Politik Islam, Benarkah?


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Berkaitan dengan penggunaan istilah- istilah yang sudah populer di tengah masyarakat, antara lain politik dan siyasah, maka perlu kiranya kita merujuk kembali pengertian dan pencitraannya. Mengapa demikian? Karena untuk memahami makna sebuah kata atau istilah secara akurat harus memahami benar sumber pemunculannya, latar belakang sejarahnya, tujuan, kondisi saat itu, dan pemahaman bahasa masyarakat pada awal pemunculannya. Oleh karena itu tentu kurang tepat jika hanya memahami suatu istilah dengan kondisi kekiniaan, dimana waktu yang panjang dan proses sejarah manusia telah mengalami berbagai gejolak dan perkembangan, tanpa melihat konteks awalnya.
Dalam catatan sejarah manusia, istilah “ politik” muncul di Yunani sekitar abad ke-4 sebelum masehi dalam sebuah buku filsafat yang dikarang oleh seorang pemikir klasik bernama Plato murid dari Socrates.
Buku tersebut berjudul asli politeia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tradisional menjadi The Republic (sumber :Wikipedia bahasa Indonesia). Politeia berasal dari kata "polis", yang lebih kurang dapat diterjemahkan sebagai kata "kota", atau lebih tepatnya "negara-kota". Untuk mencerminkan makna ini, banyak bahasa menerjemahkan Politeia sebagai Negara (bahasa Inggris: The State), termasuk bahasa Belanda (De staat) dan bahasa Jerman (Der Staat). Konsep politeia dalam bahasa Yunani kuno dianggap sebagai suatu cara hidup. Jadi, pada kenyataannya terjemahan yang lebih tepat mestinya adalah 'bagaimana cara kita hidup sebagai masyarakat' (untuk pemahaman yang lebih baik lihat Politik karya Aristoteles muridnya Plato). Di dalam karya ini, Plato tampaknya menggunakan kata "politeia" secara lebih spesifik dalam pengertian bentuk pemerintahan, setidak-tidaknya menurut Liddell dan Scott dalam kamus mereka Greek-English Lexicon. Dalam perkembangan selanjutnya filsafat plato ini menjadi acuan pokok bagi bangsa Eropa khususnya sampai sekarang dalam mengatur sistem bernegara yang memunculkan teori politik dengan berbagai turunannya. Definisi Politik Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional . Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain: 1 . politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles) 2 . politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara 3 . politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat 4 . politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik. Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik. Teori politik Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan politik, bagaimana mencapai tujuan tersebut serta segala konsekuensinya . Bahasan dalam Teori Politik antara lain adalah filsafat politik, konsep tentang sistem politik, negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan, legitimasi, lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik, perbandingan politik, dan seterusnya. Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara negara di dunia antara lain: anarkisme, autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme, federalisme, feminisme, fundamentalisme keagamaan, globalisme, imperialisme, kapitalisme, komunisme, liberalisme, libertarianisme, marxisme, meritokrasi, monarki, nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi, totaliterisme, oligarki dan sebagainya. Tokoh Pemikir Politik Tokoh tokoh pemikir Ilmu Politik dari kalangan teoris klasik, modern maupun kontempoter antara lain adalah: Socrates, Plato, Aristoteles, Adam Smith, Cicero, Friedrich Engels, Immanuel Kant, John Locke, Karl Marx, Lenin, Martin Luther, Max Weber, Nicolo Machiavelli, Rousseau, Samuel P Huntington, Thomas Hobbes, Antonio Gramsci, Harold Crouch, Douglas E Ramage. Dari Indonesia beberapa tokoh pemikir dan penulis materi Ilmu Politik dan Hubungan Internasional antara lain: Miriam Budiharjo, Salim Said dan Ramlan Surbakti. (Sumber : wikipedia) Perbedaan Buah Pikiran Manusia dan Wahyu Allah Dari keterangan di atas tampak bahwa pemunculan politik adalah dari hasil ‘ budidaya’ logika dan nafsu manusia. Dimana filsafat politik ini dikeluarkan oleh orang-orang kafir dari bangsa Eropa. Mereka bukanlah ulama, bukan pula Nabi dan Rosul yang wajib diikuti. Politik bukanlah bagian wahyu Allah. Sedangkan siyasah berakar kata sâsa – yasûsu, asalnya makna siyasah tersebut diterapkan pada pengurusan dan pelatihan gembalaan. Lalu, kata tersebut digunakan dalam pengaturan urusan- urusan manusia; dan pelaku pengurusan urusan-urusan manusia. Rasulullah SAW sendiri menggunakan kata siyasah dalam sabdanya : "Adalah Bani Israil, mereka diurusi urusannya oleh para nabi ( tasusuhumul anbiya ). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada banyak para khalifah" (HR. Bukhari dan Muslim). Namun sekali lagi, siyasah yang diterapkan para Nabi sejak dahulu pada Bani Israil sampai umat Muhammad tidak menggunakan logika dan nafsu atas semua ucapan dan tindakannya, namun atas dasar wahyu. وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (٣)إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ “dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al- Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan ( kepadanya)”. (An Najm ayat 3 dan 4) Berbeda dengan politik hanya berhak diikuti oleh orang-orang kafir bukan oleh hamba Allah yang beriman, karena dari tujuannya adalah bagaimana meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional dengan segala konsekuensinya. Mungkin dengan revolusi, kudeta berdarah atau halus, demonstrasi dan seterusnya. Apakah Allah membenarkan cara yang demikian? Apakah Muhammad Rosulullah seorang pengikut ahli filsafat politik juga? Tentu bukan jawabannya. Rosul kita dan para sahabatnya hidup setelah zamannya Plato, dimana pada masa beliau SAW sudah ada dua kekuatan negara adidaya yang berlandaskan filsafat politik yaitu Persia dan Romawi. Namun sama sekali rosulullah dan sahabatnya tidak memulai dan mengakhiri langkah dakwah penyebaran Islam dengan mengambil filsafat teori kekuasaan tersebut. Beliau dicetak (sibqhoh) dengan Al Quran bukan dengan logika dan nafsu. Nabi berbuat, berucap dengan dengan menunggu perintah wahyu meskipun dalam keaadaan yang sangat sulit. Niat dan cara yang ditempuhnya benar, maka tidaklah cukup niat yang benar dengan mengabaikan cara yang benar. Karena hal ini tidak akan mencapai tujuan dan ridho Allah serta pasti dikalahkan oleh orang- orang yang secara total menghalalkan segala cara. Beliau SAW bahkan pernah ditawarkan Kekuasaan dan Harta oleh pamannya yang bernama Abu Tholib, tapi ditolaknya seraya mengatakan “Demi Allah wahai pamanku, sekiranya ada yang mampu memberikan matahari dan bulan di kedua tanganku agar aku berhenti dari perintah Islam ini, niscaya aku tolak, hingga Allah menjayakan Isam ini atau aku binasa dalam perjuangan ini”. Tentu orang yang berfikiran politik akan menjawab sebaliknya “terima dan kuasai masyarakat  baru diajak kepada Islam”. Rosulullah Muhammad bukanlah politikus bukan pula negarawan. Bukti nyata yang dapat dilihat siapa saja bahwa ternyata teori menguasai jabatan kekuasan atau parlemen demi ‘ mewarnai’ ummat ternyata gagal total. Para tokoh Islam yang berhasil duduk di posisi-posisi penting dalam pemerintahan melalui pola demokrasi jahiliyah malah bungkam seribu bahasa, bahkan ikut terwarnai pola jahiliyah. Meskipun sebelum berkuasa mampu bersuara lantang dan menjual ‘madu’ di mulutnya, dengan jargon-jargon “jika umat Islam tidak berpolitik maka akan menjadi korban politik”. Manhaj, jalan atau metode operasional politik tentu berbeda dengan manhaj yang dituntunkan Al Quran. Inilah dua jalan berbeda yang disinyalir dalam Al Quran, antara lain: أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَؤُلاءِ أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا سَبِيلا (٥١) “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab? mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang- orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.” (An Nisa ayat 51). Jalan politik identik dengan pengertian jibti dan thoghut. Jibti berarti sesat dan thoghut artinya yang menghalalkan segala cara. Suatu jalan yang dibangun oleh orang yang mengingkari kitabullah Taurat yang di bawa Nabi Musa as., karena Plato sebagai pencetus ideologi politik hidup setelah masa perutusan Musa dan pada empat abad sebelum perutusan Nabi Isa as. Sedangkan Bani Israil yang telah dibagi Musa as., menjadi duabelas kabilah besar telah menyebar hingga ke Benua Eropa. Dengan pengingkaran Kitabullah inilah maka mereka disebut Ahli Kitab, karena mereka memahami tapi sengaja berpaling darinya. وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٥٣) “dan bahwa (Al Quran ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan, karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. ” (Al An’am ayat 153). Siapa saja yang menempuh jalan hidup bukan dari Al Quran, tapi secara sadar atau tidak, sengaja atau tidak sengaja mengambil jalan dari produk fikiran dan nafsu manusia seperti filsafat politik, maka berarti telah bernabi kepada Plato, bukan kepada Muhammad Rosulullah. Sedangkan manhaj yang dibangun Rosulullah Muhammad mutlak mengikuti wahyu, bukan logika dan nafsu. Meskipun ideologi politik sudah menyebar luas kala itu sampai ke Jazirah Arabiya dengan adanya Kekaisaran Parsi dan Romawi Timur di Negeri Syam. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (٥١)فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ (٥٢) “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin- pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang- orang yang zalim. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah- mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka”. (Al maidah 51-52). Sesungguhnya sudah sama difahami bahwa Islam adalah milik Allah yang bersih, lengkap, dan sempurna. Jika seorang muslim sungguh-sungguh untuk menggali dalam Al Quran dan sunah rosulNya tentu ada sistem atau manhaj tersendiri dalam mendakwahkan dan membangun Islam ini. Dalam Addinul Islam tidak ada politik, tidak ada politik ‘ala Islam. Namun yang ada siyasah yang dituntunkan secara spesifik dan tidak akan pernah sama dengan politik. Meskipun siyasah sering diterjemahkan secara serampangan dengan politik. Namun ada sifat antagonistik antara keduanya. Politik terbukti selamanya tidak mampu membangun keadilan yang beradab dan kesejahteraan, malah sebaliknya kebiadaban dan kesengsaraan akibat perpecahan dan permusuhan yang hebat. Sedangkan siyasah yang dituntunkan para rosul murni sebagai jalan yang diwahyukan Allah yang pasti mampu membangun keadilan dan kesejahteraan hakiki bagi seluruh manusia termasuk orang-orang kafir sekalipun. Dalil-Dalil Penunjang : أ َلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ (٣) “ Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah Addin yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar”. (Surah Azzumar ayat 3). ا لْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا “ pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku- cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu” (Al Maidah ayat 3). و َلا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ ( d an janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. (Al Baqarah ayat 42)   م َا لَمْ تَحْكَم أ َئِمَّتُهَمْ بِكِتَابِ اللهِ وَيَتَغَيَّرَوا مَا أَنْزَ لَ اللهُ اِلاَّ جَعَلَ اللهُ بَأ ْسُهَمْ بَيْنَهُمْ ر واه ابو داود و اين ماجه عن عبد الله بن عمر “Barangsiapa yang tidak berhukum kepada ketetapan Kitabullah, dan mengada-adakan selain yang diturunkan Allah, niscaya diantara mereka diadakan Allah permusuhan yang hebat (HR.Abu Dawud, Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar)   أ َفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافًا كَثِيرًا (٨٢)   “Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”. (An Nisa ayat 82) Wallahu’alam bi showab.


/@cwi

selengkapnya...

Politik Islam, Benarkah?



Politik Islam, Benarkah? Written by sekret Thursday, 29 October 2009 10 :59 Read : 141 times بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Berkaitan dengan penggunaan istilah- istilah yang sudah populer di tengah masyarakat, antara lain politik dan siyasah, maka perlu kiranya kita merujuk kembali pengertian dan pencitraannya. Mengapa demikian? Karena untuk memahami makna sebuah kata atau istilah secara akurat harus memahami benar sumber pemunculannya, latar belakang sejarahnya, tujuan, kondisi saat itu, dan pemahaman bahasa masyarakat pada awal pemunculannya. Oleh karena itu tentu kurang tepat jika hanya memahami suatu istilah dengan kondisi kekiniaan, dimana waktu yang panjang dan proses sejarah manusia telah mengalami berbagai gejolak dan perkembangan, tanpa melihat konteks awalnya. Dalam catatan sejarah manusia, istilah “ politik” muncul di Yunani sekitar abad ke-4 sebelum masehi dalam sebuah buku filsafat yang dikarang oleh seorang pemikir klasik bernama Plato murid dari Socrates. Buku tersebut berjudul asli politeia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tradisional menjadi The Republic (sumber :Wikipedia bahasa Indonesia). Politeia berasal dari kata "polis", yang lebih kurang dapat diterjemahkan sebagai kata "kota", atau lebih tepatnya "negara-kota". Untuk mencerminkan makna ini, banyak bahasa menerjemahkan Politeia sebagai Negara (bahasa Inggris: The State), termasuk bahasa Belanda (De staat) dan bahasa Jerman (Der Staat). Konsep politeia dalam bahasa Yunani kuno dianggap sebagai suatu cara hidup. Jadi, pada kenyataannya terjemahan yang lebih tepat mestinya adalah 'bagaimana cara kita hidup sebagai masyarakat' (untuk pemahaman yang lebih baik lihat Politik karya Aristoteles muridnya Plato).

Di dalam karya ini, Plato tampaknya menggunakan kata "politeia" secara lebih spesifik dalam pengertian bentuk pemerintahan, setidak-tidaknya menurut Liddell dan Scott dalam kamus mereka Greek-English Lexicon. Dalam perkembangan selanjutnya filsafat plato ini menjadi acuan pokok bagi bangsa Eropa khususnya sampai sekarang dalam mengatur sistem bernegara yang memunculkan teori politik dengan berbagai turunannya. Definisi Politik Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional . Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain: 1 . politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles) 2 . politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara 3 . politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat 4 . politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik. Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik. Teori politik Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan politik, bagaimana mencapai tujuan tersebut serta segala konsekuensinya . Bahasan dalam Teori Politik antara lain adalah filsafat politik, konsep tentang sistem politik, negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan, legitimasi, lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik, perbandingan politik, dan seterusnya. Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara negara di dunia antara lain: anarkisme, autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme, federalisme, feminisme, fundamentalisme keagamaan, globalisme, imperialisme, kapitalisme, komunisme, liberalisme, libertarianisme, marxisme, meritokrasi, monarki, nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi, totaliterisme, oligarki dan sebagainya. Tokoh Pemikir Politik Tokoh tokoh pemikir Ilmu Politik dari kalangan teoris klasik, modern maupun kontempoter antara lain adalah: Socrates, Plato, Aristoteles, Adam Smith, Cicero, Friedrich Engels, Immanuel Kant, John Locke, Karl Marx, Lenin, Martin Luther, Max Weber, Nicolo Machiavelli, Rousseau, Samuel P Huntington, Thomas Hobbes, Antonio Gramsci, Harold Crouch, Douglas E Ramage. Dari Indonesia beberapa tokoh pemikir dan penulis materi Ilmu Politik dan Hubungan Internasional antara lain: Miriam Budiharjo, Salim Said dan Ramlan Surbakti. (Sumber : wikipedia) Perbedaan Buah Pikiran Manusia dan Wahyu Allah Dari keterangan di atas tampak bahwa pemunculan politik adalah dari hasil ‘ budidaya’ logika dan nafsu manusia. Dimana filsafat politik ini dikeluarkan oleh orang-orang kafir dari bangsa Eropa. Mereka bukanlah ulama, bukan pula Nabi dan Rosul yang wajib diikuti. Politik bukanlah bagian wahyu Allah. Sedangkan siyasah berakar kata sâsa – yasûsu, asalnya makna siyasah tersebut diterapkan pada pengurusan dan pelatihan gembalaan. Lalu, kata tersebut digunakan dalam pengaturan urusan- urusan manusia; dan pelaku pengurusan urusan-urusan manusia. Rasulullah SAW sendiri menggunakan kata siyasah dalam sabdanya : "Adalah Bani Israil, mereka diurusi urusannya oleh para nabi ( tasusuhumul anbiya ). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada banyak para khalifah" (HR. Bukhari dan Muslim). Namun sekali lagi, siyasah yang diterapkan para Nabi sejak dahulu pada Bani Israil sampai umat Muhammad tidak menggunakan logika dan nafsu atas semua ucapan dan tindakannya, namun atas dasar wahyu. وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (٣)إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى (٤) “dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al- Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan ( kepadanya)”. (An Najm ayat 3 dan 4) Berbeda dengan politik hanya berhak diikuti oleh orang-orang kafir bukan oleh hamba Allah yang beriman, karena dari tujuannya adalah bagaimana meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional dengan segala konsekuensinya. Mungkin dengan revolusi, kudeta berdarah atau halus, demonstrasi dan seterusnya. Apakah Allah membenarkan cara yang demikian? Apakah Muhammad Rosulullah seorang pengikut ahli filsafat politik juga? Tentu bukan jawabannya. Rosul kita dan para sahabatnya hidup setelah zamannya Plato, dimana pada masa beliau SAW sudah ada dua kekuatan negara adidaya yang berlandaskan filsafat politik yaitu Persia dan Romawi. Namun sama sekali rosulullah dan sahabatnya tidak memulai dan mengakhiri langkah dakwah penyebaran Islam dengan mengambil filsafat teori kekuasaan tersebut. Beliau dicetak (sibqhoh) dengan Al Quran bukan dengan logika dan nafsu. Nabi berbuat, berucap dengan dengan menunggu perintah wahyu meskipun dalam keaadaan yang sangat sulit. Niat dan cara yang ditempuhnya benar, maka tidaklah cukup niat yang benar dengan mengabaikan cara yang benar. Karena hal ini tidak akan mencapai tujuan dan ridho Allah serta pasti dikalahkan oleh orang- orang yang secara total menghalalkan segala cara. Beliau SAW bahkan pernah ditawarkan Kekuasaan dan Harta oleh pamannya yang bernama Abu Tholib, tapi ditolaknya seraya mengatakan “Demi Allah wahai pamanku, sekiranya ada yang mampu memberikan matahari dan bulan di kedua tanganku agar aku berhenti dari perintah Islam ini, niscaya aku tolak, hingga Allah menjayakan Isam ini atau aku binasa dalam perjuangan ini”. Tentu orang yang berfikiran politik akan menjawab sebaliknya “terima dan kuasai masyarakat baru diajak kepada Islam”. Rosulullah Muhammad bukanlah politikus bukan pula negarawan. Bukti nyata yang dapat dilihat siapa saja bahwa ternyata teori menguasai jabatan kekuasan atau parlemen demi ‘ mewarnai’ ummat ternyata gagal total. Para tokoh Islam yang berhasil duduk di posisi-posisi penting dalam pemerintahan melalui pola demokrasi jahiliyah malah bungkam seribu bahasa, bahkan ikut terwarnai pola jahiliyah. Meskipun sebelum berkuasa mampu bersuara lantang dan menjual ‘madu’ di mulutnya, dengan jargon-jargon “jika umat Islam tidak berpolitik maka akan menjadi korban politik”. Manhaj, jalan atau metode operasional politik tentu berbeda dengan manhaj yang dituntunkan Al Quran. Inilah dua jalan berbeda yang disinyalir dalam Al Quran, antara lain: أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَؤُلاءِ أَهْدَى مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا سَبِيلا (٥١) “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab? mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang- orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.” (An Nisa ayat 51). Jalan politik identik dengan pengertian jibti dan thoghut. Jibti berarti sesat dan thoghut artinya yang menghalalkan segala cara. Suatu jalan yang dibangun oleh orang yang mengingkari kitabullah Taurat yang di bawa Nabi Musa as., karena Plato sebagai pencetus ideologi politik hidup setelah masa perutusan Musa dan pada empat abad sebelum perutusan Nabi Isa as. Sedangkan Bani Israil yang telah dibagi Musa as., menjadi duabelas kabilah besar telah menyebar hingga ke Benua Eropa. Dengan pengingkaran Kitabullah inilah maka mereka disebut Ahli Kitab, karena mereka memahami tapi sengaja berpaling darinya. وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٥٣) “dan bahwa (Al Quran ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan, karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. ” (Al An’am ayat 153). Siapa saja yang menempuh jalan hidup bukan dari Al Quran, tapi secara sadar atau tidak, sengaja atau tidak sengaja mengambil jalan dari produk fikiran dan nafsu manusia seperti filsafat politik, maka berarti telah bernabi kepada Plato, bukan kepada Muhammad Rosulullah. Sedangkan manhaj yang dibangun Rosulullah Muhammad mutlak mengikuti wahyu, bukan logika dan nafsu. Meskipun ideologi politik sudah menyebar luas kala itu sampai ke Jazirah Arabiya dengan adanya Kekaisaran Parsi dan Romawi Timur di Negeri Syam. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (٥١)فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ (٥٢) “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin- pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang- orang yang zalim. Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah- mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka”. (Al maidah 51-52). Sesungguhnya sudah sama difahami bahwa Islam adalah milik Allah yang bersih, lengkap, dan sempurna. Jika seorang muslim sungguh-sungguh untuk menggali dalam Al Quran dan sunah rosulNya tentu ada sistem atau manhaj tersendiri dalam mendakwahkan dan membangun Islam ini. Dalam Addinul Islam tidak ada politik, tidak ada politik ‘ala Islam. Namun yang ada siyasah yang dituntunkan secara spesifik dan tidak akan pernah sama dengan politik. Meskipun siyasah sering diterjemahkan secara serampangan dengan politik. Namun ada sifat antagonistik antara keduanya. Politik terbukti selamanya tidak mampu membangun keadilan yang beradab dan kesejahteraan, malah sebaliknya kebiadaban dan kesengsaraan akibat perpecahan dan permusuhan yang hebat. Sedangkan siyasah yang dituntunkan para rosul murni sebagai jalan yang diwahyukan Allah yang pasti mampu membangun keadilan dan kesejahteraan hakiki bagi seluruh manusia termasuk orang-orang kafir sekalipun. Dalil-Dalil Penunjang : أ َلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ (٣) “ Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah Addin yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar”. (Surah Azzumar ayat 3). ا لْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا “ pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku- cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu” (Al Maidah ayat 3). و َلا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ ( d an janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. (Al Baqarah ayat 42) م َا لَمْ تَحْكَم أ َئِمَّتُهَمْ بِكِتَابِ اللهِ وَيَتَغَيَّرَوا مَا أَنْزَ لَ اللهُ اِلاَّ جَعَلَ اللهُ بَأ ْسُهَمْ بَيْنَهُمْ ر واه ابو داود و اين ماجه عن عبد الله بن عمر “Barangsiapa yang tidak berhukum kepada ketetapan Kitabullah, dan mengada-adakan selain yang diturunkan Allah, niscaya diantara mereka diadakan Allah permusuhan yang hebat (HR.Abu Dawud, Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar) أ َفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافًا كَثِيرًا (٨٢) “Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”. (An Nisa ayat 82) Wallahu’alam bi showab. (bdp) LATEST NEWS LATEST ARTICLES CONTACT INFORMATION Panitia Mudzakarah Ulama Serumpun Melayu Komp. Yayasan AKUIS Pusat, Jl. Raya Palembang - Betung Km. 14 Sukajadi, Talang Kelapa, Banyuasi Palembang , Sumatera Selatan 30761 Indonesia + 62-711-432479 Fax: + 62-711-432479 panpel@al-ulama.net Anda dapat menyalurkan infaq an utk menunjang program panitia melalui: Bank Syari'ah Mandiri Capem 16 Ilir Palembang No. Rek: 0980010078 SITE COUNTERS Visits today: Visits yesterday: Visits this month: Visits total: Max.daily visits: Max.monthly visits: - occurred: Pages total: Data since: ISLAMIC LINKS PELAKSANAAN MUSYAWARAH PLENO V Musyawarah Pleno ke V DP3 tanggal 28-29 alhamdulillah telah berlangsun lancar. Para undangan yang hadi dari berbagai wilayah di Rumpun Musyawarah Pleno ke V DP3MU Pagi ini Sabtu 28 memasuki hari pertama Musyawarah Pleno ke V Dewan Perancang dan Panitia Pelaksana Mudzakarah Ulama (DP3 bertempat... Politik Islam, Benarkah? بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Berkaitan dengan penggunaan istilah-istilah yang sudah popul di tengah... Gempa dan Ayat-Ayat Allah SW Segala sesuatu kejadian di muka bumi merupakan ketetapan Alla Swt. Demikian pula dengan musibah bernama gempa bumi. Hanya berseling sehari setelah kejadian,...



/@cwi

selengkapnya...

Larangan Berhubungan dengan Jin


Jin adalah salah satu makhluk ghaib yang telah diciptakan Allah swt untuk beribadah kepada-Nya. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada- Ku. ( Adz-dzariyat: 56).

Sebagaimana malaikat, kita tidak dapat mengetahui informasi tentang jin serta alam ghaib lainnya kecuali melalui khabar shadiq ( riwayat & informasi yang shahih) dari Rasulullah saw baik melalui Al-Quran maupun Hadits beliau yang shahih. Alasan nya adalah karena kita tidak dapat berhubungan secara fisik dengan alam ghaib dengan hubungan yang melahirkan informasi yang meyakinkan atau pasti. Katakanlah: “tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah�, dan mereka tidak mengetahui bila (kapan) mereka akan dibangkitkan. (An-Naml: 65) Dia adalah Tuhan yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga- penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah- risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu- Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu. (Al-Jin: 26-28). Manusia diperintahkan oleh Allah swt untuk melakukan muamalah (pergaulan) dengan sesama manusia, karena tujuan hubungan sosial adalah untuk melahirkan ketenangan hati, kerja sama yang baik, saling percaya, saling menyayangi dan saling memberi. Semua itu dapat berlangsung dan terwujud dengan baik, karena seorang manusia dapat mendengarkan pembicaraan saudaranya, dapat melihat sosok tubuhnya, berjabatan tangan dengannya, melihatnya gembira sehingga dapat merasakan kegembiraan nya, dan melihatnya bersedih sehingga bisa merasakan kesedihannya. Allah swt mengetahui fitrah manusia yang cenderung dan merasa tenteram bila bergaul dengan sesama manusia, oleh karena itu, Dia tidak pernah menganjurkan manusia untuk menjalin hubungan dengan makhluk ghaib yang asing bagi manusia. Bahkan Allah swt tidak memerintahkan kita untuk berkomunikasi dengan malaikat sekalipun, padahal semua malaikat adalah makhluk Allah yang taat kepada-Nya. Para nabi dan rasul alahimussalam pun hanya berhubungan dengan malaikat karena perintah Allah swt dalam rangka menerima wahyu, dan amat berat bagi mereka jika malaikat menampakkan wujudnya yang asli di hadapan mereka. Oleh karena itu tidak jarang para malaikat menemui Rasulullah saw dalam wujud manusia sempurna agar lebih mudah bagi Rasulullah saw untuk menerima wahyu. Tentang ketenteraman hati manusia berhubungan dengan sesama manusia Allah swt berfirman: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan- Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Ar-Rum: 21). Makna “dari jenismu sendiri’ adalah dari sesama manusia, bukan jin atau malaikat, atau makhluk lain yang bukan manusia. Karena hubungan dengan makhluk lain, apalagi dalam bentuk pernikahan, tidak akan melahirkan ketenteraman, padahal ketenteraman adalah tujuan utama menjalin hubungan. Beberapa Informasi tentang  Jin dari Al-Quran & Hadits a.  Jin diciptakan dari api dan diciptakan sebelum manusia Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelumnya dari api yang sangat panas. (Al-Hijr: 26-27). خ�ل�قَت� الْمَلاَئ�كَة� م�نْ ن�ور�، وَخ�ل�قَ الْجَانّ� م�نْ مَار�ج� م�نْ نَار�، وَخ�ل�قَ آدَم� م�مَّا و�ص��َ لَك�مْ. رواه مسلم Malaikat telah diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari tanah (yang telah dijelaskan kepada kalian). (Muslim) Perbedaan asal penciptaan ini menyebabkan manusia tidak dapat berhubungan dengan jin, sebagaimana manusia tidak bisa berhubungan dengan malaikat kecuali jika jin atau malaikat menghendakinya. Apabila manusia meminta jin agar bersedia berhubungan dengannya, maka pasti jin tersebut akan mengajukan syarat- syarat tertentu yang berpotensi menyesatkan manusia dari jalan Allah swt. b.  Jin adalah makhluk yang berkembang biak dan berketurunan Dan (Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zhalim. (Al-Kahfi: 50). Al-Quran juga menyebutkan bahwa di antara bangsa jin ada kaum laki-laki nya (rijal) sehingga para ulama menyimpulkan berarti ada kaum perempuannya (karena tidak dapat dikatakan laki-laki kalau tidak ada perempuan). Dengan demikian berarti mereka berkembang biak. Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Al-Jin: 6). c. Jin dapat melihat manusia sedangkan manusia tidak dapat melihat jin Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan- syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang- orang yang tidak beriman. (Al-A’raf: 27). Hal ini membuat kita tidak dapat berhubungan dengan mereka secara wajar sebagaimana hubungan sesama manusia. Kalau pun terjadi hubungan, maka kita berada pada posisi yang lemah, karena kita tidak dapat melihat mereka dan mereka bisa melihat kita. d. Bahwa di antara bangsa jin ada yang beriman dan ada pula yang kafir, karena mereka diberikan iradah (kehendak) dan hak memilih seperti manusia. Dan sesungguhnya di antara kami ada jin yang taat dan ada (pula) jin yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun jin yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahanam. (Al-Jin (72) : 14-15). Meskipun ada yang muslim, tapi karena jin makhluk ghaib, maka tidak mungkin muncul ketenteraman hati dan kepercayaan penuh bagi kita terhadap keislaman mereka, apakah benar jin yang mengaku muslim jujur dengan pengakuannya atau dusta?! Kalau benar, apakah mereka muslim yang baik atau bukan?! Bahkan kita harus waspada dengan tipu daya mereka. Berhubungan dengan jin adalah salah satu pintu kerusakan dan berpotensi mendatangkan bahaya besar bagi pelakunya. Potensi bahaya ini dapat kita pahami dari hadits Qudsi di mana Rasulullah saw menyampaikan pesan Allah swt: وَإ�نّ�ي خَلَقْت� ع�بَاد�ي ح�نَ�َاءَ ك�لَّه�مْ، وَإ�نَّه�مْ أَتَتْه�مْ الشَّيَاط�ين� �َاجْتَالَتْه�مْ عَنْ د�ين�ه�مْ، وَحَرَّمَتْ عَلَيْه�مْ مَا أَحْلَلْت� لَه�مْ، وَأَمَرَتْه�مْ أَنْ ي�شْر�ك�وا ب�ي مَا لَمْ أ�نْز�لْ ب�ه� س�لْطَانًا. رواه مسلم Dan sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku semua dalam keadaan hanif ( lurus), dan sungguh mereka lalu didatangi oleh setan-setan yang menjauhkan mereka dari agama mereka, mengharamkan apa yang telah Aku halalkan, dan memerintahkan mereka untuk menyekutukan-Ku dengan hal-hal yang tidak pernah Aku wahyukan kepada mereka sedikit pun. (Muslim) Dalil lain tentang larangan berhubungan dengan jin adalah: Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Al-Jin: 6). Imam At-Thabari dalam tafsirnya menyebutkan: “Ada penduduk kampung dari bangsa Arab yang menuruni lembah dan menambah dosa mereka dengan meminta perlindungan kepada jin penghuni lembah tersebut, lalu jin itu bertambah berani mengganggu mereka. Tujuan seorang muslim melakukan hubungan sosial adalah dalam rangka beribadah kepada Allah swt dan berusaha meningkatkannya atau untuk menghindarkan dirinya dari segala hal yang dapat merusak ibadahnya kepada Allah. Melakukan hubungan dengan jin berpotensi merusak penghambaan kita kepada Allah yaitu terjatuh kepada perbuatan syirik seperti yang dijelaskan oleh ayat tersebut. Ketidakmampuan kita melihat mereka dan kemampuan mereka melihat kita berpotensi menjadikan kita berada pada posisi yang lebih lemah, sehingga jin yang kafir atau pendosa sangat mungkin memperdaya kita agar bermaksiat kepada Allah swt. Bagaimana berhubungan dengan jin yang mengaku muslim? Kita tetap tidak dapat memastikan kebenaran pengakuannya karena kita tidak dapat melihat apalagi menyelidiki nya. Bila jin tersebut muslim sekalipun, bukan menjadi jaminan bahwa ia adalah jin muslim yang baik dan taat kepada Allah. Di samping itu, tidak ada manusia yang dapat menundukkan jin sepenuhnya (taat sepenuhnya tanpa syarat) selain Nabi Sulaiman as dengan doanya: Sulaiman berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi�. (Shad (38) : 35). Maka berhubungan dengan jin tidak mungkin dilakukan kecuali apabila jin itu menghendakinya, dan sering kali ia baru bersedia apabila manusia memenuhi syarat- syarat tertentu. Syarat-syarat ini dapat dipastikan secara bertahap akan menggiring manusia jatuh kepada kemaksiatan, bahkan mungkin kemusyrikan dan kekufuran yang mengeluarkannya dari ajaran Islam. Na’udzu billah. Wallahu a’lam.
Referensi: 1.    Silsilah Aqidah oleh Umar Sulaiman Al Asyqar 2.    Al ‘Aqaid Al-Islamiyah oleh Abdurrahman Hasan Habannakah 3.    Tafsir At-Thabari.

/@cwi

selengkapnya...

Lantunan Cinta Sang Pencinta



oleh: Hanun Al-Qisthi Lewat ekor mata, aku tau matanya yang sipit kecoklatan memandangku lagi. Tetap tajam namun lembut, seperti biasanya. Bibirnya terbuka hendak berkata-kata, namun mungkin rasa segan membuatnya terkatup lagi. Dengan handuk putih bertengger di bahu, ia membalikkan badan membelakangiku.

Pergi. Aku diam sejenak lalu mengoleskan metal polish pada baritone kesayanganku, menggosoknya sampai berwarna hitam dan melapnya sampai bersih. Pantulan sinar dari tutsnya menandakan baritone ini selalu terawat dengan rapi. Irio dan Laode tersenyum iri padaku. Baritone mereka tidak pernah semengkilap milikku, padahal kami membersihkannya bersama-sama dua kali seminggu. “Ngiri ya? Hehehe… Nggosoknya yang bener dong , kan udah aku ajarin”, ujarku. Mereka hanya bisa memajukan bibirnya 2 cm. “Murid lesnya masih banyak mbak Wina?”, si pemilik mata sipit sudah berdiri di depanku saat kudongakkan kepala. Senyumnya mengembang, memamerkan deretan gigi yang kecoklatan karena nikotin. “Masih, Kak. Sekarang malah ada murid yang baru. Alhamdulillah…” Kumasukkan baritone ke dalam plastik pembungkus lalu meletakkannya dengan hati-hati ke dalam peti. Aku berlalu dari hadapannya tanpa kata-kata. Aku tau mulutnya terbuka lagi, namun aku segera berlari menyusul teman-temanku menuju gerbang kampus. Kugapai bahu Asma lalu tawa kami berderai seperti biasanya. Dari kejauhan kulihat ia melindungi wajahnya dari sorotan mentari senja. Pandangannya tertuju padaku. ********* Aku sangaaaaat mencintai marchingband. Karena kecintaan itulah tiga hari kemudian aku tetap melangkahkan kaki ke kampus AKADEMI METEOROLOGI DAN GEOFISIKA. Padahal pakaian yang kukenakan bukan lagi training dan kaos olahraga kampus seperti biasanya. Hari itu adalah hari perdanaku memakai jilbab. Ya, baju kurung yang mengulur dari bahu sampai mata kakilah yang kukenakan. Kulihat puluhan pasang mata menatapku terpana saat aku memasuki ruang latihan. Apel pembukaan baru dimulai. Dengan rasa percaya diri yang kukumpulkan, kulewati puluhan tatapan sinis, merendahkan, dan mengucilkan itu. Teman-temanku seakan tak lepas melucutiku dari ujung kerudung sampai kaki. Mata sipit itu memandangku dengan tatapan tidak seperti biasanya, tapi aku tetap berjalan ke arahnya. “Kak Wirawan, mulai hari ini boleh nggak saya latihan pake gamis?”, agak sedikit gemetar aku meminta izinnya. “Ngapain pake gituan? mbak mau pindah kuliah ke Mekkah? ”, matanya membulat tanda tak setuju. “Mbak Wina aneh banget!” Aku terkejut mendengar kata-katanya. Suara lembut dengan tatapan menyejukkan itu sudah tiada. “Ya sekarang pakaian saya di luar jam kuliah kayak gini Kak. Boleh gak saya tetap menjadi anggota Korps Marching Band AMG dengan pakaian seperti ini ??”. Kutinggikan nada suaraku pada pelatih alat tiup itu, aku mulai kesal dengan responnya. Apalagi teman-temanku mulai mengejekku dengan kata-kata yang membuat gatal telinga. “Nggak boleh!! Kalo mau tetep latihan, tolong pake pakaian seperti biasa!!”, keputusan Kak Wirawan sudah terucap. Kuhela nafas dalam-dalam,”Ya sudah Kak. Tolong cari peniup baritone untuk menggantikan posisi saya. Saya keluar!” Gontai tapi pasti aku keluar dari ruangan itu. Kepalaku tertunduk. Hatiku tertohok oleh perasaan yang tak menentu. Air mataku mengalir, tapi sungguh, aku tak ingin mereka melihatnya. “Win, Wina!!! Sebentar !” Teriakan Zakiy menahanku di pintu rektorat, “Kak Wirawan mau ngomong sebentar.” Kuikuti langkah komandan marchingband itu ke ruang tamu. Dari ruang latihan teman-teman antusias mencari tau apa yang terjadi. Mereka bergonta-ganti melongokkan wajah ke arah kami. “Ada apa Kak?”, tanyaku singkat. “Kenapa mbak Wina harus pake pakaian kaya gitu? Jangan ikut kaum ekstrem kanan, yang biasa ajalah ngejalanin hidup”, lelaki paruh baya itu menghisap tembakaunya dalam- dalam. Dia tampak bingung. Keringat tak berhenti mengalir dari dahinya. “Ini kan memang pakaian buat muslimah Kak. Saya tidak mau Allah enggan melirik saya karena saya tidak bersegera menjalankan perintahNya, padahal saya sudah tau itu. Saya lebih senang jika manusia yang membenci saya. Jadi tidak masalah kalau saya keluar dan dihujat, yang penting Allah ridha pada saya.” Mata sipit itu bergerak kesana-kemari, mencari kata yang bijak untuk diucapkan, “Ya sudah, silahkan latihan lagi. Sulit untuk menemukan peniup baritone seperti mbak.” Ia menggilas puntung rokoknya dengan paksa. Aku tau ia menatapku sejenak sambil menelan kekecewaannya, lalu pergi tanpa berucap. ********* Siang itu, di bawah panggangan matahari kami berlatih display untuk acara 17 agustus. Seminggu lagi kami akan tampil di BMG pusat. Semua atasan menunggu hari itu, karena kami akan tampil perdana. Sudah 4 jam wajah-wajah kami terbakar panasnya matahari Jakarta. Suara Mega sebagai field commander terdengar makin parau. Bibirnya pucat, wajahnya bias. Aku juga merasakan mulutku baal, mati rasa. Tapi senyum tetap merekah menghiasi bibir-bibir barisan horn line, percussion line dan colour guard. Kami bangga. Kamilah angkatan pertama Korps Marching Band AMG. Namun jauh di lubuk hati, rasa yang tak karuan itu makin terasa. Dan aku ingin segera menumpahkannya. “Kak saya mau keluar marchingband”, ucapku pada para pelatih seusai latihan, termasuk Kak Wirawan. Bola mata mereka membesar. Lagi-lagi aku harus menjelaskan. Dan lagi-lagi aku harus menerima cacian dan hujatan. Namun niatan untuk tunduk pada hukum syara’ membuatku sangat berani menjawab dan melewati makian itu. Seluruh pelatih dan teman-teman menghujatku. Tidak ada yang bisa menerima bahwa alasanku keluar adalah karena aku tidak mau lagi berikhtilat, tasyabbuh, dan meninggalkan kewajiban berjilbab saat tampil. Aku keluar dari ruang latihan dengan iringan koor “Huuu..” dari teman-temanku. Bisa dibayangkan?? Teman yang sudah hampir tiga tahun bersama, dengan mudah membenciku hanya karena aku keluar marching band. Padahal aku melakukan itu karena aku mencintai Rabbku! Mata sipit Kak Wirawan memandangku sayu. Dadaku sesak. Gerimis di hatiku makin deras. Sungguh aku sangat mencintai marchingband, alat tiupku, dan teman-temanku. Aku ingin tetap berlatih dengan bangga sebagai angkatan pertama Korps Marching Band AMG. Aku ingin sebuah lambang kehormatan tersemat pada seragamku. Dan terlebih karena aku ingin melihatnya. Melihat lelaki paruh baya itu dengan tatapan lembutnya. Melihatnya menantiku merapikan alat di ujung ruang. Menikmati tawa dan senyumnya yang selalu terkembang untukku. ******** Di sinilah aku sekarang, empat hari setelah hari itu. Berdiri melihat kawan-kawanku berlatih drumband dari luar pagar kampus. Mereka semua tetap mendiamkan dan menghujatku. Tak ada yang sadar aku memperhatikan mereka, karena bagi mereka aku tak lagi berguna. Di tanganku ada lembaran buletin yang siap kuedarkan. Aku akan mengopinikannya pada adik-adik kajianku, yang tengah bersemangat menyongsong kemuliaan islam di depan mata. Dari kejauhan kulihat Kak Wirawan tengah menatapku, aku tersenyum simpul. Bagaimanapun, lelaki dengan dua putra itu sempat menjadi bunga tidurku sampai sekian waktu. Langkah kaki membawaku menjauh dari sana, dari marching band, Kak Wirawan, dan hiruk pikuk dunia. Kulabuhkan lantunan cinta ini hanya padaMu Ya Rabb, karena aku mencintaiMu lebih dari apapun…


/@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |