Basis theologi dialog antar-agama (jilid.3)

Diantara ayat yg terkait korelasinya dg ayat 69 tersebut adalah ayat 65 dan 66 yg ditafsirkan Rasyid Ridla sebagai berikut:

Yaitu, seandainya saja mereka beriman kepada penutup para nabi dan rusul...(ayat 65) Yaitu, seandainya saja mereka menegakan ajaran Taurat dan Injil yg diturunkan sebelumnya dg cahaya tauhid dan keutamaan, yg memberitakan kabar gembira tentang nabi yg akan datang dari keturunan saudara mereka Islma'il (Muhammad_pen), sebagaimana telah dikatakan musa; dan Barqalith ruh al-haq yg mengajarkan mereka segala sesuatu, sebagaimana telah dikatakan Isa, dan mereka menegakan sesudah itu apa yg diturunkan kepada mereka melalui lisan Nabi yang diberitakan oleh kitab-kitab mereka ini...



Dengan demikian, kedua ayat tersebut (QS.2: 62 dan 5: 69) dengan sendirinya harus dipahami sebagai sebuah ajakan yg toleran dan terbuka, yakin bahwa siapapun orangnya; apakah itu Muslim, Yahudi, Kristen, atau shabi'in (penyembah binatang), mempunyai peluang yg sama untuk masuk surga dan selamat, asalkan mereka memenuhi dua syarat; beriman dan beramal shalih dg sebenar-benarnya.

Milah Ibrahim
Milah yg rancu terdapat pula dalam uraian mengenai tradisi agama Ibrahim, yg mereka sebut hanif dan muslim dengan penekanan sebuah agama "generik" yg jauh dari kesan sektarianisme dan komunalistik (agama golongan). Implikasinya, jika umat islam hanya mengakui Islam sebagai satun-satunya agama yg benar, maka mereka sudah tidak sesuai lagi dg millah Ibrahim, karena sudah bersikap sektarian.

Menempatkan tradisi agama Ibrahim (millah Ibrahim) dengan agama "generik"-nya dalam posisi itu memang tidak terlalu salah. Hanya pembatasan agama "generik" tersebut pada hanif dan muslim, itu lagi-lagi terasa dipaksakan. Ditambah asumsi bahwa agama Islam yg dibawa Nabi Muhammad SAW sebagai agama komunal, sama sederajat dengan Yahudi dan Nasrani. Sehingga pada akhirnya melahirkan pemahaman yg kabur terhadap pernyataan Alquran bahwa Yahudi dan Nasrani telah menyeweng.
Millah Ibrahim itu bukan hanya hanif dan muslim, tapi juga wa ma kana minal-musyrikin; bukan termasuk orang-orang yg menyakutukan Allah. Karena ternyata, dari delapan ayat yg menjelaskan millah Ibrahim, satu ayat saja yg tidak menyebutkan wa ma kana minal-musyrikin plus muslim-nya. Sisanya ketujuh-tujuhnya menyatakan muslim danma kana minal-musyrikin. Jadi kalau Islam sudah menyekutukan Allah, baru Islam sudah bukan millah Ibrahim lagi. Nanun, karena yg musyrik itu ternyata Nasrani, maka pantaslah ia dinyatakan melenceng dari millah Ibrahim. Dan karena Yahudi juga sudah tidak muslim (berserah diri dan tunduk) dengan membangkang kepada nabi Isa dan Muhammad SAW, merekapun tidak bisa lagi dikategorikan millah Ibrahim.

Selanjutnya perlu ditegaskan bahwa Islam bukan agama 'komunal' seorang nabi. Ia adalah agama para nabi, dari sejak Adam a.s sampai Muhamma SAW. Identitasnya tadi: hanif, muslim, wa ma kana minal-musyrikin. Dan itulah agama yg "generik" itu. Tapi pertanyaannya, apakah Yahudi dan Nasrani juga masih "generik" se-"generik" Islam yg ada hari ini? Semua tentu bisa menjawabnya./@bhu

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |