Saya cuma kamino

Salat keno, ora ya keno
pokoke mbela Bung Karno
salat keno, ora ya keno
sing penting mbelo Bung Karno
(salat boleh, tidakpun tidak soal, yg penting membela Bung Karno)


D thn 1960-an, shalawat badar yg d korup ini pernah populer...
termasuk d bantul. Ini 'ular berkepala dua: kultus pada Bung Karno dan ejaekan buat kekuatan Islam. Terutama, tentu saja NU yg d anggap pemilik asli 'lagu ini.
Bukan karena 'pembajakan lagu itu bila d ujung desa sana lalu terjadi duel antara Pemuda Ansor dan Pemuda Rakyat atau Marhaen. Saling ejek dan benturan fisik, sebagai akibatnya, mpk kelaziman waktu itu. Dan biarpun pahit, malah harus d akui bahwa semua itu berfungsi sbg gladi resik utk menyambut 'Bharatayudha yg kelak meletus di tahun 1965.
Berita berjaket merah atau hitam roboh oleg pemuda 'kita yg bersabuk jimat dari kiai di tahun 1960-an itu bs membangkitkan semangat 'juang dan kentalnya fanatisme ideologi buat orang desa yg tak tahu arti politik sekalipun. Sekurangnya jd semacam penegasan akan betapa benarnya pilihan ideologi yg kita ambil.
Coretan d tembok2 rumah, d pagar2 dan jg pd jembatan di ujung desa mpk variasi lain dari benturan ideologi waktu itu. Bila kita dapati pagi hari tulisan 'Marhaen menang atau 'Hidup PKI, esoknya pst sdh d jawab: 'Islam jaya atau 'Ganyang PKI. Tapi jika yg kita temui cuma 'shalawat: 'Hidup Bung Karno PBR kita atau 'Hidup Ganefo' dus netrlal, semua kekuatan politik yg ada d desa 'ayem saja.
Dg mata seorg bocah yg belum tamat SD, saya menyaksikan suasana diam yg tegang. Guru2 saya pihak Muhammadiyah yg mengharamkan segala jimat itu, diam2 jg pergi ke kiyai minta 'diisi kadigdayaan kanuragan. Doktrin pokok: 'mintalah langsung kpd Allah, jangan lewat perantara. Pernah tak berlaku. Perbedaan faham antara Muhammadiyah dan NU, dalam soal jimat, usali, witir, tarawih, doa talkin praktis terlupakan selama menghadapi 'common enemy.
Rapat raksasapun d simak. Tiap org lalu peka thp perbedaan warna jaket. Dan tiap2 'yg bukan kita dicurigai. Tak peduli bhw itu menyangkut tetangga sebelah.
Pemuda, atau bocah yg 'tak sabar menunggu dewasa, ingin tampil heroik. Begitu jg dg Kang Kamino. Anak Mbah Wongso Dudung yg buta huruf ini pun tak mau ketinggalan. Ia terpesona oleh palu arit: lambang PKI, yg adalah barang kongkrit buat org macam dia. Harus d akui memang, PKI tangkas dalam merumuskan ide2 abstrak k dalam bahasa Kang Kamino. Pertama dari gurauan bahwa 'wong petani pegangannya harus palu dan arit, dan bukan lintang rembulan (bintang bulan, Masyumi) atau gambar 'jagat lintang sanga (bola dunia berbintang sembilan, NU) karena petani bekerja dg arit, ia berubah makin sinis thp islam akibat pergaulan bebas dg PKI.
Setelah makin aktif manghadiri rapat dan main ketoprak (Lakera), ia ganti nama menjadi Kaminonov. Edan, selanjutnya blak2 an ia membuka diri sebagai kaum salat keno, ora ya keno. Ia jg menjadi terampil mengejek lawan sbg kaum 'nggoiril (dari kata ghairil . . . Dalam surat Fatihah).
Kamipun 'mengintip. Kang kaminonov jarang d rumah akhirnya. Kalo pulang selalu bersama empat atau lima kamerad lain. Anak Mbah Wongso Dudung ini sudah jadi org penting rupanya. Konon, pernah st hari ia kedapatan bicara tentang pembagian sawah dan rencana aksi sepihak.
Tapi, sawah belum lg d bagi, Gestapu meletus. Islam bangkit. D berbagai daerah kemarahn tdk dpt d kendalikan. PKI d sembelih.
Nanun, segala puji hanya bagi-Mu, darah tak menetes d desa saya. Pak lurah biarpun pernah d ancam PKI, melindungi mrk. Prinsipnya semua saudara. Lagi pula, PKI d desa saya cuma golongan 'cepethe. Pak lurah sering bilang, mrk cuma ikut2an. Sebagian cuma senang karena tiap rapat selalu ada makanan. Tahu apa mrk tentang politik ?
Benar jg. D gertak petugas utk wajib laporpun mrk menggigil. Betul, ada d antara mrk yg fanatik, tapi utk mati demi partai org msh mikir lg. Maka kaminonov pun mengaku, akhirnya mendengar suara daun jatuhpun dia kaget. D kiranya sepatu tentara.
Pendeknya, musuh telah tak berdaya. Tokoh2 tua bilang, perang tak layak lg d teruskan. Petuahnya 'islam itu selamat dan menyelamatkan. Dan tiap khatbah, Pak Lurah berseru 'kita memang punya hukum 'qishos: bunuh balas bunuh. Tapi memberi maaf itu lebih satria . . .
Tuhan tiba2 menjadi kongkrit. Termasuk buat Kaminonov. Haji Tohir yg 'sepuh itu rajin mengajarinya ngaji. Ia merawat rohani 'si anak hilang yg telah kembali. Maka, tak lupa tiap pengajian usai, ia ulang petuahnya 'lembaran yg sudah d baca d tutup. Begitupula dg masa lalumu.
Kaminonov tunduk sambil lirih mengucap. 'nggih, nggih, Pak Kaji, insya Allah. Fasih dia. Dan bila org menyindir nama Rusianya, ia cuma senyum. Jawabnya 'lembaran lama sudah d tutup. Saya cuma kamino . . .

pengunjung membaca ini juga:



0 komentar:

Posting Komentar


Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |