Ajari Anak tentang Iman Kepada Allah

فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ؟ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ, قَالَ: صَدَقْتَ “Kabarkanlah kepadaku tentang iman, Beliau menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir baik dan buruknya.’ Ia mengatakan, ‘Engkau Benar.’” (HR. Muslim no. 8 ) Inilah enam rukun iman yang wajib kita ajarkan kepada anak. Iman mengharuskan adanya sikap menerima dan tunduk. Diperlukan pengetahuan untuk mendapatkan sikap tunduk dan menerima sehingga pengikraran kita tidak semata ada di lisan saja, tetapi juga diiringi hati yang tunduk dan menerima, tidak menolaknya. Anak harus paham bahwa ia diciptakan ke muka bumi ini hanya untuk beribadah kepada Allah semata. Beribadah kepada Allah ini harus diiringi kepatuhan, tunduk dan menerima segala aturan yang telah Allah tetapkan.  Oleh karena itu berilah ia pengetahuan tentang siapa Rabbnya, dan bagaimana ia mengenal-Nya. Hingga akhirnya ia dapat menerima dengan ikhlas tanpa adanya paksaan atas segala perintah Allah dan Rasul-Nya. Artikel ini akan membahas rukun iman yang pertama yakni iman kepada Allah. Iman kepada Allah merupakan pondasi utama dalam pembentukan karakter anak dimana kelak diharapkan anak mempunyai karakter yang kuat sebagaimana Rasulullah shalallaahu ‘alaihi  wa salam. Yang takut kepada Allah dan selalu berhati-hati dalam tiap tindakan yang beliau lakukan. Yang berusaha melaksanakan semua perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya. Yang selalu menjaga amal ibadah sehari-hari dan tidak menyia-nyiakan waktu yang ada. Iman kepada Allah jugalah yang merupakan pembeda antara orang-orang yang beriman dan orang-orang kafir. Ajarkan Ia Iman Kepada Allah Beriman kepada Allah mencakup empat hal : Pertama: Beriman dengan wujud Allah. Terangkan kepadanya bahwa Allah itu ada dan barang siapa yang mengingkari keberadaan Allah, maka dia bukan orang yang beriman. Ceritakan kisah Fir’aun yang berkata kepada Musa ‘alaihisallam “Siapakah Rabb alam semesta?” Fir’aun tetap menyimpan keyakinan dalam hatinya akan adanya Allah. Musa berkata kepadanya, “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tidak ada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata” (QS. Israa’: 102). Akan tetapi dia tetap mengingkarinya sebagaimana Allah ta’ala berfirman وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا “Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan, padahal hati mereka meyakini kebenarannya.” (QS. An-Naml: 14) Kedua: Beriman dengan keesaan Allah dalam Rububiyah-Nya. Artinya meyakini bahwa Dialah satu-satunya Rab, Yang Esa dalam Rububiyah-Nya.  Ar-Rabb artinya pencipta, pemilik, pengatur (semua hal yang merupakan perbuatan Allah, yang khusus bagi-Nya). Ceritakan kepada anak tentang surat Al-Ikhlas. قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (١)اللَّهُ الصَّمَدُ (٢)لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (٣)وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (٤) “Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”  (QS. Al Ikhlas: 1-4) Katakan padanya bahwa Allah itu satu, Allah itu Maha Esa.  Untuk membantu anak memahami hakikat makna “satu atau esa” dalam kalimat “Allah itu satu, Maha Esa”, dapat dilakukan dengan permainan. Contoh permainannya sebagai berikut: Pertama jelaskan terlebih dahulu makna tauhid kepada Allah, yaitu mengesakan Allah, tidak mempersekutukan-Nya. Hanya Allah sajalah yang mengatur segela urusan kita. Seluruh makhluk bergantung kepada-Nya dalam semua urusan dan permasalahan.  Allah tidak punya anak, tidak punya orang tua juga tidak punya istri. Allah itu satu. Kemudian jelaskan isyarat bilangan 1-5 dengan jari-jari tangan: bilangan satu (mengacungkan telunjuk) dan bilangan dua (mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah), dst Perintahkan anak mengucapkan “Allah Maha Esa” ketika kita menunjukkan isyarat satu jari. Jika kita mengacungkan jumlah yang selainnya maka anak mengucapkan “Tidak!” Instruktur mengacungkan isyarat jari tangan dengan jumlah bilangan yang berselang-seling. Misal satu, kemudian empat, kemudian satu lagi, lalu tiga dan seterusnya. Anak yang salah ucap diberi kesempatan menjawab sendiri. Demikian seterusnya sampai anak dapat memahami hakikat makna esa (satu) dan seluruh anak memahami benar konsep Allah itu Esa (Satu). Semakin lama kita semakin cepat menunjukkan isyarat jarinya. Berhentilah jika anak sudah bosan. Ketiga: Beriman terhadap keesaan Allah dalam Uluhiyah-Nya. Bahwasanya Allah Ta’ala sajalah yang berhak disembah. Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Dia dan tidak ada sekutu bagi-Nya.  Tauhid inilah yang membedakan orang islam dengan orang kafir. Kenalkan kalimat tauhid kepadanya sejak dini. Ketika ia mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar, yakni saat ia sudah mulai menirukan tingkah laku serta perkataan yang kita lakukan dan ucapkan.  Ajarkanlah ‘laa ilaaha illallah’, sebagai kalimat yang pertama kali bisa mereka ucapkan secara fasih. Ibnul Qayyim dalam kitab Ahkamul Maulud menjelaskan, “Dia awal waktu ketika anak-anak mulai bisa berbicara, hendaklah mendiktekan kepada mereka kalimat  ‘Laa ilaaha illallah, Muhammad rasulullah’ dan hendaklah sesuatu yang pertama kali didengar oleh telinga mereka adalah ma’rifatullah (mengenal Allah) dan mentauhidkan-Nya. Juga ajarkan kepada mereka bahwa Allah berada diatas Arsy-Nya, Dia senantiasa melihat dan mendengar perkataan hamba-Nya, dia senantiasa bersama mereka dimanapun mereka berada.” Tanamkan kecintaan yang mendalam kepada Allah. Jelaskan padanya bahwa hanya kepada Allah lah kita meminta, dan hanya kepada-Nya pulalah kita memohon pertolongan.  Jelaskan pula seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. Kempat: Beriman terhadap asma’ dan sifat Allah yakni beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya. Kita wajib beriman terhadap nama dan sifat Allah sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul-Nya shalallaahu ‘alaihi wa salam menurut apa yang pantas bagi Allah subhanahu wa ta’ala, tanpa tahrif (penyelewengan), ta’thil (perubahan makna), takyiif (menanyakan bagaimananya) dan tamtsiil (memisalkan atau menyerupakan dengan makhluk).  Allah ta’ala berfirman لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ “Tidak sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-syura: 11) Jelaskan dengan contoh  bahwa Allah itu Maha mendengar namun pendengaran Allah tidak sama dengan pendegaran makhluk. Sebagaimana kucing mempunyai kaki, dan kaki kucing tidak sama dengan kaki manusia. Allah itu berbicara sebagaimana yang dia kehendaki. Sebagaimana firman Allah وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا “Dan siapakah orang yang lebih benar perkataannya dari pada Allah?“ (QS.An-Nisa’: 87) وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung” (QS. An-Nisa’:164) Dan tentu berbicaranya Allah tidaklah sama dengan berbicaranya makhluk. Sebagaimana berbicaranya kucing tidak sama dengan berbicaranya manusia. Menetapkan nama dan sifat untuk Allah harus sesuai dengan nama dan sifat yang Dia berikan untuk Diri Nya dalam kitab Nya atau disampaikan oleh Rasul Nya. Tidak boleh melanggar Al-Qur’an dan As-Sunnah karena tidak seorang pun yang lebih mengetahui Allah daripada Allah sendiri, dan tidak ada –sesudah Allah-orang yang lebih mengetahui Allah daripada Rasul Nya. Demikian pembahasan iman kepada Allah. Semoga dapat memberi manfaat. *** Penulis: Putrisia Hendra A. (Ummu Hafizh) Muraja’ah: Ustadz Ammi Nur Baits. Artikel www.muslimah.or.id /@cwi

selengkapnya...

DEJAVU

Takkan pernah ada yang akan memungkiri kalau kehidupan ini penuh dengn intrik-intrik dan berbagai macam masalah. Begitupun halnya dengan berumah tangga. Bukan sesuatu yang mudah untuk bisa menyatukan segala perbedaan yg ada. Apalagi spt kita ketahui bersama, pondasi daripada rumah tangga yang kuat itu adalah cinta. Memang, menikah adalah sebuah kewajiban bagi tiap - tiap muslim. Selain utk menyempurnakan agama, dg menikah juga bisamenjauhkan segalamacam bentuk fitnah yg tak jarang membuat tak nyenyak utk tidur. Namun disamping itu pula, dg menikah bkn lantas persoalan akan selsai sampai d sanah.justru kehidupan yg sebenarnya baru di mulai.
Baiklah, ku juga sadar aku bukanlah siapa - siapa untuk terus ngacaprak mencari alibi membenarkan dg apa yg telah menjadi sebuah keputusanku. D sni kuhanya ingin sedikit ngedongen.bercerita tanpa bermaksud ingin mennelek-jelekan siapapun juga. Hanya sekedar mencari pembelajaranakan rumus dalam kehidupan yg penuh dengann mksteri ini. Hari ini, tepat satu thn yg llu, merupakan malam yg istimewa buat org yg istimewa pula. Berjalan dalam penuh kesederhanaan di tengah kejamnya aktifitas yg menyita dan banyak mengurangi waktuku untuk senantiasa terus menari di atas kebebasan yg begitu berarti buatku. BErkendara ditengah malam yg dingin, mencari se ercah semanvat yv dapat menhatukan dan memperkuat perasaan ikatan cinta kita.malam yg mencekam, karena akupa tak bisa membawamu terbang jauh spt yg kamu inginkan. Karena mmg sekali lg, waktu kebebasan ktulahyv sll menguntit dan senantiasa tak merasa senang jika kita berjalan beriringan lbh jauh lg. Namun,y terkadang waktu ygs sediki jualah yg terkadang mmmbuat segalanya terasa lbh istimewa. Dan akhirnya kitapun menemukan boneka dasamuka spt yg kamu inginkan. Tak banyak bicara dan tak banyak komentar, kumengayuh malamm terus utk menelusunri pagi yg kuharapka dapat menemukan kecerahan yg senantasa Ku impikan dan selaluakhharapkan itu bisa aku temukandalam sosok dirimu. Masih di malam yg sema,aku tak mau menyebut ini adalah sebuah perjuangan. Bagiku ini sdh menjadi kewajlban utk bisa membahagianmu dg harapan akupun bisa menemukan alasan utk terus mencintaimusampai akhir hayat nnt. Cerita tak terputus d jalan itu. Kitapinmelanjutka perjalanan menunu sebuah ceriga yg amu baral bisa berbuah kesan yv manis. Dan mememng, bagiku cukup sukses, walau aku sendiri tak yakain dg dirimu. Aku hanya berusaha memenhbi kewajibanku utk membuatmu bahagia dg caraku dan yg aku bisa. Malam itu, ditengah deru yg mengebu, di puncak kejayaan kita mengibarkan panji. Kubisikan bayu yg menggebu d sebelah telingamu sebelah kiri. Kuraih syair, dan kuteriakan d antara telingamu yg aku sendiri tau, kamupun menikmatinya. Kita menari, d tengah rembulan semu yg kau ciptakan utkku. Yak aku ingat itu. Dan akan sll mengingatnya walau aku senidiri tak prnh mau mengingatnya. Satu hal yg pernah aku dapatkan, rembulan semu yg walaj sempat melenakannku dalam imatan suci, namun terkhianati oleh sesuatu yg aku banggakan sendiri. Kiranya tak ada zesuatu ygabadi d dunia ini, namun aku ingin mengakhirinya dg indah. Bukan spt ini. Manusiawi jika kiranya manusia ingi kan apa yg terbaik utk diraih. Tapi janganlah mengorbankan sesuat yg telah d korbankan. Hargailah, dan pandanglah itu sbg objektifitas yg senantiasa memayungi pagar kehidupanmu.semoga kamu menemukan kebahagiaan dg apa yg telah kamu lakukan thpku. Aku d sni,utk saat ini takkan bisa melupakan apa yg telah kamu perbuat utku. Well, thx so much atas pembelajarannya. Wasalam,see u..... /@cwi

selengkapnya...

Kalian Semua Akan Memerangi Kaum Yahudi



Dunia modern dewasa ini didominasi oleh politik Barat yang dikomandani oleh Amerika Serikat. Segenap keputusan politik internasional tidak ada yang terlepas dari pengaruh kepentingan negara adidaya itu. Tanpa kecuali konstelasi politik yang berkembang di kawasan dunia Arab. Dan secara lebih khusus yang berkenaan dengan nasib bangsa Palestina. Amerika terus menerus menjanjikan bakal berdirinya sebuah negara Palestina berdaulat dan merdeka yang hidup berdampingan dengan negara Zionis Israel. Janji tinggal janji. Hingga hari ini janji tersebut tidak kunjung terrealisasi. Namun demikian, apakah memang umat Islam perlu berharap bahwa janji tersebut bakal terwujud? Bukan karena kita sudah sangat kenal dengan watak Amerika yang memang terlalu biasa menghumbar janji untuk kemudian tidak ditepati bilamana menyangkut kepentingan bangsa Palestina. Tetapi lebih karena seorang muslim semestinya bertanya terlebih dahulu kepada Allah (Al-Qur’an) dan RasulNya (Al-Hadits) sebelum melabuhkan harapannya kepada manusia manapun di muka bumi, terlebih kepada Amerika dan Israel. Sepatutnya seorang muslim bertanya terlebih dahulu: benarkah suatu bangsa seperti Amerika layak dijadikan tempat berharap? Benarkah sebuah kaum seperti bangsa Zionis Yahudi Israel layak dijadikan tetangga dimana umat Islam hidup damai berdampingan disebelahnya?



Jika kita buka berbagai keterangan Allah di dalam kitabNya, kita jumpai begitu banyak penjelasan mengenai watak bangsa Yahudi dan siapa saja yang ber-wala’ (berloyalitas) kepada bangsa Yahudi. Mengenai karakter asli bangsa ini terdapat suatu ayat yang sangat jelas dan tegas berbunyi:

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا

”Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS Al-Maidah ayat 82)

Inilah gambaran Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang mengenai kaum Yahudi. Allah telah memperingatkan kita akan berbahayanya watak dasar mereka. Mereka pada umumnya memiliki jiwa permusuhan terhadap umat Islam orang-orang beriman. Sudah barang tentu ada pengecualian satu dua di sana-sini, yaitu orang Yahudi yang kemudian memperoleh hidayah Allah sehingga memeluk Islam. Mantan Yahudi yang kemudian menjadi muslim umumnya bersikap damai terhadap sesama muslim karena dia sendiri telah memiliki identitas baru yang lebih dia hargai daripada identitas lamanya. Kitapun biasanya tidak lagi menganggap dia sebagai seorang Yahudi bila sudah masuk Islam. Namun secara umum watak mereka ialah penuh kebencian terhadap orang-orang beriman. Coba perhatikan hadits berikut:

إن اليهود قوم حسد

“Sesungguhnya bangsa Yahudi merupakan kaum yang penuh sifat hasad. (HR Shohih Ibnu Khuzaimah 1500)



Adapun bangsa yang berloyalitas kepada kaum Yahudi, Allah gambarkan mereka di dalam KitabNya sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ

بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ

إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS Al-Maidah ayat 51)

Allah mencap kaum yang loyal kepada Yahudi dan Nasrani adalah sama dengan masuk menjadi bagian dari golongan mereka. Bangsa Amerika yang meng-claim diri sebagai permanent ally (sekutu abadi) negara Zionis Israel berarti sama dengan telah mengumumkan diri menjadi bagian dari bangsa Yahudi itu sendiri. Maka kitapun tidak heran bilamana terjadi konflik Palestina-Israel selalu saja Amerika memberikan dukungan penuh tidak bersyarat kepada sekutu utamanya Israel bagaimanapun keadaannya, sekalipun sudah sangat jelas terungkap betapa zalimnya tingkah fihak Zionis terhadap rakyat Palestina seperti yang terjadi pada perang Furqon di Gaza akhir tahun 2008 awal tahun 2009 kemarin. Segala watak dan karakter asasi bangsa Yahudi telah diadopsi oleh bangsa Amerika sebagai akibat mereka menyerahkan loyalitas penuh kepada fihak Yahudi. Hal ini tidak saja berlaku bagi bangsa Amerika, tetapi siapa saja bangsa mana saja bilamana sudah mulai menyerahkan wala’-nya (loyalitasnya) kepada kaum Yahudi maka lambat laun watak dan karakter yahudi akan segera menjelma di dalam diri person maupun bangsa terkait.

Maka setelah kita bertanya kepada Allah dan RasulNya kemudian memperoleh jawabannya, mari kita kembali kepada pertanyaan di atas: ”Masih layakkah kita ummat Islam menyerahkan kepercayaan atau menaruh harapan kepada Amerika apalagi kepada Israel dalam penyelesaian konflik di tanah suci kiblat pertama umat Islam Baitul Maqdis (Jerusalem)?” Saya kira siapapun muslim yang berakal sehat dan berhati nurani tentu tahu jawaban semestinya atas pertanyaan itu. Islam tidak membenarkan kita bertoleransi apalagi berdamai kepada fihak seperti kaum Yahudi yang dewasa ini mengangkangi masjid Al-Aqsa dan setiap hari menggelar kezalimannya di tanah suci umat Islam di sana. Dewasa ini bahkan mereka tidak saja berlaku zalim terhadap umat Islam melainkan kaum Nasrani-pun dianiaya. Malah kita juga mendengar kabar bahwa sebagian rakyat mereka sendiri dizalimi oleh pemerintah Yahudi Zionis Israel bilamana menunjukkan sedikit saja empati dan simpati kepada rakyat Palestina.



Maka saudaraku, mengertilah kita sekarang mengapa Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam lima belas abad yang lalu telah mempersiapkan umat beliau yakni umat Islam untuk bersiap-siaga memerangi bangsa Yahudi. Beliau tanpa keraguan sedikitpun telah memprediksi bahwa umat Islam orang-orang beriman semuanya bakal terlibat dalam perang semesta menghadapi kaum Yahudi di akhir zaman.

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَتُقَاتِلُنَّ الْيَهُودَ فَلَتَقْتُلُنَّهُمْ

حَتَّى يَقُولَ الْحَجَرُ يَا مُسْلِمُ هَذَا يَهُودِيٌّ فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ

Diriwayatkan daripada Ibnu Umar r.a katanya: Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Kamu semua akan membunuh orang-orang Yahudi. Maka kamu semua akan membunuh mereka sehingga batu akan berkata: Wahai para muslimin! Di sini ada orang Yahudi, datanglah kemari dan bunuhlah dia.” (HR Muslim)



Bayangkan saudaraku, ini adalah ucapan manusia paling berakhlak Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam…! Beliau yang dikenal cinta damai dan sangat menghargai nyawa manusia, namun bila menyangkut kaum Yahudi bersikap sangat tegas dan tanpa keraguan barang sedikitpun. Melalui hadits ini menjadi jelaslah bagi kita umat Islam bahwa bilamana menyangkut bangsa Yahudi sudah semestinyalah kita bersikap ekstra waspada, sebab pada gilirannya kita semua orang-orang beriman bakal terlibat dalam memerangi mereka sehingga batupun turut berfihak dan bakal diizinkan Allah untuk sanggup berbicara mengungkap keberfihakannya itu: ”Wahai para muslimin! Di sini ada orang Yahudi, datanglah kemari dan bunuhlah dia.” Dan coba perhatikan bagaimana Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan bahwa tatkala batu berbicara saat itu, ia akan memanggil kita tidak dengan panggilan berdasarkan bangsa atau atribut identitas lainnya. Batu bakal menyapa para mujahidin hanya dengan satu panggilan identitas yang memang Allah banggakan atas mereka, yaitu identitas keislamannya..!!! Batu tidak akan diizinkan Allah memanggil dengan sapaan: ”Wahai bangsa Palestina, wahai bangsa Arab, wahai bangsa Mesir, bangsa Yordan, bangsa Saudi, bangsa Indonesia, bangsa Malaysia…” TIDAK..!!! Allah hanya mengizinkan batu berbicara untuk memanggil para pejuang yang memerangi kaum Yahudi dengan satu panggilan universal: ”Wahai para muslimin!”

Wahai kaum muslimin, bangkitlah dari tidur panjang kalian..!!! Sadarilah bahwa segala upaya pemersatu kumpulan manusia tidak akan mencapai keberhasilan kecuali dengan kembali kepada identitas asli kita sebagai suatu umat. Tinggalkan dan tanggalkanlah segala bentuk bendera dan fanatisme kelompok, apakah itu berdasarkan bangsa, suku, adat, partai, golongan, nama Jamaah, atau nama pergerakan atau apapun. Kembalilah hanya kepada identitas asli yang memang Allah banggakan kita atasnya, yaitu Islam. Jika anda ditanya termasuk bangsa mana, jawablah dengan tegas: “Saya bangsa Muslim. Suku saya dan tanah air saya adalah Islam.!!!” Semua bentuk fanatisme kelompok tidak memiliki pembenaran di dalam ajaran Allah Yang Maha Suci ini. Satu-satunya fanatisme yang dibenarkan adalah menjadi seorang yang fanatik kepada komitmen ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah ’Azza wa Jalla. Mengikuti sunnah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam dengan murni dan konsekuen.

هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ

الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ

”Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia.” (QS Al-Hajj ayat 78)



Saat kita bangga mengungkap identitas diri hanya sebagai bagian dari kaum muslimin sedunia, maka bilamana tiba harinya dimana Allah taqdirkan umat Islam memerangi kaum Yahudi ada harapan diri kita dipilih Allah menjadi bagian dari barisan para mujahid yang turut serta memerangi kaum Yahudi tersebut. Namun bilamana kita terus saja bermimpi dengan aneka identitas lainnya selain sebagai seorang muslim, jangan-jangan ketika hari itu tiba kita tidak termasuk yang dipilih Allah masuk ke dalam barisan mujahidin memerangi kaum Yahudi, bahkan sebaliknya Allah paksakan kita berada di fihak pembela kaum Yahudi itu sendiri. Wa na’udzu billaahi min dzaalika…!

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |