Lailatul Qadar dan Kwalitas Do'a Kita

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita asah ketaqwaan kita
dengan menguras kelakuan keji dan
dosa. Dan Marilah kita pertajam
keta’atan kita kepada-Nya dengan
memenuhi hari-hari Ramadhan yang tersisa dengan berbagai amal dan
laku yang mulia. semua itu dalam
rangka mengharap rahmah dan
berkah malam mulia, malam seribu
bulan yaitu laylatul Qadar. ﺔﻠﻴﻟ ﻰﻓ ﻥﺃﺮﻘﻟﺍ ﻝﺰﻧﺃ ﻯﺬﻟﺍ ﻪﻠﻟ ﺪﻤﺤﻟﺍ ,ﻪﻠﻟ ﺪﻤﺤﻟﺍ ,ﺮﺸﻟﺍﻭ ﺮﻴﺨﻟﺍﺭﺪﻘﻟﺍ ﻢﺴﻗﻭ ﺔﻜﺋﻼﻤﻟﺍ ﺎﻬﻴﻓ ﻝﺰﻧﺃﻭ ,ﺭﺪﻘﻟﺍ َﺓَﺩﺎﻬﺷ ُﻪَﻟ َﻚْﻳِﺮَﺷ َﻻ ُﻩَﺪْﺣَﻭ ُﻪﻠﻟﺍ َّﻻِﺇ َﻪَﻟِﺇ َﻻ ْﻥَﺃ ُﺪَﻬْﺷَﺃﻭ ُﻩُﺪْﺒَﻋ ﺍًﺪَّﻤَﺤُﻣ ﺎﻧﺪِّﻴَﺳ َّﻥَﺃ ُﺪَﻬْﺷَﺃَﻭ ,ﻡﺎﺣﺰﻟﺍ ﻡﻮﻴﻟ ﺎﻫﺮﺧﺩﺃ ّﻢﻬﻠﻟﺍ .ﻡﻼﺴﻟﺍ ﺭﺍﺩ ﻰﻟﺇ ﻪﻠﻌﻓﻭ ﻪﻟﻮﻘﺑ ﻰﻋﺍﺪﻟﺍ ُﻪُﻟْﻮُﺳَﺭَﻭ ﻪِﻟﺁ ﻰﻠَﻋﻭ ِﺪّﻤَﺤُﻣ َﻚِﻟْﻮُﺳَﺭَﻭ َﻙِﺪْﺒَﻋ ﻰَﻠﻋ ْﻢِّﻠّﺳﻭ ّﻞَﺻ ﺎَﻴﻓ ,ُﺪْﻌﺑ ﺎَّﻣﺃ .ِﻡَﻼُّﻈﻟﺍ ِﺢْﻴِﺑﺎَﺼَﻣَﻭ ِﻡﺎَﻧَﻷﺍ ِﺓﺍَﺪُﻫ ِﻪِﺑﺎَﺤْﺻﺃﻭ ِﻙْﺮَﺗَﻭ ِﺕﺎَﻋﺎَّﻄﻟﺍ ِﻞْﻌِﻔِﺑ ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ ِﻪﻠﻟﺍ ﺍﻮُﻘَّﺗﺍ ُﺱﺎَّﻨﻟﺍ ﺎَﻬُّﻳَﺃ ﻡﻼﺴﺑ ﻢﻜﺑﺭ ﺔﻨﺟ ﺍﻮﻠﺧﺪﺗ ِﻡﺎَﺛَﻷﺍ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita asah ketaqwaan kita
dengan menguras kelakuan keji dan
dosa. Dan Marilah kita pertajam
keta’atan kita kepada-Nya dengan
memenuhi hari-hari Ramadhan yang tersisa dengan berbagai amal dan laku
yang mulia. semua itu dalam rangka
mengharap rahmah dan berkah
malam mulia, malam seribu bulan
yaitu laylatul Qadar. Hadirin yang dirahmati Allah
Diantara momentum Ramadhan yang
tidak boleh diabaikan oleh seorang
muslim adalah malam laylatul Qadar,
yaitu malam diturunkannya al-Qur’an,
seperti disebutkan dalam surat al- Baqarah ayat 185 ِﺱﺎَّﻨﻠِﻟ ًﻯﺪُﻫ ُﻥﺁْﺮُﻘْﻟﺍ ِﻪﻴِﻓ َﻝِﺰْﻧُﺃ ﻱِﺬَّﻟﺍ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ُﺮْﻬَﺷ ِﻥﺎَﻗْﺮُﻔْﻟﺍَﻭ ﻯَﺪُﻬْﻟﺍ َﻦِﻣ ٍﺕﺎَﻨِّﻴَﺑَﻭ Bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan al-Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil). Sungguh malam itu adalah malam
mulia, malam penuh berkah yang tidak
boleh diragukan lagi. Karena Allah swt
sendiri mengungkapkan dalam surat
ad-Dukhan ayat 3: ﺔﻛﺭﺎﺒﻣ ﺔﻠﻴﻟ ﻰﻓ ﻩﺎﻨﻟﺰﻧﺃ ﻥﺇ Sesungguhnya Kami menurunkannya
pada suatu malam yang diberkahi. Malam yang berkah itu tentunya
berbeda dengan malam-malam lain.
Allah swt mengistimewakan nilai
malam ini lebih dari malam seribu
bulan. Karena pada malam itu
Malaikat turun ke bumi mengatur segala urusan. Sesuai dengan perintah-
Nya mereka, para malaikat akan
menetapkan berbagai takdir manusia
mulai dari rizki, mati, jodoh dan
semuanya. Karena itulah di namakan
laylatul Qadar , malam penentuan taqdir manusia. Sudah selayaknya kita
sebagai hamba yang menginginkan
taqdir baik, apabila menekuk lutut
bersimpuh di malam-malam itu,
karena ini berhubungan dengan nasib
kita sebagai hamba. Seperti seorang budak yang memohon kepada
majikannya. Allah mengkhususkan
keterangn ini dalam satu surat penuh,
surat al-Qadar: * ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ ُﺔَﻠْﻴَﻟ ﺎَﻣ َﻙﺍَﺭْﺩَﺃ ﺎَﻣَﻭ * ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ ِﺔَﻠْﻴَﻟ ﻰِﻓ ُﻩﺎﻨْﻟَﺰْﻧَﺃ ﺎَّﻧِﺇ ُﺡﻭُّﺮﻟﺍَﻭ ُﺔَﻜِﺋَﻼَﻤْﻟﺍ ُﻝَّﺰَﻨَﺗ * ﺮْﻬَﺷ ِﻒْﻟَﺃ ْﻦِّﻣ ٌﺮْﻴَﺧ ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ ﺔَﻠْﻴَﻟ ِﻊَﻠْﻄَﻣ ﻰَّﺘَﺣ َﻲِﻫ ٌﻡَﻼَﺳ * ﺮْﻣَﺃ ِّﻞُﻛ ﻦِّﻣ ﻢﻬِـّﺑَﺭ ِﻥْﺫِﺈِﺑ ﺎﻬَﻴِﻓ ﺮْﺠَﻔْﻟﺍ Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya (Al Quran) pada
malam kemuliaan * Dan tahukah kamu
apakah malam kemuliaan itu? * Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu
bulan * Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril
dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan * Malam itu (penuh)
kesejahteraan sampai terbit fajar Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Jika demikian, lantas apakah
perbedaan nuzulul qur’an dengan
laylatul qadar? untuk menjawab hal ini
ada baiknya kita merujuk pendapat
Ibnu Abbas bahwa al-Qur’an diturunkan oleh Allah dari lauhil
mahfudz ke baitul izzah pada malam
laylatul qadar secara keseluruhan. Dan
kemudian Allah menurunkannya secara
berangsur-angsur kepada nabi besar
Muhammad saw untuk pertama kalinya pada malam 17 Ramadhan di
Gua Hira melalui perantara Jibril. Dengan demikian malam nuzulul qur’an
yang diperingati umat muslim di
Indonesia pada malam tanggal 17
Ramadhan merujuk pada kali pertama
al-Qur’an diturunkan secara berangsur
kepada Rasulullah saw . Adapun lailatul qadar adalah malam diturunkannya
al-Qur’an oleh Allah dari lauhil mahfudh
ke baitul izzah, secara keseluruhan. Oleh sebab itu hanya Allah swt lah yang
tahu persis waktu-waktu malam
laylatul qadar dan pengecualian
beberapa orang yang di kehendaki-
Nya sendiri. Hal inilah yang kemudian
menghadirkan banyak pendapat dan penafsiran mengenai laylatul qadar. Misalkan sebuah hadits imam bukhari
yang menyatakan “Carilah lailatul
qadar di malam ganjil dari sepuluh
malam terakhir di bulan
Ramadhan.” (HR Bukhari). Kedua,
“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa
keletihan, maka janganlah ia
dikalahkan pada tujuh malam yang
tersisa.” (HR. Muslim) Kapanpun laylatul qadar itu terjadi,
yang perlu diperhatikan adalah bahwa
Allah akan menilai bukan hanya ibadah
kita pada saat itu saja, namun dari
kontinuitas ibadah selama Ramadhan,
tidak serta merta kita hanya memfokuskan penuh beribadah pada
hari-hari ganjilnya saja. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Tidak ada ibadah yang lebih mulia di
malam-malam ini kecuali dzikir dan
berdo’a untuk kebaikan dunia dan
akhirat. Sambil beriktikaf dan
memburu Lailatul qadar, segunung doa dipanjatkan. Selaut permohonan
ditujukan. Namun apakah saat itu pula
dikabulkan? Inilah perlunya intropeksi diri. Mengapa
seringkali do’a-do’a itu hanya terasa
mengawang tanpa balasan dari Yang
Berwenang? Apakah ada yang kurang?
Mengenai hal ini Ibrahim Adham
pernah berkata bahwa “Doamu tidak dikabulkan Allah lantaran sepuluh
perkara: Pertama, Engkau mengenal
Allah, tetapi engkau tidak mendatangi
kewajiban-kewajiban-Nya. kedua,
Engkau membaca al-Qur’an, tetapi
engkau mengamalkan ya. Ketiga, Engkau mengatakan menjadi musuh
syetan, tetapi engkau malah
mengikuti nya. keempat, Engkau
mengatakan menjadi Umat Nabi
Muhammad saw, tetapi engkau tidak
mengikuti jejaknya. Kelima, Engkau berkeinginan masuk surga, tetapi
engkau tidak mau beramal yang dapat
menghantarkanmu ke surga. Keenam,
Engkau menginginkan selamat dari api
neraka, tetapi engkau mencampakkan
dirimu ke dalamnya. Ketujuh, Engkau mengatakan bahwa mati itu pasti,
tetapi engkau tidak mau
mempersiapkan bekal untuk mati.
Kedelapan, Engkau sibuk meneliti cela
kawan-kawanmu, tetapi engkau tidak
mau memperhatikan cela dirimu sendiri. Kesembilan, Engkau makan
nikmat dari Tuhamu, tetapi engkau
tidak pernah bersyukur kepadanya.
Sepuluh, Engkau ikut mengubur orang
mati, tetapi engkau tidak dapat
mengambil i’tibar (pelajaran) dari peristiwa itu.” Dengan demikian kita sekarang
mengerti apa sebenarnya penyebab
ditangguhkannya permohonan-
permohonan kita oleh Allah swt.
Sebaiknya kita mengetahui posisi kita
dari sepuluh daftar di atas dan segera memperbaikinya. Mumpung malam-
malam ganjil masih tersedia. Sehingga
kita dapat bertamu di malam-malam
itu dengan lebih bersih dan percaya diri
dengan do’a-do’a kita. Demikian khutbah jum’ah kali ini,
semoga kita semua dapat meraih
laylatul qadar bersama-sama. Ya Allah
kami hamba-Mu ini bukanlah orang
yang malas untuk beribadah kepada-
Mu, tetapi alangkah bersykurnya kami, jika kau taqdirkan kami menjadi
hamba-hamba yang shaleh. Amien… ْﻲِﻨَﻌَﻔَﻧَﻭ ,ِﻢْﻴِﻈَﻌﻟﺍ ِﻥﺁْﺮُﻘﻟﺍ ﻲِﻓ ْﻢﻜﻟَﻭ ْﻲِﻟ ُﻪﻠﻟﺍ َﻙَﺭَﺎﺑ ٌﻢْﻳِﺮَﻛ ٌﺩﺍّﻮَﺟ ﻰَﻟَﺎﻌَﺗ ُﻪّﻧﺇ .ِﻢْﻴِﻜَﺤﻟﺍ ِﺮْﻛِّﺬﻟﺍﻭ ِﺕﺎﻳﻵﺎِﺑ ْﻢُﻛﺎّﻳِﺇَﻭ .ٌﻢْﻴِﺣَﺭ ٌﻑْﻭُﺅَﺭ ٌّﺮَﺑ ٌﻚِﻠَﻣ Khutbah II ِﻪِﻘْﻴِﻓْﻮَﺗ َﻰﻠَﻋ ُﻪَﻟ ُﺮْﻜُّﺸﻟﺍَﻭ ِﻪِﻧﺎَﺴْﺣِﺍ َﻰﻠَﻋ ِﻪﻠﻟ ُﺪْﻤَﺤْﻟَﺍ َﻚْﻳِﺮَﺷ َﻻ ُﻩَﺪْﺣَﻭ ُﻪﻠﻟﺍَﻭ ُﻪﻠﻟﺍ َّﻻِﺍ َﻪَﻟِﺍ َﻻ ْﻥَﺍ ُﺪَﻬْﺷَﺍَﻭ .ِﻪِﻧﺎَﻨِﺘْﻣِﺍَﻭ َﻰﻟِﺍ ﻰِﻋﺍَّﺪﻟﺍ ُﻪُﻟْﻮُﺳَﺭَﻭ ُﻩُﺪْﺒَﻋ ﺍًﺪَّﻤَﺤُﻣ ﺎَﻧَﺪِّﻴَﺳ َّﻥَﺍ ُﺪَﻬْﺷَﺍَﻭ ُﻪَﻟ ِﻪِﻟَﺍ ﻰَﻠَﻋِﻭ ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ ﺎَﻧِﺪِّﻴَﺳ ﻰَﻠَﻋ ِّﻞَﺻ َّﻢُﻬﻠﻟﺍ .ِﻪِﻧﺍَﻮْﺿِﺭ ُﺱﺎَّﻨﻟﺍ ﺎَﻬُّﻳَﺍ َﺎﻴَﻓ ُﺪْﻌَﺑ ﺎَّﻣَﺍ ﺍًﺮْﻴﺜِﻛ ﺎًﻤْﻴِﻠْﺴَﺗ ْﻢِّﻠَﺳَﻭ ِﻪِﺑﺎَﺤْﺻَﺍَﻭ ّﻪﻠﻟﺍ َّﻥَﺍ ﺍْﻮُﻤَﻠْﻋﺍَﻭ ﻰَﻬَﻧ ﺎَّﻤَﻋ ﺍْﻮُﻬَﺘْﻧﺍَﻭ َﺮَﻣَﺍ ﺎَﻤْﻴِﻓ َﻪﻠﻟﺍﺍﻮُﻘَّﺗِﺍ ِﻪِﺳْﺪُﻘِﺑ ِﻪِﺘَﻜِﺋ ﻶَﻤِﺑ ﻰَﻨـَﺛَﻭ ِﻪِﺴْﻔَﻨِﺑ ِﻪْﻴِﻓ َﺃَﺪَﺑ ٍﺮْﻣَﺎِﺑ ْﻢُﻛَﺮَﻣَﺍ ﺂﻳ ﻰِﺒَّﻨﻟﺍ َﻰﻠَﻋ َﻥْﻮُّﻠَﺼُﻳ ُﻪَﺘَﻜِﺋ ﻶَﻣَﻭ َﻪﻠﻟﺍ َّﻥِﺍ ﻰَﻟَﺎﻌَﺗ َﻝﺎَﻗَﻭ ِّﻞَﺻ َّﻢُﻬﻠﻟﺍ .ﺎًﻤْﻴِﻠْﺴَﺗ ﺍْﻮُﻤِّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﺍْﻮُّﻠَﺻ ﺍْﻮُﻨَﻣﺁ َﻦْﻳِﺬَّﻟﺍ ﺎَﻬُّﻳَﺍ ِﻝﺁ ﻰَﻠَﻋَﻭ ْﻢِّﻠَﺳَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ ﺎَﻧِﺪِّﻴَﺳ ﻰَﻠَﻋ َﻦْﻴِﺑَّﺮَﻘُﻤﻟْﺍ ِﺔَﻜِﺋﻶَﻣَﻭ َﻚِﻠُﺳُﺭَﻭ َﻚِﺋﺂﻴِﺒْﻧَﺍ ﻰَﻠَﻋَﻭ ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ َﺎﻧِﺪِّﻴَﺳ ﻰِﺑَﺍ َﻦْﻳِﺪِﺷﺍَّﺮﻟﺍ ِﺀﺎَﻔَﻠُﺨﻟْﺍ ِﻦَﻋ َّﻢُﻬّﻠﻟﺍ َﺽْﺭﺍَﻭ ِﺔَﺑﺎَﺤَّﺼﻟﺍ ِﺔَّﻴِﻘَﺑ ْﻦَﻋَﻭ ﻰِﻠَﻋَﻭ ﻥﺎَﻤْﺜُﻋَﻭﺮَﻤُﻋَﻭٍﺮْﻜَﺑ ِﻦْﻳِّﺪﻟﺍ ِﻡْﻮَﻴﻯَﻟِﺍ ٍﻥﺎَﺴْﺣِﺎِﺑ ْﻢُﻬَﻟ َﻦْﻴِﻌِﺑﺎَّﺘﻟﺍ ﻲِﻌِﺑﺎَﺗَﻭ َﻦْﻴِﻌِﺑﺎَّﺘﻟﺍَﻭ َﻦْﻴِﻤِﺣﺍَّﺮﻟﺍ َﻢَﺣْﺭَﺍ ﺎَﻳ َﻚِﺘَﻤْﺣَﺮِﺑ ْﻢُﻬَﻌَﻣ ﺎَّﻨَﻋ َﺽْﺭﺍَﻭ َﻦْﻴِﻤِﻠْﺴُﻤﻟْﺍَﻭ ِﺕﺎَﻨِﻣْﺆُﻤﻟْﺍَﻭ َﻦْﻴِﻨِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ ْﺮِﻔْﻏﺍ َّﻢُﻬﻠﻟَﺍ َﻡَﻼْﺳِﻻْﺍ َّﺰِﻋَﺍ َّﻢُﻬﻠﻟﺍ ِﺕﺍَﻮْﻣَﻻْﺍَﻭ ْﻢُﻬْﻨِﻣ ُﺀﺂﻴْﺣَﻻَﺍ ِﺕﺎَﻤِﻠْﺴُﻤﻟْﺍَﻭ َﻙَﺩﺎَﺒِﻋ ْﺮُﺼْﻧﺍَﻭ َﻦْﻴِﻛِﺮْﺸُﻤﻟْﺍَﻭ َﻙْﺮِّﺸﻟﺍ َّﻝِﺫَﺃَﻭ َﻦْﻴِﻤِﻠْﺴُﻤﻟْﺍَﻭ َﻝَﺬَﺧ ْﻦَﻣ ْﻝُﺬْﺧﺍَﻭ َﻦْﻳِّﺪﻟﺍ َﺮَﺼَﻧ ْﻦَﻣ ْﺮُﺼْﻧﺍَﻭ َﺔَّﻳِﺪِّﺣَﻮُﻤﻟْﺍ َﻡْﻮَﻳ ﻰَﻟِﺍ َﻚِﺗﺎَﻤِﻠَﻛ ِﻞْﻋﺍَﻭ ِﻦْﻳِّﺪﻟﺍَﺀﺍَﺪْﻋَﺍ ْﺮِّﻣَﺩ َﻭ َﻦْﻴِﻤِﻠْﺴُﻤﻟْﺍ َﻦَﺤِﻤﻟْﺍَﻭ َﻝِﺯَﻻَّﺰﻟﺍَﻭ َﺀﺎَﺑَﻮﻟْﺍَﻭ َﺀَﻼَﺒﻟْﺍ ﺎَّﻨَﻋ ْﻊَﻓْﺩﺍ َّﻢُﻬﻠﻟﺍ .ِﻦْﻳِّﺪﻟﺍ ﺎَﻧِﺪَﻠَﺑ ْﻦَﻋ َﻦَﻄَﺑ ﺎَﻣَﻭ ﺎَﻬْﻨِﻣ َﺮَﻬَﻇ ﺎَﻣ َﻦَﺤِﻤﻟْﺍَﻭ ِﺔَﻨْﺘِﻔﻟْﺍ َﺀْﻮُﺳَﻭ َّﺏَﺭ ﺎَﻳ ًﺔَّﻣﺂﻋ َﻦْﻴِﻤِﻠْﺴُﻤﻟْﺍ ِﻥﺍَﺪْﻠُﺒﻟْﺍ ِﺮِﺋﺎَﺳَﻭ ًﺔَّﺻﺂﺧ ﺎَّﻴِﺴْﻴِﻧﻭُﺪْﻧِﺍ ًﺔَﻨَﺴَﺣ ِﺓَﺮِﺧﻵْﺍ ﻰِﻓَﻭ ًﺔَﻨَﺴَﺣ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ﻰِﻓ َﺎﻨِﺗﺁ ﺎَﻨَّﺑَﺭ .َﻦْﻴِﻤَﻟﺎَﻌﻟْﺍ ﺎَﻨَﻟ ْﺮِﻔْﻐَﺗ ْﻢَﻟ ْﻥِﺍَﻭﺎَﻨَﺴُﻔْﻧَﺍ ﺎَﻨْﻤَﻠَﻇ ﺎَﻨَّﺑَﺭ .ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ َﺏﺍَﺬَﻋ ﺎَﻨِﻗَﻭ َﻪﻠﻟﺍ َّﻥِﺍ ! ِﻪﻠﻟﺍَﺩﺎَﺒِﻋ .َﻦْﻳِﺮِﺳﺎَﺨﻟْﺍ َﻦِﻣ َّﻦَﻧْﻮُﻜَﻨَﻟ ﺎَﻨْﻤَﺣْﺮَﺗَﻭ ِﻦَﻋ ﻰَﻬْﻨَﻳَﻭ َﻰﺑْﺮُﻘﻟْﺍ ﻯِﺫ ِﺀﺂﺘْﻳِﺇَﻭ ِﻥﺎَﺴْﺣِﻻْﺍَﻭ ِﻝْﺪَﻌﻟْﺎِﺑ ﺎَﻧُﺮُﻣْﺄَﻳ َﻥْﻭُﺮَّﻛَﺬَﺗ ْﻢُﻜَّﻠَﻌَﻟ ْﻢُﻜُﻈِﻌَﻳ ﻲْﻐَﺒﻟْﺍَﻭ ِﺮَﻜْﻨُﻤﻟْﺍَﻭ ِﺀﺂﺸْﺤَﻔﻟْﺍ ِﻪِﻤَﻌِﻧ َﻰﻠَﻋ ُﻩْﻭُﺮُﻜْﺷﺍَﻭ ْﻢُﻛْﺮُﻛْﺬَﻳ َﻢْﻴِﻈَﻌﻟْﺍ َﻪﻠﻟﺍﺍﻭُﺮُﻛْﺫﺍَﻭ ْﺮَﺒْﻛَﺍ ِﻪﻠﻟﺍ ُﺮْﻛِﺬَﻟَﻭ ْﻢُﻛْﺩِﺰَﻳ Redaktur: Ulil Hadrawy Komentar(0 komentar)


©nu.or.id /@cwi

selengkapnya...

Kisah keluarga sakinah yang meraih syahadah

Ini adalah kisah sebuah keluarga sakinah generasi
Tabi'in senior di kota Bashrah. Sang
bapak bernama Shilah bin Ashyam Al-
Adawi. Sang ibu bernama Mua'dzah
binti Abdullah Al-Adawiyah. Sang anak
bernama Shahba'. Keluarga itu dikenal sebagai keluarga Abu Shahba' atau Abu
Sya'tsa', keluarga ulama, orang shalih,
zuhud, ahli ibadah dan mujahid. Ulama hadits dan sejarawan Islam,
imam Adz-Dzahabi menulis, "Seorang
yang zuhud, ahli ibadah, tokoh teladan,
Abu Shahba' Al-Adawi Al-Bashri, suami
dari ulama wanita Mu'adzah Al-
Adawiyah." (Siyar A'lam An-Nubala', 3/497) Imam Adz-Dzahabi juga menulis,
"Tokoh wanita, ulama wanita, Ummu
Shahba' Al-Adawiyah Al-Bashriyah, ahli
ibadah, istri dari tokoh dan suri
teladan: Shilah bin Ashyam." (Siyar A'lam An-Nubala', 4/508) Ketika pasukan Islam diberangkatkan
ke medan jihad Sijistan, perbatasan
Iran-Afghanistan, Shilah dan anaknya
turut serta. Pasukan Islam harus
menghadapi pasukan musyrik bangsa
Turki yang datang dari Asia Tengah dan telah memasuki negeri Khurasan. Al-'Alla' bin Hilal menuturkan: "Seorang
laki-laki dalam barisan pasukan Islam
bercerita kepada Shilah: "Wahai Abu
Sahba', tadi malam aku bermimpi.
Dalam mimpiku, aku meraih satu syahid
dan engkau meraih dua syahid." Mendengar ucapan orang tersebut,
Shilah mengatakan: "Jika begitu,
engkau akan gugur sebagai syahid, juga
aku dan anakku." Saat itu pasukan Islam dipimpin oleh
komandan Yazid bin Ziyad. Di wilayah
Sijistan, pasukan besar bangsa musyrik
Turki menyerang pasukan Islam.
Pertempuran berlangsung dengan
sengit. Karena kekuatan yang tidak seimbang, pada sore harinya pasukan
Islam terdesak dan dipukul mundur ke
posisi semula. Untuk sementara suasana tenang
karena pasukan Islam mundur ke
perkemahan mereka dan pasukan Turki
juga kembali ke perkemahan mereka.
Masing-masing pihak bersiap-siap
untuk menerjuni kancah peperangan yang akan menentukan kekalahan atau
kemenangan mereka. Dalam suasana persiapan itulah, Shilah
berkata kepada anaknya, "Wahai
anakku, kembalilah engkau kepada
ibumu!"
Mendengar nasehat ayahnya tersebut,
sang anak justru menjawab dengan
penuh percaya diri dan keimanan,
"Wahai ayah, apakah engkau sendiri
yang menginginkan kebaikan? Kenapa
engkau menyuruhku pulang?!" Melihat tekad anaknya telah bulat
untuk bertempur sampai meraih
kemenangan atau gugur sebagai
seorang syahid, Shilah merasa
gembira. Keesokan harinya, kedua pasukan
kembali berhadapan untuk menerjuni
kancah pertempuran penentuan.
Genderang perang telah ditabuh dan
terdengar pekik takbir kaum muslimin
membahana. Dengan keberanian yang luar biasa, kedua belah pihak saling
menyerang. Dalam suasana itulah, Shilah berkata
kepada anaknya, "Wahai anakku,
majulah dengan gagah berani!" Tanpa menunggu perintah kedua
kalinya, sang anak menghambur ke
arah pasukan musuh. Ia bertempur
dengan gagah berani. Pedangnya
membabat ke kanan dan ke kiri,
menebas dan menusuk setiap musuh yang dihadapinya. Tak lama kemudian
ia telah berada dalam kepungan musuh.
Beberapa prajurit Turki
mengerbutinya, hingga ia terdesak,
kewalahan dan roboh bersimbah
darah. Sang anak gugur sebagai syahid. Shilah segera menyusul anaknya dan
menghambur ke arah pasukan musuh.
Ia memperlihatkan keberanian dan
ketangkasan yang luar biasa. Seperti
para prajurit Islam yang lain, Shilah
tidak membiarkan setiap musuh yang muncul di hadapannya. Shilah dikenal sebagai seorang
pemanah ulung. Tak dibiarkannya
pasukan musuh mencincang jasad
anaknya. Kerumunan prajurit musuh
yang menewaskan anaknya
dirobohkannya dengan seluruh anak panahnya. Ia segera meraih jasad
anaknya dan mendoakannya. Setelah
itu ia menghunuskan pedangnya dan
menyerbu ke tengah kerumuman
musuh. Pada akhirnya, ia pun roboh,
gugur bersimbah darah dan meraih syahid yang dicita-citakannya. Seusai perang, komandan Yazid bin
Ziyad mengirim utusan pembawa
berita kepada gubernur di Basrah.
Nama para prajurit Islam yang gugur
segera diumumkan dan diberitahukan
kepada keluarganya. Hari itu, Ummu Shahba' Mu'adzah Al-Adawiyah
menerima berita kesyahidan suami dan
anaknya tercinta. Para wanita muslimah di kampungnya
segera berdatangan ke rumah Ummu
Shahba' untuk mengucapkan bela
sungkawa. Sungguh luar biasa, walau
telah kehilangan orang-orang yang
paling dicintainya, Ummu Shahba' tidak larut dalam kesedihan dan derai air
mata. Tsabit Al-Bunani mengisahkan
peristiwa tersebut. Katanya, "Shilah
dan anaknya berada dalam satu
pertempuran. Shilah berkata, "Wahai
anakku, majulah bertempur sampai
engkau syahid, aku akan mengharapkan pahalanya di sisi Allah!" Anaknya segera maju bertempur
melawan musuh sampai gugur. Maka
Shilah segera menyusul. Ia bertempur
dengan hebat sampai gugur. Kaum wanita di desanya berkumpul di
rumah istrinya, Mua'adzah, untuk
berbela sungkawa. Melihat kehadiran
mereka, Mua'adzah berkata: ِﺮْﻴَﻐِﻟ َّﻦُﺘْﺌِﺟ َّﻦُﺘْﻨُﻛ ْﻥِﺇَﻭ ،ﻲِﻨَﻨْﺌِّﻨَﻬُﺘِﻟ َّﻦُﺘْﺌِﺟ َّﻦُﺘْﻨُﻛ ْﻥِﺇ ًﺎﺒَﺣْﺮَﻣ َﻦْﻌِﺟْﺭﺎَﻓ ،َﻚِﻟَﺫ "Selamat datang, jika kalian datang ke
sini untuk mengucapkan selamat
kepadaku. Namun jika kalian datang
untuk selain itu (berbela sungkawa),
sebaiknya kalian pulang saja!" Subhanallah! Betapa kuat kesabaran
Ummu Shahba' atas musibah yang
dialaminya. Ia begitu rela dengan
takdir yang Allah Ta'ala tetapkan.
Baginya, gugurnya suami dan anak
tercinta bukan lagi sebuah musibah, melainkan karunia, prestasi, dan
kehormatan bagi keluarga. Sebuah
karunia yang begitu berharga dan
hanya diberikan Allah Ta'ala kepada
hamba-hamba yang dicintai-Nya. Dari Miqdam bin Ma'di Karib Al-Kindi
radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: َﺮَﻔْﻐُﻳ ْﻥَﺃ :ٍﻝﺎَﺼِﺧ َّﺖِﺳ َّﻞَﺟَﻭ َّﺰَﻋ ِﻪﻠﻟﺍ َﺪْﻨِﻋ ِﺪﻴِﻬَّﺸﻠِﻟ َّﻥِﺇ ،ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ َﻦِﻣ ُﻩَﺪَﻌْﻘَﻣ ﻯَﺮُﻳَﻭ ،ِﻪِﻣَﺩ ْﻦِﻣ ٍﺔَﻌْﻓَﺩ ِﻝَّﻭَﺃ ﻲِﻓ ُﻪَﻟ ،ِﻦﻴِﻌْﻟﺍ ِﺭﻮُﺤْﻟﺍ َﻦِﻣ َﺝَّﻭَﺰُﻳَﻭ ،ِﻥﺎَﻤﻳِﺈْﻟﺍ َﺔَّﻠُﺣ ﻰَّﻠَﺤُﻳَﻭ ِﺮَﺒْﻛَﺄْﻟﺍ ِﻉَﺰَﻔْﻟﺍ َﻦِﻣ َﻦَﻣْﺄَﻳَﻭ ،ِﺮْﺒَﻘْﻟﺍ ِﺏﺍَﺬَﻋ ْﻦِﻣ َﺭﺎَﺠُﻳَﻭ َﻦِﻣ ٌﺮْﻴَﺧ ُﻪْﻨِﻣ ُﺔَﺗﻮُﻗﺎَﻴْﻟﺍ ،ِﺭﺎَﻗَﻮْﻟﺍ ُﺝﺎَﺗ ِﻪِﺳْﺃَﺭ ﻰَﻠَﻋ َﻊَﺿﻮُﻳَﻭ َﻦِﻣ ًﺔَﺟْﻭَﺯ َﻦﻴِﻌْﺒَﺳَﻭ ِﻦْﻴَﺘَﻨْﺛﺍ َﺝَّﻭَﺰُﻳَﻭ ،ﺎَﻬﻴِﻓ ﺎَﻣَﻭ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ِﻪِﺑِﺭﺎَﻗَﺃ ْﻦِﻣ ﺎًﻧﺎَﺴْﻧِﺇ َﻦﻴِﻌْﺒَﺳ ﻲِﻓ َﻊَّﻔَﺸُﻳَﻭ ،ِﻦﻴِﻌْﻟﺍ ِﺭﻮُﺤْﻟﺍ "Orang yang mati syahid meraih enam
kemuliaan di sisi Allah; 1) semua
dosanya diampuni pada tetesan
darahnya yang pertama, 2)
diperlihatkan kepadanya tempatnya di
surga kelak, dikenakan kepadanya perhiasan keimanan dan akan
dinikahkan dengan bidadari surga, 3)
dilindungi dari azab kubur dan aman
dari ketakutan paling besar pada hari
kiamat, 4) dikenakan di atas kepalanya
mahkota kemuliaan, yang satu batu mutiara yaqqut padanya lebih
berharga dari dunia dan seluruh isinya,
5)dinikahkan dengan 72 bidadari surga
dan 6) diberi hak untuk memberi
syafa'at bagi 70 orang kerabatnya." (HR. Tirmidzi no. 1663, Ibnu Majah no. 2799, Ahmad no. 17182, Abdur Razzaq no. 9559, dan Said bin Manshur no. 2562. Hadits shahih) Mua'dzah Al-Adawiyah menghabiskan
sisa usianya dengan tekun beribadah
kepada Allah Ta'ala. Diriwayatkan
bahwa ia menghidupkan waktu
malamnya dengan shalat malam.
Ulama hadits dan sejarawan Islam, imam Ibnu Hibban menulis, "Ia adalah
salah seorang wanita ahli ibadah.
Dikatakan bahwa ia tidak pernah tidur
malam di atas bantal sejak gugurnya
Abu Shahba, sampai ia wafat." (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Tahdzib At-Tahdzib, 12/452) Ia senantiasa berharap dikumpulkan
oleh Allah Ta'ala dengan suami dan
anaknya di surga Firdaus yang
tertinggi. Katanya, ،ِﻞِﺋﺎَﺳَﻮﻟﺎِﺑ ﻲِّﺑَﺭ ﻰَﻟِﺇ َﺏَّﺮَﻘَﺗَﻷ َّﻻِﺇ َﺀﺎَﻘَﺒﻟﺍ ُّﺐِﺣُﺃ ﺎَﻣ ِﻪﻠﻟﺍَﻭ ِﺔَّﻨَﺠﻟﺍ ﻲِﻓ ِﻪِﻨْﺑﺍَﻭ ِﺀﺎَﺜْﻌَّﺸﻟﺍ ﻲِﺑَﺃ َﻦْﻴَﺑَﻭ ﻲِﻨْﻴَﺑ ُﻊَﻤْﺠَﻳ ُﻪَّﻠَﻌَﻟ "Demi Allah, aku tidak senang hidup
lebih lama kecuali untuk mendekatkan
diri kepada Rabbku dengan amal-amal
ibadah sebagai wasilah, semoga
Rabbku mengumpulkan aku dengan Abu
Sya'tsa' dan anaknya di surga." Peperangan pasukan Islam melawan
pasukan bangsa musyrik Turki di
Sijistan terjadi pada tahun 62 H, seperti
dicatat oleh para pakar sejarah Islam. Referensi: Syamsuddin Muhammad bin Utsman
Adz-Dzahabi, Siyar A'lam An-Nubala',
3/497-500 dan 4/508-509, Beirut:
Muassasah Ar-Risalah, cet. 3, 1405 H (muhib almajdi/arrahmah.com) /@cwi

selengkapnya...

Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |