Heroisme Sang Mujahid, SM Kartosoewirjo


Alhamdulillah, alhamdulillah,
walhamdulillah. Allah Ta’ala memiliki
banyak cara untuk membela hamba-Nya.
Ketika manusia (seindonesia) berkonspirasi
untuk menghancurkan nama baik dan
kehormatan Al Ustadz Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo rahimahullah;
maka Dia memiliki cara-Nya untuk
memuliakan beliau. Melalui buku “Hari
Terakhir Kartosoewirjo” yang ditulis oleh
Fadli Zon; melalui pameran foto-foto
seputar eksekusi beliau pada tahun 1962; melalui bedah buku dan seterusnya;
alhamdulillah akhirnya terkuaklah banyak
fakta sejarah yang selama ini
disembunyikan. Sebagian besar manusia (Muslim) di
Indonesia selama ini berprasangka buruk
terhadap sosok almarhum SM.
Kartosoewirjo. Mereka melontarkan
tuduhan-tuduhan tak berdasar.
Alhamdulillah, dengan segala pertolongan Allah banyak sisi suram “cerita sejarah” itu
yang harus dihapus, diganti kisah lain yang
lebih benar dan tidak dusta. Tampaknya
bangsa Indonesia harus menulis ulang
ulasan sejarahnya seputar sosok SM.
Kartosoewirjo dan gerakan Daarul Islam- nya. Berikut ini poin-poin apresiasi dan analisis
yang bisa kami sampaikan, terkait
pengungkapan 81 foto-foto eksklusif yang
semula merupakan rahasia negara itu.
Bentuk apresiasi ini adalah upaya nyata
untuk mulai menulis sejarah tokoh Islam dengan cara pandang yang benar; meskipun
musuh-musuh Islam alergi terhadapnya.
Kalau mereka alergi, setidaknya kita perlu
berkata jujur kepada kaum Muslimin dan
kemanusiaan manusia di dunia.
[1]. Imam SM. Kartosoewirjo ternyata adalah pribadi yang sederhana, biasa,
tidak berbeda dengan manusia-manusia
Indonesia yang lain. Ada yang mengatakan,
sosoknya seperti petani. Begitu pula,
keluarga beliau juga sederhana, termasuk
istri dan anak-anaknya. Namun harus diakui, beliau adalah sosok pemimpin
revolusi Islam terbesar di Indonesia.
Gerakan Daarul Islam (DI) merupakan
gerakan politik-militer yang paling luas
pengaruhnya. Ia berpengaruh di Jawa
Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sulawesi Selatan, Kalimatan Selatan, hingga Nusa
Tenggara. Dibandingkan gerakan PKI, ia
hanya dominan di Jakarta dan Jawa Timur
saja. PRRI/Permesta hanya di Sumatera
Barat, RMS hanya di Maluku, dan
seterusnya. [2]. Sampai akhir hidupnya, SM. Kartosoewirjo konsisten dengan garis
perjuangannya. Beliau membela
perjuangannya, sampai di depan regu
tembak. Hal ini mengingatkan kepada tokoh-
tokoh Ikhwanul Muslimin yang pada tahun
60-an banyak dieksekusi mati oleh rezim Gamal Abdul Naser. Imam Daarul Islam itu
tidak pernah mundur dari sikapnya dan
bersedia mempertanggung-jawabkan
perjuangannya sampai titik darah
penghabisan. Ketika diputuskan dia harus
divonis mati, pihak pengadilan menawarkan dirinya untuk pergi kemana saja, sekali pun
ke Amerika; selagi tidak ada urusan politik.
Namun beliau menolak, karena yang dia
inginkan adalah: segera bertemu Allah
untuk memastikan apakah perjuangannya
benar atau salah? Lihatlah manusia yang fisiknya tampak ringkih ini; dia sangat kuat
dalam memegang prinsip dan tidak
menyesal. Berbeda dengan umumnya
aktivis-aktivis Islam yang semula idealis,
lalu perlahan-lahan menjadi pragmatis
dan menjual agama dengan harga murah. Nas’alullah al ‘afiyah. [3]. Dalam kapasitasnya sebagai “musuh negara” yang dianggap paling berbahaya;
ternyata SM. Kartosoewirjo tampak
dihormati, dihargai, dan dimuliakan oleh
orang-orang yang berurusan dengan
eksekusinya. Mereka tampak hening, berdiri
rapi, penuh khidmat memberikan penghormatan terakhir. Setelah wafat,
beliau dimandikan dengan air laut, lalu
dishalatkan dan dimakamkan secara
Islami. Bahkan sejak diantar ke Pulau Ubi,
beliau diperlakukan secara baik. Hal ini
menandakan, bahwa orang-orang yang berurusan dengan eksekusinya tidak yakin
sepenuhnya, bahwa beliau salah. Kalau mau
jujur, SM. Kartosoewirjo adalah “anak
kandung” dari TNI (dulu BKR atau TKR).
Beliau itu semula berada dalam barisan
TNI, berjuang menjaga wilayah Jawa Barat. [4]. Dalam segala kesederhanaannya, ternyata kharisma SM. Kartosoewirjo
sangat menakutkan bagi rezim yang
berkuasa (Orde Lama dan Orde Baru).
Mereka begitu ketakutan, sehingga harus
menyembunyikan dimana lokasi eksekusi;
apakah di Pulau Onrust atau di atas kapal laut? Bahkan di Pulau Onrust, mereka buat
dua pusara palsu, dengan label “makam
Kartosoewirjo”. Sebegitu takutnya mereka,
sehingga harus membuat sandiwara-
sandiwara seperti itu. Bahkan Pulau Ubi
dimana eksekusi diadakan dan pusara SM Kartosoewirjo ada disana; pulau itu kalau
laut saat pasang, tidak akan tampak di
permukaan. Masya Allah, sebegitu takutnya
musuh-musuh politik Imam Darul Islam itu;
mungkin mereka nyadar, kalau dirinya
memang salah. [5]. SM. Kartosoewirjo rahimahullah dituduh dengan 3 perkara, yaitu: a. Beliau
melakukan pemberontakan; b. Beliau berniat
membunuh Presiden Soekarno; c. Beliau
ingin lepas dari Indonesia. Atas tuduhan
ini, beliau akui tuduhan pertama, dan beliau
tolak dua tuduhan terakhir. Dengan demikian, kita tidak boleh menyimpulkan
bahwa gerakan Daarul Islam bertujuan
separatisme (memisahkan diri dari NKRI).
Daarul Islam tetap dalam lingkup
keindonesiaan dan tidak ingin memisahkan
diri dari NKRI. Kalau mau dikembangkan secara politik; mestinya DI/TII jangan
dituduh sebagai pemberontak; tapi
anggaplah ia sebagai aspirasi politik
sebagian kaum Muslimin yang menuntut
otonomi, untuk mengatur wilayahnya dengan
sistem Islam. Kalau daerah lain ingin memakai sistem sekuler atau non Islami, ya
itu silakan saja. Hanya saja, berikan
otonomi kepada Daarul Islam untuk
mengatur wilayahnya dengan sistem Islami.
Bukankah dalam sistem federasi hal
semacam itu memungkinkan terjadi? Atau setidaknya dalam bentuk otonomi khusus. [6]. SM. Kartosoewirjo dihukum mati berdasarkan keputusan pengadilan, yang
dikukuhkan oleh persetujuan Presiden
Soekarno. Soekarno sendiri sejatinya
adalah mantan teman beliau, sebagai
sesama murid HOS. Cokroaminoto di
Surabaya. Bagi Soekarno, mengenyahkan kawan lamanya adalah keutamaan,
meskipun yang bersangkutan berjuang demi
Islam. [7]. Sebelum dieksekusi mati, SM. Kartosoewirjo mengajukan 4 tuntutan, dan
hanya tuntutan terakhir yang dipenuhi.
Pertama, beliau ingin bertemu dengan para
perwira bawahannya; Kedua, beliau ingin
agar eksekusinya disaksikan pengikutnya
atau keluarganya; Ketiga, beliau ingin jenazahnya diserahkan kepada
keluarganya; Keempat, beliau ingin bertemu
keluarganya, untuk terakhir kalinya.
Ternyata, hanya tuntutan terakhir yang
dipenuhi. Beliau sudah tua dan lemah;
beliau sudah sedia dihukum mati; beliau tidak menuntut ingin kesana-kemari; tetapi
itu pun beliau masih dizhalimi dengan tidak
dipenuhi hak-haknya sebagai manusia yang
wajar. Sekedar dimakamkan oleh
keluarganya saja, tuntutan itu ditolak. [8]. Bisa jadi keputusan Pemerintah RI untuk menghukum mati SM. Kartosoewirjo
dianggap benar (menurut hukum positif dan
vonis pengadilan). Tetapi mengapa di luar
itu semua, SM. Kartosoewirjo masih
dizhalimi sedemikian rupa? Tuntutan beliau
yang manusiawi tidak dipenuhi; makamnya disamarkan di Pulau Onrust; dan dibuat
catatan-catatan sejarah bohong seputar
dirinya? Bukankah hal ini merupakan
kezhaliman besar atas diri beliau?
Akhirnya, kezhaliman itu terbongkar sudah,
dengan dimuatnya foto-foto eksklusif seputar eksekusi Imam Daarul Islam. Ibarat
menyembunyikan bau busuk, lama-lama akan
tercium juga. [9]. SM. Kartosoewirjo rahimahullah tidaklah ingin membubarkan NKRI, tidak
ingin keluar dari Indonesia, atau ingin men-
Daarul Islam-kan Indonesia. Tidak
demikian. Beliau itu ingin menegakkan
pemerintahan otonom berdasarkan Islam.
Jika pemerintahan itu tegak, ia tetap berada dalam cakupan NKRI; hanya saja
memiliki otonomi untuk membangun wilayah
dengan nilai-nilai Islam. Hal ini bukan
tanpa alasan. Alasannya ialah lemahnya
bargaining Soekarno-Hatta di mata
Belanda (NICA). Mereka mau menanda- tangani perjanjian Renville dan KMB
(Konferensi Meja Bundar) yang isinya amat
sangat melukai hati bangsa Indonesia.
Melalui Renville, wilayah RI hanya
seputaran Yogya saja; selebihnya wilayah
RIS. Pasukan TNI harus ditarik ke Yogya semua, sehingga hal itu membuka peluang
bagi NICA untuk menguasai wilayah-wilayah
di luar RI. Melalui KMB, bangsa Indonesia
harus mengakui bahwa kemerdekaan RI
merupakan hasil pengakuan dari Belanda;
padahal RI merdeka setelah berhasil mengusir Jepang dari Tanah Air. Belanda
sejak awal tahun 1940-an sudah diusir dari
Indonesia oleh Jepang. Di sisi lain, RI
harus menerima beban hutang Belanda
akibat terlibat dalam Perang Dunia II dan
perang-perang lainnya. Beban hutang ini tidak pernah disampaikan oleh para
sejarawan. Ekonom UGM, Revrisond Baswir
sering menyinggung posisi hutang
peninggalan KMB ini. SM. Kartosoewirjo
tidak mau menerima semua perjanjian yang
merusak bangsa dan negara itu. Tetapi beliau lalu disudutkan sebagai
“pemberontak”. Na’udzubillah wa
na’udzubillah min dzalik. [10]. Di balik pendirian Daarul Islam, ada satu SPIRIT yang tidak dipahami bangsa
Indonesia, sejak dulu sampai kini. Akibat
tidak dipahami masalah ini, akibatnya
sangat fatal. Bahwa sejak awal, SM.
Kartosoewirjo amat sangat membenci sikap
tunduk kepada penjajah; beliau tidak mau menyerahkan wilayah walau sejengkal saja
kepada penjajah. Beliau tidak mau dihina,
karena harus “merdeka lewat pengakuan
Belanda”. Wong, sudah merdeka sendiri kok,
masih harus membutuhkan pengakuan
Belanda? Beliau anti menanggung hutang- hutang Belanda, karena itu sama dengan
memikulkan hutan orang kafir ke punggung
anak-cucu sendiri. Tetapi tabiat beliau
berbeda dengan Soekarno-Hatta yang
dididik oleh pendidikan penjajah di negeri
Belanda sana. Beliau tidak mau tunduk kepada penjajah, sedangkan Soekarno-
Hatta suka dengan penjajahan (dalam
model berbeda). Akhirnya kini bangsa
Indonesia di zaman Reformasi (tahun 2012)
ini bisa melihat, siapa yang lebih benar
sikap politiknya; Soekarno-Hatta atau SM. Kartosoewirjo? Di zaman ketika kini bangsa
Indonesia sudah dijajah di berbagai sektor
oleh negara-negara asing ini, mestinya kita
harus menangisi hasil perjanjian Renville
dan KMB. Dua perjanjian laknat itulah yang
menghantarkan bangsa Indonesia kini kehilangan hakikat kemerdekaan, setelah
sebelumnya merasakan kemerdekaan. [11]. Banyak orang bertanya-tanya: “Siapakah yang menyerahkan foto-foto
eksklusif itu kepada Fadli Zon? Siapa dia?
Bagaimana ceritanya? Dan mengapa dia
lakukan tindakan itu?” Saudaraku, kita
tidak tahu apa alasan hakiki si pemberi
(penjual) foto itu. Tapi kita yakin, dia pernah secara langsung atau tidak
berhubungan dengan orang-orang yang
menjadi saksi eksekusi pada tanggal 5
september 1962 itu. Dia mungkin punya
hubungan dengan kameramen yang membuat
foto-foto itu; atau dia berhubungan dengan pusat penyimpanan dokumentasi negara;
atau dia pernah secara mujur menemukan
foto-foto itu berserakan sebagai barang tak
berguna, lalu dia lihat dan amati nilai
historisnya, lalu disimpannya. Yang jelas,
sumber foto itu sangat ingin memberi tahu bangsa Indonesia sejarah yang jujur
tentang eksekusi SM. Kartosoewirjo dan
kebenaran seputarnya. Hal ini tentu karena
ia telah digerakkan oleh Allah Ta’ala untuk
mengungkapkan sejarah yang sebenarnya.
Begitu gelisahnya sumber foto itu mendengar sejarah yang palsu dan penuh
racun; sehingga menjadi tugas kemanusiaan
baginya, untuk mengungkap fakta
sebenarnya. Khusus bagi Bang Fadli Zon,
beliau juga layak diberi pujian, apresiasi,
dan penghargaan atas pengungkapan fakta-fakta itu. Semoga Allah Ta’ala
memberi mereka balasan pahala sesuai
kebaikan-kebaikan yang dilakukannya. Amin
Allahumma amin. Namun pujian dan apresiasi ini tidak
berlaku bagi gerakan sempalan NII yang
faksinya bermacam-macam, lalu muaranya
ke Ma’had Al Zaytun di Indramayu, yang
dipimpin oleh Abu Toto (Syech Panji
Gumilang) itu. NII model begini adalah termasuk aliran sesat-menyesatkan yang
dibentuk oleh infiltrasi penguasa, melalui
tangan Ali Mutopo dan Pitut Soeharto. Apa
yang kita apresiasi ialah gerakan Daarul
Islam asli, di bawah pimpinan Al Ustadz
SM. Kartosoewirjo rahimahullah, yang berdiri tegak di atas missi politik Islami,
latar belakang sejarah, serta spirit anti
penjajahan. Sebagai penutup tulisan ini, dalam Al
Qur’an Allah Ta’ala berfirman: “Wa tu’izzu
man tasya’u wa tudhillu man tasya’u, bi
yadikal khair innaka ‘ala kulli syai’in
qadiir” (dan Engkau -ya Allah- memuliakan
siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki; di
Tangan-Mu segala hakikat kebaikan,
sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas
segala sesuatu). [Surat Ali Imran]. Demikianlah, manusia-manusia jahat
bermaksud menodai dan merusak
kehormatan SM. Kartosoewirjo
rahimahullah; namun Allah dengan segala
cara-Nya hendak memuliakan hamba-Nya.
Dia adalah Sang Mujahid Agung, sosok kesatria yang rela mati sampai titik darah
penghabisan, demi membela cita-cita
politik Islami. Bangsa Mesir memiliki
mujahid Sayyid Quthb rahimahullah;
bangsa Libia memiliki Umar Mukhtar
rahimahullah; bangsa Rusia memiliki Imam Syamil rahimahullah; bangsa Palestina
memiliki Syaikh Ahmad Yasin dan Syaikh
Izzudiin Al Qasam rahimahullah; bangsa
Pakistan memiliki Presiden Ziaul Haq
rahimahullah; bangsa Turki memiliki
Najmuddin Erbakan rahimahullah; bangsa Suriah memiliki Ustadz Marwan Hadid
rahimahullah; maka kaum Muslimin
Indonesia memiliki sosok Mujahid Agung:Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo rahimahullah. SM. Kartosoewirjo adalah sosok komandan
militer, imam, sekaligus ideolog Daarul
Islam yang tiada duanya di dunia Islam.
Nyaris tidak dijumpai perjuangan dengan
konsep Daarul Islam di masa lalu, di
negeri-negeri Muslim lain, selain hanya di Indonesia. Pemimpin-pemimpin Ikhwanul
Muslimin di Mesir, secara akidah mereka
sepakat dengan konsep Daarul Islam;
tetapi secara perjuangan militer, mereka
belum sampai kesana. Ingatlah
keistimewaan ini wahai Muslimin Nusantara! Semoga sekilas tulisan ini bermanfaat dan
menjadi refleksi iman dan sejarah, bagi
kita semua.Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin,
wa shallallah ‘ala Rasulillah Muhammad wa
‘ala alihi wa ashabihi ajma’in. Jakarta, AM. Waskito./@cwi

selengkapnya...

Hari Ibu ? Siapa Yang Memulai…


Apa sih sejarah dan makna dari Hari Ibu,
dan kenapa tanggal 22 desember
ditetapkan sebagai hari ibu? Mari kita cari
tahu. Hari Ibu adalah hari peringatan/
perayaan terhadap peran seorang ibu
dalam keluarganya, baik untuk suami, anak- anaknya, maupun lingkungan sosialnya. Peringatan dan perayaan biasanya
dilakukan dengan membebas tugaskan ibu
dari tugas rumah tangga yang sehari-hari
dianggap merupakan kewajibannya, seperti
memasak, merawat anak, dan urusan rumah
tangga lainnya. Hari Ibu diperingati dengan berbagai
alasan. Di sebagian negara Eropa dan
Timur Tengah, Hari Ibu atau Mothers Day
dirayakan pada bulan Maret. Hal itu
berhubungan dengan kepercayaan mereka
memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus, dan ibu para dewa dalam sejarah atau mitologi
Yunani Kuno. Di negara seperti Amerika
Serikat, Australia, Kanada, Belanda,
Malaysia, dan Hongkong, Hari Ibu
diperingati pada hari Minggu kedua bulan
Mei. Karena hari itu pada 1870 seorang ibu aktivis sosial, Julia Ward Howe,
mencanangkan pentingnya perempuan
bersatu menghentikan Perang Saudara di
Amerika yang belum berserikat.
Sejarah hari ibu telah dikenal pasti
sebagai perayaan musim bunga orang-orang
Greece, sebagai penghormatan terhadap
Rhea, ibu kepada tuhan mereka. Masyarakat Inggris pada tahun 1600
merayakan hari yang mereka namakan
sebagai “Mothering Sunday”. sebagian
orang-orang Kristen akan berhenti
memakan makanan tertentu karena alasan
dogma agama. Mereka beralasan amalan tersebut diciptakan karena sebagai
penghormatan mereka terhadap Mother
Mary. Mother Mary adalah Maryam, ibu
kepada Nabi Isa Alaihissalam atau Jesus
yang mereka anggap sebagai tuhan. Saat hari itu juga, mayoritas rakyat inggris
yang fakir dan miskin, bekerja sebagai
pembantu rumah tangga. Mereka sanggup
bekerja jauh meninggalkan keluarganya
karena percaya bahwa Jesus akan
memberikan kekayaan dan kesenangan dalam waktu itu. Menjelang hari Ahad
keempat, mereka diliburkan oleh
majikannya, dan pulang ke kampung untuk
bertemu dengan ibu. Setiap ibu akan
dihadiahkan dengan Mothering Cake atau
kue hari ibu untuk merayakan hari tersebut. Kemudian amalan dan tradisi ini menular
ke seluruh dunia dan hingga kini disambut
sebagai penghormatan kepada Mother
Church. Mother Church dianggap sebagai
kuasa spiritual yang agung yang memberi
manusia kehidupan dan memelihara mereka dari keterpurukan. Sejak dari itu,
perayaan Mothering Sunday telah
bercampur aduk dengan upacara
keagamaan gerejaan. dan mejadi ritual
agama penghormatan mereka terhadap ibu
sama taraf dengan penghormatan mereka terhadap gereja. Di Amerika Serikat, Hari Ibu disambut
seawal 1872 hasil ilham Julia Ward Howe.
seorang aktivis sosial dan telah menulis
puisi ” The Battle Hymn of The
Republic” (TBHoTR). TBHoTR telah
dijadikan lagu patriotik yang cukup populer di kalangan warga Amerika pada saat itu.
Ungkapan “Hallelujah” dalam bait-bait lagu
tersebut memberikan sentuhan kepada
Kaum Yahudi dan Zionis untuk menguasai
politik dunia. Pada tahun 1907 Anna Jarvis dari
Philadelphia telah memulai kampanye
untuk melancarkan Hari Ibu. Ia pun telah
berhasil mempengaruhi Mother’s Church di
Grafton, Sehingga west Virginia merayakan
dan meramaikan Hari Ibu pada hari ulang tahun kedua kematian ibunya, yaitu pada
hari Ahad kedua dalam bulan Mei.
Semenjak saat itu, Hari Ibu dirayakan
setiap tahun di Philadelphia. Anna Jarvis dan pendukungnya telah
menulis surat kepada menteri, pengusaha
dan ahli-ahli politik agar Hari Ibu disambut
secara meluas di seluruh wilayah. Usaha
mereka telah berhasil sepenuhnya pada
tahun 1911 dan hari tersebut disambut baik oleh hampir seluruh wilayah Amerika. Pada
tahun 1914, Presiden Woodrow Wilson,
secara resmi Hari Ibu sebagai Hari cuti
umum dan harus rayakan pada setiap hari
Ahad kedua dalam bulan Mei. Biarpun
sebahagian besar negara-negara di dunia menyambutnya pada hari yang berlainan,
tetapi negara seperti Denmark, Finland,
Itali, Turki, Australia, dan Belgium masih
merayakannya pada setiap hari Ahad
kedua dalam bulan Mei. Bagaimana dalam Islam ? Islam, tanpa mengenal hari tertentu,
mewajibkan setiap anak selalu
mengistimewakan seorang Ibu. Mungkin kita
tidak pernah menyadari, begitu banyak yang
telah dilakukan seorang Ibu. Ibu
mengandung kita selama 9 bulan 10 hari, berjuang melawan rasa sakit ketika
melahirkan, mengesampingkan waktu
istirahatnya untuk menyusui, juga merawat
ketika kita sehat apalagi saat sakit, dan
banyak lagi hal lainnya yang mustahil
dapat kita hitung dan kita balas seluruh pengorbanannya. “Seandainya kita diberi kemampuan
membayar setiap tetes ASI, tidak akan ada
seorang pun yang dapat melunasi jasa Ibu
seumur hidup kita”, Sabda Rosululloh. Untuk itu, Islam begitu mengistimewakan
seorang Ibu, seperti yang banyak kita temui
di dalam al-Quran, hadis, dan kisah-kisah
teladan. Allah SWT berfirman, “Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan
‘ah’ dan janganlah kamu membentak
mereka, dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai
Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil’,” (QS al-Isrã’ [17]:
23-24). Bila hal itu dijelaskan, maka perayaan hari
ibu tidak diperbolehkan. Tidak boleh
mengadakan simbol-simbol perayaan
seperti kegembiraan, kebahagiaan,
penyerahan hadiah dan lain sebagainya.
Seorang muslim wajib memuliakan agamanya dan bangga dengannya dan
hendaknya membatasi diri dengan
ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
Rasul-Nya dalam agama yang lurus yang
telah diridloi Allah Ta’ala untuk hamba-
Nya, tidak ditambah maupun dikurangi. Seorang muslim seharusnya tidak ikut-
ikutan, Tetapi haruslah membentuk
kepribadiannya sesuai dengan ketentuan
syari’at Allah Azza wa Jalla, sehingga
menjadi ikutan, bukan sekedar menjadi
pengikut, menjadi contoh bukan yang mencontoh. Karena syari’at Allah –
alhamdulillah- adalah sempurna dilihat
dari sisi manapun, sebagiaman firman
Allah: “Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk
kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridloi
Islam itu menjadi agama bagimu” (QS. Al-
Maidah: 3). Haknya seorang ibu lebih besar daripada
sekedar disambut sehari dalam setahun.
Bahkan seorang ibu mempunyai hak yang
harus dilakukan oleh anak-anaknya, yaitu
memelihara dan memperhatikannya serta
menta’atinya dalam hal-hal yang tidak maksiat kepada Allah Azza wa Jalla
disetiap waktu dan tempat. (-DYP-)/@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |