Meneladani Sarjana Sang Pengembala (part.2)

Setelah gengsi dikubur mati. Tiap hari usai subuh, Kasman bersama Sarifah menggiring kambing ke perbukitan di Risa. Kedua pasangan Sarjana ini menjadi penggembala kambing. Dari perjuangan yg terseok dan kesabaran jiwa pengembala, Kasman kini memelihara 107 ekor kambing...
Empat anaknya sekolah dg baik. Mrk di niatkan mst lulus Sarjana. Mencari ilmu dan kembali membangun desa tumpah darahnya.
Pendidikan di Bima memang menemukan ruhnya. Kondisi masyarakat yg membuat kita berdecak. Semiskin2nya org Bima sebagian besas pasti lulusan SMA. Jangan kaget jika di Bima menemukan satu keadaan masyarakat amat minus tetapi tingkat pendidikannya tinggi. Pendidikan bagi masyarakat Bima menjadi kebutuhan dasar. Hasrat Keduanya adalah naik haji. Agar tercapai, makan sekali sehari dg garam dan asam sudah rutinitas masyarakat Bima yg miskin.
Sayangnya menurut kasman, sarjana dan kalangan terdidik di desanya belum mampu membunuh gengsi. Sarjana berladang sungguh malunya. Sarjana mengembala betapa mengenaskannya. Sementara dari keadaan alam Bima yg sungguh keras di kala kemarau spt ini, masih menyimpan potensi lain. Yakni peternakan sapi dan kambing. Msh byk potensi yg dpt di gali daripada sekedar mengharap2 pegawai Negri. Jabatan prestisius yg di cari2.
"Gaji pegawai negri sesungguhnya tanpa korupsi, dg memelihara kambing masih besar menjadi petani dan berternak kambing", aku Kasman sembari mengungkapkan siapa sudi sekolah tinggi2 hanya utk jadi petani dan pengembal kambing. Sebagai tanda keseriusannya, Kasman sekeluarga kerap menginap di bukit menjaga ternaknya.
Kasman Ibrahim, potret dari kalangan pendidikan tinggi di negri ini. Yg berani terjun kembali ke tempat di mana hidup dan besar. Tak malu dg gelar yg di sandangnya. Tidak menambah pengangguran dengan kembali berkarya di desa. Mengelola potensi yg ada dg memanfaatkan ilmu yg dipelajari bertahun tahun.
Kini msk masih miskin, Kasman di dengar ucapannya karena ia memberi teladan bagaimana mencapai kemandirian. Stres mengirim lamaran kerja kesana kemari yg kerap ditolak, dan tanpa harus mengotori status pendidikan tinggi dg korupsi.
Kasman Ibrahim, sang pengembala yg menginspisasi. Kenapa kita tidak turut jejaknya. Ketimbang menghabiskan usia dg berharap durian runtuh dikota. Mari mandiri di desa, layaknya Kasman Ibrahin./@cwi

pengunjung membaca ini juga:



0 komentar:

Posting Komentar


Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |