambarlukisan sultan mehmed II pada usia senja

Era Perkembangan Kerajaan (1453-1683)

 Periode ini bisa dibagi menjadi dua masa: Masa perluasan wilayah dan perkembangan ekonomi dan kebudayaan (sampai tahun 1566); dan masa stagnasi militer dan politik Kesultanan Utsmaniyah 1299–1683 :


 1. Perluasan wilayah dan puncak kekuasaan 

Pertempuran Zonchio pada tahun 1499 adalah perang laut pertama yang menggunakan meriam sebagai senjata di kapal perang, menandakan kebangkitan angkatan laut Kesultanan Utsmaniyah. Penaklukkan Konstantinopel oleh Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1453 mengukuhkan status kesultanan tersebut sebagai kekuatan besar di Eropa Tenggara dan Mediterania Timur. Pada masa ini Kesultanan Utsmaniyah memasuki periode penaklukkan dan perluasan wilayah, memperluas wilayahnya sampai ke Eropa dan Afrika Utara; di bidang kelautan, angkatan laut Utsmaniyah mengukuhkan kesultanan sebagai kekuatan dagang yang kuat. Perekonomian kesultanan juga mengalami kemajuan berkat kontrol wilayah jalur perdagangan antara Eropa dan Asia.

Gambar
pertempuran laut di Zonchio antara Angkatan Laut kesultanan Ottoman melawan Pasukan Venesia


Kesultanan ini memasuki zaman kejayaannya di bawah beberapa sultan. Sultan Selim I (1512-1520) secara dramatis memperluas batas wilayah kesultanan dengan mengalahkan Shah Dinasti Safavid dari Persia, Ismail I, di Perang Chaldiran. Selim I juga memperluas kekuasaan sampai ke Mesir dan menempatkan keberadaan kapal-kapal kesultanan di Laut Merah.

 Gambar
Sultan Selim I yang bergelar Yavuz (perkasa) berkuasa dari tahun 1512 hingga 1520. Meninggal karena sakit namun diduga telah diracun oleh tabibnya sendiri.


Pewaris takhta Selim, Suleiman yang Agung (1520-1566) melanjutkan ekspansi Selim. Setelah menaklukkan Beograd tahun 1521, Suleiman menaklukkan Kerajaan Hongaria dan beberapa wilayah di Eropa Tengah. Ia kemudian melakukan serangan ke Kota Wina tahun 1529, namun gagal menaklukkan kota tersebut setelah musim dingin yang lebih awal memaksa pasukannya untuk mundur. Di sebelah timur, Kesultanan Utsmaniyah berhasil menaklukkan Baghdad dari Persia tahun 1535, mendapatkan kontrol wilayah Mesopotamia dan Teluk Persia.

Gambar
Sultan Sulaiman yang agung. Dijuluki oleh orang eropa sebagai Suleyman the Magnificent. Di Negerinya ia diberi gelar Sulaiman al Qanuni atau pembuat hukum karena upayanya membakukan hukum Islam kedalam suatu Undang-undang.
 Gambar
Lukisan tentang pengepungan pasukan Ottoman di kota wina tahun 1529 dibawah pimpinan langsung sultan Sulaiman. Namun Operasi ini gagal dengan kalahnya pasukan Utsmani menghadapi pasukan koalisi eropa.


Di bawah pemerintahan Selim dan Suleiman, angkatan laut Kesultanan Utsmaniyah menjadi kekuatan dominan, mengontrol sebagian besar Laut Mediterania. Beberapa kemenangan besar lainnya meliputi penaklukkan Tunis dan Aljazair dari Spanyol; Evakuasi umat Muslim dan Yahudi dari Spanyol ke wilayah Kesultanan Utsmaniyah sewaktu inkuisisi Spanyol; dan penaklukkan Nice dari Kekaisaran Suci Romawi tahun 1543. Penaklukkan terakhir terjadi atas nama Prancis sebagai pasukan gabungan dengan Raja Prancis Francis I dan Barbarossa. Prancis dan Kesultanan Utsmaniyah, bersatu berdasarkan kepentingan bersama atas kekuasaan Habsburg di selatan dan tengah Eropa, menjadi sekutu yang kuat pada masa periode ini. Selain kerjasama militer, kerjasama ekonomi juga terjadi antar Prancis dan Kesultanan Utsmaniyah. Sultan memberikan Prancis hak untuk melakukan dagang dengan kesultanan tanpa dikenai pajak. Pada saat itu, Kesultanan Utsmaniyah dianggap sebagai bagian dari politik Eropa, dan bersekutu dengan Prancis, Inggris, dan Belanda melawan Habsburg Spanyol, Italia, dan Habsburg Austria.


 2. Kebangkitan eropa melawan Utsmani 

 Sepeninggal Suleiman tahun 1566, beberapa wilayah kekuasaan kesultanan mulai menghilang. Kebangkitan kerajaan-kerajaan Eropa di barat beserta dengan penemuan jalur alternatif Eropa ke Asia melemahkan perekonomian Kesulatanan Utsmaniyah. Efektifitas militer dan struktur birokrasi warisan berabad-abad juga menjadi kelemahan dibawah pemerintahan Sultan yang lemah. Walaupun begitu, kesultanan ini tetap menjadi kekuatan ekspansi yang besar sampai kejadian Pertempuran Wina tahun 1683 yang menandakan berakhirnya usaha ekspansi Kesultanan Utsmaniyah ke Eropa. Kerajaan-kerajaan Eropa berusaha mengatasi kontrol monopoli jalur perdagangan ke Asia oleh Kesultanan Utmaniyah dengan menemukan jalur alternatif. Secara ekonomi, pemasukan Spanyol dari benua baru memberikan pengaruh pada devaluasi mata uang Kesultanan Utsmaniyah dan mengakibatkan inflasi yang tinggi. Hal ini memberikan efek negatif terhadap semua lapisan masyarakat Utsmaniyah. Di Eropa Selatan, sebuah koalisi antar kekuatan dagang Eropa di Semenanjung Italia berusaha untuk mengurangi kekuatan Kesultanan Utsmaniyah di Laut Mediterania. Kemenangan koalisi tersebut di Pertempuran Lepanto (sebetulnya Navpaktos,tapi semua orang menjadi salah mengeja menjadi Lepanto) tahun 1571 mengakhiri supremasi kesultanan di Mediterania. Pada akhir abad ke-16, masa keemasan yang ditandai dengan penaklukan dan perluasan wilayah berakhir.

GambarGambarPertempuran lepanto dimana pasukan angkatan Laut Utsmani mengalami kekalahan dan armada lautnya hancur melawan koalisi negara eropa yang tergabung dalam holy league. Meskipun demikian Wazir agung Ottoman (Mehmet Sokullu Pasha) dengan sesumbar masih dapat mengatakan “You come to see how we bear our misfortune. But I would have you know the difference between your loss and ours. In wresting Cyprus from you, we deprived you of an arm; in defeating our fleet, you have only shaved our beard. An arm when cut off cannot grow again; but a shorn beard will grow all the better for the razor


Di medan perang, Kesultanan Utsmaniyah secara perlahan-lahan tertinggal dengan teknologi militer orang Eropa dimana inovasi yang sebelumnya menjadikan faktor kekuatan militer kesultanan terhalang oleh konservatisme agama yang mulai berkembang. Perubahan taktik militer di Eropa menjadikan pasukan Sipahi yang dulunya ditakuti menjadi tidak relevan. Disiplin dan kesatuan pasukan menjadi permasalahan disebabkan oleh kebijakan relaksasi rekrutmen dan peningkatan jumlah Yenisaris yang melebihi pasukan militer lainnya. Murad IV (1612-1640), yang menaklukkan Yereva tahun 1635 dan Baghdad tahun 1639 dari kesultanan Safavid, adalah satu-satunya Sultan yang menunjukkan kontrol militer dan politik yang kuat di dalam kesultanan. Murad IV merupakan Sultan terakhir yang memimpin pasukannya maju ke medan perang.

 Gambar
pengepungan kota wina untuk kedua kalinya oleh Ottoman pada tahun 1683 dibawah pimpinan wazir agung Kara Mustafa namun Ottoman lagi-lagi menghadapi kekalahan melawan pasukan gabungan Polandia Austria dan Jerman selama pengepungan 2 bulan.


Pemberontakan Jelali (1519-1610) dan Pemberontakan Yenisaris (1622) mengakibatkan ketidakpastian hukum dan pemberontakan di Anatolia akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17, dan berhasil menggulingkan beberapa pemerintahan. Namun, abad ke-17 bukan hanya masa stagnasi dan kemunduran, tetapi juga merupakan masa kunci di mana kesultanan Utsmaniyah dan strukturnya mulai beradaptasi terhadap tekanan baru dan realitas yang baru, internal maupun eksternal. Kesultanan Wanita (1530-1660) adalah periode di mana pengaruh politik dari Harem Kesultanan sangat besar, di mana ibu dari Sultan yang muda mengambilalih kekuasaan atas nama puteranya. Hürrem Sultan yang mengangkat dirinya sebagai pewaris Nurbanu, dideskripsikan oleh perwakilan Wina Andrea Giritti sebagai wanita yang saleh, berani, dan bijaksana. Masa ini berakhir sampai pada kekuasaan Sultan Kösem dan menantunya Turhan Hatice, yang mana persaingan keduanya berakhir dengan terbunuhnya Kösem tahun 1651. Berakhirnya periode ini digantikan oleh Era Köprülü (1656-1703), yang mana kesultanan pada masa ini pertama kali dikontrol oleh beberapa anggota kuat dari Harem dan kemudian oleh beberapa Perdana Menteri (Grand Vizier).

 Keadaan Politik Menjelang Keruntuhan 

Politik di sini dibagi jadi dua. Pertama politik dalam negeri, yang maksudnya ialah penerapan hukum Islam di wilayahnya; mengatur mu’amalat, menegakkan hudud dan sanksi hukum, menjaga akhlak, mengurus urusan rakyat sesuai hukum Islam, menjamin pelaksanaan syi’ar dan ibadah. Semua ini dilaksanakan dengan tatacara Islam. Arti kedua adalah politik luar negeri :

 1. Politik dalam negeri 

Ada 2 faktor yang membuat khilafah Turki Utsmani mundur: Pertama, buruknya pemahaman Islam dan kedua, salah menerapkan Islam. Sebetulnya, kedua hal di atas bisa diatasi saat kekholifahan dipegang orang kuat dan keimanannya tinggi, tapi kesempatan ini tak dimanfaatkan dengan baik. Suleiman II-yang dijuluki al-Qonun, karena jasanya mengadopsi UU sebagai sistem khilafah, yang saat itu merupakan khilafah terkuat-malah menyusun UU menurut mazhab tertentu, yakni mazhab Hanafi, dengan kitab Pertemuan Berbagai Lautan-nya yang ditulis Ibrohimul Halabi (1549). Padahal khilafah Islam bukan negara mazhab, jadi semua mazhab Islam memiliki tempat dalam 1 negara dan bukan hanya 1 mazhab. Dengan tak dimanfaatkannya kesempatan emas ini untuk perbaikan, 2 hal tadi tak diperbaiki. Contoh: dengan diambilnya UU oleh Suleiman II, seharusnya penyimpangan dalam pengangkatan kholifah bisa dihindari, tapi ini tak tersentuh UU. Dampaknya, setelah berakhirnya kekuasaan Suleimanul Qonun, yang jadi khalifah malah orang lemah, seperti Sultan Mustafa I (1617), Osman II (1617-1621), Murad IV (1622-1640), Ibrohim bin Ahmed (1639-1648), Mehmed IV (1648-1687), Suleiman II (1687-1690), Ahmed II (1690-1694), Mustafa II (1694-1703), Ahmed III (1703-1730), Mahmud I (1730-1754), Osman III (1754-1787), Mustafa III (1757-1773), dan Abdul Hamid I (1773-1788). Inilah yang membuat militer, Yennisari-yang dibentuk Sultan Ourkhan-saat itu memberontak (1525, 1632, 1727, dan 1826), sehingga mereka dibubarkan (1785).

Selain itu, majemuknya rakyat dari segi agama, etnik dan mazhab perlu penguasa berintelektual kuat. Sehingga, para pemimpin lemah ini memicu pemberontakan kaum Druz yang dipimpin Fakhruddin bin al-Ma’ni. Ini yang membuat politik luar negeri khilafah-dakwah dan jihad-berhenti sejak abad ke-17, sehingga Yennisari membesar, lebih dari pasukan dan peawai pemerintah biasa, sementara pemasukan negara merosot. Ini membuat khilafah terpuruk karena suap dan korupsi. Para wali dan pegawai tinggi memanfaatkan jabatannya untuk jadi penjilat dan penumpuk harta. Ditambah dengan menurunnya pajak dari Timur Jauh yang melintasi wilayah khilafah, setelah ditemukannya jalur utama yang aman, sehingga bisa langsung ke Eropa.
Ini membuat mata uang khilafah tertekan, sementara sumber pendapatan negara seperti tambang, tak bisa menutupi kebutuhan uang yang terus meningkat. Paruh kedua abad ke-16, terjadilah krisis moneter saat emas dan perak diusung ke negeri Laut Putih Tengah dari Dunia Baru lewat kolonial Spanyol. Mata uang khilafah saat itu terpuruk; infasi hebat. Mata uang Baroh diluncurkan khilafah tahun 1620 tetap gagal mengatasi inflasi. Lalu keluarlah mata uang Qisry di abad ke-17. Inilah yang membuat pasukan Utsmaniah di Yaman memberontak pada paruh kedua abad ke-16. Akibat adanya korupsi negara harus menanggung utang 300 juta lira.


2. Politik Luar negeri 

Dengan tak dijalankannya politik luar negeri yang Islami-dakwah dan jihad-pemahaman jihad sebagai cara mengemban ideologi Islam ke luar negeri hilang dari benak muslimin dan kholifah. Ini terlihat saat Sultan Abdul Hamid I/Sultan Abdul Hamid Khan meminta Syekh al-Azhar membaca Shohihul Bukhori di al-Azhar agar Allah SWT memenangkannya atas Rusia (1788). Sultanpun meminta Gubernur Mesir saat itu agar memilih 10 ulama dari seluruh mazhab membaca kitab itu tiap hari. Sejak jatuhnya Konstantinopel di abad 15, Eropa-Kristen melihatnya sebagai awal Masalah Ketimuran, sampai abad 16 saat penaklukan Balkan, seperti Bosnia, Albania, Yunani dan kepulauan Ionia. Ini membuat Paus Paulus V (1566-1572) menyatukan Eropa yang dilanda perang antar agama-sesama Kristen, yakni Protestan dan Katolik. Konflik ini berakhir setelah adanya Konferensi Westafalia (1667). Saat itu, penaklukan khilafah terhenti. Memang setelah kalahnya khilafah atas Eropa dalam perang Lepanto (1571), khilafah hanya mempertahankan wilayahnya. Ini dimanfaatkan Austria dan Venezia untuk memukul khilafah.
Pada Perjanjian Carlowitz (1699), wilayah Hongaria, Slovenia, Kroasia, Hemenietz, Padolia, Ukraina, Morea, dan sebagian Dalmatia lepas; masing-masing ke tangan Venezia dan Habsburg. Malah khilafah harus kehilangan wilayahnya di Eropa pada Perang Krim (abad ke-19), dan tambah tragis setelah Perjanjian San Stefano (1878) dan Berlin (1887). Menghadapi kemerosotan itu, khilafah telah melakukan reformasi (abad ke-17, dst). Namun lemahnya pemahaman Islam membuat reformasi gagal. Sebab saat itu khilafah tak bisa membedakan IPTek dengan peradaban dan pemikiran. Ini membuat munculnya struktur baru dalam negara, yakni perdana menteri, yang tak dikenal sejarah Islam kecuali setelah terpengaruh demokrasi Barat yang mulai merasuk ke tubuh khilafah. Saat itu, penguasa dan syaikhul Islam mulai terbuka terhadap demokrasi lewat fatwa syaikhul Islam yang kontroversi.
Malah, setelah terbentuk Dewan Tanzimat (1839 M) semakin kokohlah pemikiran Barat, setelah disusunnya beberapa UU, seperti UU Acara Pidana (1840), dan UU Dagang (1850), tambah rumusan Konstitusi 1876 oleh Gerakan Turki Muda, yang berusaha membatasi fungsi dan kewenangan kholifah.

tambahan : konspirasi menghancurkan Khalifah 

 1. Gerakan Missionaris Di dalam negara, 

ahlu dzimmah-khususnya orang Kristen-yang mendapat hak istimewa zaman Suleiman II, akhirnya menuntut persamaan hak dengan muslimin. Malahan hak istimewa ini dimanfaatkan untuk melindungi provokator dan intel asing dengan jaminan perjanjian antara khilafah dengan Bizantium (1521), Prancis (1535), dan Inggris (1580). Dengan hak istimewa ini, jumlah orang Kristen dan Yahudi meningkat di dalam negeri. Ini dimanfaatkan misionaris-yang mulai menjalankan gerakan sejak abad ke-16. Malta dipilih sebagai pusat gerakannya. Dari sana mereka menyusup ke Suriah(1620) dan tinggal di sana sampai 1773. Di tengah mundurnya intelektualitas Dunia Islam, mereka mendirikan pusat kajian sebagai kedok gerakannya. Pusat kajian ini kebanyakan milik Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat, yang digunakan Barat untuk mengemban kepemimpinan intelektualnya di Dunia Islam, disertai serangan mereka terhadap pemikiran Islam. Serangan ini sudah lama dipersiapkan orientalis Barat, yang mendirikan Pusat Kajian Ketimuran sejak abad ke-14. Gerakan misionaris dan orientalis itu merupakan bagian tak terpisahkan dari imperialisme Barat di Dunia Islam. Untuk menguasainya – meminjam istilah Imam al-Ghozali – Islam sebagai asas harus hancur, dan khilafah Islam harus runtuh. Untuk meraih tujuan pertama, serangan misionaris dan orientalis diarahkan untuk menyerang pemikiran Islam; sedangkan untuk meraih tujuan kedua, mereka hembuskan nasionalisme dan memberi stigma pada khilafah sebagai Orang Sakit (sickman). Agar kekuatan khilafah lumpuh, sehingga agar bisa sekali pukul jatuh, maka dilakukanlah upaya intensif untuk memisahkan Arab dengan lainnya dari khilafah. Dari sinilah, lahir gerakan patriotisme dan nasionalisme di Dunia Islam. Malah, gerakan keagamaan tak luput dari serangan, seperti Gerakan Wahabi di Hijaz.

2. Gerakan Nasionalisme dan Separatisme 

Nasionalisme dan separatisme telah dipropagandakan negara-negara Eropa seperti Inggris, Prancis, dan Rusia. Itu bertujuan untuk menghancurkan khilafah Islam. Keberhasilannya memakai sentimen kebangsaan dan separatisme di Serbia, Hongaria, Bulgaria, dan Yunani mendorongnya memakai cara sama di seluruh wilayah khilafah. Hanya saja, usaha ini lebih difokuskan di Arab dan Turki. Sementara itu, KeduBes Inggris dan Prancis di Istambul dan daerah-daerah basis khilafah-seperti Baghdad, Damsyik, Beirut, Kairo, dan Jeddah-telah menjadi pengendalinya. Untuk menyukseskan misinya, dibangunlah 2 markas.
Pertama, Markas Beirut, yang bertugas memainkan peranan jangka panjang, yakni mengubah putra-putri umat Islam menjadi kafir dan mengubah sistem Islam jadi sistem kufur.
Kedua, Markas Istambul, bertugas memainkan peranan jangka pendek, yaitu memukul telak khilafah. KeduBes negara Eropapun mulai aktif menjalin hubungan dengan orang Arab.
Di Kairo dibentuk Partai Desentralisasi yang diketuai Rofiqul ‘Adzim. Di Beirut, Komite Reformasi dan Forum harfiah dibentuk. Inggris dan Prancis mulai menyusup ke tengah orang Arab yang memperjuangkan nasionalisme. Pada 8 Juni 1913, para pemuda Arab berkongres di Paris dan mengumumkan nasionalisme Arab. Dokumen yang ditemukan di Konsulat Prancis Damsyik telah membongkar rencana pengkhianatan kepada khilafah yang didukung Inggris dan Prancis. Di Markas Istambul, negara-negara Eropa tak hanya puas merusak putra-putri umat Islam di sekolah dan universitas lewat propaganda. Mereka ingin memukul khilafah dari dekat secara telak. Caranya ialah mengubah sistem pemerintahan dan hukum Islam dengan sistem pemerintahan Barat dan hukum kufur. Kampanye mulai dilakukan Rasyid Pasha, MenLu zaman Sultan Abdul Mejid II (1839). Tahun itu juga, Naskah Terhormat(Kholkhonah)-yang dijiplak dari UU di Eropa-diperkenalkan. Tahun 1855, negara-negara Eropa-khususnya Inggris-memaksa khilafah Utsmani mengamandemen UUD, sehingga dikeluarkanlah Naskah Hemayun (11 Februari 1855). Midhat Pasha, salah satu anggota Kebatinan Bebas diangkat jadi perdana menteri (1 September 1876). Ia membentuk panitia Ad Hoc menyusun UUD menurut Konstitusi Belgia. Inilah yang dikenal dengan Konstitusi 1876. Namun, konstitusi ini ditolak Sultan Abdul Hamid II dan Sublime Port-pun enggan melaksanakannya karena dinilai bertentangan dengan syari’at. Midhat Pashapun dipecat dari kedudukan perdana menteri. Turki Muda yang berpusat di Salonika-pusat komunitas Yahudi Dunamah-memberontak (1908).
Kholifah dipaksanya-yang menjalankan keputusan Konferensi Berlin-mengumumkan UUD yang diumumkan Turki Muda di Salonika, lalu dibukukanlah parlemen yang pertama dalam khilafah Turki Utsmani (17 November 1908).
Bekerja sama dengan syaikhul Islam, Sultan Abdul Hamid II dipecat dari jabatannya, dan dibuang ke Salonika. Sejak itu sistem pemerintahan Islam berakhir. Tampaknya Inggris belum puas menghancurkan khilafah Turki Utsmani secara total. Perang Dunia I (1914) dimanfaatkan Inggris menyerang Istambul dan menduduki Gallipoli. Dari sinilah kampanye Dardanella yang terkenal itu mulai dilancarkan.

GambarGambar
Kekaisaran Utsmani terlibat perang dunia I melawan inggris, perancis dan russia. Meskipun Utsmani telah bersekutu dengan jerman namun tidak dapat memenangkan perang karena militer utsmani saat itu sudah lemah dan adanya pemberontakan arab yang mernyusahkan gerak laju dan konsentrasi tentara Utsmani.


Pendudukan Inggris di kawasan ini juga dimanfaatkan untuk mendongkrak popularitas Mustafa Kemal Pasha-yang sengaja dimunculkan sebagai pahlawan pada Perang Ana Forta (1915). Ia-agen Inggris, keturunan Yahudi Dunamah dari Salonika-melakukan agenda Inggris, yakni melakukan revolusi kufur untuk menghancurkan khilafah Islam. Ia menyelenggarakan Kongres Nasional di Sivas dan menelurkan Deklarasi Sivas (1919 M), yang mencetuskan Turki merdeka dan negeri Islam lainnya dari penjajah, sekaligus melepaskannya dari wilayah Turki Utsmani. Irak, Suriah, Palestina, Mesir, dll mendeklarasikan konsensus kebangsaan sehingga merdeka. Saat itu sentimen kebangsaan tambah kental dengan lahirnya Pan-Turkisme dan Pan Arabisme; masing-masing menuntut kemerdekaan dan hak menentukan nasib sendiri atas nama bangsanya, bukan atas nama umat Islam.

Runtuhnya Kekhalifahan Utsmaniah 

 Sejak tahun 1920, Mustafa Kemal Pasha menjadikan Ankara sebagai pusat aktivitas politiknya. Setelah menguasai Istambul, Inggris menciptakan kevakuman politik, dengan menawan banyak pejabat negara dan menutup kantor-kantor dengan paksa sehingga bantuan kholifah dan pemerintahannya mandeg. Instabilitas terjadi di dalam negeri, sementara opini umum menyudutkan kholifah dan memihak kaum nasionalis. Situasi ini dimanfaatkan Mustafa Kemal Pasha untuk membentuk Dewan Perwakilan Nasional – dan ia menobatkan diri sebagai ketuanya – sehingga ada 2 pemerintahan; pemerintahan khilafah di Istambul dan pemerintahan Dewan Perwakilan Nasional di Ankara. Walau kedudukannya tambah kuat, Mustafa Kemal Pasha tetap tak berani membubarkan khilafah. Dewan Perwakilan Nasional hanya mengusulkan konsep yang memisahkan khilafah dengan pemerintahan. Namun, setelah perdebatan panjang di Dewan Perwakilan Nasional, konsep ini ditolak. Pengusulnyapun mencari alasan membubarkan Dewan Perwakilan Nasional dengan melibatkannya dalam berbagai kasus pertumpahan darah. Setelah memuncaknya krisis, Dewan Perwakilan Nasional ini diusulkan agar mengangkat Mustafa Kemal Pasha sebagai ketua parlemen, yang diharap bisa menyelesaikan kondisi kritis ini.


Gambar
Sultan Mehmed VI dijemput secara paksa dan akhirnya diasingkan ke Cyprus sebagai sultan yang terakhir berkuasa atas kekhalifahan Utsmani


Setelah resmi dipilih jadi ketua parlemen, Pasha mengumumkan kebijakannya, yaitu mengubah sistem khilafah dengan republik yang dipimpin seorang presiden yang dipilih lewat Pemilu. Tanggal 29 November 1923, ia dipilih parlemen sebagai presiden pertama Turki. Namun ambisinya untuk membubarkan khilafah yang telah terkorupsi terintangi. Ia dianggap murtad, dan rakyat mendukung Sultan Abdul Mejid II, serta berusaha mengembalikan kekuasaannya. Ancaman ini tak menyurutkan langkah Mustafa Kemal Pasha. Malahan, ia menyerang balik dengan taktik politik dan pemikirannya yang menyebut bahwa penentang sistem republik ialah pengkhianat bangsa dan ia melakukan teror untuk mempertahankan sistem pemerintahannya. Kholifah digambarkan sebagai sekutu asing yang harus dienyahkan. Setelah suasana negara kondusif, Mustafa Kemal Pasha mengadakan sidang Dewan Perwakilan Nasional. Tepat 3 Maret 1924 M, ia memecat kholifah, membubarkan sistem khilafah, dan menghapuskan sistem Islam dari negara. Hal ini dianggap sebagai titik klimaks revolusi Mustafa Kemal Pasha.


Gambar
Mustafa Kemal Atatturk sebagai sosok yang kontroversial. Dipihak pengagum sekulerisme, ia amat dipuja-puja sebagai pembebas turki. Namun ia juga dipandang sebagai penghancur kekhalifahan Utsmaniyah

sumber : thread kaskus dan sumber dari google lain

/@putra_f4jar

selengkapnya...

Hangatnya Mentari Hanya Untuk Pagi

Ini bukan sebuah pembelaan. Ini hanyalah pembelajaran dari sekedar alasan. Dimana ketika kamu ingin membuat seseorang yg mendapat ruang istimewa di hatimu meraih kebahagiaan bersamamu. Dimana kamu rela melakukan apa saja untuk kebahagianya bahkan kata ‘alainya mati pun kamu rela untuk membeli kebahagiannya. Tapi fakta yang kamu dapati ternyata kebahagiannya bukan untuk kamu. Tapi kebahagiannya ada pada seseorang yang menyalahi hukum syariat. Kebahagiaannya hanya ada dikala bersama seseorang yang dapat menggoyahkan ikatan suci kalian. Kebahagiannya hanya hadir dikala memikirkan orang yang sebenarnya tak layak ada d antara kalian. 

Aku bilang ‘tak layak bukan karena ingin memaksakan kehendak. Bukan karena ada kebencian yang menyelinap. Bahkan bukan pula menganggap rendah. Kalau di lihat dari kacamata hati tak ada tak ada seseorang yg bisa d katakan tak layak. Kalo di pandang dangan teropong hak individu, setiap orang berhak untuk di cintai dan mencintai. Tapi hak-hak itu bukan bukan tanpa tak terbatas. 

Hak-hak seseorang dibatasi oleh hak-hak orang lain. Hak-hak seseorang juga d batasi oleh benteng ke Imanan dan keTakwaan kepadaNya. Hak-hak itu juga ada pengecualian melalui koridor hukum yang berlaku. Masalahnya hanya pada keinginan dan niatan saja. Kalau dari segi pengetahuan sudah jelas, akhlak, etika dan hukum sosial aku rasa tinggal melihat kedalam hati nurani yang paling dalam dan tanyakan, apa yang tengah dilakukannya itu adalah sesuatu hal kebenaran ataukah penyesatan. 

Rasionalis dan objektif thp diri sendiri jauh lebih manusiawi daripada harus mengumbar pembenaran dari sekedar nafsu yang membutakan. Sementara kamu Sebagai kepala keluarga, sebagai imam dari keluarga kecilmu, sekaligus orang yang di berikan amanahNya untuk menjaga, memelihara dan merawat setiap langkah yg telah di buatnya supaya bisa kamu pertanggungjawabkan kelak di yaumul akhir apa yang akan kamu lakukan mendapati hal yang demikian itu? Apa kamu akan menutup mata saja. Apa kamu akan memberi pencerahan kepadanya. Atau kamu akan cepat menyelesaikannya dg cara pintas dengan mengajukan Gugata ke Pengadilan Agama. 

Sakit sudah pasti. Kecewapun sudah tentu. Tap jangan sampai emosi menguasai kepalamu. Hati boleh panas, tapi kepala mesti tetap dingin. Kalau tidak masalah ini hanya akan menjadi bumerang untuk kehidupanmu selanjutnya. Disini harga dirimu tengah d pertaruhkan. Kebijakanmu jadi sorotan dan kedewasaanmu tengah di uji. Bersikaplah sewajarnya msk akan sulit utk mengendalikan emosi jadi potensi.

 Pengendalian diri menjadi satu hal penentuan kemenanganmu atau kekalahanmu dalam menghadapi badai ini. Berbijaklah terutama pada diri sendiri. Ini aib, tidak semua orang harus tau apa yang tengah terjadi dalam urusan pribadimu. Kerena kejelaknnya adalah kejelekanmu juga. Apa yang telah ia lakukan padamu bukan mutlak kesalahannya. Kamu juga berperan di dalamnya. peranmu di sini adalah telah memilihnya untuk menjadi pendamingmu. 

Peranmu ialah kebijakanmu dalam menentukan siapa yg kamu rasa cocok dengan karaktermu. Dan peranmu adalah telah memberi penilaian padanya sebelum kamu memutuskan utk memilihnya. Meski toh pada akhirnya ternyata dia tidak sesuai dengan harapanmu dan diluar dari perkiraanmu. Itu yang harus di ingat dan di jadikan salah satu dasar kamu dalam mengambil kebijakan. 

Aku rasa, kalau semua faktor d atas sudah kamu pelajari, sudah kamu pahami dan telah kamu kuasai, makan kamu akan tahu apa yang mesti kamu lakukan tanpa takut lagi. Ketegasan akan menentukanmu untuk masa depanmu. Seburuk apapun efek yang akan menimpamu jangan pernah kamu menyesalinya kelak. Karena apapun yang akan terjadi, hidup haruslah teteap berjalan. Langkah kaki mstilah tetap berlanjut.

 Akan ada banyak orang di baelakangmu yang akan memberimu kekuatan, yang senantiasa mengulurkan tangannya untuk membantumu dan menopang kegoyahanmu. Itulah orang-orang hebat yang harus kamu pertahankan. Teman-teman setiakawanmu akan memberimu kekuatan untuk terus melangkah bahkan berlari. Jangan pernah ada dendam. 

Tak perlu ada benci tercipta. Semua perkara pasti ada hikmahnya. Fokuskan saja pada kehidupanmu. Mencari kesibukan jangan terlarut lama dalam kedukaan. Pembelajaran hidup itu penting tpm lebih penting lagi jika kamu bisa menerapkannya tanpa harus ada perasaan trauma. Karena hidup ini sudah ada yang menentukannya.
 Berfikirlah secara positif. Tak perlu minder. Bangun kembali peradaban pribadimu. Insyallah, Allah tengah menuntunmu kearah yang lebih baik lagi. Berjuanglah kawan, kamu bisa....... Dari sahabat-sahabat /@cwi

selengkapnya...

Bahagia Itu Sederhana

          Bahagia itu ada ketika hanya ada keinginan utk berbahagia. Namun meskipun begitu kebahagiaan tidak bisa di cari, hanya bisa diciptakan. Setidaknya itulah dua hal prinsip yg aku ketahui. Ketika kebahagiaan itu tak kunjung ku temukan, bukan berarti aku tak bisa menciptakannya. Ini bukan sebuah kepesimisan, ini adalah sebuah perjalanan hidup di mana pengalaman selalu menuntun ke arah mana jiwa ini akan menemukan jati dirinya. 
          Terlepas dari itu semua, setiap insan tentunya memiliki sebuah cerita untuk mereka jadikan sebuah kisah untuk masa depan. Senang susah, bahagia dan derita, sedih juga derita. Semua tak terlepas dari yang namanya keindahan. Ketika semua orang menganggap kepedihan, kesengsaraan, derita dan bencana adalah sebuah kutukan dan kenangan pahit, maka mereka telah terjebak dan terlarut dalam pemikiran yang semoit. Pemikiran negatif. Hati yg kotor. Serta jiwa yg tengah terluka. Yak, itu sangat manusiawi. Karena kepanikan telah menguasai jiwanya. Namun ketika meraka tak juga tersadarkan akan kepedihannya berulang kali datang dan terus terjebak dalam keadaan yg demikian itu, tentunya mrk termasuk oang-orang yang merugi dan inkar terhadap anugrah yang mana mereka telah menganggapnya itu adalah sebuah bencana. Padahal kalau saja mereka bisa sedikit rileks dan menikmati sebuah permainan, aku yakin mereka akan menghadapinya dan daoat melaluinya dg senyum sumringah.   
       
         Sedikitpun aku tak pernah berniat memberi arahan dan memberi masukan. Setidaknya hal-hal itu yang aku temukan dalam petualangan jiwaku. Mereka boleh menganggap itu suatu hal yg normatif. Dan merekapun berhak untuk menganngap itu hanya suatu teori di mana hanya bisa di ucapkan tapi faktanya akan sulit untuk di terapkan. Terserah. 

       Seperti yang aku katakan d atas, sedikitpun aku tek pernah ingin memberi solusi apalagi memberi nasihat. Aku hanya menulis apa yang sudah aku alami dan lalui saja. Dan bagiku itu adalah sebuah perjalanan yang maha dahsyat. Gejolak yang sanagat bergemuruh. Karena banyak mengira ketika sebuah bencana melanda, tak sedikit dari mereka yang mengeluh. Aku sering mendengar keluihan keluhan d media sosila yang mengatakan derita dan sengsara tak hentinya datang menghampiri. Ada yg berhasil bangkit dari keterpurukan. Namun tak sedikit malah justru terjebak dalam keputus asaan yang tiada berujung. dalam hati aku merasa senang pada mereka yg mampuberhasil melalui ujian itu denngan sempurna. Namun aku juga merasa iba pada mereka yg terus terlarut dalam kepedihan yg tiada berujung. keputus asaan yg mereka alami bukanlah hal yang kecil. dari hal hal cemacam inilah aku rasa pembangunan mental perlulah di lakuakan. Bagiku ini adalah sebuah pelajaran yg sangat penting dan berharga. 
Karena mental mental cengeng selayaknya serbuah perjalanan yang tak akan pernah berujung. mereka akan senantiasa terpuruk dalam keadaan demikian. Ini sanagatlah membahayakan dan tak bisa di biarkan tanpa penanganan yang serius. Yang pada akhirnya mereka akan depresi dan tak akan lagi bergairah dalam menjalani kehidupan. Apalagi kalau mereka terjerumus lebih dalam seperti melampiaskan keputusasaan mrk pada ‘narkoba. Ini sudah satadium 4!.

       Aku tak akan mengatakan aku sudahpun terjebak dalam situasi seperti itu. Aku hanya bisa mengatakan semua itu tak akan pernah manghadirkan sesutau yg kamu harapkan. Kalaupu tak ada sesuatu yang kamu harapakan, dalam keputus asaan yang tengah kamu alami ini, percayalah, keadaannya tidak akan lebih baik dari keadaanmu saat itu. Bahakan akan tambah menyakitkan lagi. Aku tidak sedang membicarakan apa pendapat khalayak ramai mengenai keadaannmu yang demikian, tapi aku hanya ingin berkata bahwa setiap individu mempunyai dan berhak menilai seseorang sekehendaknya. Suka atau tidak suka kita semua harus menerimanya. Ini semua tak terlepas dari peranan kita dalam menyikapi sebuah permasalahan. Ketika rasa iba itu berubah jadi cemoohan maka apalagi yang hendak kamu pedulikan. Karena kehidupanmu adalah dirimu sendiri. Bukanlah dia atau mereka yang senantiaasa tertawa dan tak pernah sedikitpun menghiraukanmu. Yang mereka tau adalah kamu tengah mengalami depresi dan kamu adalah seorang ‘pesakitan. Hanya itu saja. Sejauh kehidupanmu tidak merugikan mereka, merekapun tak akan pernah menghiraukanmu. 

       Intinya, aku hanya ingin menuliskan kepedihan yang tengah aku alami ini. Kesengsarasan dan kesulitan yg datang silih berganti ini adalah sebuah ujian yang akan mengangkatku untuk lebih baik lagi dari sekarang. Sungguh hal ini tak akan membuat aku berputus asa. Tak akan membuatku jatuh dalam keterpurukan. Apalagi sampai kufur nikmat. Tidak akan. Berpikirpun aku tak akan pernah bisa nyampa ke arah itu. Justru inilah kenikmatan hidup yg patut aku syukuri. Bukannya aku mengharap bencana dalam setiap langkah jejak kakiku, siapa yang tak ingin hidup bahagia. Aku hanya berusaha mempertahankan apa yang telah aku temukan dan aku miliki tanpa da keinginan untuk melepasnya.

     
Perjuangan itu perlu karena itu sudah bagian daripada perjalalan kehidupan ini. Menyerah dan rasa pesimis hanya ada pada jiwa-jiwa pengecut yang tak mengerti dan memahami makna daripada kehidupan. Maka aku berlepas diri dari haL-hal yang demikian itu. Baiklah, aku rasa masih banyak pelajaran dan hikamah daripada ini semua. Daripada d ratapi lebih baik d khayati dan terus mengkoreksi diri jauh kedalam hati. Terus membersihkan hati dari penyakit-penyakit yang menyebabkan keruntuhan moral dan mental dalam diri. Terus berjuang untuk melapangkan dada dalam situasi apapun. Ikhlas dalam menerima semua ujian dan terus menguatkan diri dalam kebahagiaan yang senantiasa tercipta dengan penuh rasa cinta. Wallahualam bil sowab.... /@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |