Jauhilah Sifal-sifat Munafik

Feb
27

Di awal surat Al-Baqarah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tiga golongan manusia:
1. Kaum mukminin
2. Orang-orang kafir
3. Orang-orang munafik
Allah Subhanahu wa Ta’ala membeberkan kepada kaum mukminin di dalam ayat-ayat tersebut tentang kebusukan hati orang-orang munafik dan permusuhan mereka kepada kaum mukminin.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan bahwa mereka adalah orang-orang yang berbuat kerusakan namun mengklaim sebagai orang yang melakukan perbaikan:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ. أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ

Apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah kalian melakukan kerusakan di muka bumi.” Maka mereka berkata, “Kami hanyalah orang-orang yang melakukan perbaikan.” Ketahuilah, mereka adalah umat yang melakukan kerusakan namun mereka tidak mengetahuinya. (Al-Baqarah: 11-12)
Mereka adalah orang-orang dungu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ ءَامِنُوا كَمَا ءَامَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا ءَامَنَ السُّفَهَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُونَ

Apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.” Mereka menjawab, “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh (dungu), tetapi mereka tidak tahu. (Al-Baqarah: 13)
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memperolok mereka:

اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ


“Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.” (Al-Baqarah: 15)
Di antara bentuk balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah ketika di hari kiamat nanti, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ. يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًا فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ. يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ قَالُوا بَلَى وَلَكِنَّكُمْ فَتَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَارْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ الْأَمَانِيُّ حَتَّى جَاءَ أَمْرُ اللهِ وَغَرَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ

(Yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada meraka): “Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.” Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: “Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu.” Dikatakan (kepada mereka): “Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu).” Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu, di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kalian?” Mereka menjawab: “Benar, tetapi kalian mencelakakan diri kalian sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah, dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu.” (Al-Hadid: 12-14)
Di dalam ayat-ayat lainnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam orang-orang munafikin dengan ancaman yang keras. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّهُ مَنْ يُحَادِدِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَأَنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدًا فِيهَا ذَلِكَ الْخِزْيُ الْعَظِيمُ

“Tidakkah mereka (orang-orang munafik) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya maka bagi dia neraka jahanam. Dia kekal di dalamnya dan itu adalah kehinaan yang besar.” (At-Taubah: 63)
Di dalam ayat yang lain:

وَعَدَ اللهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا

“Allah mengancam orang-orang munafik yang laki-laki dan perempuan serta orang-orang kafir dengan neraka jahanam. Mereka kekal di dalamnya.” (At-Taubah: 68)
Kelak mereka akan ada di kerak neraka yang terbawah:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (An-Nisa: 145)
Banyak lagi nash dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menunjukkan keburukan orang-orang munafik dan ancaman bagi mereka. Sehingga seyogianya bagi seorang muslim untuk berhati-hati dari mereka dan juga menjauhi sifat-sifat mereka.

Pengertian nifaq (kemunafikan)
Kemunafikan adalah menyembunyikan kebatilan dan menampakkan kebaikan. Kemunafikan adalah penyakit hati yang berbahaya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya. Dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Al-Baqarah: 10)

Jenis nifaq (kemunafikan)
Ada dua jenis, yakni nifaq akbar (kemunafikan besar) dan nifaq asghar (kemunafikan kecil). Kemunafikan akbar yang disebut juga kemunafikan i’tiqadi (keyakinan) adalah menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keislaman. Kemunafikan ini mengeluarkan pelakunya dari Islam.
Kemunafikan asghar yang disebut pula kemunafikan amali (amalan) adalah menampakkan lahiriah yang baik dan menyembunyikan kebalikannya. Pokok kemunafikan asghar kembali kepada lima perkara: Sering berdusta ketika berbicara, sering tidak menepati janji, jika berselisih melampaui batas, jika melakukan perjanjian melanggarnya, dan sering khianat jika diberi amanah.
Ibnu Rajab rahimahullahu berkata: “Kesimpulannya, kemunafikan asghar semuanya kembali kepada berbedanya seseorang ketika sedang sendiri dan ketika terlihat (bersama) orang lain, sebagaimana dikatakan oleh Hasan Al-Bashri rahimahullahu.” (Lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam hal. 747)

Perbedaan kemunafikan kecil dan kemunafikan besar
Di antara perbedaan antara keduanya adalah:
1. Kemunafikan akbar pelakunya keluar dari Islam, adapun kemunafikan asghar tidak mengeluarkan dari Islam.
2. Kemunafikan akbar tidak mungkin bersatu dengan keimanan, adapun kemunafikan asghar mungkin ada pada seorang yang beriman.
3. Kemunafikan akbar pelakunya kekal di neraka, sedangkan kemunafikan asghar pelakunya tidak kekal di neraka.
(Lihat Kitabut Tauhid, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan)

Bahaya kemunafikan asghar
Ibnu Rajab rahimahullahu berkata: “Kemunafikan asghar adalah jalan menuju kemunafikan akbar, sebagaimana maksiat adalah lorong menuju kekufuran. Sebagaimana orang yang terus-menerus di atas maksiat dikhawatirkan dicabut keimanannya ketika menjelang mati, demikian juga orang yang terus-menerus di atas kemunafikan asghar dikhawatirkan dicabut darinya keimanan dan menjadi munafik tulen.” (Lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam)

Orang beriman senantiasa khawatir terjatuh ke dalam kemunafikan
Ibnu Mulaikah rahimahullahu berkata: “Aku mendapati tiga puluh orang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, semuanya mengkhawatirkan kemunafikan atas dirinya.”
Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu sampai bertanya kepada Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, apakah dirinya termasuk yang disebut oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang munafik.
Sebagian ulama menyatakan: “Tidak ada yang takut dari kemunafikan kecuali mukmin, dan tidak ada yang merasa aman darinya kecuali munafik.” (dibawakan oleh Al-Bukhari rahimahullahu dari Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu)
Al-Imam Ahmad rahimahullahu ditanya, “Apa pendapatmu tentang orang yang mengkhawatirkan atas dirinya kemunafikan?” Beliau menjawab, “Siapa yang merasa dirinya aman dari kemunafikan?” (Lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam)

Jauhi sifat-sifat munafik
Kami akan sebutkan beberapa sifat kemunafikan amali yang telah disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena kemunafikan amali inilah yang kadang dianggap remeh oleh sebagian kaum muslimin. Padahal kemunafikan amali sangatlah fatal akibatnya jika terus dilakukan seseorang. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Rajab rahimahullahu: “Kemunafikan asghar adalah jalan menuju kemunafikan akbar, sebagaimana maksiat adalah lorong menuju kekufuran. Sebagaimana orang yang terus-menerus di atas maksiat dikhawatirkan dicabut keimanannya ketika menjelang mati. Demikian juga orang yang terus-menerus di atas kemunafikan asghar dikhawatirkan dicabut darinya keimanan dan menjadi munafik tulen.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ؛ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ
“Tanda orang munafik ada tiga: Jika bicara berdusta, jika diberi amanah berkhianat, dan jika berjanji menyelisihinya.”
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَإِنْ كَانَتْ خَصْلةٌ مِنْهُنَّ فِيهِ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: مَنْ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ
“Empat perkara, barangsiapa yang ada pada dirinya keempat perkara tersebut maka ia munafik tulen. Jika ada padanya satu di antara perangai tersebut berarti ada pada dirinya satu perangai kemunafikan sampai meninggalkannya: Yaitu seseorang jika bicara berdusta, jika membuat janji tidak menepatinya, jika berselisih melampui batas, dan jika melakukan perjanjian mengkhianatinya.”
Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa di antara perangai kemunafikan adalah:
1. Berdusta ketika bicara
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata: “Inti kemunafikan yang dibangun di atasnya kemunafikan adalah dusta.”
2. Mengingkari janji
3. Mengkhianati amanah
4. Membatalkan perjanjian secara sepihak
Perjanjian yang dimaksud dalam hadits ini ada dua:
1. Perjanjian dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk senantiasa beribadah kepada-Nya.
2. Perjanjian dengan hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan ini mencakup banyak perkara.
Oleh karena itu, seorang mukmin seharusnya senantiasa berusaha memenuhi perjanjiannya, terlebih lagi perjanjiannya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya).” (Al-Ahzab: 23)
Lain halnya dengan orang-orang kafir dan munafik. Mereka adalah orang-orang yang suka membatalkan secara sepihak serta tidak menepati perjanjian. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“(Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya serta membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al-Baqarah: 27)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الَّذِينَ عَاهَدْتَ مِنْهُمْ ثُمَّ يَنْقُضُونَ عَهْدَهُمْ فِي كُلِّ مَرَّةٍ وَهُمْ لَا يَتَّقُونَ

“(Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya setiap kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya).” (Al-Anfal: 56)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللهَ لَئِنْ ءَاتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ. فَلَمَّا ءَاتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ. فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shalih.” Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta. (At-Taubah: 75-77)

Wajib hukumnya memenuhi perjanjian dengan hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala
Ibnu Rajab rahimahullahu menyatakan: “Mengingkari (mengkhianati) perjanjian adalah haram dalam semua perjanjian seorang muslim dengan yang lainnya walaupun dengan seorang kafir mu’ahad. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرِحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا تُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا
“Barangsiapa membunuh kafir mu’ahad tidak akan mencium bau surga padahal wanginya surga tercium dari jarak 40 tahun perjalanan.” (HR. Al-Bukhari no. 3166) [Lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam hal. 744]
Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullahu juga menyatakan: “Adapun perjanjian di antara kaum muslimin maka keharusan untuk memenuhinya lebih kuat lagi, dan membatalkannya lebih besar dosanya. Yang paling besar adalah membatalkan perjanjian taat kepada pemimpin muslimin yang (kita) telah berbai’at kepadanya.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللهُ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ: ...وَرَجُلٌ بَايَعَ رَجُلًا لَا يُبَايِعُهُ إِلَّا لِلدُّنْيَا فَإِنْ أَعْطَاهُ مَا يُرِيدُ وَفَى لَهُ...
Tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari kiamat nanti, tidak akan disucikan, dan mereka akan mendapatkan azab yang pedih –di antaranya: “Seorang yang membai’at pemimpinnya hanya karena dunia, jika pemimpinnya memberi apa yang dia mau dia penuhi perjanjiannya dan jika tidak maka dia pun tidak menepati perjanjiannya.” (HR. Al-Bukhari no. 2672, Muslim no. 108)

Berhati-hatilah dari berbagai bentuk kemunafikan
Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata: “Sebagian orang mengira kemunafikan hanyalah ada di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saja, tidak ada kemunafikan setelah zaman beliau. Ini adalah prasangka yang salah. Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Kemunafikan pada zaman ini lebih dahsyat dari kemunafikan di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Mereka berkata: ‘Bagaimana (bisa dikatakan demikian)?’ Beliau menjawab: ‘Orang-orang munafik di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembunyikan kemunafikan mereka. Adapun sekarang, mereka (berani) menampakkan kemunafikan mereka’.”
Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali berkata: “Kemunafikan sekarang ini banyak terjadi pada pergerakan politik, sebagaimana telah dipersaksikan oleh sebagian mereka. Sebagian mereka menyatakan: ‘Aku tidak pernah tahu ada politikus yang tidak berdusta.’ Sebagian bahkan menyatakan: ‘Sesungguhnya politik adalah kemunafikan.’ Sehingga kebanyakan politikus terkena kemunafikan amali dalam partai-partai politik.”
Beliau juga menyatakan: “Di antara tanda kemunafikan amali adalah ber-wala’ (berloyalitas) dengan ahlul bid’ah serta membuat manhaj-manhaj berbahaya dalam rangka melawan dan meruntuhkan manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah.” (Syarh Ushulus Sunnah)

Penutup
Saudaraku sekalian…
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar kita bersikap keras dan menjauhi orang-orang munafik serta menjadikannya sebagai musuh. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ

“Wahai Nabi, jihadilah orang-orang kafir dan munafikin serta bersikap keraslah kepada mereka.” (At-Tahrim: 9)
Dalam ayat yang lain:

هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ

“Mereka (orang-orang munafik) adalah musuh maka hati-hatilah dari mereka…” (Al-Munafiqun: 4)
Maka, sepatutnya seorang muslim menjauhkan diri dari amalan dan sifat-sifat musuh mereka, serta menjauhkan diri dari semua perkara yang akan menjatuhkan dirinya ke dalam kemunafikan, seperti politik praktis dan berbagai jenis kebid’ahan. Nas’alullah al-’afwa wal afiyah.



/@cwi

16 Ormas Islam Akan Segel Paksa Gereja Galilea Bekasi

[16 Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam di wilayah Kota Bekasi, Jawa Barat. Akan menutup paksa aktifitas peribadahan umat kristiani di Gereja Galileo]

16 Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam di wilayah Kota Bekasi, Jawa Barat. Akan menutup paksa aktifitas peribadahan umat kristiani di Gereja Galileo
Ratusan umat muslim yang berasal dari 16 Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam di wilayah Kota Bekasi, Jawa Barat. Akan menutup paksa aktifitas peribadahan umat kristiani di Gereja Galileo, Perumahan Taman Galaxy, Kelurahan Jaka Setia, Kecamatan Bekasi Selatan. "Kegiatan ini akan kami lakukan, Senin (15/2), mulai pukul 08:00 WIB. Karena keberadaannya sudah sangat meresahkan warga setempat yang mayoritasnya beragama muslim," ujar Ketua Front Pembela Islam (FPI) Bekasi Raya, Murhali Barda, di Bekasi Minggu (15/2).


Menurut Murhali, keresahan warga muslim sekitar terhadap keberadaan Gereja yang berlokasi di lingkungan Pulau Minas, Perumahan Villa Galxy tersebut, karena munculnya dugaan upaya Kristenisasi dari pihak pengelola Gereja. "Laporan dari beberapa jemaah kami menyebutkan, internal Gereja kerap menggelar pembagian Sembako murah. Namun dengan embel-embel, mengakui Yesus sebagai Tuhan mereka. Hal itu saya nilai sebagai pelanggaran," katanya. Selain itu, di kawasan itu telah berdiri sedikitnya enam Gereja dan sejumlah rumah tempat tinggal yang fungsinya dialihkan menjadi tempat beribadah. "Pada malam hari, pujian terhadap Tuhan mereka dalam bentuk nyanyian, mengganggu waktu beristirahat warga," katanya.

Murhali mengaku yakin, sejumlah perizinan pembangunan Gereja tersebut belum sepenuhnya lengkap. Alasannya, sebagian besar masyarakat setempat belum memberikan izin penggunaan lahan. "Buktinya, sampai sekarang masih banyak spanduk penolakan warga yang terpasang di sejumlah gang, dan kawasan pusat keramaian terhadap pendirian bangunan tersebut," ujar Murhali.

Berdasarkan situasi ini, Dewan Dakwah Bekasi (DDB) bersama dengan Ormas Islam lainnya menyampaikan pernyataan sikap, yakni memprotes keras pendirian Gereja Galilea dan mendesak pihak-pihak yang berwenang seperti Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Pemerintah setempat agar dengan tegas menutup aktivitas itu sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) dua Menteri tahun 2007 tetang pendirian rumah ibadah. "Dalam SKB antara Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri dikatakan, pendirian rumah ibadah minimal harus memiliki 60 persen persetujuan masyarakat sekitar," ujarnya.

Dikatakan Murhali, ratusan massa yang rencananya akan melakukan penyegelan Gereja Galilea berasal dari Dewan Dakwah Bekasi, Dewan Dakwah Kecamatan Cabang Bungin, Masyarakat Muara Gembong, Bina An Nisa Dewan Da?wah Bekasi, Irene Centre, Majelis Mujahidin Indonesia(MMI). "Forum Silaturahmi Masjid dan Mushala Galaxi, Front Pembela Islam(FPI), Forum Remaja Islam Medan Satria, FKUB, Persatuan Islam (PERSIS), Komite Penegak Syariah (KPS), Muhammadiyah, Gerakan Pemuda Islam(GPI), Masyarakat Peduli Syariah (MPS), dan Gabungan Remaja Islam (GARIS)," ujarnya.

Sementara itu pihak pengelola Gereja Galilea belum dapat memberikan komentar apa pun, terkait situasi ini. Kendati demikian, salah seorang petugas kemanan setempat mengaku telah mengetahui adanya rencana tersebut. Sejumlah polisi juga tampak berjaga-jaga di sekitar lokasi.

Secara terpisah, Kasat Reskrim Polrestro Bekasi, Kompol Budi Sartono mengimbau kepada demonstran untuk menjalankan aksinya secara tertib. Tanpa perlu melakukan anarki., Pihaknya tidak akan mentolerir oknum masyarakat yang terbukti kuat melakukan tindakan provokasi hingga menyebabkan anarki. "Bila terdapat kekurangan, mari kita perbaiki secara kekeluargaan. Polisi bersama dengan pemerintah selalu terbuka untuk melakukan penyempurnaan berbagai pandangan yang kita anut bersama," ujarnya.(ant)

/@cwi

Sepuluh Raja dan Pemuka Afrika Masuk Islam "di Tangan" Qadzafi

Meski pun terkenal sebagai sosok pemimpin yang flamboyan dan kerap menuai kontroversi, Presiden Republik Arab Sosialis Libya Kolonel Muammar Qadzafi juga merupakan sosok da'i yang unik.

Baru-baru ini, sebanyak sepuluh raja dan pemimpin suku-suku di seantero benua Afrika menyatakan keislaman mereka di hadapan Qadzafi. Mereka masuk Islam "di bawah tangan" Qadzafi.

Surat kabar Libya Akhbar Libiya (26/2) melansir, beberapa raja-raja dan pemimpin Afrika dari negara Nigeria, Madagaskar, dan Ghana mengucapkan syahadat di hadapan Qadzafi saat dilangsungkannya Demonstrasi Keislaman ke-V yang rutin digelar tahunan di kota Benghazi, Libya, pada Kamis (25/2) malam.


Sebelum para raja dan pemimpin suku itu mengucapkan dua kalimat syahadat, Qadzafi terlebih dahulu memberikan ceramah dan wejangan keislaman, semisal rukun Iman, Islam, dan ajaran-ajaran Islam mulia lainnya.

Qadzafi juga menyerukan, agar senantiasa menjalankan apa yang telah dititahkan Allah dan menjauhi segala laranganNya, menjalankan ibadah dan amal-amalan shaleh.

Setelah memberikan ceramah dan wejangan, Qadzafi pun menuntun mereka mengucapkan dua kalimat syahadat, dengan bahasa Arab dan Prancis, serta menuntun mereka membaca surat Alfatihah. (ags/al)


/@cwi

Salahuddin Al Ayubbi, Maulid Nabi, dan Bangkitnya Semangat Kaum Muslilmin

Salahuddin Al Ayubbi adalah seorang pejuang Islam terbesar dalam Perang Salib. Bahkan orang-orang Eropa pun mengakui kehebatannya. Saladin ( sebutan Salahuddin di Eropa ) sangat ditakuti dan terkenal ditelinga orang Eropa. Salahuddin lebih dikenal dalam sejarah dunia karena tekadnya yang luar biasa kuat untuk menaklukkan kota suci Al- Quds, Palestina. Beliau juga dikenal sebagai seorang Sultan yang cinta damai dan penuh toleransi. Sedangkan masyarakat Eropa, mereka merasakan keguncangan ekonomi yang luar biasa saat melawan Salahuddin al Ayubbi. Saat itu di seluruh daratan Eropa mengumumkan kebijakan pemungutan pajak / biaya perang yang cukup tinggi untuk melawan Salahuddin. Orang – orang Eropa menyebut peristiwa ini sebagai Saladin Thite.




Saat Salahuddin menjadi Sultan, kondisi ummat Islam dalam kondisi yang mengenaskan secara rukhyah. Penyakit Wahn ( cinta dunia dan takut mati ). Penyakit hati ini menyebar dan tumbuh subur di dalam hati sebagian besar kaum muslimin sehingga api jihad benar benar padam. Sebagaimana kita tahu bahwa semangat jihad adalah modal tidak dimiliki oleh ummat lain. Sejarah membuktikan bahwa semangat jihad inilah yang menurunkan keridhoan Allah atas setiap kemengan ummat Islam. Seperti kemenangan Perang Badr, Yarmuk, Khandak, dan lainnya. Di sisi lain ukhuwah ummat muslim sangatlah hancur. Secara politik ummat Islam terpecah pecah dalam beberapa kerajaan dan kesultanan walaupun masih dalam satu kekhalifahan Abbasyah yang berpusat di Baghdad.

Melihat kondisi seperti itu, Salahuddin berpikir bahwa untuk melawan pasukan salib tidak hanya membutuhkan pasukan dalam jumlah besar, melainkan juga api jihad yang berkobar-kobar dalam setiap jiwa kaum muslimin. Salahuddin ingin membangkitkan semangat jihad dengan menghadirkan kembali semangat juang dan kepahlawanan Rasulullah Muhammad saw. Kemudian Salahuddin menggagas sebuah festival yang dinamai dengan Maulid Nabi Muhammad saw. Tujuan dari festival ini adalah untuk mengembalikan semangat juang Rasulullah dengan mempelajari sirah-sirahnya. Di festival ini, dikaji habis-habisan sirah nabawiyah (sejarah nabi) dan atsar (perkataan) sahabat, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai perjuangan (jihad).

Pada awalnya, gagasan Salahuddin ini di tentang oleh para ulama, karena kegiatan ini adalah bid’ah ( kegiatan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah ). Salahuddin menegaskan bahwa acara ini bukanlah kegiatan ritual yang merupakan bid’ah yang dilarang, tetapi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar. Kemudian Salahuddin meminta persetujuan kepada khalifah Abbasiyah, An-Nashir di Baghdad. Dan khalifah pun setuju dengan ide Salahuddin.

Pada musim haji bulan Dzulhijjah 579 H ( 1183 M ), Salahuddin memerintahkan kepada jamaah haji untuk mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad di tempatnya masing- masing pada tahun berikutnya. Perayaah itu harus bersifat membangkitkan semnagat ummat Islam untuk kembali belajar Islam dan berjihad.

Kemudian tiba-tiba kehidupan Rasulullah saw. Muncul di seluruh penjuru negeri kaum muslimin. Kisah kepahlawanan, lika-liku kehidupan, pengorbanan dan suka duka yang dialami Rasulullah ada di pelupuk mata tiap ummat Islam. Kerinduan luar biasa dan tangis mengingat perjuangan Rasulullah membangkitkan kembali semangat jihad ummat muslim. Festival ini berhasil membangunkan kaum muslimin dari tidur panjangnya.

Selama beberapa kali dilaksanakan, festival ini terbukti efektif menghilangkan penyakit Wahn dari hati umat Islam. Gagasan Salahuddin itu berhasil mengguncang negeri Muslim. Parang tua dan pemuda berbodong-bondong di belakang Sultan untuk bersatu dalam satu barisan jihad. Kumandang jihad di dengungkan di mana-mana, di setiap sudut negeri Muslim. Api jihad yang berkobar-kobar di dalam hati membangkitkan semangat untuk menggempur pasukan salib dan membebaskan kota suci umat Islam.

Salahuddin berhasil memobilisasi pasukan dalam jumlah besar dan mengobarkan semangat jihad. Al hasil pada tanggal 27 Rajab 583 H ( 2 Oktober 1187 M ), Salahuddin dan pasukan muslimin memasuki Palestina dengan penuh kedamaian.

Banyak perdebatan tentang Maulid Nabi. Ada yang melarang tapi ada juga yang membolehkan. Tapi satu hal yang harus kita ingat tentang Maulid Nabi adalah esensi utamanya, yaitu mengingat kembali kehidupan Rasulullah untuk membangkitkan semangat mempelajari Islam dan semangat berjihad. Tapi tampaknya peringatan Maulid Nabi saat ini terasa kering. Hanya sekedar peringatan saja tanpa memberikan effek pada yang mengadakannya.

Widianto Noviansah
Mahasiswa Teknik Sipil ITB
Peserta Beasiswa PPSDMS ( Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis )


/@cwi

Generasi Baru Al-Qaidah Telah Datang

Feb
16


Generasi baru al-Qaidah telah datang, dan mereka jauh lebih hebat, dibanding dengan Osama dan Ayman al-Zawahiri. Para pengamat Gerakan islam, memperingatkan akan perluasan al-Qaidah yang sudah mempunyai hubungan dengan kelompok Jihadis di Yaman, Somalia, dan beberapa negara Afrika lainnya.

Generasi baru al-Qaidah ini, yang mempunyai hubungan dengan kelompok Jihadis di Yaman, dan suku-suku setempat, yang terus memperkuat basis gerakan mereka di tengah-tengah melemahnya pemerintahan Yaman yang dipimpin Presiden Ali Abdullah Saleh.


Generasi baru ini berbeda dengan generasi sebelumnya, dan juga berbeda dengan organisasi kelompok sebelumnya. Generasi baru ini terdiri dari orang-orang yang terdidik, dan mereka mampu menggunakan alat-alat modern yang sangat canggih, khususnya dibidang komunikasi dan senjata. Mereka juga menemukan senjata baru yang jauh lebih modern, ujar seorang pengamat.

Generasi baru al-Qaidah ini, adalah generasi baru mujahidin, yang akan menggantikan Osama dan Ayman al-Zawahiri, dan akan mempunyai kemampuan yang lebih dahsyat dibanding dengan generasi tuanya, terutama dibidang persenjataan. Mereka mendapatkan pendidikan di negara-negara maju, dan menggunakan komunikasi yang sangat canggih dalam gerakan mereka. Inilah yang sekarang menjadi kekawatiran kalangan Barat, khususnya menghadapi kecenderungan baru, yang sekarang berkembang, dan bukan hanya di dunia Islam, tetapi di Barat. Tentu, ini tak lain, akibat dari buruknya pandangan Barat, khususnya terhadap umat Islam dan Islam, yang terus melakukan penjajahan.

Belum lama berlangsung konferensi yang diselenggarakan oleh 'The International Center for Future and Strategic Studies (ICFS) di Cairo, yang berlansung 27 Januari 2010, yang mengambil tema,"Evolution of al-Qaidah", generasi baru al-Qaidah ini akan menjadi ancaman keamanan regional, dan dengan melakukan konfrontasi dengan pemerintah dan kelompok-kelompok yang menjadi alat asing (Barat), yang sekarang ini terus menjajah dan mencengkeram negara-negara Islam. Konferensi itu dihadiri dari berbagai ahli politik, keamanan, dan pengamat di bidang Gerakan Islam, yang berasal dari berbagai negara, Mesir, Yaman, Palestina, dan beberapa negara Arab lainnya.

Makram Mohammed Ahmed, seorang penulis dan Ketua Sindikat Wartawan Mesir, menjadi pembicara utama, mengingatkan resiko organisasi lokal, yang mempunyai hubungan dengan al-Qaidah, dapat mempengaruhi kehidupan politik di Mesir, sesudah kegagalan mereka di AS. Akram mencontohkan, bangkitnya al-Qaidah di Yaman, sesudah kegagalan mereka di Iraq, dan kemudian mereka berpindah ke Yaman. Mereka dapat membangun kekuatan degnan cepat, khususnya dengan banyaknya kelompok militan, yang akan menjadi generasi baru al-Qaidah. Sekarang telah lahir apa yang disebut al-Qaidah 'Jazirah Arab', yang dibawah pimpinan Abu Bashir al-Wahayshi, yang berasal dari Yaman.

Ketua Sindikat Wartawan Mesir itu yakin bahwa al-Qaidah yang sekarang membangun basis gerakannya di Yaman, akan menjadi faktor ancaman baru di kawasan itu. Kebangkitan al-Qaidah, yang bersama-sama dengan kelompok Jihadis Salafi, dan Gerakan al-Shabab di Somalia, menjadi kekuatan besar di masa depan. Tentu ini menjadi ancaman para sekutu Barat (AS). Inilah yang menjadi kekawatiran sejumlah pengamat, dan para presiden dan raja, yang sekarang menghadapi ketidak percayaan rakyatnya, karena mereka terlalu dekat Barat, yang sudah banyak melakukan pembantaian dan penghancuran terhahadap umat Islam, seperti yang terjadi di Palestina, Iraq, Afghanistan, dan Somalia

Menurut Prof. Fuad Salabi, dari Universitas di Yaman, dan Abdul Rahim, yang memimpin lembaga riset, Arab Center for Reseach and Studies, menegaskan, "Fenomena generasi baru al-Qaidah dan orientasi mereka, suatu yang sangat baru, dan dengan latar belakang pendidikan mereka, serta kemampuan mereka membangun organisasi, komunikasi dan senjata baru yang lebih canggih, adalah tipe generasi baru gerakan al-Qaidah", ujar Rahim.

Al-Qaidah, dan kelompok Jihadis Salafi, merupakan jenis baru Gerakan Islam, yang melakukan perlawanan terhadap bentuk penjajahan Barat dan sekulerisme (materialisme), yang sekarang mengancam kaum muslimin. (m/ikhwn)


sumber: eramuslim.com

/@cwi

Kota Kordoba


Kordoba adalah salah satu kota di Andalusia yang terletak di belahan barat Spanyol. Kota ini memanjang di tepi kanan sungai Lembah Besar. Kordoba merupakan kota tua Iberia dengan nama Iberi Baht, kemudian orang Arab menyebutnya Qurthubah atau Kordoba.

Sejarahnya:

Kota Kordoba didirikan pada masa Romawi di sekitar sungai Lembah Besar yang kemudian menjadi terkenal setelah terjadi konflik antara Karthajinah dengan Romawi.


Kordoba pernah dikuasai oleh penguasa Romawi, Lothair, lalu dijadikan ibukota Spanyol pada tahun 169 SM. Sejak itu, Kordoba menjadi salah satu wilayah kekuasaan Imperium Romawi.

Pada abad pertama Masehi, Panglima Julius Caesar berhasil merebut Kordoba setelah terjadi perang Manda tahun 45 M. Tidak lama setelah itu Kordoba menjadi salah satu pusat kehakiman di Spanyol Selatan, di samping kota-kota lain seperti Qabis, Sicillia dan Istijah.

Pada saat Fendal, Sawaf dan Alan menyerbu pulau Iberia, tahun 409 M, Kordoba berada di bawah kekuasaan Inggris sampai Raja Goth Barat berhasil merebutnya pada tahun 568 M.

Penaklukan Islam:

Islam masuk ke kota Kordoba pada tahun 93 H atau 711 M. dibawa oleh Thariq bin Ziad yang datang memimpin pasukan Islam untuk menaklukkan Andalusia. Penaklukan Kordoba itu berjalan dengan mulus. Ketika itu, Thariq bin Ziad mengutus Mughis Al-Rumi ke Kordoba dengan 700 pasukan berkuda. Mereka memasuki kota itu pada malam hari dan berhasil menembus pagar kota kemudian menguasainya. Sejak itu, Kordoba menjadi kota Islam di Spanyol.

Kordoba diduduki oleh penguasa-penguasa Andalusia selama hampir tiga abad hingga runtuhnya kekhalifahan di Andalusia.

Samah bin Malik Al-Khulani adalah tokoh pembangun dan pengembang kota Kordoba hingga menjadi salah satu kota besar dunia.

Kordoba sebagai Pusat Ilmu Pengetahuan, Kebudayaan, Kesenian dan Kesusasteraan:

Abdurrahman Ad-Dakhil menjadikan kota Kordoba sebagai pusat ilmu pengetahuan, kebudayaan, kesenian dan kesusasteraan untuk seluruh Eropa. Ia mengundang ahli-ahli hukum Islam, sains, filsafat dan syair untuk berkunjung ke Kordoba.

Pada masa kekuasaan Abdurrahman An-Nashir, kemudian masa kekuasaan putranya, Hakam, kota Kordoba berhasil mencapai tingkat kesejahteraan dan kekayaan yang belum pernah dicapai sebelumnya. Saat itu Kordoba sejajar dengan Bagdad, ibukota Dinasti Abbasiah; Konstantinopel, ibukota Bizantium; dan Kairo, ibukota Dinasti Fatimiah. Duta-duta Kordoba diutus sampai ke wilayah yang sangat jauh seperti India dan Cina. Begitu pula sebaliknya, duta-duta asing, seperti dari Bizantium, Jerman, Perancis, Italia dan kerajaan-kerajaan lain di Eropa, Spanyol Utara, Arfrika Utara dan suku-suku Afrika lainnya terdapat di Kordoba.

Objek Budaya:

Universitas Kordoba yang dibangun oleh Abdurrahman III, di samping Mesjid Raya, merupakan lembaga pendidikan dan kebudayaan paling terkemuka pada zaman itu.

Kordoba berhasil mencapai puncak kejayaan ilmiahnya pada masa Hakam Al-Mustanshir yang sangat memperhatikan berbagai disiplin ilmu, sampai mendapat gelar Khalifah Cendekia.

Tokoh-tokoh Kordoba:

Di Kordoba terdapat banyak ulama Muslim dengan disiplin ilmu yang berbeda-beda seperti Ibn Hazm, Qurthubi, Ibn Rusyd, Al-Zahiri, Ibn Wafid, Ibn Jaljal, Al-Ghafiqi, Al-Idrisi, Abbas bin Farnas dan lain-lain.

sumber: al-islam.com

/@cwi

Tunangan jadi Alasan

By: Farid
Jaman sekarang memang aneh bin ajaib pren. Bagaimana tidak hal – hal yang sudah tahu telah dilarang oleh Allah Swt alias sudah diHaramkan tetapi tetap aja dilakukan dengan berbagai alasan dan trik untuk menipu daya mencari celah agar bebas dari asal hukumnya. Berbagai daya dan upaya dilakukan untuk berbagai alasan yang begini kek yang begitu udah kayak lagunya Numata yang judulnya Begini Begitu “aku maunya begini aku maunya begitu...” ehh maaf malah nyanyi maklum suka sih lagunya. Ehmm. Okelah kalau begitu, pren salah satu yang kini marak dikalangan remaja terutama sering saya jumpai pada temen – temenku dischool yaitu tunangan. Waw sudah mau nikah dong. Saya gak tahu mungkin iytu tujuannya. Tapi yang jelas kalau tunangan berarti dia akan menikah.

Pren, tunangan ini marak sekali saat ini. Tren ini malah dijadikan temeng/tembok penghalang untuk mengharamkan pacaran. Sehingga mereka yang berdalih sudah bertunangan dengan leluasa memperlakukan si pasangannya yang padahal masih belum ada ikatan apapun pada mereka untuk mengahalalkan perbuatannya.


Bicara mengenai ini pasti terhubung yang namanya pacaran (ehmm). Bagaimana tidak. Seperti yang saya katakan tadi mereka melakukan yang namanya tunangan jadi akan menikah namun tak ditentutakan waktunya. Karena masih sekolah. Berbeda dengan orang yang udah dewasa loh ya. Mereka tunangan -atau mungkin yang benar dalam istilah syariat itu khitbah-, benar kan menikah dalam jangkah waktu 1-4 minggu dari tunangan. Eh ini masih bau kencur ya udah tunangan. Kapan nikahnya undang – undang ya. Kalau benar mau nikah ya nikah aja toh dalam Islam minimal sudah baligh ya silakan saja.

Balik lagi ke masalah intinya. Sebenarnya istilah tunangan itu dalam Syariah tidak ada mungkin yang mendekatinya yaitu khitbah, yang berarti meminang. Tetapi berbeda antara tunangan dan khitbah. Walaupun sudah bertunangan tak berarti halal baginya(si lelaki) berkhalwat/berduan ataupun lebih dari itu. Lalu beranggapan bahwa mereka sudah halal melakukan hal-hal layaknya suami istri di depan mata, lantas diam dan membiarkan saja. Apalagi sampai mengatakan, "Ah biar saja, toh mereka sudah bertunangan, kalo terjadi apa-apa, sudah jelas siapa yang harus bertanggung-jawab." Tetap aja gak boleh pren kan masih belum nikah kan.

Jadi pren fenomena selama ini yang terjadi dengan menjadikan tunangan sebagai alasan baginya ngapa-ngapain pasangannya itu jelas Haran hukumnya. Sebab apa meskipun sudah tunangan selama belum akad nikah selesai Haram hukumnya berkhalwat dengan si wanita kecuali didampingi oleh mahromnya. Jangan sampai kita sebagai remaja menjadi orang yang melampaui batas, sebab akan dilaknat oleh Allah Swt. sebagaimana firmannya : “Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan 'Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (QS Al-Maidah: 79)
Telah menjadi contoh bagaiman kaum bani israil telah melampaui bats sehingga dilaknat oleh Allah. So, bagaiman dong agar kita terhindar dari itu.

Sobat, sebagai remaja kita diperintahkan oleh Allah untuk mnjaga pandangan dan kemaluan, itu bagi semuanya baik remaja lelaki maupun wanita. Dan telah Allah perintahkan utnuk menutup auratnya masing – masing. Supaya apa ya? Ya supaya tidak mengundang mata orang lain untuk melihatnya. Semua itu telah Allah jelaskan “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. QS An Nuur [24] 30-31

Jadi Allah telah memberi batasan bagi kita remaja bagaimana caranya agar terhindar dari perzinahan. Dan jika sekiranya pingin cepet nikah itu malah lebih bagus sekali.dan sekiranya tak mampu Allah berfirman
“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. dan budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, Karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. dan barangsiapa yang memaksa mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu. ()Dan Sesungguhnya kami Telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”(). QS. An-Nuur[24] :32-33

Nah sekarang gimana sudah tahu kan mengenai tunangan itu sendiri dan nikah. Sebetulnya kalau dibahas akan sangat poanjang banget sobat, tapi itu adalah garis besarnya. Oke.



/@cwi

Dukun Cyber


Sobat, ngomong-ngomong soal ramal-meramal, apalagi yang berbau horoskop so pasti bukan hal baru. Macam-macam lho bentuknya. Ada yang merujuk pada primbon yang kesebut juga ramalan jawa. Malahan ada lagi yang katanya lebih modern, seperti perbintangan berupa astrologi atau zodiac. Semuanya punya ujung serba kira-kira dan asal tebak semata. Ga ada yang pasti. Tapi masih ada aja yang punya alasan untuk percaya. Salah satunya, karena ramalan ini punya patokan. Umumnya, ramalan dikait-kaitkan dengan hari dimana saat itu kita lahir ke dunia. Bisa tanggalnya, jamnya, harinya, weton-nya atau nama rumah sakitnya. Hehe, wah itu mah bukan ngeramal mas, tapi ngira-ngira bayarnya berapa.

By the way, subway, di Jakarta ada busway, ramalan udah bukan barang baru lagi dong. Sliwar-sliwer di telinga kita, ya ga? Malahan, di zaman Tukul yang kenal laptop ini, hampir tiap hari kita bakal jumpai hal-hal yang berbau ramalan. Dan opininya selalu ditawarin ama kita. Saking canggihnya nih, sekarang dukun ga lagi nangkring di gua, atau bertapa di bawah kolong jembatan, eit salah ding, di bawah air terjun. Tapi mereka udah berani nongol di tivi. Seperti selebritis dong! Benar. Akhirnya profesi dukunisasi ini, masuk ke dunia digital dan media elektronik. Dukun-dukun pada blak-blakan ngobral jasa ramal mereka untuk menambah koceknya yang lagi kena imbas krismon. Mereka pada pamer gelar, mulai S1, S2 sampe profesor. Pengen tahu gimana contohnya mereka mempopulerkan diri? Gini potongan iklannya, “Anda tidak cocok kerja di air, anda lebih cocok di darat”. “Ngapain mbah? Tidur di tengah jalan...?”. “Bukan, karena anda buaya darat.” he...he.. familiar banget kan penggalan kalimat barusan. So pasti, itu juga upaya dari para peramal untuk mempromosikan diri, tampang dan titel mereka. Mungkin mau ngikut bursa capres kali..hehe. Nah, kalo dulu kita cuma ngelihat ramalan hanya ada di media-media cetak, sekarang ga lagi. Segala perantara informasi udah mereka akses, mulai televisi, radio, internet bahkan lewat sms-pun juga bisa. Semisal “Ketik REG Spasi dukun ngawur”, kirim ke kotak sampah terdekat.


Trus, sebagai remaja Islam, gimana sih kita menyikapi tawaran-tawaran yang berbau klenik yang semakin hari semakin membludak? Gimana juga Islam memandang dunia perdukunan? Nah Sobat, kalo pengen tahu jawabannya, jangan dilipet-lipet buat bungkus lepet. Maksud loe? Iya, baca buletin ini ampe kelar, sekalian tancepin pemahaman Islam ke otak kita. Siap...!

History of Ramalan

Ramalan ada banyak macamnya. Meski tujuannya cuma satu, yaitu ilmu kirologi alias kira-kira. Salah satu contohnya yaitu ramalan melalui horoskop. Ramalan ini membuat orang yang diramal seakan-akan mampu melihat masa depan dirinya sendiri. Dengan berdasar prediksi waktu kelahiran. Kata horoskop sendiri diserap dari bahasa Yunani, "horoskopos" yang berarti melihat jam. Penjelasannya kayak gini. Konon dulunya, melalui jam waktu kelahiran seseorang, orang-orang Yunani kuno mampu menentukan nasib dan masa depan orang tadi. Itu soal horoskop. Ada juga ramalan lain tapi juga identik. Seakan-akan mampu melihat masa depan seseorang. Patokan ini didapat dari zodiac yang dia miliki, yang sesuai dengan tanggal lahir mereka. Dari tanggal tadi, bisa ditentukan lambang zodiac antara orang yang satu dengan orang yang lain. Seperti libra, leo, sagitarius dan lain-lain. Katanya, melalui lambang tadi, terungkap pula sifat, kepribadian, plus jalan hidupnya (ramalanhoroskop/wikipedia.com). Ramalan ini dikenal dengan nama astrologi atau ilmu perbintangan. Kata astrologi, juga diambil dari sejarah Yunani. Menurut astrologi, nasib seseorang bisa diramal berdasar posisi bintang di langit. Ngomong-ngomong, astrologi sudah dikenal sejak jaman Babilonia. Sekitar 4.000 tahun yang lampau. Sedangkan saat ini, ada tiga macam astrologi yang cukup dikenal; yaitu astrologi barat (zodiac), astrologi Tionghoa (shio) dan astrologi India (Iyotisha).

Sobat, ramalan shio atau ilmu astrologi yang berasal dari Tionghoa, ga jauh beda dengan ramalan-ramalan yang lain. Sekedar pengetahuan aja, bahwa astrologi Tionghoa adalah astrologi yang tertua. Walau mereka menggunakan hewan sebagai lambang, tapi tetap ada kaitannya dengan ilmu perbintangan. Lima elemen utama dari ramalan ini adalah Venus = metal (emas), Jupiter = kayu, Mercury = air, Mars = api dan Saturn = tanah. Seni ramalan yang sesungguhnya dalam astrologi Tionghoa lebih dikenal dengan sebutan Zi Wei Dou Shu (Ramalan Bintang Ungu). Ingat ya, ini sekedar tahu aja.

Sobat, dari penjelasan tadi terungkap sudah. Kalo ilmu ramal-meramal tadi ga hanya ada di western area. Yang mengejutkan, di jazirah arab ternyata ga jauh beda. Sebelum kegemilangan Islam bermula di sana, Jazirah arab-pun sudah mengenal dan menggunakan ilmu ramalan ini ribuan tahun yang lalu. Mereka menyebutnya dengan istilah nujum atau tenun (penenun) alias tukang sihir.

Karena hampir di seluruh dunia udah kenal dengan apa yang namanya ramalan ribuan tahun silam, maka di negeri kita juga terkena imbasnya. Eit, kayak bursa efek aja. Bahkan, ilmu ramalan dengan kitab primbon serta buku-buku pedoman ramalan yang lain, sampe sekarang tetap dilestarikan. Malahan udah merambah dunia digital dan cyber. Sayang seribu sayang, dengan perkembangan zaman yang udah modern, dan Al Qur’an yang udah komplit, penduduk negeri kita masih buanyak aja yang percaya ama perkiraan yang muncul dari ramalan ini. Ck..ck..ck. Padahal kalo kita percaya ama konsep serba kira-kira dalam astrologi dan horoskop, jelas syirik lho. Alias menyekutukan Allah SWT. Dan yang sangat kita takutkan, dosa karena syirik, ga bakal bisa diampuni selamanya. Jelas ini sebuah problem yang sangat besar. Karena iman alias aqidah umat udah terancam.

Trus kita kudu gimana? Katanya beriman pada Allah, percaya ama takdir, lha kenapa masih aja manteng ke ramalan? Ada yang bilang, “Kita ga percaya ama zodiac kok, kita cuma sekedar baca aja. Asyik lho” Selain itu ada lagi yang ngomong, “Lho ramalan kan ga salah, kita kan mengantisipasi segala kemungkinan yang buruk, supaya ga terjadi.” Oke, stop-stop. Saatnya kita menjelaskan hukumnya dengan sedetail yang kita bisa, supaya ga ada lagi keraguan akan hukumnya. Oke deh…lanjut bacanya ya…

Ramal-meramal dalam Islam

“Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka (mendapat petunjuk).” (QS. An Nahl : 16)

Sesuatu yang masih mentah dan kotor ga bakalan mau kita makan. Bikin sakit. Demikian juga dengan informasi yang masih mentah dan kotor. Tanpa disaring dan dipikir matang dulu, jiwa kita juga bisa sakit. Kita bakal salah memahami sesuatu, malahan kita bisa memvonis yang benar itu salah dan yang salah itu betul. Yang lebih parah lagi, kalo pintu hati kita udah ketutup. Jangankan perkataan para ulama, Hadits bahkan Al-Qura’n-pun ga bakal mau kita terima dengan lapang dada.

Coba hayo.., apa yang dapat kita serap dari ayat diatas tadi? Kalo kita ngambil mentah-mentah, pasti kita akan berargumen kalo ramalan bintang alias zodiac itu boleh-boleh saja. Malah kudu dilaksanain. Soalnya ayat tadi menyebutkan seperti itu. Hus...tunggu dulu fren...jangan asbun dong. Ayat tersebut memiliki maksud agar manusia mengetahui arah jalan bukan masa depan dengan mengetahui letak bintang-bintang yang bertaburan di langit. Masih ingat dong ama pelajaran Geografi. Seperti rasi bintang biduk untuk petunjuk arah utara dan rasi bintang pari sebagai pedoman arah selatan. Ayat tadi bukan untuk mempercayai ramalan melalui bintang maupun shio. Lagipula, banyak Hadits Rasulullah SAW yang mengharamkan dan melarang mempelajari ilmu nujum (perbintangan) dengan tujuan yang dilarang syariat. Salah satunya, “Barangsiapa mempelajari satu cabang dari cabang ilmu nujum (perbintangan) sungguh ia telah mempelajari satu cabang ilmu sihir … .” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas).

Tuh kan, mempelajarinya aja ga boleh, apalagi kita yang minta diramal. Jelas-jelas lebih ga boleh dong. Banyak juga dalil yang menjelaskan pelarangan tersebut seperti firman Allah SWT, “(Dia adalah Rabb) Yang mengetahui yang ghaib. Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seseorang pun tentang yang ghaib itu kecuali kepada Rasul yang diridlai-Nya. Maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (Malaikat) di muka bumi dan di belakangnya.” (QS. Al Jin : 26-27)

Begitu juga di dalam sabda Rasulullah yang berbunyi, “Barangsiapa yang mendatangi dukun dan menanyakan tentang sesuatu lalu membenarkannya, maka tidak diterima shalatnya 40 malam.” (HR. Muslim dari sebagian istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam). Masih kurang? Nih ada lagi.., “Barangsiapa yang mendatangi dukun (peramal) dan membenarkan apa yang dikatakannya, sungguh ia telah ingkar (kufur) dengan apa yang dibawa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.” (HR. Abu Dawud)

Ga hanya itu. Karena semakin maraknya tayangan televisi maupun siaran radio yang menawarkan ramalan, MUI pun ngerasa kudu turun tangan. Ketua MUI Pusat KH. Ma’ruf Amin mengeluarkan fatwa haramnya siaran televisi yang mempublikasikan ramalan dan hal gaib. ”Acara ramalan dan setan yang banyak di tv termasuk haram karena menyesatkan bagi umat.” Ujar KH. Ma’ruf Amin (TEMPO Interaktif). Ga cukup hanya di pusat, Ketua MUI Pekanbaru Bapak Ilyas Huspi mengatakan, ”Dalam Al Quran sangat jelas sekali bahwa mempercayai ramalan hukumnya syrik. Jadi umat Islam jangan terpengaruh dengan berbagai upaya ramalan seseorang, termasuk ramalan Mama Lauren itu. Itu jelas ramalan yang menyesatkan sekaligus sebagai bentuk upaya pendangkalan akidah kita,” bahkan beliau membentuk Tim Sadarkan Warga Percaya Ramalan. (detiknews.com)

Nah loh! jika kita sudah jelas kan gimana pandangan Islam tentang hal-hal yang berbau klenik. Pasti sekarang kita udah tahu jawabannya, karena sudah banyak dalil yang menjelaskan keharaman ramal-meramal tersebut. Hanya saja sampai sejauh mana, keimanan kita untuk ngebendung arus ramalisme.

Ingat Fren..

Sobat kita di ciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk ciptaan yang selalu tergantung padaNya. Maka wajib bagi kita untuk memposisikan diri kita dihadapan Allah SWT sebagai hamba bukan sebagai penentangnya. Ramalan, apapun bentuknya. Akan bernilai dosa dalam pandangan Islam. So, jauhi dan hindari. Dengan kata lain kita kudu menjalankan segala apa yang diperintahkan-Nya, dan meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan-Nya. Jangan lupa, kita juga harus terus berusaha mempelajari Islam dan menyebarluaskannya dengan dakwah. Mulai kapan? Sekarang dong...Sampai kapan? Hingga ajal menjemput kita. (bang)

sumber: islamuda.com/@cwi

Sikap Hidup Seorang Muslimah (Komitmennya Terhadap Nilai-Nilai Islam)

oleh : Nafîsah M. Ridwan
Sikap hidup seseorang sangat ditentukan oleh cara pandang mendasar yang dimilikinya tentang kehidupan. Sebagai seorang muslimah, yang telah meyakini aqidah Islam, sudah seharusnya ia senantiasa memiliki kesadaran penuh bahwa keberadaan dan eksistensi dirinya, alam semesta yang ditempatinya serta kehidupan yang dijalaninya di dunia ini bukan terjadi dan berjalan dengan sendirinya. Semua itu adalah ciptaan Allah SWT. Dia-lah sebagai “Subyek Pengendali” segala sesuatu yang berlangsung di alam semesta ini.

Dengan demikian seorang muslimah akan senantiasa menyadari bahwa posisinya di dunia ini adalah sebagai seorang hamba yang tunduk pada aturan Allah SWT sebagai Khaliqnya. Selanjutnya ia pun meyakini bahwa hanya Allah SWT yang harus ditaati dan disembah, dan hanya keridloan-Nya lah yang harus digapai dalam kehidupan ini.

Hal ini sesuai dengan kalimat syahadat yang menjadi ikrar setiap muslim (maupun muslimah) yang dibacakan dalam setiap sholatnya:
“Tidak ada Tuhan (yang disembah) kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah.“


Muhammad ismail dalam kitabnya “al-Fikrul al-Islami” menjelaskan bahwa arti Lâillâha illallah baik secara lughowi maupun syar’i adalah Lâ ma’budda illallah (Tidak ada yang disembah kecuali allah). Artinya, seorang muslim/muslimah) yang telah mengikrarkan kalimat syahadat di atas harus mewajibkan dirinya untuk melakukan ibadah hanya kepada Allah semata, tidak kepada yang lain. Cara pandang khas ini merupakan cara pandang yang dilandasi oleh aqidah islamiyah. Demikian juga, seluruh pemikiran-pemikiran cabang yang ada saat ini pun harus dibangun di atas landasan aqidah Islamiyah.

Aqidah Islam Sebagai Pijakan Berfikir dan Bertindak
Ketika seorang muslimah mengambil Islam sebagai Aqidahnya maka sudah seharusnya ia senantiasa menjadikan Aqidah Islamiyah sebagai standar kehidupannya. Ia pun harus memahami bahwa karakter aqidah islam adalah aqidah ruhiyah dan aqidah siyasiyah. Sehingga ia senantiasa menjadikan aqidah Islamiyah sebagai pijakan berfikir dan bertindak.

Tak satu pun pemikiran-pemikiran yang ia lahirkan kecuali berangkat dan berstandar hanya pada aqidah Islamiyah. Demikian juga ketika bertindak atau bersikap maka tak satu pun tindakan atau pun sikap yang ia tunjukkan kecuali berstandar pada hukum syara’ yang terpancar dari aaqidah islamiyah tersebut.

Seorang muslimah tidak akan merasakan dirinya hidup kecuali di atas pijakan Aqidah islamiyah. Bahkan sulit baginya untuk melepaskan diri dari ikatan Aqidah Islamiyah. Dengan demikian ketika nilai-nilai asing datang dan berusaha menyusup ke alam kehidupannya maka ia tiada ragu dan sungkan untuk menolaknya bahkan semaksimal mungkin berusaha mengikis “virus” tersebut dari kehidupannya.

Tak pernah sedikit pun terlintas dalam benaknya untuk mengambil atau mengakomodasi nilai-nilai asing termasuk di dalamnya adalah nilai-nilai demokrasi. Karena ia menyadari bahwa nilai-nilai tersebut adalah racun yang membahayakan bagi diri dan umatnya. Ia menyadari bahwa jika mengambil apalagi meminum racun tersebut sama saja dengan melakukan upaya bunuh diri.

Seorang muslimah tak pernah sedikitpun tergiur oleh bujuk rayu pemikiran-pemikiran asing yang bermaksud menyeretnya. Ia tak pernah bergeming sedikit pun oleh bujukan materi ataupun manfaat yang disuguhkan dihadapannya. Untuk meneguk setetes pun, tak kuasa ia melakukannya. Karena ia sadar bahwa semua itu hanyalah tipu daya yang akan membawa dirinya pada jurang kesengsaraan dan kesesatan. Sehingga ia semakin berusaha untuk memperkuat aqidahnya. Ia pun tak melupakan apa yang telah menjadi firman Allah SWT dalam Qs. al-Baqarah [2]: 256 :

“…Sesungguhnya telah jelas antara jalan yang benar dan jalan yang salah. kArena itu barangsiapa yang ingkar pada thaghut dan beriman kepada Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus…”

Dalam kondisi apapun seorang muslimah yang menjadikan aqidah Islam sebagai pegangan hidupnya akan tetap pada pendirian untuk mengambil hanya satu standar nilai dalam hidupnya. Sekalipun ia harus mengorbankan harta, jiwa dan raganya ia akan tetap memilih jalan hidup yang hakiki. Baginya hidup yang hakiki bukan untuk memperoleh materi ataupun manfaat, akan tetapi hidup yang hakiki adalah meraih kemuliaan di sisi Al-Khaliqnya. Ia pun sadar bahwa satu-satunya jalan untuk meraih kemuliaan hanyalah dengan menjadikan Aqidah islamiyah sebagai standar baku dalam kehidupannya.

Pada saat seorang muslimah menjadikan aqidah islamiyah sebagai pijakan berfikir dan bertindak itulah dikatakan ia telah menemukan jatidirinya, sebagai sosok pribadi muslim. Yakni sosok kepribadian yang khas, yang murni dan istimewa, tidak tercampur sedikit pun oleh nilai-nilai asing.

Begitulah seharusnya seorang muslimah. Ia senantiasa memegang idealisme Islam dengan kuat. Ia pun optimis bahwa idealisme Islam yang mampu memecahkan seluruh problematika kehidupan manusia.

Acuh Tak Acuh bukan Tabiatnya
Bukan tabiat seorang muslimah hidup dengan konsep individualisme. Sebaliknya ia senantiasa menempatkan dirinya menjadi bagian dari umat islam yang lain. Karenanya ia tak lupa dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah Saw:

“Kamu akan melihat orang-orang yang beriman saling berkasih sayang, saling mencintai, saling mengasihi yaitu bagaikan satu tubuh. Apabila satu anggota saja sakit, maka tertariklah bagian anggota yang lain ikut sakit dengan tidak dapat tidur dan badan panas.” [HR. Bukhari Muslim].

“Barangsiapa yang tidak memperhatikan kepentingan kaum muslimin, maka ia bukanlah termasuk di antara mereka. Dan barangsiapa yang tidak berada di waktu pagi dan petang selaku pemberi nasehat bagi Allah dan rasulNya, bagi kitabNya, bagi pemimpinnya dan bagi umumnya kaum muslimin, maka ia bukanlah termasuk di antara mereka.” [HR. ath-Thabrani].

Oleh karena itu seorang muslimah tak akan pernah tinggal diam ketika melihat nilai-nilai asing yang membahayakan bagi saudara-saudaranya (umat Islam yang lain). Ia tak bisa berdiam diri melihat fakta yang demikian. Ia akan senantiasa berusaha menyadarkan umat islam untuk senantiasa waspada terhadap nilai-nilai asing yang membahayakan bagi kehidupan mereka.

Ia bagaikan pembawa pelita penerang jalan, pembawa penjelas antara yang haq dan yang bathil, sebab ia adalah generasi penerus penyampai risalah Rasulullah SAW. Ia menjadi penuntun orang-orang yang meminta petunjuk ke arah jalan kebenaran. Dirinya sarat dengan bejana-bejana ilmu dan aqalnya ibarat khazanah-khazanah hikmah. Ia tak akan pernah merelakan masyarakat (umat Islam) dijauhkan dari nilai-nilai Islam. Ia pu tak rela masyarakat berada di bawah pengaruh orang-orang tak berilmu yang dengan mudah memberikan fatwa untuk menerima kebathilan. Dengan demikian keberadaan dirinya senantiasa dibutuhkan umat Islam.

Untuk menjadi muslimah yang demikian tentulah sangat tidak cukup hanya menjadikan Aqidah Islamiyah sebatas ucapan lafadz-lafadz. Akan tetapi haruslah berusaha menjadikan aqidah tersebut sebagai standar baku bagi kehidupannya dan memahami konsekuensinya. Sehingga ia pun memiliki kepedulian yang tinggi untuk memelihara nilai-nilai Islam yang ada dalam dirinya dan nilai-nilai Islam yang ada dalam diri umat Islam pada umumnya.

Nilai-nilai asing yang membahayakan dirinya ia pahami membahayakan pula bagi uamatnya. Demikian pula nilai-nilai asing yang membahayakan umatnya ia pahami pula membahayakan bagi dirinya. Hingga ia pun senantiasa memiliki kesadaran yang tinggi untuk memelihara diri dan umatnya dari kontaminasi racun-racun dunia. Ia pun dengan lantang akan mengatakan racun adalah racun, madu adalah madu. Kebenaran adalah kebenaran, kebathilan adalah kebathilan. Tak pernah ia membungkus kebathilan dengan sesuatu agar tampak baik dihadapan umat Islam. Bahkan tanpa segan membongkar keburukan nilai-nilai asing yang membahayakan umatnya dengan sejelas-jelasnya, untuk kemudian menunjukkan al haq yang sesungguhnya, tanpa ragu dan bimbang. Demikianlah seharusnya seorang muslimah bersikap peduli terhadap umat Islam. Kepeduliannya terhadap umat islam adalah kepeduliannya terhadap islam sebagai dien yang dianutnya.

Perjuangan Hakiki Muslimah Bersama Umat
Ketika kaum muslimin telah menyadari akan esensi aqidah Islam yang dipeluknya, maka muslimah bersama ummat bersatu dalam barisan perjuangan yang hakiki. Yakni perjuangan yang berada di bawah panji aqidah LÂ ILLÂHA ILLALLAH MUHAMMADAR RASULULLAH. Dengan kata lain perjuangan yang berperspektif Islam.

Dalam perjuangan ini, kaum muslimin (termasuk muslimah) berusaha untuk mewujudkan nilai-nilai Islam yang hakiki. Nilai-nilai Islam yang murni tanpa adanya noda-noda asing yang akan mencemari nilai Islam. Nilai ini tentu saja bukan nilai yang absurd, akan tetapi merupakan nilai yang pasti akan membawa kaum muslimin sampai pada suatu bentuk kehidupan yang sesuai dengan tuntunan ilahi. Dalam perjuangannya tak pernah ada kata sepakat dengan nilai-nilai asing. Dengan kata lain tidak ada kata kompromi ataupun akomodasi dengan nilai-nilai yang datang dari luar Islam, sekalipun nilai asing tersebut nampak baik luarnya. Sebab ukuran kebaikan tidak bisa dilihat dari luarnya, akan tetapi hanya dapat dilihat dari ideologi yang mendasarinya.

Oleh karena itu, bukan sesuatu yang tidak mungkin, jika kaum muslimin selalu bercita-cita mewujudkan nilai-nilai islam dalam kehidupannya. Bukan pula hal yang mustahil untuk menolak setiap bentuk nilai-nilai asing yang bertentangan dengan nilai Islam.

Akhirnya hanya kembali kepada aqidah Islamiyah, kaum muslimin dapat mencapai kemuliaan yang hakiki.

DAFTAR PUSTAKA:
1.Muhammad Ismail. Al Fikrul Al Islamy. 1953
2. Taqiyyuddin An Nabhany. Syakhshiyyatul Islamiyah. Darul Ummah
3. Taqiyyuddin An Nabhany. Attakatul Hizby. 1953
4. Drs. H. Moh. Rifa’i. Tiga Ratus Hadits bekal Da’wah dan pembina Pribadi Muslim. 1980. Wicaksana. Bandung
5. Abu Laily dan Drs. H. Zahri Hamid. Al Hadits. 1983. Kota Kembang Yogyakarta.

/@cwi

Semangat Pendidikan Andrea Hirata Dalam Tetralogi Laskar Pelangi

oleh: Dedeawan [dedeawanap at yahoo.co.id]
Berbicara tentang Andrea Hirata dan Laskar Pelanginya bukanlah hal yang baru bagi mereka yang mengikuti perkembangan novel Indonesia yang sedang semarak dengan hadirnya penulis-penulis novel yang memberikan kisah-kisah yang berbeda dan menggugah jiwa pembacanya, seperti Habiburrahman El Shirazy, penulis novel Ayat-ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih yang karya-karyanya best seller dan digandrungi karena ceritanya yang mengandung nilai Islami dan tidak terkesan menggurui.

Andrea Hirata, anak muda Melayu Belitong lulusan Sorbonne, Perancis, novelis muda berbakat yang menghadirkan kisah masa kecilnya dalam sebuah novel yang unik dengan mengangkat tema pendidikan dalam ceritanya yaitu Tetralogi Laskar Pelangi. Dalam Tetralogi Laskar Pelangi terdiri dari empat novel yaitu Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.


Dalam Laskar Pelangi, mengisahkan sepuluh orang anak yang bersekolah di sekolah Muhammadiyah. Cerita berawal dari keresahan Pak Harfan dan Bu Muslimah, yang mengabdikan diri di sekolah tersebut, yang panik karena baru ada sembilan anak baru kelas satu yang mendaftar yaitu Ikal (penulis sendiri, Andrea Hirata), Lintang, Mahar, Trapani, Kucai, Syahdan, Samson, A Kiong, dan satu-satunya perempuan bernama Sahara. Padahal menurut pengawas dari Diknas Belitong menegaskan bahwa sekolah yang muridnya kurang dari sepuluh maka sekolah tersebut harus tutup. Disaat-saat terakhir munculah Harun, anak lima belas tahun dengan keterbalakangan mental yang menyelamatkan sekolah itu dari penutupan.

Keberadaan SD sekaligus SMP Muhammadiyah tersebut sangat berbeda dengan keadaan sekolah-sekolah PN Timah, ibarat bumi dengan langit. Sekolah PN Timah adalah sekolah yang didirikan oleh PN Timah, perusahaan negara yang menguasai produksi hasil tambang di pulau Belitong. Sekolah PN dikhususkan untuk anak-anak pejabat atau staf yang bekerja di perusahaan yang pada masa itu tebesar se-kawasan Asia. Sedangkan penduduk belitong adalah pekerjanya.

Meski dikisahkan kesepuluh anak Laskar Pelangi tersebut bersekolah di sekolah yang mirip gudang kopra, semangat mereka tetap membara, begitupun Bu Muslimah guru mereka, dan Pak Harfan kepala sekolah. Bu Muslimah digambarkan sebagai sosok guru yang bersahaja dari pandangan anak didiknya yang memanggilnya ibunda guru. Kehidupan ekonominya dari pekerjaan lain sebagai penjahit. Profesi gurunya murni semata demi syiar Islam dan memenuhi panggilan jiwa sebagai pendidik. Demikian halnya dengan Pak Harfan, pamannya Bu Mus, digambarkan sebagai guru yang berjenggot lebat, berkemeja koko warna hijau yang berubah menjadi putih karena terlalu sering dicuci, bercelana panjang kusut karena terlalu sering dipakai. Kehidupan ekonominya dari hasil berkebun. Sekolah mereka adalah potret buram sekolah miskin masyarakat Melayu Belitong yang hidup dan berkembang dengan semangat perjuangan dan pengorbanan serta sumbangan sukarela warga.

Mengikuti alur cerita Laskar Pelangi membuat kita (pembaca) untuk menyelami masa kecil penulis (Andrea Hirata) dan juga teman-temannya yang penuh semangat dalam mengenyam pendidikan. Seperti Lintang yang harus mengayuh sepedanya sejauh 40 kilometer melewati jalan kecil penuh rawa dan buaya besar untuk sampai di sekolah. Lintang jualah yang disebut-sebut dalam novel ini sebagai anak jenius didikan alam, yang mengangkat harkat dan martabat sekolah miskin Muhammadiyah itu dalam lomba cerdas cermat tingkat kabupaten mengalahkan sekolah-sekolah PN yang penuh fasilitas. Namun sayang, anak jenius didikan alam tersebut harus mengubur kejeniusannya saat ayahnya meninggal dan Lintang harus menjadi tulang punggung keluarganya.

Buku kedua dari Tetralogi Laskar Pelangi adalah Sang Pemimpi. Mengisahkan Ikal, Arai, dan Jimron dalam menjalani hari-hari mereka bersama mimpi-mimpinya saat bersekolah di SMA. Kesetiakawanan yang tinggi mereka tunjukkan dalam mewujudkan mimpinya. Saat itu PN Timah belitong dalam keadaan kacau dan gelombang PHK besar-besaran membuat anak-anak tidak bisa bersekolah karena orang tua mereka tidak sanggup membiayainya. Anak-anak yang ingin bersekolah harus bekerja, begitu juga dengan ketiga sahabat ini, hingga harus bekerja sebagai kuli ngambat yang bertugas menunggu perahu nelayan tambat dan memikul tangkapan para nelayan itu ke pasar ikan. Kuli tambat adalah pekerjaan yang paling kasar yang hanya diminati oleh mereka yang semangat bersekolahnya kuat, atau mereka yang benar-benar putus asa karena tidak memiliki pekerjaan lain.

Buku ketiga adalah Edensor, menceritakan Ikal dan Arai yang mendapat beasiswa untuk
mengambil S-2 ke Eropa, tepatnya di Sorbonne, Perancis. Dan buku keempat dari Tetralogi Laskar Pelangi adalah Maryamah Karpov.

Kiranya, semangat Andrea Hirata dalam Tetralogi Laskar Pelanginya dalam meraih pendidikan setinggi-tingginya, menggapai mimpi menjadi kenyataan, mengunjungi tempat yang tidak pernah diduga sebelumnya, dapat melecut kita, para pendidik ataupun siapa saja untuk memajukan pendidikan dengan segala keterbatasannya.

/@cwi

Manhaj Haraki Dalam Hijrah Nabi Sirah Nabawiyah








dakwatuna.com - Sebuah rencana makar telah difokuskan oleh kaum musyrikin Mekah kepada Rasulullah saw., hal ini dilakukan setelah mereka berkali-kali gagal melakukan upaya menghalangi mencegah, mengintimidasi, menteror dan sebagainya. Sasaran utama mereka adalah para pengikut Rasulullah yang terdiri dari orang-orang lemah dan tidak memiliki dukungan kuat dari kabilahnya maupun tokoh yang memiliki kekuatan. Semua cara kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang kafir musyrik ternyata tidak mampu menghentikan harakah dakwah. Maka mereka pun mencoba menggunakan cara-cara lain, yaitu dengan cara “mudahanah” seperti dengan bujukan, rayuan dan mengajak kompromi dan sebagainya, intinya adalah agar Rasulullah berhenti tidak lagi menyerukan dakwah Islam kepada mereka.

Mereka menginginkan agar kalimat tauhid, “La Ilaha Illallah” tidak lagi berkumandang di muka bumi. Namun Rasulullah sedikit pun tidak bergeming dari tekadnya untuk terus menyampaikan dakwah ini kepada seluruh manusia sampai Islam jaya di muka bumi atau beliau binasa dalam memperjuangkannya.


Ketika orang-orang kafir mengetahui bahwa dakwah Rasulullah diam-diam terus berkembang tidak hanya di kalangan keluarga atau teman-teman dekatnya, akan tetapi mulai didukung oleh orang-orang di luar kaum Quraisy, bahkan orang-orang dari luar kota Mekah, maka bertambahlah kekhawatiran mereka karena jika Muhammad dapat keluar dari negerinya pasti akan menyusun kekuatan bersama para pengikutnya untuk memerangi mereka, maka mereka pun segera berkumpul di “darun nadwah” sebagai tanda keseriusan dan kebulatan tekad untuk mengakhiri dakwah yang disampaikan oleh Rasulullah.

Mereka bermusyawarah untuk menyatukan kata sepakat sebagaimana dilontarkan oleh Abu Jahal , yaitu kumpulkan para pemuda, preman dan para algojo dari semua kabilah kemudian mereka dipersenjatai dengan senjata lengkap, selanjutnya diinstruksikan kepada mereka secara serentak untuk membunuh Muhammad. Hanya dengan cara inilah mereka bisa lega dari gangguan dakwah Muhammad, kalkulasinya adalah jika Muhammad terbunuh keluarga besarnya tidak akan mampu berhadapan dengan semua kekuatan kabilah mereka.

Allah SWT mengungkapkan rencana makar mereka di dalam ayat Al-Quran:

“ Dan ingatlah ketika orang-orang kafir telah bersepakat untuk melakukan makar kepadamu, untuk menangkap atau membunuhmu atau mengusirmu, mereka berbuat makar dan Allah pun membuat makar untuk mereka dan makar Allah adalah lebih baik dari makar mereka” (Al-Anfal, 30)

Musuh-musuh Islam senantiasa beranggapan bahwa dengan terbunuhnya Muhammad atau pemimpin dakwah, maka tidak akan ada lagi perlawanan dari para pengikutnya, tidak ada lagi jihad dan gerakan revolusioner dari pengikutnya. Anggapan ini jelas tidak benar, karena sesungguhnya semangat perjuangan Islam tidak akan pernah berhenti dengan terbunuhnya sang pemimpin karena setiap diri orang beriman adalah pemimpin.

Upaya yang sia-sia

Maka dapat kita baca dalam sejarah atau kita saksikan bahwa semua upaya orang-orang kafir untuk membunuh tokoh dakwah hanya akan sia-sia saja dari usahanya. Karena Islam adalah sebuah gerakan individu dan jamaah, sebuah gerakan ruhiyah aqliyah dan jasadiyah yang tak terpisahkan satu sama lainnya, maka ketika musuh-musuh Islam berhasil untuk menghabisi gerakan Islam dengan jalan membunuh pemimpinnya tidaklah berarti habis pula gerakan Islam itu sendiri. Banyak contoh di beberapa negara muslim yang telah terbunuh pimpinannya namun perjuangan pengikutnya justru semakin menggelora bagai rantai yang tak terputus. Jika satu terputus menjadi syahid akan tumbuh beribu calon syuhada yang akan menunggu.

Langkah dan sarana menuju kemenangan

Sarana strategis dan penting untuk mengantarkan kemenangan yang dapat diambil dari peristiwa hijrah antara lain:

Tidurnya Sahabat Ali ra di tempat tidur Rasulullah, hal ini menunjukkan betapa pentingnya gerakan Islam menjalankan kewajiban ikhtiar dan persiapan dalam segala sesuatunya untuk menghadapi musuh meski sesungguhnya seluruh kekuatan itu di gantungkan kepada Allah SWT. Tidurnya Ali bin Abi Thalib adalah sebuah kesiapan total yang meliputi harta dan jiwa.

Keluarnya Rasulullah di waktu siang yang panas terik, karena sesungguhnya waktu siang panas terik bagi kebanyakan orang-orang Arab adalah waktu qailulah, waktunya orang beristirahat tidur sebentar di siang hari, maka sikap ini mengandung makna kerahasiaan dan upaya untuk menghindar dari pengawasan pandangan mata kebanyakan orang.

Keluarnya Nabi dari celah dinding rumah Abu Bakar, bisa jadi rumah Abu bakar As-Siddiq adalah bagian dari wilayah pengamatan orang-orang musyrikin dari sekian banyak rumah yang ada, hal ini menunjukkan upaya untuk menghindar pandangan orang yang senantiasa mengawasi rumah seseorang di mana pada umumnya pengawasan itu terfokus pada pintu sebagai kelayakan orang keluar dan masuk rumah. Maka keluarnya nabi dari rumah Abu Bakar As-Siddiq melalui celah dinding merupakan upaya rahasia untuk menjauhkan dari pengamatan dan pandangan musuh.

Arah menuju Gua Tsur, jika rencana untuk membunuh Nabi di kota Mekah sudah tidak bisa dihindari, maka berarti jalan menuju kota Madinah adalah fokus pengawasan bagi pasukan berkuda dari orang-orang kafir yang telah disiap-siagakan agar Nabi tidak bisa sampai ke kota Madinah. Begitu kira-kira logika berfikir umumnya orang, karena ke sanalah memang arah dan tempat yang akan dituju oleh Nabi.

Maka menguasai dan menghalangi langkah musuh berarti terselesaikannya perang secara cepat dan praktis dengan lawan.

Ketika Nabi mengarahkan langkahnya ke gua tsur maka langkah ini dapat dikatakan sebagai upaya mengalihkan analisa dari musuhnya dan sekaligus membuyarkannya, karena Gua Tsur tidak berada di jalan menuju Madinah.

Berita-berita di kota Mekah, Abu Bakar as-Siddiq menyuruh anaknya Abdullah untuk memantau berita yang dibicarakan orang-orang kafir tentang Nabi dan ayahnya di siang hari, untuk kemudian kembali disampaikan kepada keduanya di malam hari, maka Nabi dan Abu Bakar tidak sekadar bersembunyi untuk waktu tertentu seukuran waktu orang melakukan perjalanan ke Madinah, akan tetapi juga harus mengetahui secara langsung atas kerahasiaan langkah dan upaya yang dilakukannya, sejauh mana yang dilakukan oleh musuh. Nabi memastikan diri untuk dapat memantau sikap dari musuhnya .

Mengatur perbekalan

Inilah peran yang diamanahkan kepada Asma binti Abu Bakar, selama Rasulullah dan ayahnya berada di dalam gua untuk beberapa waktu, seandainya suplai makanan terputus kemungkinan besar Rasulullah dan orang tuanya akan mati kelaparan. Anda bisa bayangkan seorang Asma binti Abu Bakar seorang anak perempuan dengan segala keterbatasannya dibanding saudara lelaki nya Abdullah bin Abu Bakar, namun demikian ia mampu memerankan tugasnya yang demikian penting

Penghapusan bekas jejak

Mengikuti bekas jejak adalah petunjuk yang dapat menemukan persembunyian Rasulullah dan Abu Bakar as-Siddiq di dalam gua.

Demikian pula ketika Abdullah dan Asma yang setiap hari mendatangi gua, maka tugas Amir bin Fuhairah dialah yang menghapus bekas jejak keduanya.

Inilah sebuah pelajaran berharga yang dapat di pelajari oleh para pemuda dan pemudi jika ia bersungguh-sungguh mempelajarinya, inilah pelajaran dari kerja-kerja rahasia dengan pemahaman yang dalam dan detail, sebuah strategi yang sangat di perlukan dalam menghilangkan jejak agar tidak bisa dibaca oleh musuh.

Berkesinambungan selama tiga hari

Hari-hari pertama keberadaan Rasulullah dan Abu Bakar As-Siddiq di dalam gua adalah hari di mana seluruh tempat di kota Mekah dalam pengawasan dan pemantauan yang ketat oleh orang-orang kafir, mereka begitu intens dan ketatnya melakukan pencarian terhadap Rasulullah hingga kesemua pelosok untuk menemukan tempat persembunyiannya.

Tiga hari adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyisirnya sudah mereka pergunakan dengan optimal, maka jika lebih dari tiga hari Rasulullah tidak segera meninggalkan kota Mekah sementara Abdullah dan Asma masih terus menjalankan tugasnya, tentu orang-orang kafir akan melihat dan menilai lain dari apa yang dilakukan oleh Abdullah dan Asma hal ini sangat memungkinkan untuk diketahuinya tugas rahasia keduanya dan akan mudah terbongkar tugas yang dijalankannya.

Peran dan campur tangan kekuatan langit

Orang-orang kafir telah melakukan upaya habis-habisan untuk menemukan Rasulullah dan Abu Bakar As-Siddiq, seluruh tanah dan pegunungan di kota Mekah telah disisir rata tak sejengkal pun yang terlewatkan dalam pencariannya, pencarian pun berakhir di sekitar gua tempat Rasulullah dan Abu Bakar As-Siddiq bersembunyi. Abu Bakar berkata pada Rasulullah, Ya Rasulullah ada seseorang yang melihat persembunyian kita, Rasulullah menjawab: Tidak ya Abu Bakar, Malaikat akan menutupi kita dengan kedua sayapnya. sesaat kemudian orang tersebut membuang hajat di depan mulut gua, Rasulullah pun menegaskan: Jika ia melihat persembunyian kita, tentu ia tidak akan melakukannya. Maka berdoa kepada Allah dengan kerendahan hati dan kesungguhan dan mohonlah pertolongan-Nya.

Tugas manusia hanyalah melakukan ikhtiar dengan memaksimalkan potensi dan kekuatan yang dimilikinya, karena sesungguhnya kekuatan Allahlah yang akan menjawab keterbatasan yang dimiliki oleh manusia, karena sesungguhnya Allahlah yang menjadikan ketenangan dan kecukupan pada diri manusia, setelah manusia menyerahkan kembali urusan dan kekuasaan kepada-Nya.

Memanfaatkan dari pengalaman orang-orang musyrik

Ketika abu Bakar As-Siddiq menyewa Abdullah bin Uraikith sebagai pemandu perjalanan beliau bersama Rasulullah. Saat itu Abdullah bin Uraikith adalah seorang Musyrik. ini menunjukkan bahwa pemanfaatan dalam konteks seperti ini dapat dilakukan selama ada jaminan keamanan, artinya rencana rahasia yang akan dilakukan tidak akan tersebar kepada orang-orang musyrikin. Maka gerakan dakwah pun dapat mengambil manfaat dari potensi yang ada pada non-muslim selama berpeluang dan kemudian ada garansi kepercayaan keamanahan dari pihak non-muslim tersebut.

Ketika Abu bakar As-Siddiq ditanya Rasulullah: Siapakah orang yang bersama dengan engkau? beliau menjawab: Ini adalah orang yang akan memberi petunjuk jalan dalam perjalanan, pada orang itu ada jalan yang dapat menunjukkan kebaikan, inilah kecerdasan dan firasat seseorang yang dapat melakukan langkah cerdas tanpa harus berdusta dalam memanfaatkan potensi lawan.

Menyikapi orang seperti Suraqah

Penting bagi harakah Islamiyah untuk mengambil pelajaran dari sikap yang dilakukan oleh Rasulullah terhadap orang seperti Suraqah

- Kemampuan menyikapi lawan, bagaimana mengambil hati lawan kemudian bekerja sama dengannya sehingga dapat memperoleh kemenangan dari potensi lawan tersebut.

- Dalam perjalanan menuju tegaknya daulah Islam terkadang ada perjanjian dan kerjasama dengan musuh, yang penting bagaimana kita bisa mencari bagian yang jelas yang dapat menguntungkan dan mendatangkan ketenangan kita, soal nanti bagaimana itu hal lain.

- Mengambil posisi aman dari lawan yang bisa berubah sikap dan menyatakan keberpihakan dan kepercayaan kepada kita, sekalipun seseorang dalam satu sikap memusuhi Islam di sisi lain pada dirinya ada peluang untuk mendapat hidayah untuk menjadi muslim. Allahu a’lam


/@cwi

Sejarah Sembilan Wali / Walisongo

Feb
09








“Walisongo” berarti sembilan orang wali” Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid

Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.


Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.

Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan wali” ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha.n
Maulana Malik Ibrahim (1)
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi

Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.

Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.

Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.

Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.

Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.n
Sunan Ampel (2)
Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang)

Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.

Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M.

Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.

Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah “Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina.”

Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.n
Sunan Giri (3)
Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya–seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma).

Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai.

Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah “giri”. Maka ia dijuluki Sunan Giri.

Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja Majapahit -konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan- memberi keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren itupun berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata.

Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.

Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18.

Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau.

Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.n
Sunan Bonang (4)
Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban

Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.

Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.

Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah

yang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.

Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.

Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.n
Sunan Kalijaga (5)
Dialah “wali” yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam

Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.

Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam (‘kungkum’) di sungai (kali) atau “jaga kali”. Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab “qadli dzaqa” yang menunjuk statusnya sebagai “penghulu suci” kesultanan.

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis salaf” -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.

Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede – Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak.n
Sunan Gunung Jati (6)
Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra’ Mi’raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii).

Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina.

Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati.

Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya “wali songo” yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan.

Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah.

Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten.

Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.n
Sunan Drajat (7)
Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M

Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Ia kemudian terdampar di Dusun

Jelog –pesisir Banjarwati atau Lamongan sekarang. Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa Drajat, Paciran-Lamongan.

Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk.

Maka ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah “berilah tongkat pada si buta/beri makan pada yang lapar/beri pakaian pada yang telanjang’.

Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka menolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anak yatim-piatu dan fakir miskin.n
Sunan Kudus (8)
Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang

Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.

Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus.

Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti “sapi betina“. Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.

Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.

Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.n
Sunan Muria (9)
Ia putra Dewi Saroh –adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus

Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam.

Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya.

Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.n

/@cwi


Gabung bersama kami

About Me

admin jg menerima pelayanan jasa

admin jg menerima pelayanan jasa
Jasa arsitek rumah; desain arsitek / desain rumah, gambar denah rumah, bangun rumah baru, renovasi rumah dan pembangunan mesjid, mushola, ruko, disaign taman, dll. klik gambar utk kontak personal.

Syiar Islam On Twitter

Site info

Kalkulator Zakat Fitrah

  © Syiar islam Intisari Muslim by Dede Suhaya (@putra_f4jar) 2015

Back to TOP  

Share |