Fenomena Riya dan Sum'ah

Agar seorang Muslim mengetahui posisinya dalam riya dan sum'ah, hendaknya dia memahami betul fenomena atau tanda-tandanya, yaitu antara lain: 1. Giat bekerja dan melipatgandakan tenaganya jika mendapat pujian atau sanjungan, dan malas atau cenderung mengurangi amal, jika mendapat celaan dan kecaman. Juga apabila sedang bersama-sama dengan orang lain cenderung mengurangi amal, ketika ia seorang diri atau jauh dari pantauan orang lain. Terhadap ciri ini, Sayyidina Ali ra pernah bertutur, "Ada beberapa tanda bagi orang yang berlaku riya, yakni malas ketika seorang diri, tetapi akan sangat rajin ketika sedang bersama orang banyak. Bertambah amalnya, jika mendapat pujian dan berkurang amalnya jika mendapat celaan". (Kitab Ihya Ulumuddin, al-Gazali, 3/298) 2. Menjauhi larangan-larangan Allah jika bersama manusia dan melanggar larangan-larangan-Nya, jika ia seorang diri dan jauh dari penglihatan manusia. Rasulullah shallahu alaihi wassalam bersabda: "Aku akan mengetahui beberapa kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan laksana pegunungan yang tinggi berkilau. Akan tetapi, Allah menjadikannya debu yang berterbangan (tidak berharga). Mereka itu adalah saudara-saudara kalian, dan berasal dari keturunan kalian. Mereka mengerjakan amalan pada waktu malam sebagaimana kalian mengerajakannya. Akan tetapi, mereka adalah kaum yang jika dalam keadaan sendiri akan melanggar larangan-larangan Allah." (HR. Ibnu Majah) Dampak Buruk Akibat Riya dan Sum'ah Riya atau sum'ah mempunyai pengaruh dan akibat yang berbahaya dan membinasakan, baik kepada para aktivis secara pribadi atau terhadap amal Islami secara umum. Terhadap Pribadi. Terhalang Dari Petunjuk (Hidayah) dan Pertolongan (Taufik) Ilahi. Hanya Allah Ta'ala semata yang berwenang memberi hidayah dan taufik kepada siapa saja yang dikehendaki, serta menghalanginya dari siapa saja yang Dia kehendaki. Tidak ada yan mampu menonlak ketentuan-Nya dan tiada seorang pun yang dapat menghalangi kebijakan-Nya. Ketetapan-Nya sudah pasti dan pelaksanaannya psati berlaku bahwa Dia tidak akan memberi petunjuk dan pertolongan kecuali kepada orang yang ikhlas dan benar-benar menghadapkan diri kepada-Nya. Firman-Nya : وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ ﴿٢٧﴾ "Dan Ia menunjuki orang-orang yang bertobat kepada-Nya." (QS. Ar-Ra'd [13] : 27) وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ ﴿١٣﴾ "Dan ia memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali kepada-Nya." (QS. As-Syuura [42] : 13) Seseorang yang berlaku riya dan sum'ah pada dasarnya telah merobek-robek ikhlas dan berpaling dari kebenaran. Maka bagtiamana mungkin orang seperti itu akan mendapat limpahan hidayah atau taufiq dari-Nya? Maha benar firman Allah Ta'ala: فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ ﴿٥﴾ "Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik." (QS. Ash-Shaf [61] : 5) Menderita Kesempitan dan Ditimpa Rasa Gelisah Orang yang riya dan sum'ah itu hanya akan melaksanakan sesuatu hal atau pekerjaan semata-mata untuk memperoleh pujian atau penghormatan dari manusia. Akan tetapi, dapat saja ketentuan dan ketetapan Allah akan menghalangi orang-orang untuk melakukan apa yang dia kehendaki itu, sebab sesungguhnya Allah Mahakuasa untuk melakukan hal semacam itu. Jika hal itu sampai terjadi maka orang yang berperilaku riya dan sum'ah itu akan segera menderita kesempitan dan kegelisahan, karena cita-citanya tidak tercapai. Sehubungan hal itu Allah Ta'ala mengingatkan: وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا "Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya penghidupan yang sempit." (QS. Thaha [20] : 124) وَمَن يُعْرِضْ عَن ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَابًا صَعَدًا ﴿١٧﴾ "Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya dalam azab yang amat berat." (QS. Jin [72] : 17) Tercabutnya Kewibawaan dari Hati Orang-orang Hanya Allah saja yang mutlak berkuasa menanamkan kewibawaan pada hati manusia yang Ia kehendaki. Sedangkan keikhlasan seseorang dalam setiap perbuatannya adalah laksana tebusan untuk mewujudkan hal itu. Seseorang yang berlaku riya atau sum'ah tidak memiliki tebusan tersebut. Karena itu, Alah mencabut kewibawaan dirinya dari h ati manusia. Sebaliknya, Allah akan menumbuhkan rasa hina manusia. Sebaliknya, Allah akan menumbuhkan rasa hina dalam pandangan mereka terhadap dirinya. Firman-Nya: وَمَن يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِن مُّكْرِمٍ "Barangsiapa yang dihinakan oleh Allah, maka niscaya tidak ada seseorangpun yang akan memuliakannya." (QS. Al-Hajj [22] : 18) Para salafush shalih benar-benar telah mengantisipasi hal ini. Mereka adalah kelompok manusia yang palihng memelihara keikhlasan amal kepada Allah. Dengan demikian, wibawa atau kedudukan mereka tetap melekat di dalam dada dan hati manusia. Banyak sekali kisah yang tercecer dari mereka tentang hal ini. Akan tetapi, cukuplah bagi kita memperhatikan wasiat yang diungkapkan oleh Umar ibnul Khattab ra kepada ABu Musa al-Asy'ari. Ia berkata antara lain: "Siapa saja yang mengikhlaskan niatnya (kepada Allah) niscaya Allah akan mencukupkan (urusan) antara dia dan manusia.". (Kitab Ihya Ulumuddin, 4/378).

 sumber; http://eramuslim.com /@cwi

selengkapnya...

Dampak Buruk Riya dan Sum'ah

Diantara untaian kisah tentang Hasan al-Bashri, yang telah menjadi sosok manusia yang sangat disegani oleh para penguasa, karena ketinggian mujahadahnya dalam melakukan shalat malam, ketika manusia sedang terlelap tidur, serta sangat berusaha untuk senantiasa menutupi amal-amalnya dari mereka. Diceritakan bahwa karena kezaliman dan kediktatoran al-Hajjaj, Hasan al-Basri memperoleh tekanan darinya. Pada suatu hari al-Hajjaj memerintahkan sebagian pasukannya untuk menangkap Hasan al-Basri menghadap al-Hajjaj. Yang menjadikan semua mata terbelalak kaget memandangnya dan hati mereka menjadi tergetar karena Hasan al Basri datang menghadap al-Hajjaj dengan keagungan seorang mukmin, ketinggian 'izzah seroang muslim, dan ketenangan seorang juru dakwah. Ketika al-Hajjaj melihat sikap Hasan al-Basri, iapun menjadi segan kepadanya, dan berkata, "Mari .. silakan mendekat, wahai Abu Said (julukan Hasan al-Basri). Mari slakan ...! Ia terus mempersilakan Hasan al-Basri dengan berkata, "Mendekatlah, wahai Abu Said". Al Hajjaj mempersilakan Hasan al-Basri untuk menempati tempat duduknya. Ketika Hasan al-Basri duduk, al-Hajjaj menoleh kepadanya, dan bertanya tentang beberapa masalah agama. Hasan al-Basri menjawabnya dengan hati yang mantap dan dengan penjelasan yang tegas serta cakrawala ilmu yang luas. Akhirnya al Hajjaj berkata, "Engkau adalah pemimpin tabi'in, wahai Abu Said". Kemudian Hasan al-Basri diizinkan pulang kerumahnya dengan penuh kemuliaan dan penghormatan. Ditolak Manusia dan Tidak Ada Pengaruh. Hati adalah tempatnya pengaru. Sebagaimana kita ketahui, masalah hati ada di tangan Allah Yang Mahamampu membolak-balikkannya sebagaimana Ia kehendaki. Manusia yang berlaku riya atau sum'ah berarti telah memutuskan hubungan antara dia dan Allah. Dengan demikian, bagaimana mungkin Allah akan menganugerahkan kepada mereka? Oleh karena itu, bila berbicara, tidak akan dipedulikan oleh orang-orang dan jika bekerja, tidak akan dapat mendorong dan menggerakkan orang lain. Percakapan berikut ini akan mengungkap hal tersebut. Diceritakan Umar bin Hubairah al-Fazari, ketika zaman pemerintahan al-Umawi (Yazid bin Abdul Malik) menjabat sebagai gubernur di "Iraaqaan(Kufah dan Bashrah).Yazid senantasiasa menyampaikan isntruksi secara rutin kepada gubernurnya itu berlawanan dengan kebenaran. Ibnu Hubairah kemudian memanggil Hasan al-Basri dan Amir bin Syarahbil - yang dijuuki asy-Sya'bi - untuk mengkonsultasikan msalahnya kepada mereka dan mengetahui bagaimana jalan keluarnya menurut agama Allah. Setelah dijelaskan asy-Sya'bi menjawab dengan jawaban yang cenderung bersikap lunak terhadap khalifah, dan memberi kemudahan kepada gubernur. Sedangkan Hasan al-Basri hanya diam, sampai dia ditanya oleh sang gubernu. "Bagaimana pendapatmu, wahai Abu Said". Hasan al-Basri menjawab, "Wahai Ibnu Hurairah, takutlah engkau kepada Allah dalam menghadai YaZid, dan jangan takut kepada Yazid dalam menghadapi Allah, Allah dapat melindungimu dari Yazid, sedangkan Yazid tidak dapat melindungimu dari Allah. Jika datang kepadamu malaikat yang kasar dan kejam serta tidak pernah membangkang kepada Allah, ia akan menyeretmu dai singgasanamu ini dan memindahkanmu dari istanamu ke kesempitan liang kubur. Saat itu engkau tidak akan mendapati Yazid, tetapi akan bertemu dengan amalmu di mana engkau telah melanggar titah Tuhannya Yazid .. Wahai Ibnu Hubairah, jika engkau berpihak dan taat kepada Allah Ta'ala maka Ia memelihara dari Yazid bin Abdul Malik, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Akan tetapi, jika engkau berpihak kepada Yazid dalam bermaksiat kepada Allah Ta'ala , maka sesungguhnya Allah akan menyerankanmu kepada Yazid. Ketahuilah wahai Ibnu Hubairah, sesungguhnya tidak ada taat kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq (Allah". Mendengar kata-kata Hasan al-Basri seperti itu, Ibnu Hubairah menangis tersedu-sedu hingga air matanya membasahi janggutnya. Kemudia ia lebih cenderung mendukung pendapat Hasan al-Basri dan lebih menghormatinya di bandingkan kepda as-Sya'bi. Ketika Hasan al-Basri dan as-Sya'bi keluar dari tempat gubernur menuju masjid, manusia berkerumun mewawancarai keduanya tentang pertemuannya dengan pemimpin 'Iraaqaan itu. Asy-Sya'bi menoleh dan berkata kepada mereka , "Hai manusia, barangsiapa diantara kalian yang mampu memengaruhi kebijaksanaan Allah kepada hamba-hamba-Nya dalam segala urusan, maka lakukanlah! Demi Zat yang jiwaku ada dibawah kuasa-Nya, aku bukannya tidak mengethui apa yang dikatakan Hasan al-Basri kepda Ibnu Hubairah, namun masalahnya aku menghendakiaku menghendaki keridhaan Ibnu Hubairah ketika berbicara, sedangkan Hasan al-Basri menghendaki keridhaan Allah dalam perkataannya. Akibatnya, Allah telah menjauhkanku dari Ibnu Hubairah dan mendekatkan Hasan al-Basri kepadanya serta menjadikan Ibnu Hubairah lebih mencintainya. sumber: http://www.eramuslim.com/ /@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |