Pesona Sultan Al-Malikz Zahir (Raja Samudera Pasai)

May
23

Dalam kitab Dairatul maarif jilid.2 ustadz Farid Wajdi menceritakan seorang tentang sufi pengembara Ibnu Baitutah . Ia lahir pada tahu 1304 di Tenger yg terletak di bibir selat Jiblatar dalam wilayah kerajaan Maroko. Diceritakan pula dalam kitab itu, Ibnu Batutah bukan seorang musafir petualang yg berkelana hanya utk melihat berbagai negeri termasuk daratan China. Ia juga menuliskan kesan-kesannya yg kemaudian kerap dijadikan tawanan sejarah.

Tahun 1345 Ibnu Batutah sempat singgah dikerajaan Samudera Pasai dalam pelayaran menuju Tiongkok. Salah satu kesannya yg tertuang dalam kitab Tuhfatun Najhar fi Gharaibil Amshor mengisyaratkan bahwa sufi yg bermazhab Maliki ini sangat mengagumi sultan jawa (yg dimaksud adalah raja Samuderaw Pasai) Sulta Al-Malikuz Zahir. Padahal Sultan Jawa itu bermazhab Syafi'i yg taat.




Ia menceritakan ketika Sulatn itu berkenan menerima kedatangannya, terasa suasana yg berbeda dari istana-istana lainnya. Waktu itu Sultan memakai jubah fukaha (pakaian para ahli fikih) dan sedang berbincang-bincang mengenai fikih Syafi'i dg Qadhi AmirRasyid "Dibandingkan dg kerajaan-kerajaan Islam yg saya datangi, baik di Hindustan maupun di Turkisan, di Bukhara maupun di Mesir Sultan "Jawa" itulah yg banyak wawasannya, dan paling dalam Ilmunya," Ujar Ibnu Baitutah dalam keterang di kitabnya.

Tampaknya ia begitu terpikat dg peringai sultan Jawa ketika ia melanjutkan "Dg jubah Fukaha itulah Sultan Jawa berjalan kaki ke Mesjid tiap kali melaksanakan Shalat Jumat. Sesudah itu, dalam acara-acara resmi barulah ia mengenakan pakaian kebesarannya selaku seoran raja yg adil dan kaya-rayaw." Kesufian menurut jalan pikiran Ibnu Baitutah menang tidak cuma terpancang pada satu tolak ukur, meninggalkan sama sekali gebyar-gebyar keduniawian lantaran kerufian adalah hakikatnya berakar pada kesedian mengendalikan diri sebatas kemampuan, sesuai dg zaman, keadaan dan lingkungan.

Kekaguman Ibnu Baitutah kepada Sultan Al-Malikuz zahir bukan karena Sultan Jawa itu berjubah tambal-tambalan seperti yg dikenakan Umar bin Khatab semasa menjabt Khalifah, melainkan kepiawaiannya sebagai ahli agama, justru pada waktu raja-raja di sentero negeri Islam lainnya menumpukan perhatiannya untuk membangun Istana dan monumen seindah indahnya. Mereka menyerahkan agama hanya kepada para ulama yg mendapat gaji dari kerajaan, dan melepas tangan dari semua perkara urusan Samawiyah walaupun banyak diantaranya yg menyandang gelar Amirulmukminin, pemimpin orang-orang yg beriman.

Dibandingkan pula Sulta Jawa itu dg suasana yg serba megah di kerajaan Majapahit. Yg waktu itu di perintah oleh raja Hayam wuruk dg mahapatihnya Gajah Mada. Mana mungkin raja Gung Binathara itu keluar dari istananya tanpa pengiring dan payung yg kebesarannya. Untuk menjaga keamanannya, mengingat musuhnya yg begitu banyak, selalu dikawal oleh pasukan Bhayangkara, yg tersohol anal itu. Dan memang demikianlah seharusnya, sebab negara akan kacau dan berkabung dalam perpecahan apabila rajanya tiba-tiba terbunuh dan terluka.

Maka ketidakwajaran Sultan Al-Malikuz Zahir itulah yg memantulkan kebenarannya selaku raja yg tidak membutuhkan pengawalan. Ia bisa muncul sewaktu-waktu ditengah rakyatnya tanpa gentar karena ia menerapkan ajaran kesufian Umar bin Khatab pada nilai-nilai hidupnya yaitu bahwa pemimpin adalah pelayan masyarakat yg dipimpinnya. Meskipun begitu, rakyat justru akan sukarela sepakat akan membela dan mendukungnya sehingga kerajaan Majapahit dibawah pimpinan Gajah Mada sendiri gagal menaklukan kerajaannya tatkala pada tahun 1339 Masehi melakukan serangan besar-besaran.

Bagi Al-Malikuz Zahir membangun benteng seperti "tembok besar" Tiongkok belum bisa menjamin ketahanan negaranya. Juga menyusun ketentaraan yg serba kuat dan garang belum tentu pemerintahannya kokoh dan di segani. Baginya lebih penting membangun benteng yg kuat di dalam hati rakyat dg menampilkan dirinya sebagai raja yg bukan menguasai, melainkan mengayomi.

Ia juga tidak bernafsu untuk melakukan kerajaan-kerajaan lain karena ia lebih cenderung untuk senantiasa berusaha menaklukan hawa nafsunya sendiri. Dan itulah keyakinannya, bahwa kekaguman seorang pemimpin jika ia berhasil menaklukan syahwatnya ditengah kebesaran kekuasannya. Lantaran baginya, kekuasannya bukanlah hak turun temurun, melainkan amanat Tuhan dan kepercayaan rakyat.

Maka keadilan yg dilaksanakannya adalah keadilan dalam makna kesufian sesuai dg ketentuan:"Keadilan adalah meleletakan sesuatu pada tempatnya, dan kelaliman adalah meletakan sesuatu bukan pada tempatnya," Sejak ia berikrar hendak mengikuti sunahSAW, iapun harus bertanggung jawab untuk memikul amanat kepemimpinanannya selaras dg ajarannya, karena nabi, tatkala memimpin daulah Islamiyah bertindak selaku pemimpin negara sekaligus pemimpin agama, ia juga harus berupaya agar tugas kesultannya dapat mencakup dua kepentingan tersebut kenegaraan dan keagamaan.

Barangkali tidak semua pemimpin negara mampu mengambil kedua fungsi itu mengingat keterbatasan kemampuan dan perkembangan keadaan. Namun, tetap kedua fungsi tersebut dapat diembannya dg menuangkannya lewat undang-undang dan peraturan-peraturan, yg tentu saja harus terbuktikan lewat pelaksanaannya./@bhu

Pendengki tidak akan sukses

"Janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling mendengki, janganlah kalian saling membelakangi (saling berpaling), dan janganlah pula saling memutuskan. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yg bersaudara." (HR Mutaffaq 'Alaih).

Hadist ini diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam Al adab dan Muslim dalam Al Biir. Lebih khusus dalam larangan dengki disebutkan Oleh Rosulullah dalam hadist lain:

"Hindarilah dengki karena dengki itu memakan (menghancurkan) kebaikan, sebagaimana api memakan (menghancurkan) kayu bakar." (HR. Abu Dawud)




Dengki di definisakan oleh para ulama sebagai: "Mengangankan hilangnya kenikmatan (yg berhubungan dg) agama maupun dunia.

Dari definisi diatas kita dapat memahami bahwa iri dengki tidak hanya menyangkut capaian-capaian yg bersifat duniawi, melainkan juga mencakup capaian-capaian di lingkup keagamaan. Ini juga berarti bahwa penyakit dengki tidak hanya menjangkiti kalangan awam. Iri dengki itu juga ternyata dapat menjalar dan menjangkiti kalangan yg dikategorikan berilmu, pejuang, bahkan da'i. Seorang Da'i atau Mubaligh misalnya, tidak suka melihat dg banyaknya pengikut da'i atau Mubalaigh lain. Seorang yg berafiliasi kepada kelompok atau jemaah tertentu sangat benci kepada kelompok atau jema'ah lain yg mendapatkan kemenangan-kemenangan. Dan masih banyak lagi bentuk lainnya dari sikap iri dengki di kalangan para 'Pejuang . Tapi bagaiamana ini bisa terjadi?

Imam Al-Ghazali ra menjelaskan: "Tidak akan terjadi saling dengla pada kalangan Ulama, sebab yg mereka tuju adalah Ma'rifatullah (mengenal Allah). Tujuan itu bagaikan Samudera luas yg tidak bertepi. Dan yg mereka cari adalah kedudukan di sisi Allah. Itu juga merupakan tujuan yg tidak terbatas. Karena kenikmatan yg paling tinggi pada sisi Allah adalah perjumpaan dengan-Nya. Dan dalam hal itu tidak akan ada saling dorong dan berdesak-desakan. Orang-orang yg melihat Allah tidak akan merasa sempit dg adanya orang lain yg juga melihat-Nya. Bahkan semakin banyak yg melihat semakin nikmatlah ia."

Al-Ghazali melanjutkan: "Akan tetapi, jika para ulama, dg ilmunya itu menginginkan harta dan wibawa mereka, pasti saling dengki. Sebab harta merupakan materi. Jika ia ada pada tangan seseorang, pasti hilang dari tangan orang lain. Dan wibawa adalah penguasaan hati. Jika hati seseorang mengagungkan seorang ulama, pasti orang itu tidak mengagungkan ulama lainnya. Hal itu dapat menjadi sebab saling dengki." (Ihya-u'ulumid-din, Imam Al-Ghazali, juz. III, hal. 191.)

Jadi dalam kontek perjuangan, dengki dapat merayapi hati orang yg merasa kalah wibawa, kalah popularitas, kalah pengikut. Yg didengki tentulah pihak yg dianggapnya lebih dalam hal wibawa, popularitas, pengaruh dan jumlah pengikut itu. Tidak mungkin seseorang merasa iri pada seorang yg dianggapnya lebih 'kecil atau lebih lemah. Sebuah pepatah Arab mengatakan Kullu dzi ni'matin mahsuudun (setiap yg mendapat kenikmatan pasti di dengki).

Penyakit dengki sangat berbahaya. Tapi bahayanya lebih besar mengancam si pendengki ketimbang yg didengki. Bahkan realitas membuktikan, seringkali pihak yg pihak yg didengki justru diuntungkan dan mendapatkan banyak kebaikan. Sebaliknya, sipendengki menjadi pecundang. Diantara kekalahan-kekalahan si pendengki adalah:

Pertama, kegagalan dalam perjuangan
perilaku sipendengki sering tidak terkendali. Dia bisa terjebak dalam tindakan merusak mana baik, mendeskreditkan, dan menghinakan orang yg didengkinya. Padahal Rosulullah telah bersabda: "Tidak ada seorangpun yg menghinakan seorang muslim di satu tempat yg padanya ia dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya melainkan Allah akan menghinakan orang itu di tempat yg ia inginkan pertolongan-Nya. Dan tidak seorangpun yg membela seorang muslim ditempat yg padanya ia dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya melainkan Allah membela orang (yg membela) itu ditempat yg ia menginginkan pembelaan-Nya." (HR. Akhmad, Abu Dawud, dan ath-Tabrani)

Kedua, melumat habis kebaikan
Rosulullah Saw bersabda
"Hindarilah dengki karena dengki itu memakan (menghancurkan) kebaikan, sebagaimana api memakan (menghancurkan) kayu bakar." (HR. Abu Dawud)

Makna memakan kebaikan dijelaskan dalam kitab 'Anul Ma'bud "Memusnahkan dan menghilangkan (nilai) ketaatan pendengki sebagai mana api membakar kayu bakar. Sebab kedengkian akan mengantarkan pengidapnya menggunjing orang yg didengki dan perbuatan buruk lainnya. Maka berpindhlah kebaikan si pendengki itu pada kehormamtan org Yg didengki kenikmatan demi kenikmatan sedangkan si pendengki bertambah kerugian demi kerugian sebagaimana yg Allah firmankan "ia merugi dunia dan akherat"." ('Ainul-Ma'bud, juz 13:168)

Ketiga, tidak produktif dg kebijakan
Rosulullah Saw bersabda: "Menjalar kepada kalian penyakit umat-umat (terdahulu): kedengkian dan kebencian. Itulah penyakit yg akan mencukur gundul. Aku tdk mengatakan penyakit itu mencukur rambut melainkan mencukur agama." (HR. At-Tirmidzi)

Keempat, Menghancurkan harga diri
Semakin hebat gempuran kedengkian, bagi orang yg berfikir objektif justru akan semakin tahu kebusukan hati si pendengki.

Kelima, menyerupai orang munafik
Diantara perilaku orang munafik adalah selalu mencaci apa yg dilakukan orang lain.

Keenam, gelap mata dan tidak termotifasi untuk memperbaiki diri

Ketujuh, membebani diri sendiri


"Pendengki tidak akan pernah sukser" (kitab: Kasyful-kahfa 1:430)./@cwi

Bukan Modernisasi, Tapi Jahiliyahisasi dan Hewanisasi

Bagi kita yang tinggal di daerah perkotaan, pemandangan wanita berpakaian transparan, setengah terbuka, dan ketat sudah menjadi hal yang lumrah. Setiap hari pemandangan seperti itu akan terlihat, sengaja ataupun tidak sengaja. Ketika kita sedang menunggu bis di halte, dalam bis, melewati jalan, di pasar, dan berbagai tempat lainnya.

Kita juga mungkin tahu, bahwa sebagian wanita yang berpakaian ketat dan terbuka tersebut bila ditanya, “Apakah anda seorang muslimah?” ia akan menjawab, “Ya, saya seorang muslimah.” Lalu kalau kita coba bertanya kembali, “Apakah model pakaian anda sesuai dengan ketentuan syariat islam?” ia juga akan berujar dengan bangga, “Inilah modernitas
.”

Islam hadir menjunjung tinggi kedudukan wanita. Wanita yang dahulu dimasa sebelum kenabian Muhammad Saw. selalu dilecehkan dan tidak dihargai dengan datangnya Islam mereka diperhitungkan dan ditempatkan pada posisi yang mulia. Orang-orang yang tidak memahami ajaran islam sepenuhnya, tidak menggali sejarah masa lalu, dan menjadi budak hawa nafsu berusaha dengan sekuat tenaga melepaskan para wanita dari pakaian kemuliaannya.


Semua itu mereka landaskan dengan dalih kebebasan berpendapat, kesetaraan gender, dan modernitas zaman. Sehingga wanita muslimah yang menutup seluruh tubuhnya dianggap kolot dan tidak maju. Mereka dikucilkan dan dilecehkan, seperti yang terjadi di beberapa negara non-muslim dan juga negara yang penduduknya menganut agama Islam.

Kebebasan berpendapat yang tidak pada tempatnya dan kebablasan serta kesetaraan gender yang sering kali salah diartikan adalah paham yang datang dari Barat. Paham orang-orang yang tidak mengenal agama. Dimana setiap orang bebas melakukan apapun yang ia lakukan selama tidak mengganggu ketentraman orang lain. Selama hal itu masih dalam standar wajar yang mereka tetapkan.

Sehingga bukanlah hal yang asing kalau dalam film-film Barat yang pernah kita tonton melalui televisi seringkali ditampilkan di dalamnya kehidupan yang bebas dan lepas. Dan yang parahnya lagi, saat ini stasiun-stasiun televisi di Indonesia seolah-olah berlomba-lomba menyuguhkan tayangan-tayangan yang mengundang birahi syahwat.

Sebagian wanita muslimah yang lemah iman dan dangkal pemahaman keislamannya sering kali tertipu dengan syubhat yang dilontarkan Barat. Dan mereka saling berlomba untuk meniru gaya hidup yang rusak tersebut. Sehingga apa yang terjadi? Kerusakan moral, kasus pelecehan, perkosaan, dan perzinaan seperti hal yang biasa kita dengar dan baca dalam media elektronik dan cetak. Bukankah semua ini berawal dari sebagian wanita yang mempertontonkan kemolekan tubuhnya pada orang banyak?

Bagi laki laki yang teguh imannya mungkin akan sanggup untuk memalingkan mata dan menghindari hal tersebut. Tapi bagaimanakah dengan mereka yang masih leman iman dan amalannya, apakah yang terjadi? Dengan dorongan yang selalu datang dari hawa nafsu dan bisikan setan ia akan berusaha mencari jalan untuk bisa menyalurkan hasratnya yang tidak lagi bisa dibendung, sehingga berbagai tindakan kriminal, perzinaan, perkosaan, hubungan diluar nikah dan lainnyapun banyak terjadi dan sering kita dengar.

Tidak ada sedikitpun kebaikan paham kebebasan yang diusung Barat terhadap upaya melepaskan para wanita muslimah dari pakaian kemuliaan yang telah Allah tetapkan bagi mereka. Apa yang mereka gembar-gemborkan adalah upaya untuk merusak tatanan kehidupan bermasyarakat dan menjauhkan wanita dari agamanya. Dan paham itu telah terbukti menimbulkan kerusakan multidimensi dalam tatanan kehidupan masyarakat, seperti yang terjadi di masyarakat Barat.

Islam mewajibkan kepada setiap muslimah supaya menutup aurat, dimana setiap manusia yang berbudaya sesuai dengan fitrahnya akan malu kalau auratnya itu terbuka. Sehingga dengan demikian akan berbedalah manusia dari binatang yang telanjang.

Islam mengharamkan perempuan memakai pakaian yang membentuk dan tipis sehingga nampak kulitnya. Termasuk diantaranya ialah pakaian yang dapat mempertajam bagian-bagian tubuh, khususnya tempat-tempat yang membawa fitnah, seperti : bagian dada, betis , paha, dan sebagainya.

Dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah Saw. bersabda: “Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah saya lihat keduanya itu: (l) Kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka pakai buat memukul orang (penguasa yang kejam); (2) Perempuan-perempuan yang berpakaian tetapi telanjang, yang cenderung kepada perbuatan maksiat dan mencenderungkan orang lain kepada perbuatan maksiat, rambutnya sebesar punuk unta. Mereka ini tidak akan bisa masuk sorga, dan tidak akan mencium bau sorga, padahal bau sorga itu tercium sejauh perjalanan demikian dan demikian.” (Riwayat Muslim, Babul Libas)

Mereka dikatakan berpakaian, karena memang mereka melilitkan pakaian pada tubuhnya, tetapi pada hakikatnya pakaiannya itu tidak berfungsi menutup aurat, karena itu mereka dikatakan telanjang, karena pakaiannya terlalu tipis sehingga dapat memperlihatkan kulit tubuh, seperti kebanyakan pakaian perempuan sekarang ini.

Jadi, pada dasarnya bukanlah modernisasi yang mereka gembar gemborkan, bukan juga keseteraan gender, tapi mereka mengusung mazhab setan dan hawa nafsu yang akan merusak moral dan kehidupan masyarakat. Mereka ingin mengembalikan para wanita muslimah pada kehidupan jahiliyah. Sehingga pada akhirnya, ketika mereka telah sampai pada puncak modernisasi yang mereka usung, kita tidak akan lagi melihat para wanita berpakaian di tempat-tempat umum.

Kalaupun berpakaian hanya menutup dua bagian sensitif dengan dua potong kain. Pemandangan seperti ini tak jauh berbeda dari pemadangan gerombolan sapi, kerbau, kambing, dan hewan lainnya. Hewan memang tidak punya akal dan rasa malu sehingga ia tidak ambil pusing dengan apa yang ia lakukan. Tapi manusia yang telah Allah anugerahkan padanya akal dan hati, justru seharusnya lebih berifikir bijak dan punya rasa malu.

Sungguh benar apa yang telah Allah sampaikan dalam Al-Qur’an, bahwa mereka punya telinga, tapi tidak digunakan untuk mendengarkan kebenaran, punya mata tapi tidak digunakan melihat kebenaran dan punya hati tapi tidak digunakan untuk memahami kebenaran, mereka seperti binatang, bahkan mereka lebih sesat dari binatang.

Sesungguhnya tabarruj (mempertontonkan perhiasan dan kecantikan pada orang lain) adalah kehidupan jahiliyah dan segala paham yang mengusung pada tabarruj sama artinya ingin mengembalikan wanita pada masa jahiliyah, masa kekolotan, dan kebodohan. Sedangkan, hijab itulah sesungguhnya kemajuan dan kemuliaan diri bagi wanita.

Saat ini mereka membisikkan ke telinga wanita: Keluarlah, tinggalkan rumahmu, jalanilah kehidupan modern, lepaskanlah pakaian yang menutup tubuhmu, lepaskanlah keterbelakangan. Sehingga beberapa wanita bekerja di pesawat, menjadi pramugari, di bar-bar, pertokoan, dan lainnya. Mereka disuruh keluar setengah telanjang di taman-taman, sehingga mereka tidak akan rela sampai menjadikan para wanita muslimah duduk dan berjalan di tepi pantai dengan hanya mengenakan dua potong kain, penutup bagian atas dan bawah.

Kemudian mereka berkata, “Sekarang engkau telah menjadi wanita yang maju dan berperadaban.”
Kita bertanya, “Apakah setiap kali para wanita hidup dalam kemajuan dan berperadaban, ia mengangkat kainnya di atas betis dan paha, kemudian ia menyempitkan pakaiannya?” Peradaban dan kemajuan apakah yang mereka gembar-gemborkan ketika wanita di tepi pantai hanya mengenakan dua potong pakaian penutup saja? Tidak lain adalah peradaban hewan.

Sejatinya, modernisasi dan kemajuan yang telah dilakukan oleh manusia tidak hanya diartikan kemajuan dibidang sains dan teknologi saja, kemudian mengabaikan agama dan moral, tapi kemajuan dan keberadaban yang sesungguhnya adalah mencakup ilmu, iman, amal, mental, akhlak, dan moral. Sehingga dapat tergambar dari kemajuan tersebut kehidupan yang tenang, aman, damai, tentram, dan selamat. Wallahu a`lam bish-showab


Isu Terorisme dan Serangan Terhadap Islam

Oleh Fadly pada Sabtu 03 Oktober 2009, 06:15 AM

Apakah anda orang yang mengatakan bahwa berjihad menegakkan Syari’ah Islam dan khilafah Islamiyah di bumi Allah adalah tindakan Terorisme ? Jika demikian, berarti anda belum mengerti tentang jihad Islami yang merupakan mukjizat Allah SWT.

Jihad adalah usaha serius untuk membumikan wahyu Allah di muka bumi sehingga tidak ada lagi kezaliman dan fitnah terhadap Islam dan ummatnya. Renungkan firman Allah dalam QS Al Baqarah 2:193 dan QS Al Anfal 8:39.

Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (QS. Al Baqarah 2:193)


Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari kekafiran), Maka Sesungguhnya Allah Maha melihat apa yang mereka kerjakan. (QS. Al Anfal 8:39)

Fitnah adalah kezaliman dan sifatnya lebih kejam dari pembunuhan, karenanya "Allah mengharamkan kezaliman sampai datangnya hari qiyamat." (HR Muslim
)

Allah SWT. memerintahkan kepada Rasulullah SAW. dan ummatnya agar terus memerangi orang kafir dan zalim yang selalu menimbulkan fitnah kepada Islam dan ummatnya. Al Qur’an mengingatkan:



"Wahai Nabi berjihadlah melawan orang-orang kafir dan munafiqien itu dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali." (QS. At Taubah 9:73 dan QS 66:9)

Terorisme dan Ketidakadilan Global

Masalah yang jarang disentuh oleh media massa ketika mengangkat isu terorisme adalah ketidakadilan global. Padahal faktor ketidakadilan global menjadi salah satu pemicu serangan terhadab barat atau objek-objek yang dianggap berhubungan dengan barat. Penjajahan yang dilakukan barat di dunia Islam, termasuk dukungan membabi buta barat terhadap penjajahan zionis Israel di Palestina, merupakan cerminan dari ketidakadilan itu.

Ketika 9 orang terbunuh akibat pengeboman di hotel JW Marriot dan Ritz-Carlton, banyak orang yang mengecam aksi tersebut. Sikap yang sama seharusnya muncul ketika ratusan ribu umat Islam terbunuh pasca invasi AS di Iraq. Mengutip laporan yang dimuat Jurnal Lancet, lebih dari 650 ribu warga sipil Iraq tewas sejak invasi AS pada tahun 2003 dan jumlah itu tentu saja terus saja bertambah hingga kini.

Amerika serikat dimaklumi marah saat gedung WTC diserang yang menyebabkan sekitar 3000 orang terbunuh. Sebaliknya, tentu bisa dimaklumi juga umat Islam marah ketika pasukan Amerika terus menerus membunuh rakyat sipil di Afghanistan dan Pakistan. PBB mengatakan jumlah penduduk sipil yang tewas di Afghanistan tahun ini meningkat 24 % dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Laporan PBB menyebutkan lebih dari 1.000 orang tewas dalam enam bulan pertama tahun ini. Jumlah korban serangan AS terhadap rakyat sipil di perbatasan Pakistan-Afghanistan pun terus meningkat.

Bandingkan pula sikap dunia barat ketika Israel menyerang Gaza. Angka korban serangan Israel ke jalur Gaza sejak 27 desember 2008 hingga 18 januari 2009 malah mencapai 1313 atau rata-rata 59 orang tewas perhari atau setiap jam lebih 2 orang tewas. Tidak hanya itu, Israel juga mengakui menggunakan senjata kimia yang mengerikan, yakni fosfor putih. Belum lagi yang terbunuh akibat isolasi jalur Gaza oleh Israel. Alih-alih mengecam Israel, Amerika, Inggris dan sekutunya malah membela Israel. Untuk kasus Indonesia, ketidakadilan itu juga tampak dari sikap yang diskriminatif terhadap pembunuhan umat Islam di Ambon, Poso, atau kerusuhan di Sampit.

Berkaitan dengan pengeboman pada juli 2005 di London, pemerintahan Inggris memberikan peringatan bahwa keterlibatan dalam invasi AS ke Iraq telah meningkatkan adanya ancaman serangan balasan terhadap Inggris. Laporan yang bocor dari Joint Terrorims Center (JTAC) Inggris, yang mendahului serangan tersebut, memperingatkan: "peristiwa-peristiwa yang terjadi di Iraq semakin menjadi motivasi dan fokus sejumlah teroris berkaitan dengan aktivitas di Inggris."

Pada april 2005, sebuah laporan yang ditulis oleh Joint Intelligence Committee (JIC) berjudul "International Terrorism Impact of Iraq" bahkan lebih eksplisit menyatakan: “kami menilai bahwa konflik yang terjadi di Iraq telah memperburuk ancaman terorisme internasional dan akan terus memberikan dampak dalam jangka waktu yang lama. Konflik tersebut telah memperkuat kegigihan para teroris yang telah melakukan serangan ke negara-negara barat dan memotivasi orang-oran lain yang tidak melakukannya.”

Seharusnya siapapun yang menginginkan kekerasan global dihentikan, juga harus dengan tegas meminta AS dan negara-negara imperialis lainnya menghentikan kebijakan yang eksploitatif dan diskriminatif terhadap dunia Islam. Masyarakat barat sendiri seharusnya meminta penguasa mereka agar menarik tentara negaranya dari Iraq, Afghanistan, dan negeri Islam lainnya. Termasuk menghentikan dukungan membabi buta terhadap Israel.

Bagi umat Islam, ketidakadilan global ini harus dihentikan. Berharap pada negara-negara imperialis untuk menghentikan kejahatan mereka sangatlah sulit. Karena selama barat masih mengadopsi ideologi kapitalisme, penjajahan akan menjadi metode baku yang tidak berubah. Tidak ada pilihan lagi, kecuali umat Islam bersatu membangun kekuatan global khilafah Islam yang akan melindungi umat Islam dari bulan-bulanan negara imperialis..

Isu Terorisme & Serangan Terhadap Islam

Sebenarnya isu memerangi terorisme yang dilancarkan Amerika dan sekutu-sekutunya adalah perang melawan Islam dan kaum Muslimin. Musuh-musuh Islam mencoba membidik Islam dan kaum Muslimin di balik isu terorisme. Mereka takut dengan bangkitnya kaum muslimin. Dengan demikian mereka berusaha sekuat tenaga dan dengan berbagai macam cara untuk menghancurkan kebangkitan kaum Muslimin, salah satunya dengan melancarkan perang melawan terorisme.

Saat ini umat Islam menjadi tertuduh dan semua ketakutan dengan segala hal tentang Islam, karena selalu dikait-kaitkan dengan isu terorisme. Para pelajar, aktivis Islam dan semisalnya menjadi resah. Mereka khawatir dituduh dan dianggap sebagai sarang dan penyedia serta membantu aktivitas terorisme.

Gerakan-gerakan dakwah pun dicurigai meskipun gerakan dakwah itu terbuka dan tak ada sangkut pautnya dengan teroris. Beberapa orang pun mengawasi ketat anak remajanya yang mau berangkat mengaji. Padahal hal itu tak pernah terjadi sebelumnya. Mereka menanyakan ngajinya sama siapa, tempatnya di mana, dan segala macam secara berulang-ulang.

Bahkan di sebuah wilayah, beberapa orang yang hendak melakukan khuruj (aktivitas yang rutin dilakukan oleh Jama’ah Tabligh) di sebuah masjid, ditolak warga setempat pasca pengeboman di hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Warga setempat tak mau daerahnya dijadikan tujuan orang luar. Mereka takut orang-orang tersebut terlibat terorisme.

Sikap paranoid ini muncul belakangan di beberapa daerah. Ini terjadi setelah televisi dengan sangat gencar menyebarkan berita terorisme sejak penyerbuan di Temanggung, Jawa Tengah. Bukannya obyektif, pemberitaan di media massa cenderung menstigmatisasi negatif Islam dan kaum muslimin.

Belum jelas benar siapa pelakunya, media massa langsung menyorot pesantren. Pesantren dianggap mengajarkan jihad dan ini menjadi inspirasi para teroris. Media massa pun sibuk mencari latar belakang orang-orang yang diduga teroris dengan melakukan interogasi dan inkuisisi terhadap almamater, keluarga, dan para tetangga.

Tampa disaring, berita isu langsung disiarkan. Padahal tidak semua sumber berita yang didapatkannya layak disiarkan.

Hal yang sama tidak pernah dilakukan terhadap para koruptor. Adakah media massa yang pernah mengaitkan koruptor dengan almamaternya? Kemudian menyatakan bahwa unversitas X telah mengajarkan korupsi? Atau mencari guru dan dosennya karena dianggap sebagai inspirasi untuk korupsi?

Sikap media ini tidak lepas dari upaya pihak-pihak tertentu untuk menjadikan media sebagai corong dalam menyerang Islam dan kaum muslimin. Lihat saja bagaimana media massa seolah jadi ‘orang bodoh’ dan menurut saja dengan arahan sumber-sumber mereka. Sikap kritis mereka hilang. Bahkan untuk mencari alternatif narasumber lagi. Sampai-sampai ketika sumber-sumber berita mereka memberitakan berita yang salah pun, ditelan mentah-mentah. Perhatikan ketika penyerangan di Temanggung terjadi, dalam siaran langsungnya, mereka seperti koor menyanyikan lagu bahwa teroris yang terbunuh adalah gembong teroris Noordin M Top. Ternyata bukan.

Telah terjadi trial by the press (pengadilan oleh meda massa), yang dampaknya jauh lebih kejam. Media pun tergiring oleh frame berpikir musuh-musuh Islam yang menggeneralisasi para teroris dengan Islam. Isu memerangi terorisme yang dilancarkan Amerika dan sekutu-sekutunya disebarluaskan dan dikerjakan oleh media massa yang pada hakikatnya untuk menghilangkan kebangkitan Islam.

Ironisnya, media massa seolah maklum saja dengan tindakan brutal Amerika dan sekutunya menebar bom dan kematian di mana-mana. Media massa tidak pernah menyebut mereka sebagai teroris, meski korban tewas jauh lebih banyak dan massif.

Media memang telah menjadi alat bagi kapitalisme global dalam mempertahankan hegemoninya. Di era informasi dimana kemenangan ditentukan oleh penguasa sumber-sumber informasi, media massa adalah salah satu pilar kapitalisme.

Barat paham betul bahwa Islam adalah musuh berikutnya setelah komunisme runtuh. Islam adalah ancaman. Karenanya, kebangkitan Islam mesti dihalang-halangi. Caranya bisa melalui hard dan soft power. Untuk itu barat dan antek-anteknya mendekonstruksi persepsi masyarakat terhadap Islam untuk melahirkan sikap moderat bahkan liberal. Mereka tidak mau Islam tampil apa adanya sesuai Al Quran dan As Sunnah. Sikap moderat dan liberal ini dianggap pas dengan hegemoni dan determinasi barat.

Sangat tidak mengherankan bila di tengah isu terorisme yang sedang hangat sekarang tiba-tiba muncul pernyataan beberapa tokoh yang mencoba menggeneralisasi bahwa terorisme itu adalah keinginan menerapkan syariah Islam dalam Daulah Islam. Mereka mencoba menebar ‘pukat harimau’ untuk menjaring aktivis pergerakan Islam.

Mereka sepertinya tutup mata-atau memang sengaja terhadap fakta bahwa tidak semua gerakan yang memperjuangkan syariah Islam dan khilafah setuju dengan aksi terorisme. Modus mereka ini sama dan sebangun dengan gaya Amerika dan barat umumnya melihat Islam pasca tragedi WTC pada September 2001.

Tak mengherankan bila banyak pihak yang menganalisis bahwa aksi-aksi terorisme di Indonesia ini sengaja dimainkan oleh pihak asing. Tujuannya adalah melemahkan umat Islam Indonesia sehingga Islam tidak bisa bangkit menjadi sebuah kekuatan yang besar di negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia ini.

Oleh karena itu perlu waspada terhadap segala tipu daya musuh-musih Islam tersebut. Para pengembang dakwah harus terus istiqomah mendakwahkan Islam dan mengembalikan kejayaan Islam dengan metode dakwah yang dicontohkan oleh Rosulullah SAW.

Siapa Teroris Sebenarnya ? Sadarlah Wahai Kaum Muslimin…!

Jadi, siapakah terorisme yang sebenarnya ? Kalau kita mau meneliti sejarah, maka terlalu banyak dan panjang catatan peristiwa sejarah Amerika yang dapat membuktikan bahwa Amerika adalah teroris sejati. Amerika dengan dukungan sekutunya NATO, berhasil menekan PBB untuk mengembargo Irak.

Jika definisi teror adalah membunuh rakyat sipil yang tak berdosa; anak-anak, wanita dan orang tua, maka mereka atau Amerika adalah teroris paling pertama, teratas dan terjahat yang dikenal oleh sejarah umat manusia. Mereka telah membantai jutaan rakyat sipil tak berdosa di seluruh dunia; Jepang, Vietnam, Afghanistan, Iraq, Palestina, Chechnya, Indonesia dan banyak negara lainnya.

Jika definisi teror adalah membom tempat-tempat dan kepentingan-kepentingan umum, mereka adalah pihak yang pertama, teratas dan terjahat yang mengajarkan, memulai dan menekuni hal itu.

Jika definisi teror adalah menebarkan ketakutan demi meraih kepentingan politik, maka merekalah yang pertama, teratas dan terjahat yang melakukan hal itu di seluruh penjuru dunia.

Jika definisi teror adalah pembunuhan misterius terhadap lawan politik, maka mereka adalah pihak pertama, teratas dan terjahat yang melakukan hal itu.

Jika definisi mendukung teroris adalah membiayai, melatih dan memberi perlindungan kepada para pelaku kejahatan, maka mereka adalah pihak yang pertama, teratas dan terjahat yang melakukan hal itu. Mereka bisa berada di balik berbagai kudeta di seluruh penjuru dunia. Aliansi Utara di Afghanistan, John Garang di Sudan, Israel di bumi Islam Palestina, Serbia dan Kroasia di bekas negara Yugoslavia, dan banyak contoh lainnya merupakan bukti konkrit tak terbantahkan bahwa The Real Terrorist adalah Amerika dan sekutu-sekutunya!

Dengan demikian, setelah ummat mengetahui rencana apa di balik isu terorisme, siapa teroris sebenarnya, maka mereka juga harus tetap sabar, tawakal, dan yakin bahwa Islam pasti menang. Hal ini sebagaimana janji Allah SWT dalam firmanNya :

“Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar (Islam) untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS At Taubah, 9 : 33 & QS Ash Shaff, 61 : 9)

Wallahu’alam bis Showab!

* Artikel ini merupakan ringkasan dari Khutbah Ust. Abu Muhammad Jibriel (Wakil Amir Majelis Mujahidin) pada Bulan Syawwal di beberapa Masjid di Jakarta


Akankah Yahudi Bertahan Lima tahun yang akan datang

Ada sebuah pertanyaan besar dari laporan online CIA: akankah Israel bisa bertahan dalam jangka dua dekade ke depan? Berlepas dari validitas laporan tersebut, dengan hubungan berat-sebelah Israel dan AS, pertanyaan itu semakin mengerucut: Israel jatuh dalam waktu lima tahun lagi?

Lebih dari enam dekade, dukungan AS terhadap Israel begitu mendominasi media, sehingga memudahkan Tel Aviv untuk meletakkan gambaran positif menutup kelakuan buruknya, termasuk juga pembantaian dalam tragedi Gaza, delapan bulan lalu. Dan sekarang, dengan terbukanya akses online yang mengglobal, Zionis yang sumir menunjukkan sisi-sisi sebenarnya.

Walaupun rakyat AS jarang sekali menunjukan minat pada urusan luar negeri, namun perubahan itu mulai terasa. Banyak dari mereka yang melihat secara langsung tanpa filter Yahudi, akan—misalnya—peristiwa Gaza silam. Rakyat AS mulai kembali menguak pertanyaan lama yang mengendap dalam kepala mereka: mengapa mereka harus mendukung pemerintah apartheid yang menjajah?


Dengan Partai Likud yang memimpin Israel, jelas sudah bawa Tel Aviv hanya berkehendak meluaskan daerah jajahannya, tak ada yang lain commonwealth dan sebagainya. Dengan fakta itu, Israel tidak hanya menyudutkan Barack Obama, tapi juga memaksa keamanan nasional AS untuk membuat sebuah keputusan strategis: Apakah Israel merupakan rekan yang kredibel dalam perdamaian? Jawabannya, “Tidak.”



Kesimpulan yang tak terelakkan itu memberikan rakyat AS sedikit pilihan. Bagaimanapun AS bertanggung jawab pada eskalasi Israel di bulan Mei 1948 ketika Harry Truman, seorang presiden Kristen-Zionis, menerima negara Israel. Truman mengabaikan keberatan Menteri Luar Negeri George Marshal, gabungan pejabat dan staf, CIA dan korporasi diplomatik AS.

Pada Desember 1948, sekelompok ilmuwan dan intelektual Yahudi berbicara di The New York Times akan bahaya Fasis dengan berdirinya negara Yahudi. Salah satu ilmuwan tersebut adalah Albert Einstein. Jauh hari sebelum semua kejadian yang terjadi di dekade ini, semua orang sudah memprediksikan kelakuan Israel yang selalu merupakan ancaman untuk perdamaian.

Sebenarnya, isu kunci semua itu tidak lagi perlu menjadi bahan perdebatan tanpa akhir. Harus ada satu solusi negara konsisten dengan prinsip-prinsip demokratis persamaan yang penuh. Rakyat AS yang melek media tidak lagi bersedia mendukung negara teokratis di mana kewarganegaraan penuh hanya terbatas pada mereka yang dianggap "Yahudi" (apa pun artinya itu).

Jika tingkat kelahiran lokal menunjukkan suatu akhir dari "negara Yahudi," maka jadilah. Mengapa menunggu dua dekade ketika mimpi buruk ini dapat ditarik dalam waktu kurang dari lima tahun?

Lupakan saja pra-1967. Orang Palestina harus mempunyai hak, termasuk juga hak memiliki barang kepunyaannya sendiri yang dirampas Yahudi. Jika penjajah Yahudi menginginkan kompensasi, seharusnya mereka mencarinya pada segenap umatnya yang saat ini tengah berdiaspora di seluruh belahan dunia.



Mereka yang masih menganggap dirinya Yahudi harus segera pergi. AS harus mulai mempertimbangkan 500.000 orang Yahudi yang memegang paspor AS, dengan jumlah 300.000 lebih mendiami California. AS sudah sedemikian terbuka, dan dunia internasional pun telah melihat AS yang rapuh dan hanya sekadar menjadi bemper Yahudi.

Sampai saat ini, bertahun-tahun Zionis telah diaktifkan oleh sekelompok presiden Amerika Serikat. Bagi AS, untuk memulihkan kredibilitasnya ada satu hal yang perlu dilakukan: tidak hanya berusaha menutup gambar besar Zionis, tetapi juga berbagi tanggung jawab atas semua kejadian yang menimpa dunia yang disebabkan oleh bangsa tersebut. (sa/alahram)



Terminologi Ilmu Fiqh

(Ar: al-figh = paham yang mendalam). Salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun hubungan manusia dengan Penciptanya.
Ada beberapa definisi fiqh yang dikemukakan ulama fiqh sesuai dengan perkembangan arti fiqh itu sendiri. Misalnya, Imam Abu Hanifah mendefinisikan fiqh sebagai pengetahuan seseorang tentang hak dan kewajibannya. Definisi ini meliputi semua aspek kehidupan, yaitu aqidah, syariat dan akhlak. Fiqh di zamannya dan di zaman sebelumnya masih dipahami secara luas, mencakup bidang ibadah, muamalah dan akhlak. Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan pembidangan ilmu yang semakin tegas, ulama ushul fiqh mendefinisikan fiqh sebagai ilmu tentang hukum syara' yang bersifat praktis yang diperoleh melalui dalil yang terperinci. Definisi tersebut dikemukakan oleh Imam al-Amidi, dan merupakan definisi fiqh yang populer hingga sekarang.

Ulama usul fiqh menguraikan kandungan definisi ini sebagai berikut:




1. Fiqh merupakan suatu ilmu yang mempunyai tema pokok dengan kaidah dan prinsip tertentu. Karenanya dalam kajian fiqh para fuqaha menggunakan metode-metode tertentu, seperti qiyas, istihsan, istishab, istislah, dan sadd az-Zari'ah (az-Zari'ah);
2. Fiqh adalah ilmu tentang hukum syar'iyyah, yaitu Kalamullah/Kitabullah yang berkaitan dengan perbuatan manusia, baik dalam bentuk perintah untuk berbuat, larangan, pilihan, maupun yang lainnya. Karenanya, fiqh diambil dari sumber-sumber syariat, bukan dari akal atau perasaan;
3. Fiqh adalah ilmu tentang hukum syar'iyyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia, baik dalam bentuk ibadah maupun muamalah. Atas dasar itu, hukum aqidah dan akhlak tidak termasuk fiqh, karena fiqh adalah hukum syara' yang bersifat praktis yang diperoleh dari proses istidlal atau istinbath (penyimpulan) dari sumber-sumber hukum yang benar; dan
4. Fiqh diperoleh melalui dalil yang tafsili (terperinci), yaitu dari Al-Qur'an, sunnah Nabi SAW, qiyas, dan ijma' melalui proses istidlal, istinbath, atau nahr (analisis). Yang dimaksudkan dengan dalil tafsili adalah dalil yang menunjukkan suatu hukum tertentu. Misalnya, firman Allah SWT dalam surah al-Baqarah (2) ayat 43: "..... dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat....." Ayat ini disebut tafsili karena hanya menunjukkan hukum tertentu dari perbuatan tertentu pula, yaitu shalat dan zakat adalah wajib hukumnya. Dengan demikian menurut para ahli usul fiqh, hukum fiqh tersebut tidak terlepas dari an-Nusus al-Muqaddasah (teks-teks suci). Karenanya, suatu hukum tidak dinamakan fiqh apabila analisis untuk memperoleh hukum itu bukan melalui istidlal atau istinbath kepada salah satu sumber syariat.
Berdasarkan hal tersebut, menurut Fathi ad-Duraini (ahli fiqh dan usul fiqh dari Universitas Damascus), fiqh merupakan suatu upaya memperoleh hukum syara' melalui kaidah dan metode usul fiqh. Sedangkan istilah fiqh di kalangan fuqaha mengandung dua pengertian, yaitu:

1. Memelihara hukum furu' (hukum keagamaan yang tidak pokok) secara mutlak (seluruhnya) atau sebagiannya; dan
2. Materi hukum itu sendiri, baik yang bersifat qath'i (pasti) maupun yang bersifat dzanni (relatif) (Qath'i dan Zanni).

Menurut Mustafa Ahmad az-Zarqa (ahli fiqh dari Yordania), fiqh meliputi:

1. Ilmu tentang hukum, termasuk usul fiqh; dan

2. Kumpulan hukum furu'.


/@bhu

Waspadai pergerakan liberalisme

Oleh. Nirwan Syafrin, direktur eksekutuif INSISTS


Sekarang ini seluruh lini dakwah sudah terkontaminasi.
Liberalisme bukan hanya di jalur kultural tapi juga sudah masuk ke level elit penguasa. Mereka juga berpolitik. Isu sentral mengenai Dakwah Islamiyah sekarang ini, terutama masalah-masalah yg dihadapinya itu bukan diselesaikan secara fisik. Yg harus dicermati adalah kita sekarang ini berada dalam perang pemikiran. Perang pemikiran ini jelas yg paling berperan adalah media masa.


Saya kira semua orang kini bisa melihatnya dg mata telanjang, dan menilai bagaimana program-program televisi betul-betul berdampak buruk. Didalamnya bukan sekedar mengandung hiburan, tapi ada nilai kandungan tertentu yg merupakan bagian dari ideologi barat.


Contoh sajalah film Perempuan Berkalung Sorban, ini jelas bukan bebas nilai. Pesan yg terkandung didalamnya jelas mengkritisi dakwah pesantren yg merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia, lembaga pendidikan yg sangat berperan mengusir penjajahan. Akibat menonton film ini, orang-orang bisa terperangah dan akhirnya memiliki gambaran dan pemahaman yg negatif thp pesantren. Ini jelas perang media. Makanya oran-orang sekarang ini banyl memperebutkan media

Tidak ada yg kebal dari pemikiran liberal
Dikalangan pemuda Nu, secara diam-diam, ide liberalisme memang menjadi konsumsi mereka, tapi masi terhalangi dg adanya Kiyai-Kiyai sepuh yg anti terhadap pemahaman ini.

Sama halnya dg yg terjadi dikalangan Pemuda Muhammadiyah secara umum. Mereka yg kini sedang sekolah di luar negeri, dilembaga-lembaga pendidikan yg menjadi sumber liberalisme, akan kembali ke Indonesia. Dan mereka berpeluang merebut kursi kepemimpinan Muhammadiyah.

Kalau kedua organisasi ini telah termakan virus Liberalisme bisa dibayangkan bagaimana jadinya. Setidaknya keputusan-keputusan MUI, jika tidak di setujui keduanya maka akan tidak berdampak. Sekarang untuk menghadapi liberalisme tentu tergantung sekeras apa usaha kita. Kami di INSISTS hanya bagian kecil dari sekian banyak pergerakan islam. Sekali lagi kita harus sadari masalah kita seputar pemikiran.

Langkah strategis yg bisa dilakukan?
Maksud pemikiran disini adalah pendidikan. Liberalisme jelas bergerak di pendidikan, menyelinap dan mengakar dalam universitas-universitas di Indonesia, mengubah kurikulum yg ada supaya mampu melahirkan generasi-generasi liberal berikutnya. Pada level Internasional sendiri kita sendiri dengar sekolah-sekolah Palestina akan diajarkan mengenai sejarah 'Holocoust. Dari pendidikan sendiri kita tahu ada 'scenario global untuk mengubah pemikiran umat Islam.
Saya kira dg semakin keras tantangan yg dihadapi maka akan semakin kuat juga dakwah akan berjalan. Semangat-semangat dakwah para dai akan semakin mengental, kuat untuk bersatu karena memilili misi yg jelas untuk menegakan Islam. Tekanan-tekanan semacam ini akan membuka pandangan baru umat Islam untuk mengetahui siapa musuh yg sebenarnya: jelas mereka memusuhi Dakwah Islamiyah, penebar liberlisme dengan mengubah pemikiran umat Islam.

Disela-sela isu terorisme, kaum liberal muncul dan seolah jadi pahlawan.
Saya tidak mengerti kenapa terorisme selalu diidentikan dg Islam. Saya harap tidak demikian. Belakangan ini orang selalu menganggap fundamentalisme islam ini gara-gara Muhammad bin Abdul Wahhab, padahal belum tentu demikian. Baru-baru ini ada tulisan mengenai Muhammad bin Abdul Wahhab dalam pandangan yg berbeda. Kesimpulan dari penelitian itu bahwa selama ini Muhammad bin Abdul Wahhab yg katanya mudah mengkafirkan orang, seperti yg disimpulkan barat dan orang-orang liberal, itu tidak betul. Termasuk didalamnya mengenai jihad, posisi wanita dalam Islam. Orang-orang liberal ini menyerang dakwah supaya Islam dg negara itu tidak menyatu, sebagaimana sekulerisme meyakini itu. Intinya mereka menyerang pemikiran kita. Makanya mereka banyak mengkritisi Alquran dan doktrin-doktrin fundamental dalam Islam untuk mewujudkan keyakinan sekularisme.
Ketika kekuasaan politik sudah mereka pegang nantinnya, maka kemudian kebijakan negara dan undang-undang itu akan liberal pula. Kalau itu terwujud apakah kita bisa mengelak?
Posisi kita jelas harus mentaati itu. Sekarang kita tahu sendiri undang-undang perkawinan sedang diserang. Kalau nantinya undang-undang didefinisikan kembali, tidak lagi perkawinan anatara perempuan lelaki dan perempuan, menggantinya dg nikah sesama jenis, apakah itu tidak akan menghancurkan keyakinan umat Islam?./@cwi


Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |