Tafsir Surah Al Fathihah




Written AL MAU’IDHOH بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Puji-pujian bagi Allah Yang Esa, yang telah menciptakan manusia dalam kejadian yang sangat indah dan sempurna. Dia yang telah menjadikan Al Quran sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Sholawat dan salam ditujukan atas Nabi Muhammad Salallahu’alahi Wassalam sebagai penutup para nabi dan rosul, bagi para ahli keluarga beliau serta para sahabatnya. Adapun dengan tersusunnya Tafsir Surah Al Fathihah ini yang sengaja di beri nama AL MAU’IDHOH adalah didasarkan semata-mata merasa berkewajiban, agar oleh anak-anakku yang sangat kusayangi dapat dijadikan sebagai washiyat dan nasihat.

Ya Allah, tiada lain hambaMu sangat berharap dan mendambakan akan ampunanMu dan kerihoanMu, karena hamba yaqin terhadap segala janji- janjiMu. Palembang, 1 Muharram 1406 16  September   1985 hamba Allah yang faqier Muhammad Bardan Kindarto   TENTANG BASMALAH بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Yang Penyayang) Ucapan ‘basmallah’ yang tersebut di dalam Al Quran itu, sebenarnya bukan merupakan satu ayat dari suatu surah Al Quran.
Baikpun yang tersebut dalam Surah Al Fatehah atau pada setiap permulaan surah - terkecuali Surah At Taubah. Ucapan ‘basmallah’ kedudukan sebenarnya adalah sebagai berikut : 1.   Perintah Allah yang mengandung ‘ adab’, yang diterangkan dalam Al Quran Surah Al ‘Alaq ayat 1, yang berbunyi : اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ Bacalah dengan nama Rabb engkau ( Muhammad) yang menciptakan Perintah membaca pada ayat di atas dasar hukumnya adalah mengandung ‘ amr  lil  ijab’, yang maksudnya ‘wajib akan pelaksanaannya’. Akan tetapi disebabkan pertama, karena pada tiap- tiap Allah menurunkan surah Al Quran kepada RosulNya senantiasa didahului dengan lafadz ‘bismillahirrahmanirrahim’, kecuali hanya pada satu surah saja yaitu At Taubah. Kemudian sebab kedua, adanya riwayat yang diajarkan Allah kepada Muhammad SAW., tentang kisah Nabi Sulaiman as., ketika mengirim surat kepada Ratu Balqis yang dimulai dengan “bismillah”. Sebagaimana diterangkan dalam Al Quran Surah An Naml ayat 30 yang berbunyi : إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan Sesungguhnya (isi)nya: "Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Oleh karena itu kedudukan ‘basmallah’ adalah ‘amr lil adab’, maksudnya ‘ perintah yang menunjukkan adab’, atau setinggi-tinggi kedudukannya adalah ‘ nadab’. Bukan berkedudukan sebagai ‘ ijab’ yaitu wajib, bukan pula salah satu daripada ayat, akan tetapi bagian atau potongan daripada ayat di dalam Al Quran Surah An Naml ayat 30 itu. Adapun penomoran ayat-ayat Al Quran terjadi pada masa mutakhir oleh para ulama untuk memudahkan mempelajarinya sehingga pada mushaf Al Quran sekarang lafadz ‘basmallah’ khusus pada Surah Al Fatehah diberi urutan penomoran pertama. 2. Dengan adanya keterangan dari al hadits tentang pemakaian basmallah untuk setiap memulai pebuatan baik semakin memperjelas akan kedudukan basmalah itu menjurus kepada “adab”. Dalam hadits tersebut dinyatakan : “ Segala perkara kebaikan yang tidak dimulai dengan bismillahirahmanirrahim maka ia akan terputus (dari rahmat)” ( Hadits riwayat Abdul Qodir Ar Rowahiy dari sahabat Abi Hurairah ra.). Adapun kedudukan hadits tersebut oleh Imam Jalaludin Abdurrahman bin Abi Bakr As Suyuthiy di dalam Kitabnya yang bernama Al Jami’ush Shoqhier pada juz II halaman 92 , cetakan ke empat, terbitan tahun 911 Hijriyah, dinyatakannya lemah (dlo’if). Namun isi haditsnya adalah bersesuaian dengan kehendak hukum dari Al Quran. 3. Adanya keterangan atas dasar hadits- hadits Rasulullah yang menyangkut masalah pembacaan Al Fathihah di dalam sholat juga menunjukkan bahwa ucapan “basmallah” itu adalah bukan salah satu ayat dalam Surah Al Fathihah. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam beberapa hadits, yang antara lain sebagai berikut : “……berkata Rasulullah: Bagaimana engkau membaca ketika memulai sholat?, berkata (sahabat) : “Aku membaca Alhamdulillahirobbil ‘alamin hingga akhirnya”, maka berkata Rasulullah : Inilah surah, dan ia adalah tujuh yang diulang-ulang…….” (Hadits dari Aba Sa’id Al Maula ‘Amir bin Kuraiz yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Kitab Al Muwatho’ pada halaman 73). Hadits ini juga dikeluarkan oleh Imam Al Bukhari dalam Kitab Shahih Al Bukhari juz I halaman 179. Juga dalam Kitab Shahih Muslim yang bernama “Al Jami’us Shahih Imam Abi Al Husain uslim bin Al Hajaj bin Muslim Al Qusyairiy An Nisyaburiy pada juz I halaman 149 dengan penjelasannya. Juga terdapat dalam Kitab Syarieh dari Mukhtashor Shahih Shahih At Turmudzi pada juz II halaman 143-144. Juga oleh Ibnu Hajar dalam Kitab Subulus Salam pada juz I halaman 263-264. Maka dengan keterangan demikian jelaslah bahwa ucapan “basmallah” itu termasuk amr (perintah) di dalam Dinul Islam, tapi pada posisi amr lil adab. Dan bukanlah dia itu termasuk salah satu ayat dari Surah Al Fathihah yang dinamakan “As Sab’u minal matasniy” ( tujuh yang diulang-ulang). Lanjutan.... Ayat ke 1 : الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ “Segala puji bagi Allah, Rabb seru sekalian alam. Bahwa yang dimaksud dengan kalimat Alhamdulillah adalah segala pujian itu seluruhnya milik Allah, hakNya, dan wajib dikembalikan kepadaNya. Karena hanya Allah saja Yang Maha Sempurna, Maha Pencipta dan Maha Berkehendak terhadap segala sesuatu ciptaanNYa. Perlu diketahui bahwa dalam pengertian pujian itu sendiri didalamnya mengandung suatu dorongan bagi hamba Allah untuk wajib mengenalNya. Sehingga segala sesuatu yang terjadi pada alam semesta ini keseluruhnya akan menjurus kepada pengertian tauhid dalam arti yang sebenarnya. Oleh karena itu yang dimaksud pujian disini adalah meliputi beberapa hal, yaitu : 1 . Pujian Allah terhadap diriNya. 2 . Pujian Allah terhadap makhluqNya. 3 . Pujian makhluq terhadap Allah, dan 4 . Pujian makhluq terhadap makhluq. Adapun penjelasan makna dan tafsir dari kalimat alhamdulillah pada ayat tersebut diatas adalah sebagai berikut: a. Pujian Allah terhadap diriNya Maksud Pujian Allah terhadap diriNya disini adalah bahwa Allah menunjukkan tentang keadaan diriNya Yang Maha Terpuji, bahwa Dia Yang Maha Sempurna, Maha Pencipta, Maha Berkehendak melalui Nama-namaNya yang indah yang disebut Al Asma Al Husna, yang diterangkan melalui ayat-ayatNya. Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla mempunyai sembilan puluh sembilan nama. إ ِنَّ لِلَّهِ تَعَالَى تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً غَيْرَ وَاحِدَةٍ مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ هُوَ اللَّهُ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ…. الْوَارِثُ الرَّشِيدُ الصَّبُورُ . “Sesunguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, barangsiapa menghafalnya ia akan masuk ke dalam jannah, Dialah Allah yang tiada ilah selain dari Dia, Arrahman (Maha Pengasih), Ar Rahim (Maha Penyayang)… , Al Warits (yang Maha Mewarisi) Ar Rasyid (Yang Maha Menunjukkan) Ash Shabur (Yang Maha Sabar)”. Hadits di atas dari Abi Hurairah yang diriwayatkan Turmudzi; Ibnu Hibban; Hakim; Al Baihaqi, dan dinyatakan berderajat shahih. Juga dishahihkan oleh Imam Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abi Bakr As Suyuthiy dalam Kitabnya Al Jami’ ush Shoghier pada Juz I halaman 94 , cetakan ke empat hahun 911 Hijriyah. Ada pula hadits tentang Al Asma Al Husna dari Abu Syaeh dan Ibnu Mardawaih, juga dari Abu Naim dari Abi Hurairah, tetapi hadits tersebut dinyatakan dlo’if oleh Imam As Suyuthiy di dalam kitabnya. Namun pada intinya, sebagai hamba Allah dengan pengenalan Al Asma Al Husna olehNya bertujuan untuk menghayatinya dan mewujudkannya dalam bertauhid terhadap af’alNya atau sifat-sifatNya. Berkaitan tentang pengenalan ini diterangkan antara lain dalam Al Quran Surah Al Hasyr ayat 22 sampai 24 berikut: هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ ( ٢٢)هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (٢٣)هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (٢٤) “Dialah Allah yang tiada ilah selain Dia, yang mengetahui perkara ghaib dan yang nyata, Dialah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah yang tiada ilah selain Dia, Yang Merajai, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai nama-nama yang baik, bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi, dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Lanjutan.. Pada ayat-ayat tersebut di atas jelas adanya bahwa Allah Maha Sempurna dan Dia mengenalkan diriNya kepada hamba- hambaNya dengan nama-nama yang indah atau yang diistilahkan Al Asmaul Husna. Dan keadaan Dia tidak ada keserupaan sama sekali dengan segala apa yang diciptakanNya, sebagaimana yang tersebut dalam Al Quran Surah Al Ikhlas Ayat 4 : وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (٤) “Dan tidak ada sesuatupun yang sepadan (sama) denganNya. Maksudnya ialah bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini semuanya adalah diciptakan olehNya. Oleh karena itu mustahil apabila sifat Allah itu dipersamakan dengan makhluqNya, dan mustahil pula bahwa Allah itu mengambil manfaat terhadap makhluqNya. Dengan demikian maka Dzat Allah itu keadaanNya tidak akan dapat terjangkau oleh fikiran, bayangan atau angan-angan. Perihal ini ada tersebut di dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Adie dalam Kitab Al Kamil, oleh Al Baihaqi dalam Syu’b Al Iman, serta oleh As Sayuthi dalam Al Jami’us Shoghir-kalaupun As Sayuthi memandang hadits ini adalah lemah (Al Jami’us Shaghier jus I halam 132) antara lain berbunyi : تَفَكَّرُوْا فِى الْخَلْقِ وَلاَتَفَكَّرُوْا فِى الْخَالِقِ ”Pikirkanlah oleh kamu tentang ciptaan ( Allah) dan janganlah kamu memikirkan tentang Yang Mencipta”. Hadits-hadits yang semakna dengan itu juga dikeluarkan oleh Abie Nuaim yang  Hadits menguatkan makna terhadap ayat dalam surah Al Ihlash tersebut diatas yaitu : -         Jelas bahwa Yang Pencipta itu keadaanNya tidak dapat terjangkau oleh fikiran, angan-angan dan ataupun bayangan dari makhluq. -         Dengan demikian mengandung hukum haram atau syirik apabila menyerupakan keadaan Dzat Allah dengan makhluqNya. Manusia di dalam hal berfikir hanya ditugaskan oleh Allah agar memikirkan tentang dirinya, kejadiannya dan sebagainya, dan bukan memikirkan tentang Dzat Allah, seperti tersebut dalam Al Quran surah Ar Rum ayat 8 yang berbunyi : أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ…. “Dan tidakkah mereka (mau) berfikir terhadap diri-diri mereka ? Maksud ayat tersebut diatas adalah memberi pelajaran kepada kita bahwa dengan berfikir akan hal-hal yang diperintahkan Allah, maka akan menjurus kepada tujuan utama yaitu mengenal akan adanya Yang Maha Pencipta, yaitu Allah. Selanjutnya diterangkan oleh Allah didalam Al Quran surah Ar Ra’du ayat 3, sebagai berikut : وَهُوَ الَّذِي مَدَّ الأرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (٣) “dan Dialah yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan yang berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Yang dimaksud berpasang-pasangan, ialah jantan dan betina, pahit dan manis, putih dan hitam, besar kecil dan sebagainya. Selengkapnya terdapat dalam Kitab Tafsir Al Mau'idhoh.
/@cwi

pengunjung membaca ini juga:



0 komentar:

Posting Komentar


Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |