Mengapa Islam Turun di Arab?



Islam sebagai syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad diturunkan dan mengalami masa formasinya di tanah Arab? Mengapa disana padahal Islam adalah untuk seluruh alam? Mengapa bukan di Roma, di Cina, atau di Asia Tenggara?

Dengan diturunkannya Islam di Arab, maka Islam kemudian menjadi sangat terkait dan tidak dapat dilepaskan dari kearaban. Sebagaimana diketahui, keseluruhan bangunan Islam bukanlah bangunan yang sama sekali baru, yang didatangkan untuk mengganti sama sekali bangunan lama (baca: bangunan Arab). Islam datang hanya untuk memperbaiki yang rusak, menambah atau melengkapi yang kurang, dan tetap melestarikan yang lama atau yang sudah ada. Dengan kata lain, Islam datang untuk melakukan konservasi terhadap tradisi lama Arab yang masih baik, disamping melakukan revisi dan penyempurnaan. Terutama dalam hal konservasi tradisi lama, akan muncul sebuah pertanyaan “Bagaimana jadinya andaikata Islam turun di Cina”? Tentunya, bangunan Islam akan berupa ajaran Cina yang direvisi dan disempurnakan !!

Dari titik inilah kita merasa perlu untuk tahu mengapa yang dipilih adalah Arab dan bukan yang lain. Sebagian orang memberikan jawaban, terutama ditujukan untuk anak-anak, bahwa Arab dipilih karena saat itu masyarakatnya merupakan masyarakat yang paling rusak.

Tentu saja, kemudian orang akan bertanya,”Memangnya kenapa kalau masyarakatnya paling rusak? Bukankah itu malah akan menguras banyak tenaga? Kalau Islam turun ke bumi bertujuan untuk membentuk sebuah sistem hidup yang sempurna, bukankah akan lebih efisien kalau wilayah formasinya adalah wilayah yang sudah mendekati kesempurnaan itu sendiri, artinya yang justru kebobrokan masyarakatnya paling kecil?” Dari pertanyaan tersebut, kita bahkan akan berpikiran lain,”Jangan-jangan, justru masyarakat Arab saat itu merupakan masyarakat yang paling mendekati kesempurnaan itu, yang tentu saja akan menjadi ladang yang sangat baik bagi tumbuhnya tanaman yang bernama Islam”.

Dugaan lebih lanjut tentang alasan turunnya Islam di Arab berkaitan dengan persoalan bahasa. Kitab suci Islam dan Sunnah Nabi, yang merupakan sumber dan pokok seluruh ajaran Islam, dituturkan dalam bahasa Arab. Jangan-jangan ini disebabkan oleh kesempurnaan atau keistimewaan bahasa Arab sehingga dapat menjadi sarana yang baik untuk menjelaskan Islam secara tepat dan efektif, tanpa bias yang signifikan. Al-Qur’an sendiri menjelaskan bahwa ia diturunkan dalam bahasa Arab yang amat efektif untuk menjelaskan dan menerangkan (bilisanin ‘arabiyyin mubin).

Barangkali ada juga yang ingin mengatakan bahwa Islam diturunkan di Arab karena Arab saat itu terletak dalam apitan dua adikuasa sekaligus mercusuar peradaban dunia, yakni Romawi mewakili dunia Barat dan Persia mewakili dunia Timur. Meskipun berada dalam apitan keduanya, tanah Arab tempat Islam diturunkan diakui oleh para sejarawan sebagai tanah yang tak terjamah, dalam pengertian belum sempat terjajah, terlepas dari kondisi geografisnya yang memang tidak menarik hasrat kaum penjajah. Karena masyarakat Arab belum pernah dijajah maka mereka pun belum sempat tenggelam dan larut dalam pemikiran, ideologi, dan mitos yang disusupkan oleh kaum penjajah. Karena itulah maka masyarakat Arab saat itu disebut sebagai masyarakat ummi. Barangkali akan lebih mudah menyebarkan pemikiran dalam suatu masyarakat yang pemikirannya masih relatif sederhana dan belum sarat dengan ideologi produk manusia, daripada melakukannya dalam suatu masyarakat yang sudah menganut berbagai pemikiran yang beraneka ragam. Dalam kondisi yang belakangan disebut, sangat dimungkinkan akan terjadi diskursus yang lebih alot.

Secara psikologis, para sosiolog mengatakan bahwa masyarakat Arab saat itu adalah masyarakat yang merdeka dalam berpikir, menjunjung tinggi harga diri, dan tidak suka terbelenggu dibawah pengaruh orang lain, meskipun di sisi lain mereka memiliki fanatisme kesukuan yang sangat tinggi. Kemerdekaan berpikir ini barangkali akan sangat kondusif bagi diterimanya pemikiran Islam yang masih asing bagi mereka. Namun perlu dicatat bahwa meskipun masyarakat Arab saat itu memiliki kemerdekaan berpikir yang cukup besar namun mereka juga sangat suka berlaku taqlid (dogmatis).

Berbagai dugaan yang dikemukakan diatas memang cukup divergen, karenanya tidak harus disimpulkan atau dikerucutkan.

Dewasa ini, banyak orang yang secara kritis ingin melakukan pemilahan antara Islam yang sebenarnya dan nilai-nilai kearaban yang sebetulnya bukan kekhasan ajaran Islam. Mereka beranggapan bahwa nilai-nilai kearaban tidak bersifat universal, berbeda dengan materi Islam yang bersifat universal.

Apabila Islam ketika masih berada di langit sudah mencanangkan sistem ajaran tertentu sementara di bumi terdapat suatu wilayah dan masyarakat yang sedikit banyak sudah bersesuaian dengan sistem di langit tersebut, maka tindakan yang paling efisien adalah menurunkan sistem langit tersebut di bagian bumi tersebut. Bagaimana jika bagian bumi yang memiliki persesuaian paling banyak adalah Arab? Tentu saja karenanya kita tidak perlu membedakan antara nilai-nilai regional yang ada dan nilai-nilai langit yang bersifat baru bagi masyarakat di wilayah tersebut. Dalam kondisi semacam ini, nilai-nilai yang awalnya bersifat regional pada dasarnya merupakan nilai-nilai yang dimaksudkan untuk menjadi nilai-nilai universal dan interregional, bagi semua manusia.

Apabila pemikiran yang belakangan ini kita terima, bukan berarti kemudian secara total kita mesti menganggap bahwa segala yang berasal dari Arab adalah Islam. Dalam tataran dan batas-batas tertentu, memang ada hal-hal Arab yang memang khas Arab dan tidak untuk selain Arab. Apabila ini menyangkut aspek ruang maka parsialitas juga berlaku dalam aspek waktu. Tidaklah semua yang ada pada masa lalu itu harus ada pula pada masa sesudahnya (masa kini misalnya). Apabila dahulu orang bepergian jauh dengan unta, maka sekarang kita tidak harus melakukannya dengan cara yang sama pula. Dalam hal ini, kita harus bisa membedakan antara kawasan bid’ah dan yang bukan. Wallahu a’lamu bish-shawab. /@cwi

selengkapnya...

Waspadai kecanduan 'online

Sore itu Ficky menghadiri puasa bersama dg kawan-kawan kerjanya di sebuah fodcore. Berhubung Ficky datang paling pertama, Ficky pun di hinggapi kejenuhan menunggu kawan-kawannya. Handphonepun dikeluarkannya, GPRS diaktifkan, situ facebook pun mulai dimainkan. Ficky meng-up date statusnya "BETE! Belom ada yg datang!"

tidak sampai hitungan menit, komentarpun banyak bermunculan. Mulai dari yg menyarankan untuk bersabar, sampai yg lucu-lucuan. Ficky langsung berubah sumingrah saat mengetahui statusnya banyak yg merespon. Iapun mulai tenggelam dg dunia Facebooknya.



Kemajuan tekhnoglogi yg telah menciptakan budaya komunikasi sosial jenis baru ini kenyataannya gak selamanya baik. Buktinya, banyak yg 'addict alias kecanduan terhadap tekhnologi. Khususnya internet ini. Bahkan baru-baru ini di Amerika Serikat telah dibuka pusat panti Rehabilitasi bagi para pecandu teknologi internet.

Pusat rehabilitasi yg bernama ReSTRART tersebut diklaim sebagai satu-satunya rumah terapi untuk mengatasi kecanduan internet di AS. Lokasinya berada didekat Redmond, kantor pusat Microsoft dan pusat industri teknologi informasi lainnya.

Dipusat rehabilitasi ini, selama 45 hari peserta akan mengikuti berbagai program untuk menghilangkan kecanduan mereka dari penggunaan komputer, termasuk kecanduan main game, SMS, Facebook, eBay, Twiter dan aplikasi-aplikasi internet lain yg sangat menghabiskan waktu.

Selain di AS, berbagai negara, seperti China, Korea Utara, dan Taiwan telah berdiri pusat rehabilitasi serupa. Bahkan para ahli kejiwaan sudah mengeluarkan pernyataan bahwa kecanduan internet adalah hal yg sangat serius dan berbahaya, sama buruknya dengan kecanduan alkohol atau obat-obatan.

Lantas apa akibat dari kecanduan internet? Contohnya saja Ben Alexander (19). Setiap hari ia menghabiskan seluruh waktunya, kecuali saat tidur, untuk bermain video game World of Warcaft. Akibatnya ia kini 'drop out dari kampusnya di Universitas lowa, AS.

Dampak dari kecanduan internet lainnya, mulai dari dipecat dari pekerjaan, perceraian, atau kecelakaan mobil akibat menyetir sambil menulis SMS atau chating. Beberapa orang juga dilaporkan meninggal gara-gara main Video games selama beberapa hari nonstop. Akibat posisi duduk yg tidak berubah-ubah, mereka mengalami penyumbatan pembuluh darah.

Ada yg menarik. Menurut Dr.Kimberly Young dari 'Center for Internet Addiction Recovery, Ada beberapa ciri-ciri seseorang mulai kecanduan internet. Pertama, ia akan merasa internet sangat mengasyikan. Kedua, lama kelamaan durasi berkutat di internetpun bertambah dan tak bisa mengontrol kebiasaannya. Kehidupan merakun mulai terganggu karena setiap waktu pasti dihabiskan untuk internet.

Ketiga, mereka akan mencuri-curi waktu untuk memakai internet. Keempat, ia memilih untuk melarikan diri dari masalah dan depresi ke internet. Kelima, terjadi perubahan fisik, seperti berat badan berubah serta sering sakit kepala.

"Kebanyakan dari orang-orang yg kecanduan internet adalah mereka yg depresi berat, kecemasan, atau orang yg tak bisa bersosialisasi sehingga mereka sulit untuk bertemu muka dg orang lain secara langsung," kata Dr.Ronald Pies, profesor psikiatri dari SUNY Upstate Medical Univesity, New York, AS.

Nah, jadi benar adanya kalau Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu yg berlebihan itu tidak baik. So, jangan kebanyakan 'online cuma buat hal yg tak berguna. Salah-salah malah masuk tempat rehab./@cwi

selengkapnya...

Keutamaan Menyebarkan As-Salamu ‘Alaikum

oleh Ihsan Tandjung





Sebagai ajaran Rabbani Islam memang lengkap dan sempurna. Islam mengatur segenap urusan kehidupan manusia dari perkara yang paling kecil hingga perkara yang paling besar. Dari urusan yang bersifat individual hingga urusan sosial.



Salah satu tuntunan Islam ialah perkara bertegur sapa antara seorang beriman dengan Muslim lainnya. Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mencontohkan bahwa bila seorang Muslim berjumpa dengan Muslim lainnya, maka hendaklah ia mengucapkan sapaan khas Islam yaitu As-Salamu ‘Alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh, artinya Salam damai untukmu dan semoga Rahmat dan Keberkahan Allah menyertaimu. Subhanallah...! Begitu indahnya tegur-sapa yang diajarkan agama Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman.



Bahkan dalam suatu kesempatan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan tindakan mengucapkan salam sebagai bentuk ajaran Islam yang lebih baik. Menebar salam disetarakan dengan memberi makanan kepada orang yang dalam kesusahan.



أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ

تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ


Sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam: “Manakah ajaran Islam yang lebih baik?” Rasul shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Hendaklah engkau memberi makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak.” (HR Bukhary)



Dalam hadits yang lain Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan korelasi antara mengucapkan salam dengan saling mencinta antara satu Muslim dengan Muslim lainnya. Kemudian korelasi antara saling mencinta dengan keimanan. Kemudian akhirnya korelasi antara beriman dengan izin dari Allah untuk masuk surga, negeri keabadian yang penuh dengan kesenangan abadi.



عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا

أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ



Berkata Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman. Kalian tidak beriman secara sempurna sehingga kalian saling mencinta. Maukah kalian aku tunjukkan suatu perkara bila kalian lakukan akan saling mencinta? Biasakanlah mengucapkan salam di antara kalian (apabila berjumpa).” (HR Muslim)



Dengan kata lain Nabi shollallahu ’alaih wa sallam ingin menjelaskan bahwa kumpulan Muslim yang tidak suka saling menebar salam maka tidak akan saling mencinta. Bila atmosfir saling mencinta tidak ada, maka keimanannya diragukan keberadaannya. Dan jika keimanannya diragukan, maka kemungkinan masuk surga-pun menjadi kecil.



Saudaraku, marilah kita berlomba untuk masuk surga dengan jalan senantiasa menebar salam satu sama lain di antara sesama kaum muslimin. Sungguh sederhana, namun sebagian kita enggan melakukannya. Padahal akibat yang ditimbulkannya menjadi idaman setiap Muslim: Masuk surga...! Bukankah ini bentuk kompetisi satu-satunya yang dibenarkan Allah untuk diperebutkan di antara sesama Muslim?



وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا

السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (QS Ali Imran ayat 133)



Ya Allah, aku mohon kepadaMu akan RidhaMu dan SurgaMu dan aku berlindung kepadaMu dari MurkaMu dan NerakaMu.






/@cwi

selengkapnya...

Tiga tanda kiamat yg patut diwaspadai dewasa kini

Ada tiga tanda fenomenal dari tanda- tanda Kiamat yang perlu diantisipasi dewasa ini oleh umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Dua di antara ketiga tanda itu masuk dalam kategori tanda-tanda besar Kiamat. Satu lagi kadang dimasukkan ke dalam tanda besar, namun ada pula yang menyebutnya sebagai tanda penghubung antara tanda- tanda-tanda kecil Kiamat dengan tanda- tanda besar Kiamat.   Tanda penghubung antara tanda-tanda kecil Kiamat dengan tanda-tanda besar Kiamat ialah diutusnya Imam Mahdi. Imam Mahdi merupakan tanda Kiamat yang menghubungkan antara tanda-tanda kecil Kiamat dengan tanda-tanda besar Kiamat karena datang pada saat dunia sudah menyaksikan munculnya seluruh tanda- tanda kecil Kiamat yang mendahului tanda-tanda besar Kiamat.
Allah tidak akan mengizinkan tanda-tanda besar Kiamat datng sebelum berbagai tanda kecil Kiamat telah tuntas kemunculannya. Banyak orang barangkali belum menyadari bahwa kondisi dunia dewasa ini ialah dalam kondisi dimana hampir segenap tanda-tanda kecil Kiamat yang diprediksikan oleh Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam telah bermunculan semua.  Coba perhatikan beberapa contoh tanda-tanda kecil Kiamat berikut ini: Dan perceraian banyak terjadi ويكثر الطلاق Dan banyak terjadi kematian mendadak (tiba- tiba) و الموت الفجاء Dan banyak mushaf diberi hiasan (ornamen) و حلية المصاحف Dan masjid-masjid dibangun megah-megah    و زخرفت المساجد Dan berbagai perjanjian dan transaksi dilanggar sepihak    و نقضت العهود Dan berbagai peralatan musik dimainkan و استعملت المأزف Dan berbagai jenis khamr diminum manusia و شربت الخمور Dan perzinaan dilakukan terang-terangan  و فخش الزنا Dan para pengkhianat dipercaya (diberi jabatan kepemimpinan)   و اؤتمن الخائن Dan orang yang amanah dianggap pengkhianat ( penjahat/teroris)  و خون الأمين Tersebarnya Pena (banyak buku diterbitkan)    ظهور القلم Pasar-pasar (Mall, Plaza, Supermarket) Berdekatan  تتقارب الأسواق   Penumpahan darah dianggap ringan        استخفاف بالدم Makan riba  أكل الربا Jadi kalau kita perhatikan, contoh-contoh di atas jelas sudah kita jumpai di zaman kita dewasa ini. Bahkan bila kita buka kitab para Ulama yang menghimpun hadits-hadits mengenai tanda- tanda kecil Kiamat, lalu kita baca satu per satu hadits-hadits tersebut hampir pasti setiap satu hadits selesai kita baca kita akan segera bergumam di dalam hati: “Wah, yang ini sudah ..!” Hal ini akan selalu terjadi setiap habis kita baca satu hadits. Laa haula wa laa quwwata illa billah . ... Jika tanda-tanda kecil Kiamat sudah hampir muncul seluruhnya berarti kondisi dunia dewasa ini berada di ambang menyambut kedatangan tanda-tanda besar Kiamat. Dan bila asumsi ini benar, berarti dalam waktu dekat kita semua sudah harus bersiap-siap untuk menyambut datangnya tanda penghubung antara tanda- tanda kecil Kiamat dengan tanda-tanda besar Kiamat, yaitu diutusnya Imam Mahdi ke tengah ummat Islam. Hal ini menjadi selaras dengan isyarat yang diungkapakan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengenai dua pra-kondisi menjelang diutusnya Imam Mahdi. أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنْ النَّاسِ وَزَلَازِلَ فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا  “Aku kabarkan berita gembira mengenai Al- Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa.  Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kese-wenang- wenangan dan kezaliman.”  (HR Ahmad) Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengisyaratkan adanya dua prakondisi menjelang diutusnya Imam Mahdi ke tengah ummat Islam. Kedua prakondisi tersebut ialah pertama, banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan kedua, terjadinya gempa-gempa. Subhaanallah . Jika kita amati kondisi dunia saat ini sudah sangat sarat dengan perselisihan antar-manusia, baik yang bersifat antar-pribadi maupun antar-kelompok. Demikian pula dengan fenomena gempa sudah sangat tinggi frekuensi berlangsungnya belakangan ini. Berarti kedatangan Imam Mahdi merupakan tanda Akhir Zaman yang jelas-jelas harus kita antisipasi dalam waktu dekat ini. Dan jika sudah terjadi berarti kitapun harus segera mempersiapkan diri untuk mematuhi perintah Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam yang berkaitan dengan kemunculan Imam Mahdi. Kita diperintahkan untuk segera berbai’at dan bergabung ke dalam barisannya sebab episode- episode berikutnya merupakan rangkaian perang yang dipimpin Imam Mahdi untuk menaklukkan negeri-negeri yang dipimpin oleh para Mulkan Jabriyyan (Para penguasa yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya). فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللَّهِ الْمَهْدِيُّ “Ketika kalian melihatnya (Imam Mahdi) maka ber-bai’at-lah dengannya walaupun harus merangkak-rangkak di atas salju karena sesungguhnya dia adalah Khalifatullah Al-Mahdi.” (HR Ibnu Majah) Imam Mahdi akan mengibarkan panji- panji Al-Jihad Fi Sabilillah untuk memerdekakan negeri-negeri yang selama ini dikuasai oleh para Mulkan Jabriyyan (Para penguasa yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya). Beliau akan mengawali suatu proyek besar membebaskan dunia  dari penghambaan manusia kepada sesama manusia untuk hanya menghamba kepada Allah semata, Penguasa Tunggal dan Sejati langit dan bumi. Beliau akan memastikan bahwa dunia diisi dengan sistem dan peradaban yang mencerminkan kalimatthoyyibah Laa ilaha illAllah Muhammadur Rasulullah dari ujung paling timur hingga ujung paling barat.  Ghazawaat (perang-perang) tersebut akan dimulai dari jazirah Arab kemudian Persia (Iran) kemudian Ruum (Eropa dan Amerika) kemudian terakhir melawan pasukan Yahudi yang dipimpin langsung oleh puncak fitnah, yaitu Dajjal . Dan uniknya pasukan Imam Mahdi Insya Allah akan diizinkan Allah untuk senantiasa meraih kemenangan dalam berbagai perang tersebut. تَغْزُونَ جَزِيرَةَ الْعَرَبِ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ فَارِسَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ  ثُمَّ تَغْزُونَ الرُّومَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ تَغْزُونَ الدَّجَّالَ فَيَفْتَحُهُ اللَّهُ “Kalian akan perangi jazirah Arab dan Allah akan beri kemenangan kalian atasnya, kemudian kalian akan menghadapi Persia dan Allah akan beri kemenangan kalian atasnya, kemudian kalian akan perangi Ruum dan Allah akan beri kemenangan kalian atasnya, kemudian kalian akan perangi Dajjal dan Allah akan beri kemenangan kalian atasnya.” (HR Muslim) Lalu kapan Nabiyullah Isa ’alihis- salaam akan turun dari langit diantar oleh dua malaikat di kanan dan kirinya? Menurut hadits-hadits yang ada Nabi Isa putra Maryam ’alihis- salaam akan datang sesudah pasukan Imam Mahdi selesai memerangi pasukan Ruum menjelang menghadapi perang berikutnya melawan pasukan Dajjal. Pada saat itulah Nabi Isa ’alihis-salaam akan Allah taqdirkan turun ke muka bumi untuk digabungkan ke dalam pasukan Imam Mahdi dan membunuh Dajjal dengan izin Allah. Begitu Imam Mahdi dan pasukannya mendengar kabar bahwa Dajjal telah hadir dan mulai merajalela menebar fitnah dan kekacauan di muka bumi, maka Imam Mahdi mengkonsolidasi pasukannya ke kota Damaskus. Lalu pada saat pasukan Imam Mahdi menjelang sholat Subuh di sebuah masjid yang berlokasi di sebelah timur kota Damaskus tiba-tiba turunlah Nabi Isa ’ alihis-salaam diantar dua malaikat di menara putih masjid tersebut. Maka Imam Mahdi langsung mempersilahkan Nabi Isa ’alihis-salaam untuk mengimami sholat Subuh, namun ditolak olehnya dan malah Nabi Isa ’alihis-salaam menyuruh Imam Mahdi untuk menjadi imam sholat Subuh tersebut sedangkan Nabi Isa ’alihis- salaam makmum di belakangnya. Subhanallah. " ينزل عيسى بن مريم ، فيقول أميرهم المهدي : تعال صل بنا ،  فيقول : لا إن بعضهم أمير بعض ، تكرمة الله لهذه الأمة " . "Turunlah Isa putra Maryam ’alihis-salaam. Berkata pemimpin mereka Al-Mahdi: "Mari pimpin sholat kami." Berkata Isa ’alihis-salaam: " Tidak. Sesungguhnya sebagian mereka pemimpin bagi yang lainnya sebagai penghormatan Allah bagi Ummat ini." (Al Al-Bani dalam ”As-Salsalatu Ash-Shohihah”) Saudaraku, marilah kita bersiap-siap mengantisipasi kedatangan tanda-tanda Akhir Zaman yang sangat fenomenal ini. Tanda-tanda yang akan merubah wajah dunia dari kondisi penuh kezaliman dewasa ini menuju keadilan di bawah naungan Syariat Allah dan kepemimpinan Imam Mahdi beserta Nabiyullah Isa ’alihis-salaam . Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam barisan pasukan Imam Mahdi yang akan memperoleh satu dari dua kebaikan: ’Isy Kariman (hidup mulia di bawah naungan Syariat Allah) au mut syahidan (atau Mati Syahid). Amin ya Rabb

/@cwi
.

selengkapnya...

Erosi Akhlak Merupakan MUSIBAH DIATAS MUSIBAH





DAHULU seorang muslim mencintai orang-orang sholeh, Rasulullah, para sahabat, dan pengikutnya. Kini telah berubah; mereka mencintai dan mengikuti orang-orang kafir & fasik. seperti Bon Jovi, Michael Jakcson, Kurt Cobain, Meihem, Maradona, Bakcham, Ronaldo, dan lainnya. Lebih senang kepada para pemain musik, semisal Padi, Ungu, Ratu, Keris Patih, Samsons, Metallica, Iron Maiden, Nirvana, dan lainnya .

Erosi Akhlak

Gemerlapnya kota, gedung-gedung menjulang tinggi dengan kokoh, fasilitas dunia relatif lengkap, teknologi semakin maju, bidang medis hebat, pendidikan meningkat, dan sederet kemajuan yang menunjukkan kehebatan dan kekuatan. Semua ini adalah nikmat yang patut disyukuri.

Namun realita dan fakta di lapangan melaporkan bahwa kekokohan lahiriah dan dunia seperti ini tidak ditopang oleh kekokohan batin, yakni aqidah dan akhlaq karimah!! Kemajuan lahiriah jika tidak ditopang oleh aqidah dan akhlaq, maka ia ibaratnya pohon yang menjulang tinggi, namun batangnya keropos.

Nikmat dan kemajuan seperti ini wajib disyukuri dengan memanfaatkannya dalam perkara ketaatan. Jangan nikmat ini malah menjadi sebab datangnya musibah seperti yang terjadi pada umat-umat terdahulu. Karenanya, Allah -Ta’ala- mengingatkan orang-orang Bani Isra’il (Yahudi) ketika mereka mulai ingkar nikmat,




“Tanyakanlah kepada Bani Israil: “Berapa banyaknya tanda-tanda (kebenaran) yang nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka”. dan barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datangnya nikmat itu kepadanya, maka Sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya.(QS. Al-Baqoroh: 211).

Apa yang terjadi pada Bani Isra’il juga mulai terjadi pada umat Islam. Ini tergambar pada iman dan akhlaq pada setiap muslim di zaman kita. Perhatikanlah kanan-kiri kita; kita akan menemukan keajaiban dengan terjadinya kerusakan. Kerusakan itu terjadi sedikit-demi sedikit, seperti gunung yang mengalami erosi sampai kita tak lagi melihat lagi gunung yang dahulu menjulang kokoh, bahkan bekasnya tak lagi, rata dengan bumi.

Demikianlah kondisi akhlaq pada umat ini; telah mengalami erosi yang perlahan-lahan mengikis identitas keislaman pada diri kebanyakan generasi muslim. Sehingga hampir-hampir kita tak lagi mengenal antara yang muslim dan kafir. Bahkan pada sebagian kondisi, kita tak mengenal identitas itu lagi pada diri dan penampilannya.

> Dahulu kaum muslimin hanya berdo’a dan meminta hajatnya hanya kepada Allah saja. Sekarang lain, malah berdo’a, dan meminta kepada orang yang dianggap wali-wali & orang sholeh, atau tempat keramat dan kuburan.

Padahal Allah -Ta’ala- berfirman,

“Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyeru (berdo’a kepada) seseorangpun di dalamnya di samping (menyeru) Allah“. (QS. Al-Jin: 18).

Al-Hafizh Ibnu Katsir-rahimahullah- berkata, “Allah -Ta’ala- menyatakan demikian untuk memerintahkan para hamba-Nya agar mengesakan Allah dalam setiap kondisi ibadah, dan tidak ada seorang yang boleh diseru (dido’ai) selain Allah, serta tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun“. [Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim (4/555)]

>Dahulu para wanita menutup seluruh tubuhnya dengan jilbab yang tebal lagi lebar, tak membentuknya. Sekarang sudah banyak wanita tak lagi memakai jilbab; kalaupun pakai, yah pakai jilbab modern yang tak syar’i, karena jilbab macam ini tidak menutupi seluruh tubuh, tak lebar, dan tak tebal !!!

Padahal Allah -Ta’ala- berfirman,

“Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan wanita-wanita mukminah, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“. (QS. Al-Ahzaab: 59).

>Dahulu para pemuda kita sibuk membaca Al-Qur’an di malam hari dan mempelajari agamanya. Kini semuanya tinggal khayalan; diganti dengan kebiasaan jelek berupa menyanyi & mendengarkan musik, menonton TV, nongkrong di pinggir jalan sambil memetik gitar dan usil. Wah, sungguh sial !!

Padahal Allah -Ta’ala- berfirman

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan, dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan“.(QS. Luqman: 6).

Apa yang dimaksud dengan “perkataan yang tidak berguna”? Abdullah bin Mas’ud berkata,

هُوَ -وَ اللهِ- الْغِنَاءُ

“Demi Allah, itu adalah nyanyian“. [HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (21130), Ath-Thobariy dalam Jami' Al-Bayan (10/201), Al-Baihaqiy dalam Syu'abul Iman (5096), dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrok alaa Ash-Shohihain (3542). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (jilid 6/hal. 1017)]

>Dahulu seorang muslim mencintai orang-orang sholeh, semisal Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, para sahabat, dan pengikutnya. Kini telah berubah; malah mencintai dan mengikuti orang-orang kafir & fasik. Bahkan mengidolakan mereka. Buktinya ?! Lihatlah pemuda kita lebih bangga dengan Bon Jovi, Michael Jakcson, Kurt Cobain, Meihem, Maradona, Bakcham, Ronaldo, dan lainnya. Lebih senang kepada para pemain musik, semisal Padi, Ungu, Ratu, Keris Patih, Samsons, Metallica, Iron Maiden, Nirvana, dan lainnya dibandingkan orang-orang yang sholeh tersebut. Musibah di atas musibah!!!

Padahal Allah -Ta’ala- berfirman,

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau Saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah hizbullah (golongan Allah). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung“. (QS. Al-Mujadilah: 22).

Syaikh Muhammad bin Sulaiman At-Tamimiy-rahimahullah- berkata, “Barangsiapa yang mentaati Rasul -Shollallahu ‘alaihi wasallam- , dan mengesakan Allah, maka tak boleh baginya mencintai orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, walaupun orang yang ia cintai adalah kerabat terdekatnya“. [Lihat Tashil Al-Ushul Ats-Tsalatsah (hal. 11), cet. Dar Ibnu Rajab]

>Dulu seorang muslim malu jika berdusta dan mencuri. Kini dusta malah menjadi bahan profesi bagi para pemuda dan pelawak; mencuri dan korupsi menjadi hobi bagi sebagian orang yang tak takut kepada Allah. Na’udzu billah min dzalika.

Padahal Allah -Ta’ala- berfirman,

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“. (QS. Al-Maa’idah: 38)

Para pakar psikolog, dan ahli pendidikan berusaha mencari sebab terjadinya kerusakan akhlaq tersebut beserta solusinya. Namun mereka tak bisa sepakat dan mufakat; setiap pakar hanya sekedar meraba-raba bagaikan seorang yang buta berjalan di kegelapan malam. Padahal andaikan mereka mengambil penerang dari pelita Al-Qur’an, dan Sunnah, maka mereka akan sampai ke tujuan dengan selamat, tanpa pusing dan takut.

Ketika berselisih seperti ini, kita kembalikan kepada Allah & Rasul-Nya. Allah -Azza wa Jalla- berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya“. (QS. An-Nisaa’: 59).

Al-Hafizh Ibnu Katsir-rahimahullah- berkata dalam menafsirkan ayat ini, “Ini merupakan perintah dari Allah -Azza wa Jalla- bahwa segala sesuatu yang diperselisihkan oleh manusia berupa prinsip-prinsip agama, dan furu’-(cabang)nya agar perselisihan dalam perkara itu dikembalikan kepada kepada Al-Kitab (Al-Qur’an), dan Sunnah“. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir (1/687)]

Bila kita kembali kepada Sunnah (petunjuk) Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, kita akan menjumpai bahwa sebab kemerosotan dan erosi akhlaq disebabkan oleh beberapa faktor asasi:

-Jauhnya Kaum Muslimin dari petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah

-Merebaknya Taqlid Buta kepada Kaum Kuffar

-Tipisnya Iman dalam Hati Generasi Muslim

-Hawa Nafsu yang Berkuasa

-Munculnya Acara-Acara yang Merusak lewat Media Massa –utamanya TV-

Terjadinya erosi dan krisis akhlaq dan moral seperti ini, kembali menyadarkan kita dari tidur yang panjang dan kelalaian yang akut. Sadarlah dari keterlenaan ini sebelum Allah -Azza wa Jalla- menurunkan adzab (siksan)-Nya sebagaimana yang terjadi pada umat-umat durhaka terdahulu. Jika Allah menurunkan adzab-Nya, maka ia tak akan menyisakan dan membedakan antara orang yang sholeh dan orang yang jelek. Semuanya akan dikenakan siksaan, jika tak saling mengingatkan, dan menasihati ketika melihat kemungkaran.

Allah -Ta’ala- berfirman,

“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya“. (QS. Al-Anfaal: 25).

Semoga tulisan yang ada di depan anda merupakan sebuah upaya nasihat-menasihati diantara kaum muslimin sehingga kita tak diliputi adzab Allah pedih.

Terakhir, kami berdo’a kepada Allah sebagaimana dalam sebuah hadits riwayat Muslim,

اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا

“Ya Allah berikanlah hatiku ketaqwaannya, dan sucikan. Engkaulah Penolong dan Pemelihara-nya”.

Sumber : Darussalaf.or.id dari Buletin Jum’at At-Tauhid edisi 106 Tahun II. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Judul: Erosi Akhlak



/@cwi

selengkapnya...

Mendatangi Tukang Ramal/Dukun dan Bertanya Kepadanya Tentang Sesuatu





Sungguh menyedihkan kondisi mayoritas media informasi baik media cetak, elektronik atau lainnya selain menampilkan berbagai bentuk kemaksiatan tapi juga memberi andil dalam menyebarkan penyimpangan-penyimpangan aqidah di tengah-tengah kaum muslimin. Yaitu berupa berbagai acara, artikel, maupun iklan yang mempromosikan praktek-praktek perdukunan yang dihias-hiasi dengan istilah pengobatan, kekuatan pikiran/konsentrasi dll, Allahul Musta’an

Soal:

Syaikh, bagaimana hukumnya seseorang yang pergi bersama anaknya yang sakit ke seseorang yang dituankan atau dukun untuk meminta kesembuhan. Kemudian menyembelih domba jantan dan sebagian sembelihan tersebut dipersembahkan kepada jin? Berikan fatwa kepada kami !

Jawab:

Apabila dia seseorang yang jahil maka ajarkanlah kepadanya yang benar. Sedangkan apabila telah datang hujjah padanya dalam keadaan dia tetap berkeyakinan bahwa tuan atau dukun itu adalah seseorang yang bisa mendatangkan manfaat dan mudharat selain Allah, maka dia dihukumi kafir. Ini setelah diajarkan yang benar dan dan sampainya dakwah dari ayat-ayat Allah dan hadits Rasul-Nya.


Rasulullah bersabda yang artinya:

“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal/dukun dan bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari“.

Allah berfirman yang artinya :

“Dan orang-orang yang kalian seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.” (Q.S. Faathir: 13)

“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat mengabulkan (do’a) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do’a mereka.” (Q.S. Al Ahqaf : 5)

“Hai manusia telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah oleh kalian perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kalian seru selain Allah, sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” (Q.S. Al Hajj : 73)

Yang demikian haram hukumnya. Tidak boleh seseorang memberikan nama padanya sebagai sayyid (tuan). Peramal/dukun adalah dajal pendusta. Wajib bagi pemimpin pemerintah menangkap dan memenjarakannya sampai dia bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan membunuhnya karena dia membuat kerusakan dan keraguan pada aqidah kaum muslimin, memerintahkan manusia untuk menyembelih dan dipersembahkan kepada jin-jin.

Rasululah bersabda yang artinya:

“Allah telah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah“.

Allah berfirman yang artinya :

“Maka dirikanlah shalat untuk Rabbmu dan berkorbanlah.” (Q.S. Al Kautsar: 2)

“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itu yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)“. (Q.S. Al An’am : 162 – 163)

Jin adalah makhluk yang tidak mengetahui perkara ghaib sedikitpun. Pergerakan mereka berada di tangan Allah. Apabila kuat aqidah kita maka mereka (jin) akan takut kepada kita tetapi apabila goncang aqidah kita, kita akan mendengar fulan dikatakan terkena penyakit (karena gangguan jin) epilepsi (ayan), fulan menjadi gila, fulan…,fulan… sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla yang artinya :

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin, maka jin-jin itu menambah dosa bagi mereka.” (Q.S. Al Jin : 6)

Yaitu apabila manusia dalam keadaan mereka takut kepada jin, maka jin akan sewenang-wenang dan melampaui batas dalam mempermainkan manusia.

Bagi peramal/dukun agar mereka kembali bertaubat dan menyandarkan dirinya (dalam mencari rizki) kepada Allah, karena Dia berkuasa untuk memberikan rizki kepadanya.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman yang artinya:

“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” (Huud: 6)

Rizki hanya milik Allah ‘Azza wa Jalla. Haram atas peramal/dukun merampas atau mengambil harta manusia dengan tipuan dan kedustaan.

Kami nasehatkan kepada saudara-saudara kaum muslimin membaca kitab Tath-hiru Al I’tiqad oleh Imam Ash Shon’any, dan Kitabut Tauhid oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Karena kitab-kitab tersebut adalah kitab yang sangat berharga dalam pembahasan itu.

Orang yang meyakini tukang ramal, dukun dan tukang sihir bahwa mereka bisa mendatangkan manfaat dan menolak mudharat selain Allah maka dia meragukan Al Quran .

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman yang artinya :

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib ; tidak ada yang mengetahui kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” (Q.S. Al An’am: 59)

Allah adalah dzat yang mengetahui perkara ghaib. Barang siapa yang mendakwa/mengklaim dirinya mengetahui perkara ghaib bersama Allah maka dia telah kafir. Dan tidak boleh sholat di belakangnya (menjadi ma’mum padanya).

(Diterjemahkan oleh Al Ustadz Abu ‘Isa Nurwahid dari Kitab Ijaabatu As Saail ‘Ala Ahammi Al Masaail )

Sumber : Buletin Da’wah Al Atsary, Semarang Edisi X/TH.I, Dikutip: http://darussalaf.co.id, Penulis: Syaikh Al’Allamah Al Muhaddits Muqbil bin Haadi Al Wadi’I, Judul: Masalah Berobat ke dukun atau sejenisnya



/@cwi

selengkapnya...

Materialisme Versus Islam


Salah satu fitnah zaman modern dewasa ini ialah merebaknya ideologi materialisme. Ideologi ini berdasarkan gagasan bahwa materi, harta atau kekayaan merupakan tolok ukur mulia tidaknya seseorang. Semakin kaya seseorang berarti ia dipandang sebagai orang mulia dan semakin sedikit materi atau harta yang dimilikinya berarti ia dipandang sebagai seorang yang hina dan tidak patut dihormati. Maka di dalam sebuah masyarakat yang telah diwarnai materialisme setiap anggota masyarakat akan berlomba mengumpulkan harta sebanyak mungkin dengan cara bagaimanapun, baik itu jalan halal, syubhat maupun haram.

Dalam sebuah masyarakat berideologi materialisme semua orang manjadi sangat iri dan berambisi menjadi kaya setiap kali melihat ada orang berlimpah harta lewat di tengah kehidupan mereka. Persis sebagaimana masyarakat Mesir di zaman hidupnya seorang tokoh kaya-raya bernama Qarun digambarkan di dalam Al-Qur’an.

فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا

يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

”Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".(QS Al-Qashshash ayat 79)


Zaman kita dewasa inipun keadaannya sangat mirip dengan zaman Qarun tersebut. Berbagai kemewahan tokoh kaya, selebritis, artis, olahragawan dan pejabat dipertontonkan di televisi dan media lainnya sehingga masyarakat berdecak kagum dan tentunya menjadi iri dan berambisi ingin menjadi hartawan seperti mereka pula. Sedemikian kuatnya ambisi tersebut terkadang muncullah berbagai kasus mengerikan di tengah masyarakat. Sebut saja munculnya perdagangan bayi, penjualan organ tubuh, pelacuran, korupsi, pencurian, perampokan dan pengkhianatan para pejuang yang semestinya berada di jalan Allah. Semua dilakukan karena terbuai dengan mimpi ingin secara instan menjadi seorang yang kaya.

Bardasarkan hal ini pantaslah bilamana teladan kita Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengajarkan kita suatu prinsip penting dalam hal menghindari berkembangnya kemungkinan faham materialisme di tengah masyarakat. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam justeru mengajarkan ummat Islam agar senantiasa rajin memandang kepada kalangan yang kurang beruntung secara materi daripada diri kita sendiri. Hal ini diharapkan akan menumbuhkan rasa syukur dan ridha atas pemberian Allah.

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ

هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ

“Pandanglah orang yang lebih rendah daripada kalian, dan janganlah memandang orang yang di atas kalian. Maka yang demikian itu lebih layak untuk dilakukan agar kalian tidak menganggap remeh akan nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kalian.” (HR Muslim)

Betapa dalamnya pesan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam di atas. Andaikan setiap kita berpegang teguh kepada prinsip di atas niscaya masyarakat akan terhindar dari ideologi materialisme. Tidak mungkin akan muncul suatu anggapan bahwa harta merupakan tolok ukur kemuliaan seseorang. Setiap orang akan senantiasa rajin mensyukuri segenap karunia Allah yang telah diterimanya. Islam mengajarkan bahwa tolok ukur kemuliaan sejati ialah taqwa seseorang kepada Allah.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

”Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu”. (QS Al-Hujurat ayat 13)

Allah tidak pernah berfirman: ”Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling berharta di antara kamu”. Tidak...! Allah jelas tegas menyatakan bahwa taqwa merupakan tolok ukur sesungguhnya mulia-hinanya seseorang di mata Allah. Semakin bertaqwa seseorang berarti semakin mulia dirinya di sisi Allah. Dan sebaliknya semakin tidak bertaqwa seseorang berarti semakin hinalah dirinya di mata Allah Yang Maha Mulia. Dan perkara ini tidak berkaitan dengan banyak-sedikitnya harta yang dimiliki orang tersebut. Bisa jadi seseorang berharta sedikit atau banyak, asalkan ketqwaannya kepada Allah memang tinggi, berarti mulialah dirinya di sisi Allah. Sebaliknya, berapapun kekayaan atau kemisikinan seseorang, bilamana ketaqwaannya kepada Allah sangat tipis, apalagi tidak ada samasekali, berarti orang tersebut hina di dalam pandangan Allah. Taqwa merupakan timbangan sejati bernilai atau tidaknya seseorang dalam pandangan Allah yang Maha Tahu dan Maha Teliti PengetahuanNya.

Maka hadits riwayat Imam Muslim di atas sudah semestinya menjadi pegangan seorang beriman. Hendaklah bila sudah menyangkut urusan harta dan kekayaan seorang muslim janganlah memandang silau kepada orang yang berada di atas dirinya. Tapi sepatutnya ia bersibuk memandang mereka yang lebih rendah daripada dirinya sehingga rasa syukur dan ridha akan pemberian Allah senantiasa terpelihara di dalam dirinya. Bila ia sibuk memandang kepada mereka yang lebih kaya daripada dirinya, niscaya yang muncul adalah keluhan dan ketidakpuasan akan pemberian Allah kepada dirinya. Maka di zaman Qarun hidup ada sebagian masyarakat Mesir yang tetap bersikap benar dalam memandang Qarun. Mereka inilah yang disebut Allah di dalam Al-Qur’an sebagai orang-orang yang berilmu dan mereka sangat faham akan hakekat kemuliaan dan kehinaan di dalam kehidupan fana ini.

وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ

لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلا يُلَقَّاهَا إِلا الصَّابِرُونَ

“Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar".(QS Al-Qashshash ayat 80)

Orang-orang yang berilmu sangat sadar bahwa pahala dari Allah karena iman dan amal sholeh seseorang, jauh lebih utama dan berharga daripada sekedar harta dan kekayaan duniawi seperti yang dikumpulkan oleh seorang Qarun. Itulah sebabnya tatkala pada akhirnya Allah mencabut hak kekayaan Qarun dengan mendatangkan bencana yang menghancurkan segenap kekayaan dan diri Qarun, barulah kaum awam yang jahil alias bodoh atau sempit wawasan itu memahami dan menyadari betapa bodohnya diri mereka karena tergiur menginginkan seperti yang dimiliki oleh Qarun.

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الأرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ

مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ وَأَصْبَحَ الَّذِينَ

تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالأمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ

لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا

لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu. berkata: "Aduhai. benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)". (QS Al-Qashshash ayat 81-82)

Sosok Qarun dan siapapun yang memiliki mental dan sikap seperti dia, adalah sosok yang mengingkari nikmat Allah. Mereka menyangka bahwa kekayaan yang mereka kumpulkan merupakan hasil prestasi dirinya dan tidak ada kaitan dengan Allah yang Maha Menentukan pembagian rezeki manusia. Mereka tidak pernah besyukur kepada Allah akan rezeki yang diterima. Dan mereka tidak pernah memohon rezeki kepada Allah saat dirinya sedang mengalami kesulitan rezeki. Mereka hanya mengandalkan kemampuan dirinya sendiri dalam urusan materi. Mereka inilah kaum yang berideologi materialisme. Sungguh mateialisme tidak sama dengan Islam. Bersyukurlah kita orang beriman memiliki iman dan islam sebagai pegangan hidup. Alhamdulillahi rabbil-’aalamiin.-


/@cwi

selengkapnya...

Kisah Imam Al Layts Sang Ulama Fiqih Yang Paling Cerdas

Imam al-Layts bin Sad adalah seorang ulama fiqih yang memiliki kapasitas keilmuan setingkat empat imam madzhab, bahkan ada para ulama yang mengunggulkannya atas imam Malik dari segi keilmuan.
Sayang, tidak ada murid atau pengikut yang menyebarkan madzhab fiqihnya sehingga tidak berkembang seperti para imam madzhab yang empat.

Dari Luluah, pelayan khalifah Harun ar-Rasyid, ia berkata, "Terjadi silang pendapat antara Harun ar-Rasyid dan anak perempuan pamannya (sepupunya), Zubaidah yang telah menjadi isterinya.

Harun berkata, Kamu ditalak bila aku bukan termasuk ahli surga. Kemudian beliau menyesal atas ucapannya itu, lalu mengundang para ahli fiqih agar berkumpul guna memecahkan masalahnya.

Setelah berkumpul dan berdiskusi, mereka pun berbeda pendapat bagaimana sebenarnya status sumpahnya tersebut. Khalifah Harun menulis surat kepada seluruh negeri agar menghadirkan para ulama terkemuka mereka ke istana. Tatkala mereka sudah berkumpul, ia menanyai mereka mengenai sumpahnya tersebut, yaitu "Kamu ditalak jika aku tidak masuk surga".

Mereka kembali berselisih pendapat, lalu tinggallah seorang ulama (syaikh) lagi yang belum berbicara dan berada di deretan paling akhir dari majlis tersebut.

Beliau lah Imam al-Layts bin Sad. Ia berkata, Bila Amirul Mukminin mengosongkan majlsnya ini, aku bersedia berbicara dengannya. Lalu sang khalifah pun menyuruh para ulama yang ada disitu untuk meninggalkan majlis tersebut. Ia berkata lagi, Saya mohon Amirul Mukminin didekatkan kepadaku. Maka ia pun mendekatinya. Syaikh yang Alim ini berkata, Apakah aku mendapatkan jaminan keamanan kalau berbicara.?"

Amirul Mukminin menjawab, Ya. Maka al-Layts memerintahkan agar dibawa kepadanya sebuah mushaf. Ketika mushaf itu sudah dihadirkan, ia berkata, Tolong dibuka wahai Amirul Mukminin hingga surat ar-Rahman. Lalu bacalah.

Sang khalifah membacanya dan tatkala ia sampai pada ayat, "Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga" maka, al-Layts memerintahkan, Tahan dulu, wahai Amirul Mukminin! Katakanlah, Wallaahi (Demi Allah). Ucapan syaikh ini membuat berat hati khalifah. Syaikh itu kembali berkata, Wahai Amirul Mukminin, persyaratanku tadi adalah jaminan keamanan bukan.?

(maksudnya, agar khalifah tidak murka kepadanya atas permintaannya tersebut-red) Maka khalifah pun mengucapkan, Wallaahi (Demi Allah), setelah itu berkatalah al-Layts, Katakanlah, Aku takut akan saat menghadap Tuhanku Maka khalifah menuruti perintah ulama langka itu dan mengulangi seperti apa yang diucapkannya. Al-Layts berkata lagi, Wahai Amirul Mukminin, pahalanya dua surga bukan hanya satu surga.!"

Periwayat mengatakan, "Lalu kami mendengar suara tepuk tangan dan luapan gembira di balik tirai. Maka berkatalah Harun ar-Rasyid, Bagus apa yang kau putuskan itu. Lalu ia menghadiahi al-Layts dengan beberapa hadiah dan mengalokasikan honor untuknya."

Ini merupakan sikap mulia yang menunjukkan indahnya ilmu di mana kebenaran dan etika sama-sama dijunjung tinggi.

Anda melihat bahwa Imam al-Layts mengetahui kemana arah fatwa, yaitu thalaq tersebut tidak jatuh bila ar-Rasyid adalah termasuk orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya. Ia juga melihat dirinya tidak boleh mengeluarkan fatwa begitu saja hingga syaratnya sudah kuat, yaitu takut kepada Allah Taala.

Dan ini dilakukan dengan cara meminta ar-Rasyid bersumpah hingga diri al-Layts merasa tenang bahwa fatwanya sudah benar. Ia juga meminta agar orang-orang yang ada di majlis dibubarkan dulu agar sumpah yang dimintanya dari ar-Rasyid tidak dilihat orang banyak, di samping agar ar-Rasyid tidak terpancing seperti yang ingin dilakukannya andaikata ia (al-Layts) tidak terlebih dahulu mengajukan persyaratan mendapatkan perlindungan darinya supaya dirinya bisa tentram.

Jadi, fatwa yang dikeluarkan al-Layts tidak semata-mata spontanitas. Ia bersumber dari al-Quran itu sendiri, karena itu ia meminta al-Layts agar membaca ayat tersebut, "Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga"

Maka tenanglah hati ar-Rasyid dengan hal itu dan tahulah ia bahwa dirinya masih bisa mempertahankan isterinya secara halal dan sah berdasarkan nash yang pasti dari Kalamullah.

Ini tentunya merupakan anugerah Allah, yang dalam kebanyakan kondisi tidak terlepas dari adab yang bagus bagi orang yang mau berpikir dan memahami. (ar/kisah) www.suaramedia.com /@cwi

selengkapnya...

Ulama Klasik Telah Teliti Gua Kahfi







Mencari kebenaran letak Gua Al Kahfi, membuat para ilmuwan kontemporer tertarik untuk meneliti, tapi sebenarnya para ulama klasik sudah melakukannya

Hidayatullah.com--Kisah Ashab Al Kahfi yang ditidurkan Allah dalam gua selama 309 tahun, tertulis dalam Al-Quran. Bahkan peristiwa itu diabadikan menjadi sebuah surat secara khusus, yakni surat ke-18, surat Al Kahfi.

Saat ini ada 33 lokasi yang diklaim sebagai gua Ashab Al Kahfi. Yang paling banyak disoroti, situs gua yang berada di Yordan. Tepatnya di wilayah Ar Rahib, berada di 1,5 km timur kota Abu Alanda. Situs bersejarah ini sendiri dikenal dengan nama Ar Raqim.



Tentu teka-teki tempat Ashab Al Kahfi bersembunyi, menarik para ilmuwan untuk melakukan penelitian. Hingga saat ini sudah ada 104 penelitian mengenai masalah ini.

Dari hasil penelitian itu, Dr. Muhammad Wahib, yang memperoleh gelar doktoral dalam bidang arkeologi dan manuskrip, berkesimpulan bahwa gua yang berada di situs bersejarah Ar Raqim adalah gua tempat Ashab Al Kahfi bersembunyi.

Beberapa bukti yang mendukung situs Ar Raqim ini tempat persembunyian Ashab Al Kahfi, antara lain merujuk kepada beberapa periwayatan yang menyebutkan bahwa beberapa sahabat Rasulullah Shalallallahu Alaihi Wasallam (SAW), seperti Ubadah bin Shamid, Muawiyah bin Abi Sufyan, Habib bin Maslamah dan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhum (RA), pernah melintasi tempat itu di masa kekhalifahan Umar bin Al Khattab, kemudian memasuki gua tersebut dan menyaksikan tulang belulang Ashab Al Kahfi.

Beberapa bukti arkeologis menguatkan kesimpulan itu. Sebagaimana diketahui bahwa Allah telah berfirman dalam Al-Quran, yang maknanya, ”…Dan mereka mengatakan, ‘dirikanlah bangunan di atas (gua) mereka. Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka. ’ Dan orang-orang yang berkuasa atas mereka mengatakan, ’Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya.’” (Al Kahfi [18] : 21).

Setelah dilakukan penggalian, ditemukan sebuah bangunan yang berada tepat di atas gua tersebut. Pada awalnya berupa gereja, kemudian tempat ibadah itu berubah menjadi masjid saat Islam datang. Dan telah dilakukan pemugaran terhadap bangunan ini beberapa kali, sebagaimana tertulis di beberapa batu yang berada di lokasi itu, yakni pada tahun 117, 277, dan 900 hijriah.

Tak jauh di lokasi, tepatnya di arah kiblat dari gua, dibangun pula sebuah masjid, yang hingga kini mimbarnya masih utuh, yang tertulis di lantainya bahwa Khalifah Al Muwaffaq di masa kekhalifahan Abasiyah telah memerintahkan perbaikan masjid ini.

Bukan hanya para ahli kontemporer yang melakukan penelitian, para ulama Muslim klasik sebenarnya telah melakukan penelitian, di mana lokasi gua itu sebenarnya. Dan –yang selama ini diketahui- mereka menilai bahwa gua Kahfi berada di Yordan. Dan penelitian mereka juga menjadi rujukan para ilmuwan saat ini.

Beberapa ulama klasik telah berkali-kali mengunjungi gua untuk melakukan hal yang sama, dengan berpatokan terhadap gerakan matahari di atas gua. Mereka menilai bahwa kondisi gua Yordan sesuai dengan ciri-ciri gua Ashab Al Kahfi yang digambarkan Al-Quran. Allah Ta’ala berfirman, yang maknanya, ”Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri…” (Al Kahfi [18]: 17).

Imam Al Waqidi juga menilai bahwa di tempat inilah Ashab Al Kahfi bersembunyi. Beliau mengatakan dalam kitabnya Futuhat As Syam, ”Dan kami telah sampai di gua Kahfi pada sore hari, dan saat itu di dekat gua ada mata air, dan di situlah kami berwudhu, lalu melakukan shalat dan bermalam, dan di pagi harinya kami menuju negeri Al Jinan yang berada di dekat Amman.” Hingga kini, lokasi air mengalir itu masih ada di situs Al Kahfi Yordan.

Imam Al Qurthubi, dalam Jami’ li Ahkam Al-Quran, juga menyebutkan bahwa beliau telah mendatangi situs yang terdapat di Yordan ini, dan beliau juga telah mendatangi situs Turki, yang kedua-duanya diklaim sebagai gua Ashab Al Kahfi. Menurut beliau, jika dibandingkan dengan situs di Turki yang berada di wilayah Tharsus, situs Yordan ini lebih tepat dengan gambaran Al-Quran yang telah menunjukkan beberapa ciri-ciri gua yang ditempati Ashab Al Kahfi. [tho/hid/www.hidayatullah.com]

/@cwi

selengkapnya...

Ketika Para IbuTak Mau Lagi Memberi ASI


Sebelum para ilmuwan melakukan penelitian tentang manfaat air susu ibu, Islam sudah memerintahkan agar para ibu menyusui anak-anaknya. Perintah itu terdapat Surat Al-Baqarah ayat 233 yang berbunyi;

"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang maruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. "


Berdasarkan ayat tersebut, hubungan intim dengan ibu melalui kegiatan menyusui adalah hak seorang anak yang dilahirkan dari keluarga Muslim. Apalagi berabad-abad kemudian para ilmuwan yang melakukan penelitian mengakui bahwa ASI (Air Susu Ibu) memberikan banyak manfaat bagi perkembangan anak. Bayi-bayi diberi ASI dengan cukup memiliki kekebalan tubuh yang kuat dan memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang lebih baik dibandingkan bayi-bayi yang diberi susu formula.

Meski sudah tahu manfaat ASI, banyak kaum perempuan zaman sekarang yang enggan memberikan ASI pada anak-anaknya, termasuk ketakutan untuk melahirkan secara normal dan lebih memilih melahirkan lewat operasi. Ada fenomena para ibu bersikap lunak terhadap asupan makanan untuk anak-anaknya. Mereka lebih memilih memberikan susu formula dan makanan bayi instan, karena produk susu dan makanan itu kini sudah banyak tersedia di pasaran.

Kecenderungan itu juga terjadi di kalangan perempuan Muslim. Kesadaran untuk memberikan ASI pada anak-anaknya justeru masih tinggi di kalangan muslimah konservatif dengan tingkat pendidikan tinggi. Di balik pakaian tertutup mereka, masih mau memberikan ASI pada anak-anaknya yang masih bayi. Mereka masih memegang teguh kebiasaan kalangan kaum muslimin di awal-awal perkembangan Islam. Para ibu ketika itu, menyapih anaknya setelah berusia dua tahun dan tidak memberikan makanan padat sebelum gigi si anak tumbuh. Jika mereka tidak mampu menyusui bayi-bayi mereka karena alasan yang kuat, maka mereka akan mencari perempuan lain yang bisa menyusui bayi mereka.

Di zaman sekarang, banyak hal yang menyebabkan anak-anak Muslim kehilangan kesempatan untuk mendapatkan ASI. Baik dari faktor si ibu, anak dan faktor luar seperti sistem rumah sakit yang tidak mempromosikan pemberian ASI Eksklusif pada bayi yang baru lahir. Baru belakngan ini saja, Indonesia mengkampanyekan inisiasi menyusui dini di rumah-rumah sakit.

Rumah-rumah sakit kadang memberikan susu formula pada bayi yang baru lahir. Kadang terjadi praktik yang tidak etis, dimana terjadi kesepakatan antara pihak rumah sakit dan produsen susu atau obat tertentu untuk mempromosikan produk-produk mereka pada pasien. Ada juga kaum perempuan yang hanya mau menyusui bayinya sampai usia enam bulan dengan alasan produksi ASI nya sudah berkurang. Padahal hal itu bisa diatasi dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berkalori.

Di sisi lain, karena faktor sang bayi, banyak para ibu yang harus berjuang agar bayinya mau menyusu ASI dan menolak memberikan susu botol pada bayinya yang baru lahir. Untuk kasus seperti ini, seorang ibi membutuhkan dukungan dari suami dan anggota keluarga lainnya dan si ibu dibiarkan untuk bersama-sama dengan bayinya paling tidak di 40 hari pertama kehidupan sang bayi.

Mengingat pentingnya ASI, patut disayangkan jika kaum perempuan Muslim enggan memberikan ASI pada bayi-bayinya yang baru lahir.Karena pemberian ASI yang baik akan menciptakan generasi-generasi Muslim yang kuat, sehat dan cerdas baik dari sisi intelektual maupun emosional, seperti hasil penelitian para ilmuwan tentang manfaat ASI. (ln/iol)
sumber:eramuslim.com
/@cwi

selengkapnya...

Cuma Mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah Bisakah Masuk Surga?

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah washalatu wassalamu ‘ala rasulillah wa ‘ala Aalihi washahbihi wa Man Ihtadaa bi hudaahu.

Banyak dalil syar’i dari dari Al-Qur’an dan Sunnah yang menunjukkan bahwa siapa yang bertauhid dan meninggal di atasnya pasti masuk surga. Di antaranya adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَمَنْ قَالَهَا فَقَدْ عَصَمَ مِنِّي مَالَهُ وَنَفْسَهُ إِلَّا بِحَقِّهِ

“Aku diperitahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka mengucapkan Laa Ilaaha Ilallah, maka apabila mereka telah mengucapkannya, darah dan harta mereka diharamkan atasku kecuali dengan hak-nya.” (HR. al-Bukhari)

Hadits Ubadah bin Tsamit radhiyallahu 'anhu:

مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنْ الْعَمَلِ

“Barangsiapa yang mengatakan, ‘Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang hak kecuali Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, bahwa Isa adalah hamba Allah dan anak dari hamba wanita-Nya, (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) ruh dari-Nya, bahwasanya jannah (surga) adalah hak dan neraka juga hak (benar adanya),’ pasti Allah akan memasukkannya ke dalam surga seberapapun amalnya.” (HR. Al-Bukhari)

Masih banyak hadits lain yang menunjukkan bahwa orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah dengan jujur dan bertauhid, ucapannya mengandung sikap bara’nya (berlepas diri) dari syirik dan beriman bahwa Allah semata yang berhak diibadahi, maka dia akan masuk surga. Dia termasuk orang Islam. Bersamaan itu ia juga beriman bahwa Muhammad adalah Rasulullah dengan membenarkan segala yang Allah dan Rasul-Nya sampaikan pada waktu itu. Kemudian dia dituntut melaksanakan syariat Islam, maka apabila telah datang waktu shalat, wajib ia melaksanakannya. Seperti itu juga zakat, puasa, dan haji. Jika ia meninggal setelah bertauhid, pasti masuk surga. Kalau dia masuk Islam lalu meninggal dunia setelahnya, pasti masuk surga, karena dia tidak sempat melakukan amal kebaikan dan tidak pula pernah melakukan keburukan sedikitpun. Dan Islam memutus/menghapus perbuatan-perbuatan sebelumnya, sedangkan taubat menghapuskan kesalahan-kesalahan yang lalu. Jika ia sempat hidup hingga mendapatkan shalat, maka wajib baginya shalat. Jika ia menolak dan menentangnya maka kafirlah ia, dan jika meninggalkannya maka ia telah kafir. Seperti itu pula apabila dia mendapatkan perintah zakat, ia wajib menunaikan zakat. Jika ia menolak membayar zakat maka ia telah bermaksiat dan berhak masuk neraka. Begitu juga kalau ia mendapati perintah puasa, jika ia tidak berpuasa maka ia telah bermaksiat dan harus masuk neraka, kecuali kalau Allah memaafkan dirinya. Begitu juga ketika dia berzina, mencuri atau semisalnya, maka ia telah bermaksiat yang harus masuk neraka kecuali kalau Allah memaafkan dirinya, ia berada di bawah Masyi’ah (kehendak) Allah.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Nisa’: 48)

Maksudnya kapan saja dia masuk Islam dan mentauhidkan Allah, belepas dari kesyirikan dan beriman kepada semua kabar dari Allah dan Rasul-Nya, maka ia menjadi muslim. Kemudian dia dituntut melaksanakan hak-hak Islam berupa shalat, dan selainnya serta meninggalkan maksiat. Jika ia meninggalkan maksiat dan melaksanakan tuntutan Islam, maka sempurna Islam dan Imannya. Jika ia meninggal saat itu juga belum sempat beramal, maka baginya surga, karena Islamnya menghapus kesalahan-kesalahan sebelumnya. Jika ia masih hidup dan melaksanakan beberapa kemaksiatan atau meninggalkan sebagian amal wajib, maka ia berada di bawah masyi’ah (kehendak) Allah, jika Allah berkehendak maka akan mengampuninya dan memasukkannya ke dalam surga dengan tauhidnya. Dan jika berkehendak, Allah akan menyiksanya sebanding dengan maksiatnya yang ia bawa mati sebagaimana firman Allah Ta’ala yang lalu,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Nisa’: 48)

kapan saja dia masuk Islam dan mentauhidkan Allah, belepas dari kesyirikan dan beriman kepada semua kabar dari Allah dan Rasul-Nya, maka ia menjadi muslim.

Jika ia meninggal saat itu juga belum sempat beramal, maka baginya surga, karena Islamnya menghapus kesalahan-kesalahan sebelumnya.

Ini merupakan ijma’ (consensus) kaum muslimin dan sesuai dengan ijma Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Orang yang bermaksiat berada di bawah masyi’ah (kehendak) Allah, tidak dikafirkan sebagaimana keyakinan khawarij. Dia tidak kekal dalam neraka sebagaimana yang diucapkan kaum Khawarij dan Mu’tazilah. Tidak, tapi ia berada di bawah masyi’ah Allah. Apabila ia meninggal di atas zina, pencurian, durhaka kepada orang tua, menenggak minuman keras, memakan harta riba tapi tidak sampai menganggapnya halal dan tetap menilainya sebagai kemaksiatan, tanpa menghalalkannya tapi dia dikalahkan oleh hawa nafsu dan syetan dan dia tahu betul itu adalah maksiat, maka ia ia berada di bawah masy’iah Allah. Jika Dia berkehendak maka akan memaafkan mereka, dan jika berkehendak maka Allah akan menyiksanya di neraka sesuai kadar kemaksiatan yang ia bawa mati. Sesudah disucikan dan dibersihkan maka Allah akan mengeluarkannya dari neraka sebagaimana ijma’ Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Tidak akan kekal di neraka kecuali orang-orang kafir. Ini berbeda dengan paham Khawarij dan Mu’tazilah yang mereka berkata, “Sesungguhnya seorang yang bermaksiat apabila mati di atas kemaksiatannya ia akan kekal di neraka.” Kelompok Khawarij mengatakan, “Ia kafir”. Perkataan mereka ini batil menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Pendapat tersebut sangat batil dan telah dibantah oleh satu ayat yang mulia, yaitu firman Allah Ta’ala:

ِإِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Nisa’: 48)

Sedangkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang orang yang berzina “Seorang pezina tidak akan jadi berzina ketika ingin berzina kalau dia masih seorang mukmin. Dan tidak akan jadi meminum minuman keras ketika akan meminumnya kalau dia masih seorang mukmin. Dan tidak akan jadi mencuri (seorang puncuri) ketika akan mencuri sementara dia masih seorang mukmin.” Maksudnya adalah anacaman dan peringatan keras. Yakni bukan seorang mukmin yang sempurna imannya. Ada cacat dalam imannya yang maknanya bukan seorang kafir. Karena ayat-ayat saling membenarkan satu dengan lainnya begitu juga hadits, saling membenarkan satu dengan lainnya. Kitab Allah, sebagiannya tidak akan menduskan sebagian yang lain. Sunnah juga tidak akan menyalahi Al-Qur’an. Dan wajib menafsirkan nash dengan nash lainnya.

Sabda Nabi “Seorang pezina tidak jadi berzina ketika akan berzina kalau dia seorang mukmin,” yakni iman yang wajib dan sempurna. Kalau dia memiliki iman yang sempurna, pasti tidak akan berzina. Tai imannya lemah dan ada cacatnya, karenanya ia terjerumus melakukan zina dan minum minuman keras karena lemahnya iman yang ia miliki. Maknanya bukan ia seorang kafir, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan ditegakkan had (hukuman) atas pezina, dan had merupakan kafarah (penghapus dosa) baginya. Dan jika seorang pezina meninggal dunia setelah ditegakkan had atasnya, maka ia masuk surga dan had tersebut menjadi penebus untuknya. Karena itu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam hadits ‘Ubadah yang terdapat dalam Shahihain sesudah beliau menyebutkan tentang dosa-dosa maksiat, beliau bersabda:

“Siapa yang didapati oleh Allah di dunia –maksudnya ditegakkan had syar’i- maka itu menjadi kafarah (penghaphus) baginya. Dan siapa yang Allah tangguhkan sampai akhirat maka urusannya diserahkan kepada Allah.” Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Dan akan mengampuni dosa selainnya bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Nisa’: 48)

Maka Ahlus Sunnah Wal Jama’ah berkata: Bahwasanya para pelaku maksiat berada di bawah masyi’ah (kehendak Allah). Jika maksiat bukan syirik dan ia tidak menghalalkannya, maka ia berada di bawah masyi’ah Allah sebagaimana pezina, peminum khamer, pemakan riba, anak durhaka kepada orang tuanya, dan semisalnya. Adapun orang yang menghalalkan maksiat, menghalalkan zina dan berkata bahwa zina halal, maka ditegakkan hujjah padanya. Jika dalil sudah jelas padanya lalu ia tetap ngotot bahwa zina halal maka ia kafir dan termasuk pelaku kufur akbar yang mengeluarkannya dari Islam. Begitu juga orang yang mengatakan: Bahwasanya khamer halal, lalu ditegakkan dalil kepadanya. Jika ia tetap ngotot dengan perkataannya maka ia menjadi kafir. Seperti itu juga orang yang mengatakan mencuri adalah halal atau riba halal, maka ditegakkan dalil padanya. Jika tetap ngotot dengan keyakinanya bahwa riba halal, ia telah kafir. Begitu juga orang yang berkata tentang durhaka kepada orang tua adalah halal, maka dijelaskan persoalan itu padanya. Jika ia tetap ngotot sesudah dijelaskan dalil-dalilnya, maka ia kafir. Seperti itu pula kondisi orang yang berkata bahwa liwath (homoseksual/hubungan sejenis) adalah halal.

Seperti itulah keadaan orang yang menghalalkan maksiat yang sudah sudah jelas dalam dien. Jika ia menghalalkannya dan sudah ditegakkan hujjah (argumentasi) dan dalil baginya, lalu ia tetap pada pendapatnya maka ia kafir. Sedangkan orang yang meninggal dengan membawa kemaksiatan dan ia tahu itu adalah maksiat, ia tidak menganggapnya halal, ia sadar telah berbuat maksiat, ia mati dalam keadaan berzina, mati dalam keadaan mabuk, mati dalam keadaan memakan riba, namun ia menyadari bahwa ia berbuat maksiat maka ia berada di bawah masyi’ah Allah. Jika Allah berkehendak, maka akan mengampuni dosanya melalui amal-amal shalihnya dan tauhidnya. Dan jika Dia berkehendak lain, maka akan menyiksanya sekadar dengan kejahatan yang ia bawa mati. Kemudian sesudah suci dan bersih di neraka, Allah mengeluarkan mereka dan memasukkannya ke surga. Banyak sekali hadits Rasul shallallahu 'alaihi wasallam yang menunjukkan banyak pelaku maksiat yang masuk neraka dan disiksa di dalamnya, lalu Allah mengeluarkan mereka dari neraka dalam keadaan gosong terbakar lalu dicelupkan dalam sungi kehidupan, setelah itu ia tumbuh sebagaimana tumbuhnya biji kecambah. Jika sudah sempurna tubuh mereka, maka Alla memasukkannya ke dalam surga.

Orang yang menghalalkan maksiat yang sudah sudah jelas dalam dien. Jika ia menghalalkannya dan sudah ditegakkan hujjah (argumentasi) dan dalil baginya, lalu ia tetap pada pendapatnya maka ia kafir.

Banyak sekali hadits Rasulillah shallallahu 'alaihi wasallam dan ijma’ Ahlis Sunnah wal Jama’ah bahwa tidak akan kekal dalam neraka kecuali orang-orang kafir, --kita memohon keselamatan kepada Allah darinya--. Sementara ahli maksiat, tidak. Terkadang dia tinggal di neraka dalam waktu cukup lama, dan terkadang dinamakan kekal tapi kekal yang terbatas dan akan selesai. Jika selesai jatah waktu yang sudah Allah tertapkan baginya usai maka Allah mengeluarkannya dari neraka, lalu di bawa ke surga karena tauhid dan Islamnya.

Syarat Kalimat Tauhid

Tauhid memilihi beberapa syarat yang telah disebutkan sebagian ulama yang berjumlah tujuh, sebagian lainnya menyebutkannya delapan. Yaitu: Ilmu, yakin, ikhlas, jujur, cinta, inqiyad (tunduk), qabul (menerima), dan ditambah yang delapan kufur terhadap tuhan selain Allah. Apabila seorang penuntut ilmu memahami, meyakini, dan melaksanakannya maka ini adalah kesempurnaan tauhid dan iman. Jika ia seorang awam yang tidak mengetahui syarat-syarat ini tapi ia berlepas diri dari kesyirikan dan beriman keapda Allah, mentauhidkan-Nya maka sudah cukup walaupun ia tidak tahu syarat-syarat tersebut. Kapan ia berlepas diri dari syirik dan kekufuran, dan meyakini kebatilannya serta beriman kepada Allah semata, maka ia sudah cukup.

Banyak sekali hadits Rasulillah shallallahu 'alaihi wasallam dan ijma’ Ahlis Sunnah wal Jama’ah bahwa tidak akan kekal dalam neraka kecuali orang-orang kafir, sementara ahli maksiat, tidak.

Ilmu, yakni mengetahui bahwa Allah 'Azza wa Jalla adalah yang berhak diibadahi. Sedangkan makna Laa Ilaaha Illallaah adalah tidak ada yang diibadahi dengan hak kecuali Allah. Yakin, ia mengucapkannya dengan penuh keyakinan tanpa ragu-ragu. Ia mentauhidkan Allah dengan keyakinan. Ikhlas, yakni ia tidak menyekutukan Allah dengan selain-Nya, tapi ia ikhlaskan ibadah kepada Allah dengan kejujuran. Ini berbeda dengan orang-orang munafikin, mereka mengatakannya dengan dusta. Orang-orang munafik adalah kafir apabila dia mengucapkannya secara dzahir padahal ia berdusta dalam batinnya, orang ini telah kafir.

Dengan penuh cinta, adalah mencinai Allah dan mencintai untuk mentauhidkannya. Orang yang kafir tidak akan mencintai Allah, membenci tauhid, atau membenci iman.

ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ

“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Qur'an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (QS. Muhammad: 9)

Begitu juga qabul, ia menerima dien (agama), menerima kebenaran, dan mengikutinya. Adapun jika ia menolak kebenaran, tidak menerimanya, dan tidak tunduk kepada kebenaran, bahkan ia tidak menerima untuk mentauhidkan Allah dan tidak meninggalkan kesyirikan, maka ia menjadi kafir. Dan harus mengingkari setiap yang diibadahi selain Allah sebagaimana firman Allah Ta’ala,

فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىَ

“Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.” (QS. Al-Baqarah: 256) Yakni kufur terhadap peribadatan kepada selain Allah, yakni mengingkarinya. Meyakini kebatilan ibadah kepada selain Allah, mengingkarinya dan berlepas diri darinya. Inilah makna perkataan sya’ir: “Dan ditambahkan kedelapannya kufurmu terhadap segala sesuatu selain Allah yang dijadikan tuhan.” Maksudnya: seorang mukmin mngetahui kebenaran, meyakininya, dan membenarkannya. Ia berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya, serta mengikuti kebenaran dan mantap dengannya, mencintai Allah dan Rasul-Nya. Seperti inilah seorang mukmin, walaupun ia tidak mengetahui syarat-syarat kalimat tauhid. Kapan ia menerima kebenaran dan tunduk untuk mentauhidkan Allah, mengikhlaskan ibadah kepada Allah, mencintai Allah dan tunduk kepada syariat-Nya dan tidak berdusta seperti orang-orang munafikin, maka imannya shahih. Walllahu Ta’ala a’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Ditarjamahkan oleh Badrul Tamam dari dari www.binbaz.org.sa /@cwi

selengkapnya...

Sejarah Ringkas Kerajaan Mataram Islam



Berbeda dengan kerajaan-kerajaan Islam lainnya di Indonesia yang bersifat maritim, kerajaan Mataram bersifat agraris. Kerajaan yang beribu kota di pedalaman Jawa ini banyak mendapat pengaruh kebudayaan Jawa Hindu baik pada lingkungan keluarga raja maupun pada golomngan rakyat jelata. Pemerintahan kerajaan ini ditandai dengan perebutan tahta dan perselisihan antaranggota keluarga yang sering dicampuri oleh Belanda. Kebijaksanaan politik pendahulunya sering tidak diteruskan oleh pengganti-penggantinya. Walaupun demikian, kerajaan Mataram merupakan pengembang kebudayaan Jawa yang berpusat di lingkungan keraton Mataram. Kebudayaan tersebut merupakan perpaduan antara kebudayaan Indonesia lama, Hindu-Budha, dan Islam.
Banyak versi mengenai masa awal berdirinya kerajaan Mataram berdasarkan mitos dan legenda. Pada umumnya versi-versi tersebut mengaitkannya dengan kerajaan-kerajaan terdahulu, seperti Demak dan Pajang. Menurut salah satu versi, setelah Demak mengalami kemunduran, ibukotanya dipindahkan ke Pajang dan mulailah pemerintahan Pajang sebagai kerajaan. Kerajaan ini terus mengadakan ekspansi ke Jawa Timur dan juga terlibat konflik keluarga dengan Arya Penangsang dari Kadipaten Jipang Panolan. Setelah berhasil menaklukkan Aryo Penangsang, Sultan Hadiwijaya (1550-1582), raja Pajang memberikan hadiah kepada 2 orang yang dianggap berjasa dalam penaklukan itu, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi. Ki Ageng Pemanahan memperoleh tanah di Hutan Mentaok dan Ki Penjawi memperoleh tanah di Pati.
Pemanahan berhasil membangun hutan Mentaok itu menjadi desa yang makmur, bahkan lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang siap bersaing dengan Pajang sebagai atasannya. Setelah Pemanahan meninggal pada tahun 1575 ia digantikan putranya, Danang Sutawijaya, yang juga sering disebut Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Sutawijaya kemudian berhasil memberontak pada Pajang. Setelah Sultan Hadiwijaya wafat (1582) Sutawijaya mengangkat diri sebagai raja Mataram dengan gelar Panembahan Senapati. Pajang kemudian dijadikan salah satu wilayah bagian daari Mataram yang beribukota di Kotagede. Senapati bertahta sampai wafatnya pada tahun 1601.
Selama pemerintahannya boleh dikatakan terus-menerus berperang menundukkan bupati-bupati daerah. Kasultanan Demak menyerah, Panaraga, Pasuruan, Kediri, Surabaya, berturut-turut direbut. Cirebon pun berada di bawah pengaruhnya. Panembahan Senapati dalam babad dipuji sebagai pembangun Mataram.

Senapati digantikan oleh putranya, Mas Jolang, yang bertahta tahun 1601-1613. Maas Jolang lebih dikenal dengan sebutan Panembahan Seda Krapyak. Pada masa pemerintahannya, dibangun taman Danalaya di sebelah barat kraton. Panembahan Seda Krapyak hanya memerintah selama 12 tahun Ia meninggal ketika sedang berburu di Hutan Krapyak.
Selanjutnya bertahtalah Mas Rangsang, yang bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma. Di bawah pemerintahannya (tahun 1613-1645) Mataram mengalami masa kejayaan. Ibukota kerajaan Kotagede dipindahkan ke Kraton Plered. Sultan Agung merupakan raja yang menyadari pentingnya kesatuan di seluruh tanah Jawa. Daerah pesisir seperti Surabaya dan Madura ditaklukkan supaya kelak tidak membahayakan kedudukan Mataram. Ia pun merupakan penguasa lokal pertama yang secara besar-besaran dan teratur mengadakan peperangan dengan Belanda yang hadir lewat kongsi dagang VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). Kekuasaan Mataram pada waktu itu meliputi hampir seluruh Jawa, dari Pasuruan sampai Cirebon. Sementara itu VOC telah menguasai beberapa wilayah seperti di Batavia dan di Indonesia Bagian Timur.
Di samping dalam bidang politik dan militer, Sultan Agung juga mencurahkan perhatiannya pada bidang ekonomi dan kebudayaan. Upayanya antara lain memindahkan penduduk Jawa Tengah ke Kerawang, Jawa Barat, di mana terdapat sawah dan ladang yang luas serta subur. Sultan Agung juga berusaha menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan Indonesia asli dengan Hindu dan Islam. Misalnya Garebeg disesuaikan dengan hari raya Idul Fitri dan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sejak itu dikenal Garebeg Puasa dan Garebeg Mulud. Pembuatan tahun Saka dan kitab filsafat Sastra Gendhing merupakan karya Sultan Agung yang lainnya.
Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 dengan meninggalkan Mataram dalam keadaan yang kokoh, aman, dan makmur. Ia diganti oleh putranya yang bergelar Amangkurat I. Amangkurat I tidak mewarisi sifat-sifat ayahnya. Pemerintahannya yang berlangsung tahun 1645-1676 diwarnai dengasn banyak pembunuhan/kekejaman. Pada masa pemerintahannya ibukota kerajaan Mataram dipindahkan ke Kerta.
Pada tahun 1674 pecahlah Perang Trunajaya yang didukung para ulama dan bangsawan, bahkan termasuk putra mahkota sendiri. Ibukota Kerta jatuh dan Amangkurat I (bersama putra mahkota yang akhirnya berbalik memihak ayahnya) melarikan diri untuk mencari bantuan VOC. Akan tetapi sampai di Tegalarum, (dekat Tegal, Jawa Tengah) Amangkurat I jatuh sakit dan akhirnya wafat.
Ia digantikan oleh putra mahkota yang bergelar Amangkurat II atau dikenal juga dengan sebutan Sunan Amral. Sunan Amangkurat II bertahta pada tahun 1677-1703. Ia sangat tunduk kepada VOC demi mempertahankan tahtanya. Pada akhirnya Trunajaya berhasil dibunuh oleh Amangkurat II dengan bantuan VOC, dan sebagai konpensasinya VOC menghendaki perjanjian yang berisi: Mataram harus menggadaikan pelabuhan Semarang dan Mataram harus mengganti kerugian akibat perang.
Oleh karena Kraton Kerta telah rusak, ia memindahkan kratonnya ke Kartasura (1681). Kraton dilindungi oleh benteng tentara VOC. Dalam masa ini Amangkurat II berhasil menyelesaikan persoalan Pangeran Puger (adik Amangkurat II yang kelak dinobatkan menjadi Paku Buwana I oleh para pengikutnya). Namun karena tuntutan VOC kepadanya untuk membayar ganti rugi biaya dalam perang Trunajaya, Mataram lantas mengalami kesulitan keuangan. Dalam kesulitan itu ia berusaha ingkar kepada VOC dengan cara mendukung Surapati yang menjadi musuh dan buron VOC.
Hubungan Amangkurat II dengan VOC menjadi tegang dan semakin memuncak setelah Amangkurat II mangkat (1703) dan digantikan oleh putranya, Sunan Mas (Amangkurat III). Ia juga menentang VOC. Pihak VOC yang mengetahui rasa permusuhan yang ditunjukkan raja baru tersebut, maka VOC tidak setuju dengan penobatannya. Pihak VOC lantas mengakui Pangeran Puger sebagai raja Mataram dengan gelar Paku Buwana I. Hal ini menyebabkan terjadinya perang saudara atau dikenal dengan sebutan Perang Perebutan Mahkota I (1704-1708). Akhirnya Amangkurat III menyerah dan ia dibuang ke Sailan oleh VOC. Namun Paku Buwana I harus membayar ongkos perang dengan menyerahkan Priangan, Cirebon, dan Madura bagian timur kepada VOC.
Paku Buwana I meninggal tahun 1719 dan digantikan oleh Amangkurat IV (1719-1727) atau dikenal dengan sebutan Sunan Prabu , dalam pemerintahannya dipenuhi dengan pemberontakan para bangsawan yang menentangnya, dan seperti biasa VOC turut andil pada konflik ini, sehinggga konflik membesar dan terjadilah Perang Perebutan Mahkota II (1719-1723). VOC berpihak pada Sunan Prabu sehingga para pemberontak berhasil ditaklukkan dan dibuang VOC ke Sri Langka dan Afrika Selatan.
Sunan Prabu meninggal tahun 1727 dan diganti oleh Paku Buwana II (1727-1749). Pada masa pemerintahannya terjadi pemberontakan China terhadap VOC. Paku Buwana II memihak China dan turut membantu memnghancurkan benteng VOC di Kartasura. VOC yang mendapat bantuan Panembahan Cakraningrat dari Madura berhasil menaklukan pemberontak China. Hal ini membuat Paku Buwana II merasa ketakutan dan berganti berpihak kepada VOC. Hal ini menyebabkan timbulnya pemberontakan Raden Mas Garendi yang bersama pemberontak China menggempur kraton, hingga Paku Buwana II melarikan diri ke Panaraga. Dengan bantuan VOC kraton dapat direbut kembali (1743) tetapi kraton telah porak poranda yang memaksanya untuk memindahkan kraton ke Surakarta (1744).
Hubungan manis Paku Buwana II dengan VOC menyebabkan rasa tidak suka golongan bangsawan. Dengan dipimpin Raden Mas Said terjadilah pemberontakan terhadap raja. Paku Buwana II menugaskan adiknya, Pangeran Mangkubumi, untuk mengenyahkan kaum pemberontak dengan janji akan memberikan hadiah tanah di Sukowati (Sragen sekarang). Usaha Mangkubumi berhasil. Tetapi Paku Buwana II mengingkari janjinya, sehingga Mangkubumi berdamai dengan Raden Mas Said dan melakukan pemberontakan bersama-sama. Mulailah terjadi Perang Perebutan Mahkota III (1747-1755).
Paku Buwana II dan VOC tak mampu menghadapi 2 bangsawan yang didukung rakyat tersebut, bahkan akhirnya Paku Buwana II jatuh sakit dan wafat (1749). Namun menurut pengakuan Hogendorf, Wakil VOC Semarang saat sakratul maut Paku Buwana II menyerahkan tahtanya kepada VOC. Sejak saat itulah VOC merasa berdaulat atas Mataram. Atas inisiatif VOC, putra mahkota dinobatkan menjadi Paku Buwana III (1749).
Pengangkatan Paku Buwana III tidak menyurutkan pemberontakan, bahkan wilayah yang dikuasai Mangkubumi telah mencapai Yogya, Bagelen, dan Pekalongan. Namun justru saat itu terjadi perpecahan anatara Mangkubumi dan Raden Mas Said. Hal ini menyebabkan VOC berada di atas angin. VOC lalu mengutus seorang Arab dari Batavia (utusan itu diakukan VOC dari Tanah Suci) untuk mengajak Mangkubumi berdamai.
Ajakan itu diterima Mangkubumi dan terjadilah apa yang sering disebut sebagai Palihan Nagari atau Perjanjian Giyanti (1755). Isi perjanjian tersebut adalah: Mataram dibagi menjadi dua. Bagian barat dibagikan kepada Pangeran Mangkubumi yang diijinkan memakai gelar Hamengku Buwana I dan mendirikan kraton di Yogyakarta. Sedangkan bagian timur diberikan kepada Paku Buwana III.
Mulai saat itulah Mataram dibagi dua, yaitu Kasultanan Yogyakarta dengan raja Sri Sultan Hamengku Buwana I dan Kasunanan Surakarta dengan raja Sri Susuhunan Paku Buwana III. /@cwi

selengkapnya...

Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah Tersembunyi

Seorang sejarawan pernah berujar bahwa sejarah itu adalah versi atau sudut pandang orang yang membuatnya. Versi ini sangat tergantung dengan niat atau motivasi si pembuatnya. Barangkali ini pula yang terjadi dengan Majapahit, sebuah kerajaan maha besar masa lampau yang pernah ada di negara yang kini disebut Indonesia. Kekuasaannya membentang luas hingga mencakup sebagian besar negara yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara. Namun demikian, ada sesuatu yang ‘terasa aneh’ menyangkut kerajaan yang puing-puing peninggalan kebesaran masa lalunya masih dapat ditemukan di kawasan Trowulan Mojokerto ini. Sejak memasuki Sekolah Dasar, kita sudah disuguhi pemahaman bahwa Majapahit adalah sebuah kerajaan Hindu terbesar yang pernah ada dalam sejarah masa lalu kepulauan Nusantra yang kini dkenal Indonesia. Inilah sesuatu yang terasa aneh tersebut. Pemahaman sejarah tersebut seakan melupakan beragam bukti arkeologis, sosiologis dan antropologis yang berkaitan dengan Majapahit yang jika dicerna dan dipahami secara ‘jujur’ akan mengungkapkan fakta yang mengejutkan sekaligus juga mematahkan pemahaman yang sudah berkembang selama ini dalam khazanah sejarah masyarakat Nusantara.

‘Kegelisahan’ semacam inilah yang mungkin memotivasi Tim Kajian Kesultanan Majapahit dari Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta untuk melakukan kajian ulang terhadap sejarah Majapahit. Setelah sekian lama berkutat dengan beragam fakt-data arkeologis, sosiologis dan antropolis, maka Tim kemudian menerbitkannya dalam sebuah buku awal berjudul ‘Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah Yang Tersembunyi’. Buku ini hingga saat ini masih diterbitkan terbatas, terutama menyongsong Muktamar Satu Abad Muhammadiyah di Yogyakarta beberapa waktu yang lalu. Sejarah Majapahit yang dikenal selama ini di kalangan masyarakat adalah sejarah yang disesuaikan untuk kepentingan penjajah (Belanda) yang ingin terus bercokol di kepulauan Nusantara. Akibatnya, sejarah masa lampau yang berkaitan dengan kawasan ini dibuat untuk kepentingan tersebut. Hal ini dapat pula dianalogikan dengan sejarah mengenai PKI. Sejarah yang berkaitan dengan partai komunis ini yang dibuat di masa Orde Baru tentu berbeda dengan sejarah PKI yang dibuat di era Orde Lama dan bahkan era reformasi saat ini. Hal ini karena berkaitan dengan kepentingan masing-masing dalam membuat sejarah tersebut. Dalam konteks Majapahit, Belanda berkepentingan untuk menguasai Nusantara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Untuk itu, diciptakanlah pemahaman bahwa Majapahit yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia adalah kerajaan Hindu dan Islam masuk ke Nusantara belakangan dengan mendobrak tatanan yang sudah berkembang dan ada dalam masyarakat.

Apa yang diungkapkan oleh buku ini tentu memiliki bukti berupa fakta dan data yang selama ini tersembunyi atau sengaja disembunyikan. Beberapa fakta dan data yang menguatkan keyakinan bahwa kerajaan Majpahit sesungguhnya adalah kerajaan Islam atau Kesultanan Majapahit adalah sebagai berikut:
Ditemukan atau adanya koin-koin emas Majapahit yang bertuliskan kata-kata ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’. Koin semacam ini dapat ditemukan dalam Museum Majapahit di kawasan Trowulan Mojokerto Jawa Timur. Koin adalah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah wilayah kerajaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sangat tidak mungkin sebuah kerajaan Hindu memiliki alat pembayaran resmi berupa koin emas bertuliskan kata-kata Tauhid.
Pada batu nisan Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang selama ini dikenal sebagai Wali pertama dalam sistem Wali Songo yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa terdapat tulisan yang menyatakan bahwa beliau adalah Qadhi atau hakim agama Islam kerajaan Majapahit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Agama Islam adalah agama resmi yang dianut oleh Majapahit karena memiliki Qadhi yang dalam sebuah kerajaan berperan sebagai hakim agama dan penasehat bidang agama bagi sebuah kesultanan atau kerajaan Islam.

Pada lambang Majapahit yang berupa delapan sinar matahari terdapat beberapa tulisan Arab, yaitu shifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid dan dzat. Kata-kata yang beraksara Arab ini terdapat di antara sinar-sinar matahari yang ada pada lambang Majapahit ini. Untuk lebih mendekatkan pemahaman mengenai lambang Majapahit ini, maka dapat dilihat pada logo Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, atau dapat pula dilihat pada logo yang digunakan Muhammadiyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Majapahit sesungguhnya adalah Kerajaan Islam atau Kesultanan Islam karena menggunakan logo resmi yang memakai simbol-simbol Islam.
Pendiri Majapahit, Raden Wijaya, adalah seorang muslim. Hal ini karena Raden Wijaya merupakan cucu dari Raja Sunda, Prabu Guru Dharmasiksa yang sekaligus juga ulama Islam Pasundan yang mengajarkan hidup prihatin layaknya ajaran-ajaran suf, sedangkan neneknya adalah seorang muslimah, keturunan dari penguasa Sriwijaya. Meskipun bergelar Kertarajasa Jayawardhana yang sangat bernuasa Hindu karena menggunakan bahasa Sanskerta, tetapi bukan lantas menjadi justifikasi bahwa beliau adalah seorang penganut Hindu. Bahasa Sanskerta di masa lalu lazim digunakan untuk memberi penghormatan yang tinggi kepada seseorang, apalagi seorang raja. Gelar seperti inipun hingga saat ini masih digunakan oleh para raja muslim Jawa, seperti Hamengku Buwono dan Paku Alam Yogyakarta serta Paku Buwono di Solo. Di samping itu, Gajah Mada yang menjadi Patih Majapahit yang sangat terkenal terutama karena Sumpah Palapanya ternyata adalah seorang muslim. Hal ini karena nama aslinya adalah Gaj Ahmada, seorang ulama Islam yang mengabdikan kemampuannya dengan menjadi Patih di Kerajaan Majapahit. Hanya saja, untuk lebih memudahkan penyebutan yang biasanya berlaku dalam masyarakat Jawa, maka digunakan Gajahmada saja. Dengan demikian, penulisan Gajah Mada yang benar adalah Gajahmada dan bukan ‘Gajah Mada’. Pada nisan makam Gajahmada di Mojokerto pun terdapat tulisan ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’ yang menunjukkan bahwa Patih yang biasa dikenal masyarakat sebagai Syeikh Mada setelah pengunduran dirinya sebagai Patih Majapatih ini adalah seorang muslim.
Jika fakta-fakta di atas masih berkaitan dengan internal Majapahit, maka fakta-fakta berikut berhubungan dengan sejarah dunia secara global. Sebagaimana diketahui bahwa 1253 M, tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan menyerbu Baghdad. Akibatnya, Timur Tengah berada dalam situasi yang berkecamuk dan terjebak dalam kondisi konflik yang tidak menentu. Dampak selanjutnya adalah terjadinya eksodus besar-besaran kaum muslim dari Timur Tengah, terutama para keturunan Nabi yang biasa dikenal dengan ‘Allawiyah. Kelompok ini sebagian besar menuju kawasan Nuswantara (Nusantara) yang memang dikenal memiliki tempat-tempat yang eksotis dan kaya dengan sumberdaya alam dan kemudian menetap dan beranakpinak di tempat ini. Dari keturunan pada pendatang inilah sebagian besar penguasa beragam kerajaan Nusantara berasal, tanpa terkecuali Majapahit.

Inilah beberapa bukti dari fakta dan data yang mengungkapkan bahwa sesungguhnya Majapahit adalah Kesultanan Islam yang berkuasa di sebagian besar kawasan yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara ini. Sekali lagi terbukti bahwa sejarah itu adalah versi, tergantung untuk apa sejarah itu dibuat dan tentunya terkandung di dalamnya beragam kepentingan. Wallahu A’lam Bishshawab. [sejarah-kompasiana]
/@cwi

selengkapnya...

Istri Shalihah Penyejuk Hati

Oleh Ali Mustofa
Cinta adalah fitrah pada manusia. Ketika cinta itu bersemi, maka dunia akan menjadi begitu indah. Ada yang bilang ”dunia serasa milik berdua, sedang yang lain cuma ngontrak”. Cinta yang suci akan membuat ia semakin dekat dengan Allah, karena memang cinta seperti ini dilandasi atas dasar cinta karena Allah. Sebaliknya cinta yang tidak suci akan semakin menjauhkan ia dengan Rabbnya.

Seorang pria tentunya mendambakan seorang wanita yang baik untuk menjadi pendamping hidupnya. Yang menaatinya, mampu mengurusi urusan rumah tangga, mendidik anak, sebagai sekretaris sang suami, dan lain-lain. Wanita shalihah yang akan berusaha selalu tampil mempesona ketika dihadapannya. Hal ini digambarkan oleh Rasulullah Saw:

Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah Saw bersabda “Sebaik-baik wanita adalah yang menawan hatimu bila engkau pandang, taat manakala engkau perintah, dan menjaga hartamu serta memelihara kehormatan diri-nya ketika engkau tidak ada di rumah.”(HR. Ibnu Jarir dan Al-Baihaqi).

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Tidak ada kewajiban yang harus ditunaikan oleh wanita, setelah hak Allah dan Rasul-Nya, yang lebih wajib daripada hak suami” (Majmu’ Fatawa. 32/260). Ketaatan istri ini adalah dalam rangka menaati Allah dan Rasul-Nya.

Bagi para pengemban dakwah, mereka ingin seorang pendamping yang juga siap men-support suaminya dalam melakukan tugas dakwah. Yang siap menghadapi resiko apapun ketika menghadapi tantangan-tantangan dakwah, yang tidak terlalu banyak menuntut, pandai bersyukur dan penuh kesabaran. Disamping itu ia juga tidak melupakan tugas dakwahnya. Istri yang akan menjadi pakaian dalam hidupnya.



Istri yang siap mengikhlaskan suaminya jika hendak pergi berjihad, bahkan kalau diperlukan ia juga ikut turut serta dalam medan Jihad. Sebagaimana para sahabiyah dahulu. Bukhari telah memberitakan dari Anas ra. dia berkata: “Pada hari peperangan Uhud ramai orang Islam yang terkocar-kacir dan terpisah dari Nabi Saw Dan aku lihat Aisyah binti Abu Bakar dan Ummi Sulaim tergesa-gesa membawa kantung Qirbah (terbuat dari kulit kambing) yang berisi air, memberi minum orang-orang yang dahaga dalam pertempuran itu. Sesudah habis mereka pergi lagi mengisi air dan memberi minum kepada tentara Islam yang berperang itu.” (Baihaqi 9:30).

Ibnu Abbas pernah mengatakan pasangan hidup yang sholeh (Al-azwaju shalihah) merupakan salah satu dari 7 indikator kebahagiaan dunia. Sungguh, istri yang shalihah adalah idaman bagi para pria, karena memiliki istri yang shalihah merupakan perhiasan paling baik dari dunia beserta isinya. “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri yang shalihah”. (HR. Muslim, Ibnu Majah).

Bagi para pria termasuk saya, berusahalah untuk menjadi pria yang shalih, sehingga pantas mendapatkan istri yang shalihah. Yang siap menunaikan kewajibannya sebagai suami, sebagai imam yang tangguh dan terpercaya.

Ali Mustofa Akbar
/@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |