Hubungan Antara Menolak Kemiskinan Dengan Ayat Pertama Surah Al-Ikhlas


Dalam kehidupan di zaman modern penuh fitnah dewasa ini, kita jumpai banyak sekali manusia yang hidup dipenuhi kegelisahan berkepanjangan. Dan salah satu kegelisahan tersebut bersumber dari kekhawatirannya akan jatuh miskin. Inilah fenomena nyata yang membuktikan betapa faham materialisme telah mendominasi mayoritas penduduk planet bumi. Kebanyakan orang saat ini jauh lebih takut akan kehilangan harta daripada kehilangan iman dan keyakinannya akan Allah Sang Pencipta jagat raya. Banyak orang telah menjadikan kesuksesan dalam kehidupan dunia sebagai tujuan utamanya. Padahal Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam memperingatkan kita bahwa jika dunia telah menjadi fokus perhatian utama, maka hidup seseorang bakal berantakan dan kemiskinan bakal menghantui dirinya terus-menerus.

مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ

فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ

“Barangsiapa yang menjadikan dunia ambisinya, niscaya Allah cerai-beraikan urusannya dan dijadikan kefakiran (kemiskinan) menghantui kedua matanya dan Allah tidak memberinya harta dunia kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya.” (HR Ibnu Majah 4095)

Dan sebaliknya, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menegaskan bahwa hanya orang yang niat utamanya ialah kehidupan akhirat, maka hidupnya bakal berada dalam penataan yang rapih dan hidupnya akan dihiasi dengan kekayaan hakiki, yakni kekayaan hati. Bahkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menjamin orang tersebut bakal memperoleh dunia dengan jalan dunia yang datang kepada dirnya secara tunduk bahkan hina, bukan sebaliknya, ia yang harus mengejar dunia dengan hina sehingga merendahkan martabat diri.

وَمَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ

وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ

“Dan barangsiapa menjadikan akhirat keinginan (utamanya), niscaya Allah kumpulkan baginya urusan hidupnya dan dijadikan kekayaan di dalam hatinya dan didatangkan kepadanya dunia bagaimanapun keadaannya (dengan tunduk).” (HR Ibnu Majah 4095)

Apa yang dapat kita simpulkan dari hadits Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam di atas? Kesimpulannya ialah jika seorang hamba hidup dengan senantiasa sadar dan yakin bahwa Allah adalah Pemberi Rezeki sesungguhnya dan bahwa tugasnya sebagai orang beriman ialah terus-menerus mengokohkan keyakinan akan hidup yang sesungguhnya ialah di kampung akhirat nan kekal, bukan di negeri dunia nan fana ini, maka dengan sendirinya Allah-pun akan membalas keyakinannya yang mulia dan benar itu dengan balasan yang selayaknya sebagaimana Allah sendiri janjikan di dalam KitabNya:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ

حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

”Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl ayat 97)

Barangsiapa ber’amal sholeh, maka Allah jamin kehidupannya bakal baik di dunia dan Allah bakal balas dengan yang jauh lebih baik dari ’amal sholehnya di akhirat kelak. Namun, saudaraku, itu semua dengan syarat yang sangat fundamental, yaitu ”dalam keadaan beriman.” Dan iman yang paling pokok ialah ber-tauhid. Termasuk di dalamnya ialah hanya bergantung kepada Allah Yang Maha Ahad (Esa), tidak bergantung kepada apapun atau siapapun selain Allah.

Oleh karenanya, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam memberikan kabar gembira kepada setiap muwahhid (ahli tauhid). Bahwa hidup mereka bakal dijauhkan dari kemiskinan. Dan untuk memperoleh jaminan tersebut ternyata cukup dengan setiap kali pulang ke rumah membaca ayat pertama surah Al-Ikhlas sebelum masuk ke dalam rumah. Tentunya itu semua dilakukan bukan sekedar sebagai mantera berupa komat-kamit di bibir belaka. Namun ia mestilah diiringi dengan keyakinan penuh akan makna dari ucapan kalimat tersebut: “Qul huw-Allahu Ahad” (Katakanlah: Allah itu Maha Esa). Artinya, ucapkanlah sambil meyakini sedalam mungkin di dalam hati bahwa tidak ada tempat selain Allah untuk memohon dan mengharapkan datangnya rezeki berkah yang bakal mencukupi hidup kita plus hidup anak-istri plus biaya kita untuk beribadah, ber’amal, berda’wah dan berjihad di jalan Allah Ta’aala.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :

" مَنْ قَرَأَ {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} [الإخلاص : 1 ]

حِينَ يَدْخُلُ مَنْزِلَهُ نَفَتِ الْفَقْرَ

عَنْ أَهْلِ ذَلِكَ الْمَنْزِلِ ، وَالْجِيرانِ ".

Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Barangsiapa membaca “Qul huw-Allahu Ahad” (surah Al-Iklash ayat pertama) ketika masuk ke dalam rumahnya, maka kefakiran (kemiskinan) bakal tertolak dari penghuni rumah tersebut dan kedua tetangganya.” (HR Thabrani)

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ

وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ

وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ

وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari sifat pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang dan kesewenang-wenangan manusia (penagih hutang/debt collector).”
/@cwi

selengkapnya...

Miss Amerika yang Muslimah, Apakah Sebuah Prestasi?

Ketika meng-cross check seseorang yang meminta pertemanan di fb (Facebook-red) beberapa hari yang lalu, saya lihat nama, tidak dikenal, lalu saya telusuri profilnya, berasal dari kota yang saya yakin tidak pernah ada kontak dengan dia. Lalu saya coba dengan asal sekolah, juga bukan seseorang yang satu alumni. Lalu saya coba lihat di dindingnya, seseorang akan terlihat cara pandangnya dari cara dia menulis dan apa yang dia tulis.

Di dindingnya, dia tulis, kurang lebih demikian “Pertama kali dalam sejarah, Miss Amerika 2010 adalah seorang muslim Amerika.” Saya bukan seorang psikolog, jadi tidak dapat mengetahui apakah ungkapan tersebut ungkapan bangga, atau ungkapan perasaan yang lain.

Saya tidak hendak membicarakan orang tersebut yang meminta pertemanan, saya hanya ingin membawa apa yang dia tulis. Terus terang, ketika membaca isi dari dinding di Facebooknya, yang membuat saya tertarik adalah “Miss Amerika pertama yang muslim”.

Bagi kalangan tertentu, menjadi seorang Miss yang mewakili sebuah negara adalah sebuah kebanggaan. Memang seperti itulah realitanya, sehingga untuk mendaftar saja butuh pengorbanan, karena harus mengantri layaknya mendaftar CPNS.

Apa yang dibanggakan dari seorang Miss? Apalagi kalau bukan kemasyhuran, karir yang menjanjikan di dunia entertaintment, dan lain lain yang dapat membawanya ke jenjang kesuksesan. Konon seperti itu.

Hanya saja, yang membuat saya miris adalah, bukan hanya keglamoran yang ditampilkan, tetapi coba kita perhatikan tahapan- tahapan yang harus dilalui dalam ajang pemilihannya. Jangan jauh- jauh ke Amerika sana, bahkan di Indonesia sendiripun benar- benar mengadopsi dan menerapkan gaya yang sama dengan Miss Universe.

Mulai dari pakaian yang dikenakan yang sangat sangat minim, bahkan sampai minimnya you can see all of my body (naudzubillah), lalu dengan pakaian yang tidak memandang adat ketimuran itu, mereka berlenggak lenggok diatas pentas sambil diberi applause oleh audience.

Jika ada yang berkilah, menjadi seorang Miss Universe, beserta turunannya bukan hanya dilihat dari aspek fisik dan kecantikan semata, tapi juga aspek intelektual, maka saya katakan, beranikah panitia dan juga tim juri untuk mempertahankan seorang peserta dengan kostum muslimahnya, atau dengan tidak mensyaratkan harus berbikini ria dalam suatu tahapan seleksi?

Oh tidak, pasti tidak, karena Miss Universe diluar sana lebih heboh lagi tentunya.

Sudahlah, kita tidak usah membahasnya panjang lebar. Karena ini hanya salah satu fenomena akhir zaman yang harus kita lalui dan kita hadapi sebagai sebuah tantangan untuk menjadikan orang- orang disekeliling kita lebih percaya dengan keyakinan syariat Islam yang kita pegang.

Saya jadi teringat dalam sebuah seminar dengan tajuk “Menjadi Ibu Teladan” yang salah satu pembicaranya adalah Ustadz Budi Dharmawan (suami dari Ibu Yoyoh Yusroh), beliau menjelaskan bagaimana etika seorang muslimah ketika harus berinteraksi dengan dunia luar.

Saya tidak hendak membahas apa yang beliau bahas, Cuma hanya akan menukil salah satu pernyataannya saja, bahwa “Ibunda Nabi Isa As, yaitu Siti Maryam, disebutkan dalam Al-Quran dengan sebutan Nisa’il ‘Alami”. Apa yang dimaksud dengan Nisa’il ’Alami? Nisa dalam pengertian bahasa Arab adalah wanita, dan ‘alami adalah alam (dunia). Jadi jika diterjemahkan bebas, Bunda Siti Maryam adalah seorang Miss Universe.”

Pengakuan ke-miss universe-annya Siti Maryam, bukan hasil kontes, tapi pengakuan langsung dari atas langit, dari Tuhan Yang Maha Agung.

Coba kita lihat apa saja dan bagaimanakah tingkah laku seorang Miss Universe versi Tuhan? Kita coba buka Al Quran Surat Maryam, ayat 16 sampai 22;

Dan ceritakanlah (kisah) Maryam didalam Al-Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami (jibril) kepadanya, maka ia menjelma dihadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata, ”Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.” Ia (jibril) berkata, ”Sesungguhnya, aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu untuk memberimu seorang anak laki- laki yang suci.” Maryam berkata, ”Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki- laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku, dan aku bukan pula seorang pezina!” Jibril berkata, “Demikianlah, Tuhanmu berfirman ’hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat menjadikannya suatu tanda bagi manusai dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan’ ” Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.

Maha Suci Allah Swt, yang telah memberikan contoh kepada kita semua tentang seorang Miss Universe yang sesungguhnya. Miss Universe adalah seorang yang suci, tidak pernah seorang lelaki pun menyentuhnya, tidak pula memperlihatkan dan memamerkan auratnya kepada selain muhrimnya.

Jadi, adalah tugas kita bersama untuk meluruskan kembali makna Miss Universe yang sebenarnya. Sehingga semua orang tidak terkecoh dengan gaya- gaya luar yang memang bertujuan untuk merusak akhlak generasi muda dan wanita wanita muslim.

Jadi, apakah anda merasa bangga dengan seorang Miss Amerika 2010 yang muslimah?
Anda yang mempunyai pendapat! Semoga bermanfaat.

Penulis: Yuyu Latifah (yuyu.latifah@yahoo.com) Villa Mutiara Cikarang, Bekasi /@cwi

selengkapnya...

Berbakti pada Orang Tua



وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (24) رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا فِي نُفُوسِكُمْ إِنْ تَكُونُوا صَالِحِينَ فَإِنَّهُ كَانَ لِلْأَوَّابِينَ غَفُورًا (25)

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’ Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat.” (QS Al-Isra’ [17]: 23-25)

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia…”

Ini adalah perintah untuk mengesakan Sesembahan, setelah sebelumnya disampaikan larangan syirik. Ini adalah perintah yang diungkapkan dengan kata qadha yang artinya menakdirkan. Jadi, ini adalah perintah pasti, sepasti qadha Allah. Kata qadha memberi kesan penegasan terhadap perintah, selain makna pembatasan yang ditunjukkan oleh kalimat larangan yang disusul dengan pengecualian: “Supaya kamu jangan menyembah selain Dia…” Dari suasana ungkapan ini tampak jelas naungan penegasan dan pemantapan.

Jadi, setelah fondasi diletakkan dan dasar-dasar didirikan, maka disusul kemudian dengan tugas-tugas individu dan sosial. Tugas-tugas tersebut memperoleh sokongan dari keyakinan di dalam hati tentang Allah yang Maha Esa. Ia menyatukan antara motivasi dan tujuan dari tugas dan perbuatan.

Perekat pertama sesudah perekat akidah adalah perekat keluarga. Dari sini, konteks ayat mengaitkan birrul walidain (bakti kepada kedua orangtua) dengan ibadah Allah, sebagai pernyataan terhadap nilai bakti tersebut di sisi Allah:

“Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”
Dengan ungkapan-ungkapan yang lembut dan gambaran-gambaran yang inspiratif inilah Al-Qur’an Al-Karim menggugah emosi kebajikan dan kasih sayang di dahati anak-anak.

Hal itu karena kehidupan itu terdorong di jalannya oleh orang-orang yang masih hidup; mengarahkan perhatian mereka yang kuat ke arah depan. Yaitu kepada keluarga, kepada generasi baru, generasi masa depan. Jarang sekali kehidupan mengarahkan perhatian mereka ke arah belakang..ke arah orang tua..ke arah kehidupan masa silam..kepada generasi yang telah pergi! Dari sini, anak-anak perlu digugah emosinya dengan kuat agar mereka menoleh ke belakang, ke arah ayah dan ibu mereka.

Kedua orang tua secara fitrah akan terdorong untuk mengayomi anak-anaknya; mengorbankan segala hal, termasuk diri sendiri. Seperti halnya tunas hijau menghisap setiap nutrisi dalam benih hingga hancur luluh; seperti anak burung yang menghisap setiap nutrisi yang ada dalam telor hingga tinggal cangkangnya, demikian pula anak-anak menghisap seluruh potensi, kesehatan, tenaga dan perhatian dari kedua orang tua, hingga ia menjadi orang tua yang lemah jika memang diberi usia yang panjang. Meski demikian, keduanya tetap merasa bahagia!

Adapun anak-anak, secepatnya mereka melupakan ini semua, dan terdorong oleh peran mereka ke arah depan. Kepada istri dan keluarga. Demikianlah kehidupan itu terdorong. Dari sini, orang tua tidak butuh nasihat untuk berbuat baik kepada anak-anak. Yang perlu digugah emosinya dengan kuat adalah anak-anak, agar mereka mengingat kewajiban terhadap generasi yang telah menghabiskan seluruh madunya hingga kering kerontang!
Dari sinilah muncul perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dalam bentuk qadha dari Allah yang mengandung arti perintah yang tegas, setelah perintah yang tegas untuk menyembah Allah.

Setelah itu konteks surat menuangi seluruh suasana dengan keteduhan; dan menggugan emosi dengan kenangan-kenangan masa kecil, rasa cinta, belas kasih dan kelembutan.

“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu..”

Usia lanjut itu memiliki kesan tersendiri. Kondisi lemah di usia lanjut juga memiliki insprasinya sendiri. Kata عندك yang artinya “di sisimu” menggambarkan makna mencari perlindungan dan pengayoman dalam kondisi lanjut usia dan lemah. “Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka…” Ini adalah tingkatan pertama di antara tingkatan-tingkatan pengayoman dan adab, yaitu seorang anak tidak boleh mengucapkan kata-kata yang menunjukkan kekesahan dan kejengkelan, serta kata-kata yang mengesankan penghinaan dan etika yang tidak baik. “Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” Ini adalah tingkatan yang paling tinggi, yaitu berbicara kepada orang tua dengan hormat dan memuliakan.

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan…” Di sini ungkapan melembut dan melunak, hingga sampai ke makhluk hati yang paling dalam. Itulah kasih sayang yang sangat lembut, sehingga seolah-olah ia adalah sikap merendah, tidak mengangkat pandangan dan tidak menolak perintah. Dan seolah-olah sikap merendah itu punya sayap yang dikuncupkannya sebagai tanda kedamaian dan kepasrahan. “Dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’”

Itulah ingatan yang sarat kasih sayang. Ingatan akan masa kecil yang lemah, dipelihara oleh kedua orang tua. Dan keduanya hari ini sama seperti kita di masa kanak-kanak; lemah dan membutuhkan penjagaan dan kasih sayang. Itulah tawajuh kepada Allah agar Dia merahmati keduanya, karena rahmat Allah itu lebih luas dan penjagaan Allah lebih menyeluruh. Allah lebih mampu untuk membalas keduanya atas darah dan hati yang mereka korbankan. Sesuat yang tidak bisa dibalas oleh anak-anak.

Al Hafizh Abu Bakar Al Bazzar meriwayatkan dengan sanadnya dari Buraidah dari ayahnya:

“Seorang laki-laki sedang thawaf sambil menggendong ibunya. Ia membawa ibunya thawaf. Lalu ia bertanya kepada Nabi SAW, “Apakah aku telah menunaikan haknya?” Nabi SAW menjawab, “Tidak, meskipun untuk satu tarikan nafas kesakitan saat melahirkan.”

Oleh karena emosi dan gerak dalam konteks ini terhubung dengan akidah, maka Al-Qur’an mengulangnya dengan mengembalikan semua urusan kepada Allah yang mengetahui niat, dan mengetahui apa yang ada di balik ucapan dan perbuatan.
“Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat.” (25)

Nash ini hadir sebelum melanjutkan bahasan tentang taklif, kewajiban dan adab selanjutnya. Ia hadir untuk mengambalikan setiap ucapan dan perbuatan kepada Allah; untuk membuka pintu taubat dan rahmat bagi orang yang berbuat keliru atau teledor, kemudian kembali dan mengoreksi kekeliruan dan keteledoran tersebut.

Selama hati baik, maka pintu ampunan tetap terbuka. Orang-orang awwab adalah mereka yang setiap kali berbuat keliru maka mereka kembali kepada Tuhan mereka sambil meminta ampun.
/@cwi

selengkapnya...

Filosofi Berpakaian



يَا بَنِي آَدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآَتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آَيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ (26) يَا بَنِي آَدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآَتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ (27)

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS Al-A’raf [7]: 26)


Panggilan ini hadir di tengah naungan pemandangan kisah yang telah dipaparkan sebelumnya. Yaitu pemandangan ketelanjangan, terbukanya aurat, dan menutupinya dengan sekedarnya dengan daun surga. Ini adalah buah dari kesalahan. Kesalahan tersebut mengambil bentuk durhaka kepada perintah Allah, dan menyentuh larangan Allah. Ini bukan kesalahan yang dikisahkan oleh mitos-mitos dalam ‘kitab suci’! Kesalahan yang mewarnai persepsi artistik Barat yang bersumber dari mitos tersebut, dan dari pengaruh-pengaruh Frued yang beracun. Kesalahan itu bukan karena makan ‘pohon pengetahuan’, seperti yang diceritakan dalam mitos Perjanjian Lama.

Ia juga bukan kecemburuan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap manusia dan ketakutan-Nya sekiranya Adam makan pohon kehidupan sehingga ia menjadi salah satu tuhan, seperti yang didakwakan mitos-mitos tersebut. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan dengan kesucian yang sebesar-besarnya. Kesalahan tersebut juga bukan karena hubungan sekstual, sebagaimana imajinasi seni eropa selama ini berkutat pada lumpur seks untuk menafsirkan sehingga aktivitas kehidupan, seperti yang diajarkan Freud si yahudi kepada mereka!

Dalam menghadapi pemandangan telanjang yang terjadi akibat perbuatan dosa, dan dala menghadapi ketelanjangan yang senantiasa dipraktikkan orang-orang musyri di masa jahiliyah, maka konteks seruan ini mengingatkan nikmat Allah pada manusia yang telah mengajari mereka, memudahkan mereka, dan juga mensyariatkan bagi mereka pakaian untuk menutupi aurat yang terbuka. Selain untuk menutupi aurat, pakaian juga menjadi perhiasan dan keindahan, menggantikan buruknya ketelanjangan. Karena itu Allah berfirman, “Kami turunkan.” Maksudnya adalah kami syariatkan bagi kalian di dalam wahyu. Kata libas terkadang digunakan untuk sesuatu yang menutupi kemaluan, dan itu adalah pakaian bagian dalam. Sedangkan kata risyan terkadang digunakan untuk menutupi seluruh tubuh dan berhias, dan itu adalah pakaian bagian luar. Sebagaimana kata risyan digunakan untuk arti kehidupan yang sejahtera, nikmat dan harta benda. Semua makna ini saling berjalinan dan saling menguatkan.

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.”

Demikian pula, konteks surat di sini menyebutkan kalimat “pakaian takwa”, dan memberinya sifat “yang paling baik”.


“Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah…”

Abdurrahman bin Aslam mengatakan, “Maksudnya ayat ini adalah bertakwa kepada Allah dengan menutup auratnya. Itulah yang dimaksud dengan pakaian takwa.”


Ada hubungan antara pensyariatan Allah terhadap pakaian untuk menutup aurat dan untuk perhiasan dengan takwa. Keduanya sama-sama pakaian. Yang satu menutup aurat hati dan menghiasi hati, sedangkan yang lain menutupi aurat tubuh dan menghiasi tubuh. Keduanya saling berhubungan. Karena dari rasa takut dan malu kepada Allah itulah muncul rasa jijik dan malu terhadap ketelanjangan tubuh. Barangsiapa yang tidak malu dan takut kepada Allah, maka tidak ia tidak peduli untuk telanjang dan mengajak orang lain untuk telanjang. Telanjang dari rasa malu dan takwa, telanjang dari pakaian, dan membuka aurat!

Sesungguhnya menutup aurat karena rasa malu bukan sekedar kebiasaan lingkungan—seperti klaim para propagandis yang berusaha memengaruhi rasa malu masyarakat dan kesucian mereka untuk menghancurkan kemanusiaan mereka. Ini sejalan dengan rencana keji Yahudi yang termuat dalam program pemerintah Zionis. Rasa malu adalah fitrah yang diciptakan Allah dalam diri manusia, dan pakaian adalah syariat yang diturunkan Allah kepada manusia. Allah memberi mereka kemampuan untuk melaksanakan syari’at tersebut dengan berbagai kekayaan dan rezki di bumi yang ditundukkan Allah kepada mereka.

Allah mengingatkan anak-anak Adam tentang nikmat-Nya pada mereka ketika mensyariatkan pakaian dan menutup aurat. Syariat ini bertujuan untuk menjaga kemanusiaan mereka agar tidak runtuh kepada tataran kebiasaan hewan! Selain itu, Allah mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat-Nya dengan tujuan untuk mendukung mereka dengan kemudahan yang diberikan kepada mereka.

“Mudah-mudahan mereka selalu ingat.”

Dari sini seorang muslim dapat menghubungan antara serangan dahsyarat yang diarahkan kepada rasa malu dan akhlak manusia; ajakan secara gamblang untuk telanjang secara fisik atas nama perhiasan, peradaban dan cinta; antara program Yahudi untuk menghancurkan kemanusiaan mereka dan mempercepat dekadensi mereka, untuk mempermudah Yahudi dalam memperbudak mereka!

Selain itu, seorang muslim juga dapat menghubungkan semua ini dengan program yang ditujukan untuk mengikis habis sisa-sisa akar agama ini dalam bentuk emosi yang terpendam di lubuk jiwa! Sampai sejauh inilah upaya-upaya penghancuran yang mereka lakukan, dengan serangan keji untuk mengajak kepada telanjang jiwa dan fisik, seperti yang disuarakan media-media yang bekerja untuk setan-setan Yahudi di setiap tempat!

Sesungguhnya perhiasan “insani” adalah perhiasan dengan menutup tubuh, sementara perhiasan “hewani” adalah dengan cara telanjang. Tetapi umat manusia pada hari ini telah kembali ke dunia jahiliyah yang menjatuhkan mereka ke tataran binatang!
/@cwi

selengkapnya...

Ayat-Ayat Kauniyah Saat Daun Berguguran

Oleh Syaripudin Zuhri



Betapa banyak tanda-tanda atau ayat-ayat Allah SWT yang bertebaran di alam semesta ini, karena sangat banyaknya hingga yang "terlihat" oleh manusia kebanyakan adalah sesuatu yang " biasa" saja, seakan memang seharusnya begitu adanya.

Manusia menjadi kurang bersyukur atas segala macam nikmatNya atau bahkan menjadi tak dapat "membaca" ayat-ayat Kauniyah yang ada di dalamnya. Nah Karena saya di Moskow, maka saya mengajak sahabat semua membaca ayat-ayat kauniyah yang ada.

Saat ini di Moskow sedang musim semi dan menjelang musim panas, namun tak ada salahnya saya berbagi dengan sahabat-sahabat semuanya mengenai musim gugur dan belajar pada musim gugur , yang memang nuansanya seperti religius.

Suasananya begitu menggugah suasana hati, terutama ketika daun-daun berguguran dan saat melihat daun mulai berwarna kuning kemerahan, ada suasana yang lain, ada suasana yang penuh keindahan dan terbentang lagi ayat-ayat atau tanda-tanda kekuasaanNya. Mari kita lihat bait bait berikut ini :

Ketika musim gugur tiba,
Daun berguguran ditiup angin utara,
Dengan girimis tipis,
Disambut kabut bak tirai perawan suci,

Daun berguguran satu demi satu menghujam bumi,
Berputar putar bak penari sufi dari Turki,
Melayang layang di udara sambil terus berputar berputar,
Mengucap tasbih yang hanya dimengerti olehNya sendiri,

Daun yang kuning kemerahan menebar keindahan ciptaan-Nya,
Menari nari dihadapanmu menunjukkan kekuasaan Illahi,
Yang kadang tertutup kabut cinta materi,
Hingga tak mengerti bahwa itu adalah amanah illahi,

Alhamdulilillah ya Illahi,
Kau ajarkan kembali nilai pengorbanan,
Dari daun yang berguguran yang rela menghujam bumi,
Karena menopang pohon induknya,
Dengan keyakinan akan kembali hijau di musim semi,

Tak apa kami berguguran,
Asal kau tetap berdiri tegak menghujam bumi,

Ada musim gugur di belahan bumi utara,
Ada musim semi di belahan bumi selatan,
Di saat bersamaan musim gugur dan musim semi,
Menari bersamaan membentuk keindahan alam,

Ada keindahan pada setiap musim yang diciptakanNya,
Daun yang kuning kemerahan,
Berjatuhan sambil melayang di udara,
Berputar-putar bak penari darwis yang sedang fana,
Sambil melantunkan tasbih,
Yang dimengerti olehNya sendiri,

Keindahan ciptaanNya,
Kau temukan juga saat daun berguguran,
Ntah berapa milyar daun berguguran di berbagai negeri,
Telah menciptakan suatu tarian sunyi,
Menimbulkan nyanyian simfoni yang bercitra tinggi,
Bagi yang mengerti dan memahami ayat-ayat Illahi,
Betapa besar ayat-ayatNya yang berteberan di jagat raya ini,
Termasuk saat daun yang berguguran,
Yang menari dan berputar sambil melayang dan bertasbih,
Dengan caranya sendiri dan dimengerti oleh-Nya,

Bagitu banyak ayat-ayatnya bertebaran di muka bumi,
Lalu nikmatNya yang mana lagi yang mau kau dustakan,

Ah… seandainya kau mengerti,
Ada Dia di balik setiap materi dan setiap kejadian yang terlihat alami,
Namun kau terkunci mati,
Karena mengejar materi yang tiada henti,
Lalu kapan kau kembali,
Pada Dia yang hakiki dan Abadi.

Daun yang berguguran,
Mengajari kembali jiwa-jiwa suci,
Bahwa ada hidup sesudah mati,
Ada musim semi setelah musim dingin,
Ada kehijuan mengganti dedaunan yang telah berguguran,
Di musim semi nanti.

Lukisan ke MahabesaranNya di musim gugur telah kembali,
Terpampang di setiap jalan yang kau lalui,
Membuka ketentraman jiwa dan hati,
Dengan daun yang berguguran,
Memompa para seniman untuk berkraesi kembali.

Ya illahi,
Dedaunan telah gugur dan terus bertasbih memuji-Mu,
Tasbih yang dimengerti oleh-Mu sendiri,
Memuji illahi dengan ketabahan yang sangat tinggi,
Dedaunan terus bernyanyi dipadang sunyi,
Sambil terus bertasbih,
Memuji karya illahi yang sudah mengabadi,
Terukir tajam dalam bumi,
Itulah karya Illahi,
Yang bercitra tinggi tanpa henti.


Demikianlah bumi terus berputar dan musim terus berganti, dengan belajar musim gugur, ada rasa optimis yang tinggi buat manusia yang mau mempelajari tanda-tanda atau ayat-ayat yang datang dariNya, itulah ayat-ayat kauniyah dari sekian banyaknya ayat-ayat kauniyah yang terbentang di alam semesta ini.

Ayat kauniyah yang terbentang di musim gugur adalah salah satu sikap yang mau berkurban untuk kehidupan bersama, diperlihatkan dengan sangat jelas ketika daun-daun berguguran, agar pohon induknya tidak mati. Dan pohon yang kelihatan mati tersebut, akan menghijau kembali di musim semi dan akan sangat lebat di musim panas. Allahu Akbar !

Ada filosofi yang terbungkus dalam musim gugur dan saat daun berguguran. Itu ayat-ayat kauniyah baru di musim gugur, belum lagi ayat- ayat kauniyah di musim dingin, musim semi dan musim panas. Banyak sekali ayatNya yang terbentang di sana.

Di negara yang mengenal empat musim, Allah lebih banyak "menebarkan" ayat-ayat kauniyah-NYa di bandingkan dengan negara-negara yang mengenal hanya dua musim, mengapa?

Ya karena disetiap musim yang berganti, kita akan dapat pembalajaran baru dariNya, karena disetiap musim mempunyai karakter sendiri-sendiri. Subhanallah. Dan itu membutuhkan waktu panjang untuk menulisnya, karena itu, sekian dulu, lain kali disambung lagi.
/@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |