Kisah nabi Adam as        







/@cwi

selengkapnya...

Syekh Maulana Malik Ibrahim



Senja hampir bergulir di Desa Gapuro, Gresik, Jawa Timur, menjelang bulan Ramadhan itu. Tak ada angin. Awan seperti berhenti berarak. Batu pualam berukir kaligrafi indah itu terpacak bagaikan saksi sejarah. Itulah nisan makam almarhum Syekh Maulana Malik Ibrahim, yang wafat pada 12 Rabiul Awal 822 Hijriah, atau 8 April 1419.
Di latar nisan itu tersurat ayat suci Al-Quran: surat Ali Imran 185 , Ar-Rahman 26-27 , At- Taubah 21-22 , dan Ayat Kursi. Ada juga rangkaian kata pujian dalam bahasa Arab bagi Malik Ibrahim: ''Ia guru yang dibanggakan para pejabat, tempat para sultan dan menteri meminta nasihat. Orang yang santun dan murah hati terhadap fakir miskin. Orang yang berbahagia karena mati syahid, tersanjung dalam bidang pemerintahan dan agama.''



Demikian terjemahan bebas inskripsi di nisan pualam makam berbangun lengkung menyerupai kubah itu. Dalam beberapa sumber sejarah tradisional, Syekh Maulana Malik Ibrahim disebut sebagai anggota Wali Songo, tokoh sentral penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Sejarawan G.W.J. Drewes menegaskan, Maulana Malik Ibrahim adalah tokoh yang pertama-tama dipandang sebagai wali di antara para wali. ''Ia seorang mubalig paling awal,'' tulis Drewes dalam bukunya, New Light on the Coming of Islam in Indonesia. Gelar Syekh dan Maulana, yang melekat di depan nama Malik Ibrahim, menurut sejarawan Hoessein Djajadiningrat, membuktikan bahwa ia ulama besar. Gelar tersebut hanya diperuntukkan bagi tokoh muslim yang punya derajat tinggi. Sekalipun Malik Ibrahim tidak termasuk dalam jajaran Wali Songo, masih menurut Hoessein, jelas dia adalah seorang wali. Adapun istilah Wali Songo berasal dari kata ''wali'' dan '' songo''. Kata wali berasal dari bahasa Arab, waliyullah, orang yang dicintai Allah --alias kekasih Tuhan. Kata songo berasal dari bahasa Jawa, yang berarti sembilan. Ada wali yang termasuk anggota Wali Songo -- yang terdiri dari sembilan orang-- dan ada wali yang bukan anggota ''dewan'' Wali Songo. Konsep ''dewan wali'' berjumlah sembilan ini diduga diadopsi dari paham Hindu-Jawa yang berkembang sebelum masuknya Islam. Wali Songo seakan-akan dianalogikan dengan sembilan dewa yang bertahta di sembilan penjuru mata angin. Dewa Kuwera bertahta di utara, Isana di timur laut. Indra di timur, Agni di tenggara, dan Kama di selatan. Dewa Surya berkedudukan di barat daya, Yama di barat, Bayu, atawa Nayu, di barat laut, dan Siwa di tengah. Para wali diakui sebagai manusia yang dekat dengan Tuhan. Mereka ulama besar yang menyemaikan benih Islam di Jawadwipa. Figur para wali --sebagaimana dikisahkan dalam babad dan ''kepustakaan'' tutur-- selalu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang dahsyat. Namun, hingga sekarang, belum tercapai ''kesepakatan'' tetang siapa saja gerangan Wali nan Sembilan itu. Terdapat beragam-ragam pendapat, masing-masing dengan alasannya sendiri. Pada umumnya orang berpendapat, yang terhisab ke dalam Wali Songo adalah: Syekh Maulana Malik Ibrahim alias Sunan Gresik, Raden Rakhmad alias Sunan Ampel, Raden Paku alias Sunan Giri, Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati, Raden Maulana Makdum Ibrahim alias Sunan Bonang, Syarifuddin alias Sunan Drajat, Jafar Sodiq alias Sunan Kudus, Raden Syahid alias Sunan Kalijaga, dan Raden Umar Sayid alias Sunan Muria. Namun, komposisi Wali nan Sembilan ini juga punya banyak versi. Prof. Soekmono dalam bukunya, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, Jilid III, tidak memasukkan Syekh Maulana Malik Ibrahim dalam jajaran Wali Songo. Guru besar sejarah kebudayaan Universitas Indonesia itu justru menempatkan Syekh Siti Jenar, alias Syekh Lemah Abang, sebagai anggota Wali Songo. Sayang, Soekmono tak menyodorkan argumentasi mengapa Maulana Malik Ibrahim tidak termasuk Wali Songo. Ia hanya menyebut Syekh Siti Jenar sebagai tokoh sangat populer. Siti Jenar dihukum mati oleh Wali Songo, karena dinilai menyebarkan ajaran sesat tentang jubuhing kawulo Gusti (bersatunya hamba dengan Tuhannya), yang dapat mengguncang iman orang dan menggoyahkan syariat Islam. Selain itu, Wali Songo juga ditafsirkan sebagai sebuah lembaga, atau dewan dakwah. Istilah sembilan dirujukkan dengan sembilan fungsi koordinatif dalam lembaga dakwah itu. Teori ini diuraikan dalam buku Kisah Wali Songo; Para Penyebar Agama Islam di Tanah Jawa karya Asnan Wahyudi dan Abu Khalid. Kedua penulis itu merujuk pada kitab Kanz Al-' ulum karya Ibn Bathuthah. Mereka menjelaskan, sebagai lembaga dewan dakwah, Wali Songo paling tidak mengalami lima kali pergantian anggota. Pada periode awal, anggotanya terdiri dari Maulana Malik Ibrahim, Ishaq, Ahmad Jumad Al-Kubra, Muhammad Al- Magribi, Malik Israil, Muhammad Al-Akbar, Maulana Hasanuddin, Aliyuddin, dan Syekh Subakir. Pada periode kedua, Raden Rakhmad (Sunan Ampel), Sunan Kudus, Syarif Hidayatullah ( Sunan Gunung Jati), dan Sunan Bonang masuk menggantikan Maulana Malik Ibrahim, Malik Israil, Ali Akbar, dan Maulana Hasanuddin -- yang wafat. Pada periode ketiga, masuk Sunan Giri, menggantikan Ishaq yang pindah ke Pasai, Aceh, dan Sunan Kalijaga menggantikan Syekh Subakir yang pulang ke Persia. Pada periode keempat, Raden Patah dan Fatullah Khan masuk jajaran Wali Songo. Kedua tokoh ini menggantikan Ahmad Jumad Al-Kubra dan Muhammad Al-Magribi yang wafat. Sunan Muria menduduki lembaga Wali Songo dalam periode terakhir. Ia menggantikan Raden Patah, yang naik tahta sebagai Raja Demak Bintoro yang pertama. Analisis tersebut secara kronologis mengandung banyak kelemahan. Contohnya Sunan Ampel, yang diperkirakan wafat pada 1445. Dalam versi ini disebutkan, seolah-olah Sunan Ampel masih hidup sezaman dengan Sunan Kudus, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, dan Sunan Muria. Padahal, Sunan Kudus hidup pada 1540- an. Adapun Sunan Bonang dan Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel. Sunan Bonang merupakan guru Sunan Kalijaga, yang berputra Sunan Muria. Bagaimana mungkin Sunan Ampel hidup sezaman dengan Sunan Muria? Lagi pula, tokoh Wali Songo yang disebut dalam buku ini -- Aliyuddin, Ali Akbar, dan Fatullah Khan-- bukan wali terkenal di Jawa. Nama mereka jarang ditemukan dalam historiografi tradisional, baik berupa serat maupun babad. Padahal, di Jawa terdapat puluhan naskah kuno berupa babad, hikayat, dan serat, yang mengisahkan para wali. Sebagian besar babad juga menggambarkan, Wali Songo hidup dalam kurun waktu yang bersamaan. Para wali, menurut versi babad, dikisahkan sering mengadakan pertemuan di Masjid Demak dan Masjid ''Sang Cipta Rasa'' (Cirebon). Di sana mereka membicarakan berbagai persoalan keagamanan dan kenegaraan. Kisah semacam ini, antara lain, dapat dibaca di Babad Demak, Babad Cirebon, dan Babad Tanah Jawi. Babad Cirebon, misalnya, mewartakan bahwa pada 1426 , para wali berkumpul di Gunung Ciremai. Mereka mengadakan musyawarah yang dipimpin Sunan Ampel, membentuk '' Dewan Wali Songo''. Sunan Gunung Jati ditunjuk selaku wali katib, atau imam para wali. Anggotanya terdiri dari Sunan Ampel, Syekh Maulana Magribi, Sunan Bonang, Sunan Ngudung alias Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Syekh Lemah Abang, Syekh Betong, dan Sunan Majagung. Ditambah dengan Sunan Gunung Jati, jumlah wali itu malah menjadi 10 orang. Nama-nama Wali Songo yang tertulis di Babad Cirebon tersebut berbeda dengan yang tersurat di Babad Tanah Jawi. Dalam Babad Tanah Jawi, yang berasal dari Jawa Tengah, tidak ditemukan nama Syekh Betong dan Syekh Majagung. Sebagai gantinya, akan dijumpai nama Sunan Giri dan Sunan Drajat. Tapi, peran Wali Songo jelaslah tak sebatas di bidang keagamaan. Mereka juga bertindak selaku anggota dewan penasihat bagi raja. Bahkan, Sunan Giri membentuk dinasti keagamaan, dan secara politis berkuasa di wilayah Gresik, Tuban, dan sekitarnya. Ia mengesahkan penobatan Joko Tingkir sebagai Raja Pajang bergelar Sultan Hadiwijaya, setelah kekuasaan Raja Demak surut. Di luar Wali Songo, ada puluhan tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang juga dianggap sebagai wali. Hanya, biasanya mereka berkuasa di kawasan tak seberapa luas. Sunan Tembayat, misalnya, dikenal sebagai pedakwah di Tembayat, sebuah wilayah kecamatan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Ia dilegendakan sebagai murid Sunan Kalijaga. Sunan Tembayat adalah Adipati Semarang yang termasyhur dengan nama Ki Ageng Pandanarang. Berdasarkan cerita babad yang dikutip H.J. De Graaf dan T.H. Pigeuad, Pandanaran meninggalkan singgasananya lantaran gandrung akan ajaran Islam yang disampaikan Sunan Kalijaga. Pada 1512 , Pandanarang menyerahkan tampuk pemerintahan kepada adik laki-lakinya. ''Ia bersama istrinya mengundurkan diri dari dunia ramai,'' tulis De Graaf dan Pigeaud dalam buku Kerajaan Islam Pertama di Jawa. '' Pasangan bangsawan Jawa ini berkelana mencari ketenangan batin, sembari berdakwah, '' kedua pakar sejarah dari Universitas Leiden, Negeri Belanda, itu menambahkan. Usai bertualang, Pandanarang dan istrinya bekerja pada seorang wanita pedagang beras di Wedi, Klaten. Akhirnya ia menetap di Tembayat sebagai guru mengaji. Di sana selama 25 tahun, Pandanarang hidup sebagai orang suci dengan sebutan Sunan Tembayat. Ia wafat pada 1537 dan dimakamkan di situ. Bangunan kompleks makam Sunan Tembayat terbuat dari batu berukir, menyerupai bentuk Candi Bentar di Jawa Timur dan pura di Bali. Pada prasasti makam Sunan Tembayat tertulis, makam ini pertama kali dipugar pada 1566 oleh Raja Pajang, Sultan Hadiwijaya. '' Kemudian, pada 1633 , Sultan Agung dari Mataram memperluas dan memperindah bangunan makam Tembayat,'' tulis De Graaf. Cerita tutur tentang kesaktian orang suci dari Semarang yang dimakamkan di Tembayat ini, menurut De Graaf, sudah beredar luas di kalangan masyarakat Jawa sejak pertengahan abad ke-17.
Kisah ini ternukil di naskah klasik karya Panembahan Kajoran dari Yogyakarta, yang ditulis pada 1677. Naskah tersebut pertama kali diteliti oleh D.A. Rinkes pada 1909. Dan kini, bukti sejarah itu tersimpan di Museum Leiden, Negeri Belanda. ''Dengan begitu, legenda itu punya inti kebenaran,'' tulis De Graaf, yang dijuluki ''Bapak Sejarah Jawa''. Selain Sunan Tembayat --menurut versi Babad Tanah Jawi-- Sunan Kalijaga juga punya murid lain, Sunan Geseng namanya. Nama asli petani penyadap nira ini adalah Ki Cokrojoyo. Alkisah, dalam pengembaraannya, Sunan Kalijaga terpikat suara merdu Ki Crokro yang bernyanyi setelah menyadap nira. Kalijaga meminta Ki Cokro mengganti syair lagunya dengan zikir kepada Allah. Ketika Ki Cokro berzikir, mendadak gula yang ia buat dari nira itu berubah jadi emas. Petani ini heran bukan kepalang. Ia ingin berguru kepada Sunan Kalijaga. Untuk menguji keteguhan hati calon muridnya, Sunan Kalijaga menyuruh ki Cokro berzikir tanpa berhenti, sebelum ia datang lagi. Setahun kemudian, Sunan Kalijaga teringat Ki Cokro. Sang aulia memerintahkan murid- muridnya mencari Ki Cokro, yang berzikir di tengah hutan. Mereka kesulitan menemukannya, karena tempat berzikir ki Cokro telah berubah menjadi padang ilalang dan semak belukar. Syahdan, setelah murid-murid Sunan Kalijaga membakar padang ilalang, tampaklah Ki Cokro sujud ke kiblat. Tubuhnya hangus, alias geseng, dimakan api. Tapi, penyadap nira ini masih bugar, mulutnya berzikir komat-kamit. Sunan Kalijaga membangunkannya dan memberinya nama Sunan Geseng. Ia menyebarkan agama Islam di Desa Jatinom, sekitar 10 kilometer dari kota Klaten arah ke utara. Penduduk Jatinom mengenal Sunan Geseng dengan sebutan Ki Ageng Gribik. Julukan itu berangkat dari pilihan Sunan Geseng untuk tinggal di rumah beratap gribik -- anyaman daun nyiur. Menurut legenda setempat, ketika Ki Ageng Gribik pulang dari menunaikan ibadah haji, ia melihat penduduk Jatinom kelaparan. Ia membawa sepotong kue apem, dibagikan kepada ratusan orang yang kelaparan. Semuanya kebagian. Kia Ageng Gribik meminta warga yang kelaparan makan secuil kue apem seraya mengucapkan zikir: Ya-Qowiyyu (Allah Mahakuat). Mereka pun kenyang dan sehat. Sampai kini, masyarakat Jatinom menghidupkan legenda Ki Ageng Gribik itu dengan menyelenggarakan upacara ''Ya-Qowiyyu'' pada setiap bulan Syafar. Warga membikin kue apem, lalu disetorkan ke masjid. Apem yang terkumpul jumlahnya mencapai ratusan ribu. Kalau ditotal, beratnya sekitar 40 ton. Puncak upacara berlangsung usai salat Jumat. Dari menara masjid, kue apem disebarkan para santri sambil berzikir, Ya- Qowiyyu.... Ribuan orang yang menghadiri upacara memperebutkan apem ''gotong royong' ' itu. Kisah Ki Ageng Gribik hanyalah satu dari sekian banyak mitos tentang para wali. Legenda keagamaan yang ditulis babad, menurut De Graaf, sedikit nilai kebenarannya. Hanya yang mengenai wali-wali terkemuka, katanya, ada kepastian sejarah yang cukup kuat. Makam mereka masih tetap merupakan tempat yang sangat dihormati. Pada kurun abad ke-16 hingga abad ke-17 , keturunan para wali juga memegang peranan penting dalam sejarah politik Jawa. SELAMA 40 hari, Raden Paku bertafakur di sebuah gua. Ia bersimpuh, meminta petunjuk Allah SWT, ingin mendirikan pesantren. Di tengah hening malam, pesan ayahnya, Syekh Maulana Ishak, kembali terngiang: ''Kelak, bila tiba masanya, dirikanlah pesantren di Gresik.'' Pesan yang tak terlalu sulit, sebetulnya. Tapi, ia diminta mencari tanah yang sama persis dengan tanah dalam sebuah bungkusan ini. Selesai bertafakur, Raden Paku berangkat mengembara. Di sebuah perbukitan di Desa Sidomukti, Kebomas, ia kemudian mendirikan Pesantren Giri. Sejak itu pula Raden Paku dikenal sebagai Sunan Giri. Dalam bahasa Sansekerta, ''giri'' berarti gunung. Namun, tak ada peninggalan yang menunjukkan kebesaran Pesantren Giri --yang berkembang menjadi Kerajaan Giri Kedaton. Tak ada juga bekas-bekas istana. Kini, di daerah perbukitan itu hanya terlihat situs Kedaton, sekitar satu kilometer dari makam Sunan Giri. Di situs itu berdiri sebuah langgar berukuran 6 x 5 meter. Di sanalah, konon, sempat berdiri sebuah masjid, tempat Sunan Giri mengajarkan agama Islam. Ada juga bekas tempat wudu berupa kolam berukuran 1 x 1 meter. Tempat ini tampak lengang pengunjung. ''Memang banyak orang yang tidak tahu situs ini,'' kata Muhammad Hasan, Sekretaris Yayasan Makam Sunan Giri, kepada GATRA. Syahdan, Pesantren Giri terkenal ke seluruh penjuru Jawa, bahkan sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Menurut Babad Tanah Jawi, murid Sunan Giri juga bertebaran sampai ke Cina, Mesir, Arab, dan Eropa. Pesantren Giri merupakan pusat ajaran tauhid dan fikih, karena Sunan Giri meletakkan ajaran Islam di atas Al-Quran dan sunah Rasul. Ia tidak mau berkompromi dengan adat istiadat, yang dianggapnya merusak kemurnian Islam. Karena itu, Sunan Giri dianggap sebagai pemimpin kaum ''putihan'', aliran yang didukung Sunan Ampel dan Sunan Drajat. Tapi, Sunan Kalijaga menganggap cara berdakwah Sunan Giri kaku. Menurut Sunan Kalijaga, dakwah hendaklah pula menggunakan pendekatan kebudayaan. Misalnya dengan wayang. Paham ini mendapat sokongan dari Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Jati. Perdebatan para wali ini sempat memuncak pada peresmian Masjid Demak. ''Aliran Tuban'' - -Sunan Kalijaga cs-- ingin meramaikan peresmian itu dengan wayang. Tapi, menurut Sunan Giri, menonton wayang tetap haram, karena gambar wayang itu berbentuk manusia. Akhirnya, Sunan Kalijaga mencari jalan tengah. Ia mengusulkan bentuk wayang diubah: menjadi tipis dan tidak menyerupai manusia. Sejak itulah wayang beber berubah menjadi wayang kulit. Ketika Sunan Ampel, ''ketua'' para wali, wafat pada 1478 , Sunan Giri diangkat menjadi penggantinya. Atas usulan Sunan Kalijaga, ia diberi gelar Prabu Satmata. Diriwayatkan, pemberian gelar itu jatuh pada 9 Maret 1487 , yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Gresik. Di kalangan Wali nan Sembilan, Sunan Giri juga dikenal sebagai ahli politik dan ketatanegaraan. Ia pernah menyusun peraturan ketataprajaan dan pedoman tata cara di keraton. Pandangan politiknya pun dijadikan rujukan. Menurut Dr. H.J. De Graaf, lahirnya berbagai kerajaan Islam, seperti Demak, Pajang, dan Mataram, tidak lepas dari peranan Sunan Giri. Pengaruhnya, kata sejarawan Jawa itu, melintas sampai ke luar Pulau Jawa, seperti Makassar, Hitu, dan Ternate. Konon, seorang raja barulah sah kerajaannya kalau sudah direstui Sunan Giri. Pengaruh Sunan Giri ini tercatat dalam naskah sejarah Through Account of Ambon, serta berita orang Portugis dan Belanda di Kepulauan Maluku. Dalam naskah tersebut, kedudukan Sunan Giri disamakan dengan Paus bagi umat Katolik Roma, atau khalifah bagi umat Islam. Dalam Babad Demak pun, peran Sunan Giri tercatat. Ketika Kerajaan Majapahit runtuh karena diserang Raja Girindrawardhana dari Kaling Kediri, pada 1478 , Sunan Giri dinobatkan menjadi raja peralihan. Selama 40 hari, Sunan Giri memangku jabatan tersebut. Setelah itu, ia menyerahkannya kepada Raden Patah, putra Raja Majapahit, Brawijaya Kertabhumi. Sejak itulah, Kerajaan Demak Bintoro berdiri dan dianggap sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa. Padahal, sebenarnya, Sunan Giri sudah menjadi raja di Giri Kedaton sejak 1470. Tapi, pemerintahan Giri lebih dikenal sebagai pemerintahan ulama dan pusat penyebaran Islam. Sebagai kerajaan, juga tidak jelas batas wilayahnya. Tampaknya, Sunan Giri lebih memilih jejak langkah ayahnya, Syekh Maulana Ishak, seorang ulama dari Gujarat yang menetap di Pasai, kini Aceh. Ibunya Dewi Sekardadu, putri Raja Hindu Blambangan bernama Prabu Menak Sembuyu. Kisah Sunan Giri bermula ketika Maulana Ishak tertarik mengunjungi Jawa Timur, karena ingin menyebarkan agama Islam. Setelah bertemu dengan Sunan Ampel, yang masih sepupunya, ia disarankan berdakwah di daerah Blambangan. Ketika itu, masyarakat Blambangan sedang tertimpa wabah penyakit. Bahkan putri Raja Blambangan, Dewi Sekardadu, ikut terjangkit. Semua tabib tersohor tidak berhasil mengobatinya. Akhirnya raja mengumumkan sayembara: siapa yang berhasil mengobati sang Dewi, bila laki- laki akan dijodohkan dengannya, bila perempuan dijadikan saudara angkat sang dewi. Tapi, tak ada seorang pun yang sanggup memenangkan sayembara itu. Di tengah keputusasaan, sang prabu mengutus Patih Bajul Sengara mencari pertapa sakti. Dalam pencarian itu, patih sempat bertemu dengan seorang pertapa sakti, Resi Kandayana namanya. Resi inilah yang memberi ''referensi'' tentang Syekh Maulana Ishak. Rupanya, Maulana Ishak mau mengobati Dewi Sekardadu, kalau Prabu Menak Sembuyu dan keluarganya bersedia masuk Islam. Setelah Dewi Sekardadu sembuh, syarat Maulana Ishak pun dipenuhi. Seluruh keluarga raja memeluk agama Islam. Setelah itu, Dewa Sekardadu dinikahkan dengan Maulana Ishak. Sayangnya, Prabu Menak Sembuyu tidak sepenuh hati menjadi seorang muslim. Ia malah iri menyaksikan Maulana Ishak berhasil mengislamkan sebagian besar rakyatnya. Ia berusaha menghalangi syiar Islam, bahkan mengutus orang kepercayaannya untuk membunuh Maulana Ishak. Merasa jiwanya terancam, Maulana Ishak akhirnya meninggalkan Blambangan, dan kembali ke Pasai. Sebelum berangkat, ia hanya berpesan kepada Dewi Sekardadu --yang sedang mengandung tujuh bulan-- agar anaknya diberi nama Raden Paku. Setelah bayi laki-laki itu lahir, Prabu Menak Sembuyu melampiaskan kebenciannya kepada anak Maulana Ishak dengan membuangnya ke laut dalam sebuah peti. Alkisah, peti tersebut ditemukan oleh awak kapal dagang dari Gresik, yang sedang menuju Pulau Bali. Bayi itu lalu diserahkan kepada Nyai Ageng Pinatih, pemilik kapal tersebut. Sejak itu, bayi laki-laki yang kemudian dinamai Joko Samudro itu diasuh dan dibesarkannya. Menginjak usia tujuh tahun, Joko Samudro dititipkan di padepokan Sunan Ampel, untuk belajar agama Islam. Karena kecerdasannya, anak itu diberi gelar '' Maulana `Ainul Yaqin''. Setelah bertahun-tahun belajar, Joko Samudro dan putranya, Raden Maulana Makhdum Ibrahim, diutus Sunan Ampel untuk menimba ilmu di Mekkah. Tapi, mereka harus singgah dulu di Pasai, untuk menemui Syekh Maulana Ishak. Rupanya, Sunan Ampel ingin mempertemukan Raden Paku dengan ayah kandungnya. Setelah belajar selama tujuh tahun di Pasai, mereka kembali ke Jawa. Pada saat itulah Maulana Ishak membekali Raden Paku dengan segenggam tanah, lalu memintanya mendirikan pesantren di sebuah tempat yang warna dan bau tanahnya sama dengan yang diberikannya. Kini, jejak bangunan Pesantren Giri hampir tiada. Tapi, jejak dakwah Sunan Giri masih membekas. Keteguhannya memurnikan agama Islam juga diikuti para penerusnya. Sunan Giri wafat pada 1506 Masehi, dalam usia 63 tahun. Ia dimakamkan di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur


/@cwi

selengkapnya...

Makna syahadat



Laailahaillallah Kalimat Laailahaillallah mempunyai kedudukan yg agung. Ia memiliki aturan, syarat-syarat, makna khusus & konsekuensi. Barang siapa yg mengucapkan dgn jujur maka Allah akan memasukannya dalam surga & barang siapa yg mengucapkannya dgn dusta maka darah & hartanya masih terjaga di dunia akan tetapi kelak di akhirat hisabnya diserahkan kepada Allah Ta’ala. “Maka sesungguhnya Allah mengharamkan atasnya neraka bagi orang yg mengucapkan Laailahaillallah karena merapkan wajah Allah” ( HR Bukhari & Muslim)



Kalimat ini pendek lafadznya, sedikit hurufnya & ringan diucapkan, namun memiliki bobot yg sangat berat di dalam timbangan keadilan. Ibnu Hibban & Al Hakim telah meriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Musa pernah berkata wahai Tuhanku, ajarilah aku sesuatu yg dapat aku pakai untuk ingat kepada-Mu & do’a kepada-Mu, Allah berfirman: Wahai Musa ucapkanlah ‘Laailahaillallah’, Musa berkata: Semua hamba-Mu mengucapkan hal ini. Allah berfirman: Wahai Musa seandainya tujuh langit & penghuninya selain Aku & tujuh bumi ini di salah satu timbangan & Laailahaillallah diletakkan di daun timbangan lainnya, niscaya Laailahaillallah akan lebih berat dari itu semua” ( HR Hakim & Ibnu Hibban dalam Maurid Adh Dhom’ an) Hadist ini menunjukkan Laailahaillallah merupakan dzikir yg paling utama. Sebagaimana yg ditegaskan oleh hadist dari Abdullah Ibnu Umar, Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik do’a adlah do’a di hari ‘arafah & sebaik-baik do’a yg aku ucapkan demikian pula para nabi sebelumku adalah do’a Laailahaillallah wahdahu laa syarikalah, lahulmulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kuli syai-in qadiir (Tidak ada yg berhak disembah kecuali Allah Yg Esa tidak ada sekutu baginya, milik-Nya segala kekuasaan & pujian & Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) ” (HR Ahmad & Tirmidzi dalam Ad Da’awat No. 3579)
Diantara dalil yg juga menunjukkan Laailahaillallah memiliki bobot yg sangat berat di dalam timbangan keadilan adalah hadist yg diriwayatkan oleh Tirmidzi, ia menghasankannya An Nasa’I & Al Haakim, ia berkata hadist ini shahih atas syarat Imam Muslim dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah SAW bersabda: “Akan dipanggil seorang dari umatku di atas para pemuka makhluk pada hari kiamat kemudian dibentangkan baginya 99 sijjil (catatn amal) masing-masing sijjil sepanjang pan&gan mata. Lalu dikatakan kepadanya: ‘Apa kamu mengingkari hal ini?’ Ia menjawab: ‘Tidak wahai tuhanku’. Ia ditanya apa kamu punya alasan lain atau kebajikan?’ Dgn rasa takut ia menjawab: ‘ Tidak punya.’ Lalu ia diberi tahu: ‘Sesungguhnya kamu memiliki beberapa kebajikan di sisi Kami & kamu tidak akan didzalimi sedikitpun kemudian dikeluarkan baginya sebuah bithaqah (kartu ucapan amal) yg di dalamnya tertulis -Asyhadu anlaailaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah-‘ Maka ia berkata: ‘Wahai tuhanku apa maksud dari bithaqah & sijjil ini?’ Dikatakan kepadanya: ‘Engkau tidak akan didzalimi sedikitpun’. Lalu sijjil-sijjil itu diletakkan di salah satu daun timbangan & bithaqah di daun timbangan lainnya, tiba-tiba sijjil itu menjadi ringan se&gkan bithaqah malah tambah berat.” (HR Tirmidzi No. 2641 dalam Al Imaan, Al hakim (1 /5-6) & selain keduanya) Kalimat Laailahaillallah memiliki 2 ( dua) rukun, yaitu: 1. Annafyu artinya meniadakan seluruh sesembahan selain Allah Ta’ala 2. Al Itsbaat artinya menetapkan bahwa yg berhak disembah hanyalah Allah Ta’ala saja. Kalimat Laailahaillallah tidak bermanfaat bagi orang-orang yg mengucapkannya kecuali dgn memenuhi 7 ( tujuh) persyaratan, yaitu: 1. Al Ilmu artinya mengetahui maknanya. 2. Al Yakin artinya meyakini sepenuhnya kebenaran kalimat itu tanpa ragu & bimbang sedikitpun. 3. Al Ikhlas artinya ikhlas tanpa disertai kesyirikan sedikitpun. 4. Ash Shidqu artinya jujur tanpa disertai sifat kemunafikan. 5. Al Mahabbah artinya mencintai kalimat ini & segala konsekuensinya serta merasa gembira dgn hal itu. 6. Al Inqiyaad artinya tunduk & patuh melaksanakan hak-hak kalimat ini dgn cara melaksanakan kewajiban atas dasar ikhlas & mencari ridha Allah, ini termasuk konsekuensinya. 7. Al Qabuul artinya apa a&ya tanpa menolak, hal ini dibuktikan dgn melaksanakan perintah & meninggalkan larangan Allah. Al Imam Ibnu Rajab berkata: “Dari sini jelaskah bahwa ucapan-ucapan hamba Laailahaillallah merupakan pengakuan ia tidak memiliki sesembahan selain Allah. Se&gkan makna Al Ilaahu adalah zat yg dita’ati & tidak dimaksiati disertai rasa takut, memuliakan, mencintai, mengharap, tawakkal, meminta & berdo’a kepada-Nya. Ini semuanya tidak pantas diberikan kecuali hanya untuk Allah. Walhasil, bahwa orang yg mengucapkan kalimat tauhid Laailahaillallah harus mengetahui maknanya & mengamalkan konsukuensinya secara lahir & bathin”. Dari keterangan di atas jelaslah bagi kita bahwa makna ‘Laailahaillallah’ adalah ‘Tidak ada yg berhak disembah kecuali Allah’. Adapun menafsirkan kalimat Laailahaillallah dgn makna ‘ Tidak ada pencipta kecuali Allah’, ‘Tidak ada yg mengatur kecuali Allah’, ‘Tidak ada tuhan kecuali Allah’ adalah kurang & menyelisihi Al Quran & Sunnah. Juga diantara konsekuensi Laailahaillallah adalah menerapkan nama-nama & sifat-sifat Allah yg telah ditetapkan oleh Allah & Rasul-Nya. DOWNLOAD GAMBAR B. Muhammadarrasulullah Konsekuensi dari syahadat …Muhammadarrasulullah adalah: 1. Mentaati perintahnya. “Hai orang-orang yg beriman, taatlah kepada Allah & Rasul-Nya, & janganlah kamu berpaling dari-Nya, sedang kamu mendengar (perintah- perintahnya)” (QS 8:20) “Katakanlah: Taatlah kepada Allah & taatlah kepada Rasul, & jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul hanyalah apa yg dibebankan kepadanya, kewajiban kamu adalah apa yg dibebankan kepadamu. & jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. & tiada lain kewajiban rasul hanya menyampaikan ( amanatAllah) dgn terang.” (QS 24:54) “Setiap umatku akan masuk ke dalam syurga, kecuali yg enggan. Mereka berkata siapakah yg enggan ya Rasululloh? Beliau menjawab: Siapa yg mentaatiku maka ia akan masuk syurga & siapa yg mendurhakaiku, maka dialah yg enggan.” 2. Membenarkan apa yg di kabarkannya. “Apa yg diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. & apa yg dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, & bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS 59 :7)
“Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi tak ada yg berhak di sembah kecuali Allah & sampai mereka percaya kepadaku & apa yg aku bawa” (HR Muslim) Allah mengancam dgn neraka Sa’iir bagi mereka yg tidak percaya terhadap apa yg di kabarkannya, “& barangsiapa yg tidak beriman kepada Allah & Rasul-Nya maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yg kafir neraka yg bernyala-nyala.” (QS 48:13) Abu Bakar Ash-Shiddiq: “Aku tidaklah meninggalkan apa yg diperintahkan oleh Rasul kecuali akan aku kerjakan & aku takut jika meninggalkan satu saja & perintah Rasul maka kebinasaan akan menimpaku”. 3. Meninggalkan apa yg di larangnya tanpa ada sifat ragu. Ada yg mengatakan: “0. . . hukum ini tidak ada dalam Al-quran” sebagaimana yg di lakukan oleh Inkaarus Sunnah. Sesungguhnya As-Sunnah itu adalah menafsirkan & menjelaskan Al-Quran sebagaimana firman Allah ta’ala: “& Kami turunkan kepadamu al-Quran, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yg telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan” (QS 16:44) Dari Miqdam bin Ma’di Yakrib Rasululloh bersabda: “Ketahuilah bahwa aku di berikan Al Quran & sepertinya bersamanya (yaitu Assunah)”. Salah satu contoh pentingnya As-Sunnah untuk memahami Al Quran: “Katakanlah: Siapakah yg mengharamkan perhiasan dari Allah yg telah di keluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya & (siapa pulakah yg rnengharamkan) rezeki yg baik. Katakanlah: Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yg beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yg mengetahui.” (QS 7:32) 4. Tidak beribadah kepada Allah melainkan dgn cara yg telah di syariatkan. Allah telah menyempumakan agamanya, wahyu telah terputus & kenabian telah ditutup sebagaimana firman Allah: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu & telah Kucukupkan kepadamu nikmat- Ku & telah Kuridhai Islam itu jadi agamamu“ (QS A1- Maidah:3)
5. Syahadat ini juga memiliki konsekuensi yaitu tidak meyakini bahwa nabi Muhammad memiiki sifat rububiyyah yg punya pengaruh di alam semesta & tidak berhak disembah. Beliau hanyalah seorang hamba, seorang Rasul yg tidak didustakan & seorang hamba yg tidak mampu mendatangkan mamfaat atau menolak mudharat bagi dirinya atau orang lain kecuali atas izin dan kehendak Allah. Katakanlah: “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, & tidak (pula) aku mengetahui yg ghaib & tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku ini malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yg telah diwahyukan kepadaku. Katakanlah: “ Apakah sama orang yg buta dgn orang yg melihat”. Maka apakah kamu tidak memikirkan( nya). (QS 6 :50)
Hendaknya kita menempatkan nabi Muhammad pada kedudukan & martabat yg telah Allah berikan kepadanya yaitu sebagai hamba & utusan. Semoga salawat dan salam tetap tercurah kepadanya./@cwi
A.

selengkapnya...

Himpunan Kisah Malaikat


Malaikat menemui Rasulullah di Bukit Qubais; Jibril a.s menggoncang tugu kaum nabi Saleh Jibril Memberi Peringatan kepada Nabi Yusof as; Jibril Memberitahu Yusof as Tentang Kedatangan Saudaranya; Jibril Mengajar Nabi Nuh membuat Kapal Izrail Masukkan Roh Ke badan Adam AS; Berbagai bentuk Malaikat Izrail Mencabut Nyawa; Malaikat Suka Duduk dalam Majlis Zikir; Malaikat Menunjukkan Gambaran Syurga kepada Asiah; Hari Raya para Malaikat Disusun oleh : Ahmad Nizam Bin Awang ( Oktober 2004) Himpunan Kisah Malaikat Jibril & 12 ,000 Malaikat menemui Rasulullah di Bukit Qubais
Bagi tiap-tiap seorang ada malaikat penjaganya silih berganti dari hadapannya dan dari belakangnya, yang mengawas dan menjaganya (dari sesuatu bahaya) dengan perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.


Dan apabila Allah menghendaki untuk menimpakan kepada sesuatu kaum bala bencana (disebabkan kesalahan mereka sendiri), maka tiada sesiapapun yang dapat menolak atau menahan apa yang ditetapkanNya itu, dan tidak ada sesiapapun yang dapat menolong dan melindungi mereka selain daripadaNya. (Ar-R' ad 13 :11) Pada zaman jahiliah di antara beberapa orang raja ada seorang raja yang bernama raja Habib lbnu Malik di kota Syam. Orang-orang arab menggelarnya Raihanah Quraisyin. Ketika Raja Habib bersama angkatan tenteranya seramai 12 ,000 orang singgah di Abthah, iaitu suatu tempat dekat kota Makkah maka datanglah Abu Jahal beserta pengikut pengikutnya memberikan berbagai- bagai hadiah kepada raja Habib. Setelah itu Abu Jahal dipersilakan duduk di sebelah kanan raja Habib. Berkata raja Habib: Wahai Abu Jahal katakan kepadaku tentang Muhammad. Berkata Abu Jahal: Tuan, silalah tuan tanya tentang Muhammad itu dari Bani Hasyim. Raja Habib pun bertanya kepada Bani Hasyim: Wahai Bani Hasyim, katakan pada beta tentang Muhammad itu. Berkata Bani Hasyim: Sebenarnya kami telah mengenal Muhammad itu sejak dia kecil lagi, orangnya sungguh amanah dan setiap katanya benar; dia tidak akan berkata selain dari yang benar. Apabila umur Muhammad meningkat pada 40 tahun dia telah mula mencela Tuhan kita dan dia membawa agama baru yang bukan datangnya dari nenek moyang kita. Sebaik sahaja raja Habib mendengar penjelasan dan Bani Hasyim maka dia pun berkata: Bawa Muhammad mengadap dengan cara baik, kalau Muhammad degil maka gunakan kekerasan. Setelah itu mereka pun mengutus salah seorang untuk menjemput Muhammad SAW. Setelah Rasulullah SAW menerima pesanan raja, baginda pun bersiap-siap untuk pergi, sementara itu Abu Bakar ra dan Siti Khadijah menangis kerana takut baginda dizalimi oleh raja tersebut. Rasulullah SAW berkata: Janganlah kamu berdua menangis, serahkanlah urusanku ini kepada Allah SWT. Kemudian Ahu Bakar ra pun mengaturkan pakaian untuk RasuIulIah SAW yang terdiri dari baju berwarna merah dan serban berwarna hitam. Setelah Rasulullah SAW mengenakan pakaian tersebut maka baginda bersama Abu Bakar ra dan Khadijah ra pun pergi menghadap raja Habib. Setelah sampai di hadapan raja, Abu Bakar ra berdiri di sebelah kanan Rasulullah SAW sementara Siti Khadijah berdiri di belakang Rasulullah SAW. Apabila raja Habib melihat baginda Rasulullah SAW berdiri dihadapannya maka raja Habib pun bangun memberi hormat mempersilakan Rasulullah SAW duduk di sebuah kerusi yang diperbuat dari emas. Sementara itu Siti Khadijah yang merasa cemas berdoa kepada Allah SWT: Ya Allah, tolonglah Muhammad dan mudahkanlah dia menjawab sebarang pertanyaan. Sewaktu baginda duduk di hadapan raja Habib maka keluarlah cahaya memancar dari wajah baginda dan baginda duduk dengan tenang tanpa rasa takut. Raja Habib memulakan pertanyaan: Wahai Muhammad, kamu pun tahu bahawa setiap Nabi itu ada mukjizatnya, jadi apakah mukjizat kamu itu? Bersabda Rasulullah SAW: Katakan apakah yang kamu kehendaki? Berkata raja Habib: Aku mahu matahari itu terbenam dan bulan pula hendaklah turun ke bumi dan kemudiannya bulan hendaklah terbelah menjadi dua, kemudian masuk di bawah baju kamu dan separuh keluar melalui lengan baju kamu yang kanan dan sebelah lagi hendaklah keluar melalui lengan baju kamu yang kiri. Setelah itu bulan itu hendaklah berkumpul menjadi satu di atas kepala kamu dan bersaksi atasmu, kemudian bulan itu hendaklah kembali ke langit dan mengeluarkan cahaya yang hersinar dan hendaklah bulan itu tenggelam. Sesudah itu hendaklah matahari yang tenggelam muncul semula dan berjalan ke tempatnya seperti mulanya. Setelah mendengar begitu banyak yang raja Habib kehendaki, maka baginda Rasulullah SAW pun bersabda: Apakah kamu akan beriman kepadaku setelah aku melakukan segala apa yang kamu kehendaki? Berkata raja Habib: Ya, aku akan beriman kepadamu setelah kamu dapat menyatakan segala isi hatiku. Abu Jahal yang sedang menyaksikan percakapan itu segera melompat ke hadapan sambil berkata: Wahai tuanku, tuanku telah mengatakan yang cukup baik dan tepat. Rasulullah SAW pun keluar lalu pergi mendaki gunung Abi Qubais, kemudian baginda mengerjakan solat dua rakaat lalu berdoa kepada Allah SWT. Setelah berdoa maka turunlah malaikat Jibril as bersama dengan 12 , 000 malaikat dengan memegang panah di tangan mereka. Malaikat Jibril as berkata: Assalamu alaika yaa Rasulullah, sesungguhnya Allah telah bersalam kepadamu dan berfirman: Wahai kekasihku, janganlah kamu takut dan bersusah hati. Aku akan sentiasa bersamamu di mana sahaja engkau berada dan telah tetap dalam pengetahuanKu dan berjalan di dalam qada kepastianKu di zaman azali apa-apa yang diminta oleh raja Habib bin Malik pada hari ini; pergilah kamu kepada mereka dan berikan hujjahmu dengan tepat dan jelaskan keadaanmu dan keutusanmu. Ketahuilah sesungguhnya Allah SWT telah menundukkan matahari, bulan, malam dan siang. Sesungguhnya raja Habib itu mempunyai seorang puteri yang tidak mempunyai kedua tangan, kedua kaki dan tidak mempunyai kedua mata. Dan katakan kepadanya bahawa Allah SWT telah mengembalikan kedua tangannya, kedua kakinya dan kedua matanya. Setelah itu Rasulullah SAW pun turun dari gunung Abi Qubais dengan rasa tenang dan rasa gembira. Malaikat Jibril as di angkasa dan para malaikat berbaris lurus dan Rasulullah SAW berdiri di maqam Ibrahim. Dan adalah saat itu matahari terbenam. Matahari mulai seakan-akan berlari cepat, ertinya matahari cepat-cepat terbenam dan menjadi gelap gelita. Kemudian bulan terbit dengan terangnya, setelah bulan naik meninggi baginda Rasulullah SAW memberikan isyarat dengan dua jari-jarinya kepada bulan itu, dan bulan seakan-akan berlari turun ke bumi dan berdiri di hadapan baginda Rasulullah SAW. Kemudian bulan itu bergerak-gerak seperti awan lalu bulan itu terbelah menjadi 2 dan bulan itu masuk di bawah baju Rasulullah SAW separuhnya keluar melalui lengan sebelah kanan baju baginda sementara yang sebelah lagi keluar melalui lengan sebelah kiri baju baginda. Kemudian bulan kembali bercantum mengeluarkan cahaya dengan terang lalu berdiri di atas kepala Rasulullah SAW dengan berkata: Saya bersaksi bahawa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan saya bersaksi bahawa Muhammad itu hamba Allah dan RasulNya sesungguhnya berbahagialah orang-orang yang membenarkan engkau Muhammad dan rugilah orang-orang yang menyalahi engkau. Setelah bulan berkata demikian maka bulan pun kembali ke langit menjadi terang dan menghilangkan dirinya. Sebaik sahaja bulan menghilangkan dirinya maka matahari pun timbul kembali. Oleh kerana raja Habib telah mengatakan bahawa Rasulullah SAW mesti memberitahu rasa hatinya maka diapun berkata: Wahai Muhammad, kamu masih ada satu syarat lagi. Belum sempat Habib hendak berkata maka baginda Rasululah SAW bersabda: Sesungguhnya kamu mempunyai seorang puteri yang tidak mempunyai dua tangan, tidak mempunyai dua kaki dan dia juga tidak mempunyai dua mata dan sesungguhnya ketahuilah olehmu Allah SWT telah mengembalikan kedua tangan, kedua kaki dan kedua matanya. Sebaik sahaja raja Habib mendengar dan meihat segala galanya maka dia pun berkata: Wahai ahli Makkah, tidak ada kufur sesudah iman dan tidak ada keraguan sesudah yakin, oleh itu ketahuilah oleh kamu sekelian bahawa sesungguhnya aku bersaksi, Tidak ada Tuhan melainkan Allah yang satu dan tidak ada sekutu bagiNya, dan saya bersaksi bahawa sesungguhnya Muhammad itu hambaNya dan utusan-Nya. Raja Habib dan semua bala tenteranya masuk Islam. Kemarahan Abu Jahal meluap-luap dan dia berkata: Wahai tuan raja, apakah tuan percaya kepada ahli syihir ini sehingga syihir itu telah mempersonakan tuan. Raja Habib tidak menghiraukan kata-kata Abu Jahal, sebaliknya raja Habib kembali ke negerinya Syam. Apabila raja Habib masuk ke dalam istananya dia disambut oleh anak perempuanya dengan mengucap: Asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa Rasuuluhu (Saya bersaksi bahawa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan AlIah dan saya bersaksi bahawa Muhammad itu adalah pesuruhNya dan utusanNya). Raja Habib tercengang dengan kalimah yang diucapkan oleh anaknya maka dia pun berkata: Wahai anakku, siapakah yang mengajarkan kepada kamu kalimah ini? Berkata anak raja Habib: Sebenarnya sewaktu saya tidur, telah datang seorang lelaki lalu berkata kepada saya: Sesunguhnya ayah kamu telah masuk Islam, kalau kamu mahu masuk Islam maka aku kembalikan segala anggota kamu dengan baik. Setelah itu saya pun tidur dan pagi ini diri saya tidak ada yang kurang seperti yang ayah lihat sekarang Kemudian raja Habib bersyukur sujud kepada Allah SWT agar nikmat iman dan bertambahlah keyakinan. Setelah itu raja Habib mengumpulkan emas, perak dan kain lalu dinaikkan atas lima ekor unta berserta dengan beberapa orang hamba dikirimkan kepada Rasulullah SAW. Ketika rombongan yang membawa segala hadiah dari raja Habib itu sampai dekat kota Makkah, tiba-tiba muncul Abu Jahal bersama kuncu-kuncunya lalu berkata: Kamu semua milik siapa? Berkata rombongan itu: Kami semua ini milik raja Habib bin Ibnu Malik dan kami hendak pergi pada Rasullulah SAW. Sebaik sahaja Abu Jahal mendengar jawapan dari rombongan itu maka dia cuba merampas semua barang-barang yang bawa oleh rombongan itu, oleh kerana rombongan itu enggan menyerahkan barang-barang tersebut maka berlakulah pergaduhan antara kedua belah pihak. Apabila berlaku peperangan diantara kedua belah pihak maka berkumpullah penduduk kota Makkah dan datang bersama mereka Rasulullah SAW. Melihat akan kedatangan orang ramai maka berkata rombongan diraja itu: Kesemua barang yang kami bawa ini adalah milik raja Habib, dan raja Habib berhajat untuk rnenghadiahkan kesemua barang ini kepada Rasulullah SAW. Abu Jahal berkata: Raja Habib menghadiahkan kesemua harang ini kepada saya. Lalu Rasulullah SAW bersabda: Wahai penduduk Makkah, adakah kamu semua suka kalau aku mencadangkan sesuatu? Berkata penduduk Makkah: Ya, kami setuju. Bersabda Rasulullah SAW: Kita hendaklah memutuskan percakapan unta ini, untuk siapakah sebenarnya harta ini. Berkata Abu Jahal: Kita tentukan perkara ini esok pagi. Setelah mendapat persetujuan dari Rasulullah SAW untuk ditunda pada esok hari maka Abu Jahal pun balik dan terus pergi kepada berhala- berhala yang disembahnya, dia pun memberi beberapa korban kepada berhala-berhala mereka dan memohon pertolongan pada berhala mereka sehingga pagi. Apabila waktu yang dijanji telah tiba maka ramailah penduduk kota Makkah datang untuk melihat keputusan pengadilan. Rasulullah SAW datang bersama bapa saudara baginda danAbu Jahal bersama kuncu-kuncunya. Sebaik sahaja Abu Jahal sampai maka dia pun terus mengelilingi unta itu dengan berkata: Berkatalah unta-unta semua atas nama Lata, Uzza dan Manata. Setelah Abu Jahal berkata demikian sekian lama sehingga matahari telah tinggi, namum unta-unta itu tidak berkata apa-apa. Maka berkata penduduk kota Makkah: Wahai Abu Jahal, cukuplah apa yang kamu buat itu, sekarang giliran Muhamad pula untuk melakukannya. Rasulullah SAW pun menghampiri unta-unta tersebut dengan berkata: Wahai unta makhluk Allah, demi ciptaan Allah berkatalah kamu dengan kekuasaan Allah. Setelah Rasulullah SAW berkata demikian maka bangunlah salah satu dari lima ekor unta lalu berkata: Wahai ahli kota Makkah, kami semua ini adalah hadiah raja Habib bin Ibnu Malik untuk dipersembahkan kepada Rasulullah SAW. Sebaik sahaja unta itu berkata demikian maka RasulullahSAW pun menarik unta-unta tersebut berserta dengan barang-barang yang dibawanya ke gunung Qubais, kemudian Rasulullah SAW mengeluarkan semua emas dan perak yang ada di atas unta lalu dikumpulkan sehingga menjadi bukit lalu berkata: Wahai emas dan perak, hendaklah kamu semua menjadi pasir. Kemudian dengan sekejap sahaja kesemua emas dan perak itu menjadi bukit sehingga sekarang. Himpunan Kisah Malaikat Jibril a.s menggoncang tugu kaum nabi Saleh Bagi tiap-tiap seorang ada malaikat penjaganya silih berganti dari hadapannya dan dari belakangnya, yang mengawas dan menjaganya (dari sesuatu bahaya) dengan perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki untuk menimpakan kepada sesuatu kaum bala bencana (disebabkan kesalahan mereka sendiri), maka tiada sesiapapun yang dapat menolak atau menahan apa yang ditetapkanNya itu, dan tidak ada sesiapapun yang dapat menolong dan melindungi mereka selain daripadaNya. (Ar-R' ad 13 :11) Kaum Saleh telah dibinasakan Allah dengan suara jeritan Jibril as. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu. Firman Allah SWT: "Sesungguhnya kami menimpakan atas mereka suatu suara yang keras mengguntut; maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering ( yang dikumpulkan oleh) yang mempunyai kandang binatang." (Al- Qomar: 31) Dikisahkan bahawa pada suatu hari Nabi Saleh menyampaikan berita bahawa pada masa itu akan lahir di tengah-tengah mereka seseorang yang menjadi penyebab kehancuran kaum itu. Maka para pemuka kaum itu mengadakan mesyuarat untuk membahas masalah tersebut. Akhirnya mereka memutuskan, harus memisahkan diri daripada isteri masing- masing, jika ada yang hamil dan melahirkan anak lelaki maka harus dibunuh. Keputusan mereka itu dijalankan. Salah seorang dari kaum mereka melahirkan seorang anak lelaki, namun mereka tidak sampai hati untuk membunuhnya. Disebabkan keluarga tersebut belum pernah mempunyai anak, anak itu bemarna Qodaron. Sebanyak sembilan kaum telah membunuh anak lelaki mereka yang lahir. Namun ketika mereka melihat Qodaron telah menjadi seorang pemuda, mereka merasa menyesal kerana telah membunuh anak-anak mereka dahulunya. Kemudian mereka berunding untuk membunuh Nabi Saleh as. Mereka berkata: "Sebaiknya kita pergi keluar kota dahulu, kemudian kita pulang dengan secara sembunyi, pada saat itu Nabi Saleh kita bunuh. Lalu kita bersumpah dengan nama Allah dengan kerabatnya bahawa kita tidak membunuhnya dan kita tidak tahu sama sekali tentang pembunuhan itu." Ketika itu umur Qodaron lima belas tahun. Di saat mereka sedang minum arak, mereka juga memerlukan air, sedangkan pada hari itu merupakan giliran unta untuk mendapatkan air, mereka sudah puas mencari air di tempat yang lain, namun tidak mereka temui. Kemudian Qodaron berkata: "Menurut pendapatku, lebih baik kita bunuh sahaja unta Saleh, sebab kita dalam kesukaran air." Kemudian mereka pun keluar dengan membawa sebilah pedang, mereka bersembunyi di rumput-rumput di bawah kaki gunung. Pada saat giliran unta Saleh ingin minum air, maka dengan segera Qodaron membunuh unta tersebut. Kemudian mereka juga berusaha membunuh anak unta Nabi Saleh, maka anak unta itu pun berlari ke arah gunung, maka dengan kuasa Allah gunung itu terbelah, dan masuklah anak unta itu ke dalamnya. Ketika Nabi Saleh as mengetahui peristiwa pembunuhan terhadap unta mukjizatnya itu, maka ia berkata kepada kaumnya: "Anda semua boleh duduk di rumah selama tiga hari, setelah itu akan datang seksaan kepada anda. Tandatandanya adalah, pada hari pertama muka-muka kamu semua menjadi merah, pada hari kedua menjadi kuning, pada hari ketiga menjadi hitam legam." Di saat mereka melihat tanda-tanda seperti yang diucapkan oleh Nabi Saleh itu betul, mereka pun berkata: "Mari kita bunuh Nabi Saleh seperti kita membunuh untanya." Mereka kemudiannya menuju ke tempat tinggal Nabi Saleh. Peristiwa itu terjadi pada hari Rabu. Kemudian Jibril as datang sambil memegang tugu-tugu kota itu lalu digoncangnya dengan sekeras-kerasnya. Akhirnya dia menjerit dengan sekuat-kuatnya sehingga mereka semua mati pada saat itu juga. Begitu gambaran betapa bahayanya minuman keras yang memabukkan ini. Kerana sebab terbunuhnya unta mukjizat Nabi Saleh disebabkan minuman keras. Fitnah Harut dan Maarut juga kerana minuman keras. Sebab terbunuhnya Nabi Yahya kerana minuman keras. Kaum Nabi Nuh mengganggu Nabi Nuh kerana minuman keras. Pembunuhan terhadap Usman ra juga disebabkan minuman keras. Pembunuhan terhadap Sayyidina Husin juga kerana minuman keras."/@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |